You are on page 1of 27

suhan Keperawatan Fraktur (Contoh Kasus)

KASUS 1 (FRAKTUR)
Tuan A berumur 35 tahun, dirawat diruang bedah orthopedic dengan keluhan nyeri pada kaki
kiri karena kecalakaan mobil. Saat pengkajian ,tuan A mengeluh nyeri pada tungkai kiri yang
terpasang skin traksi. Ekstremitas bawah kanan lebih panjang 2 cm dari ekstremitas bawah kiri.
Tungkai kaan terpasang fiksasi internal yang terbalut kasa pada tibia 1/3 proksimal (OREF).
Nyeri dirasakan seperti disayat-sayat bneda tajam. Nyeri bertambah bila sedang dilakukan
perawatan luka, skala nyeri 4 pada rentang 0-5. Nyeri berkurang bila sedang diistirahatkan.
Berdasarkan pengkajian fisik: RR 18 kali/menit, nadi 80 kali/menit, tekanan darah 120/80
mmHg, CRT 3 detik pada kuku kaki. Data lab: HB 11.7 g/dl, hematokrit 36%, leukosit 9000/mm3,
trombosit 450000 mm3/gr dl. Protein total 6,8 g/dl. Pasien mendapatkan terapi metronidazol 2
x 500 mg drip, vitamin B kompleks 3x1 tablet, vitamin C 3x1 tablet, infuse NaCl 5 tetes/menit,
Calc 3x1 tablet, diet TKTP.

ANATOMI dan FISIOLOGI TULANG PANJANG


a. Anatomi Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari
embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses
ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat
penimbunan garam kalsium. Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat
diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya :
1). Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang disebut
diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis terdapat
metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh, yang
disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena
akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang
dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang
padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-tahun
remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh. Hormon
pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang pertumbuhan tulang panjang. Estrogen,
bersama dengan testosteron, merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang
memiliki rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum tulang.
2). Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy)
dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
3). Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang concellous.
4). Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.
5). Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella
(kap lutut).
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas
tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan
tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2%
subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan proteoglikan). Matriks merupakan
kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang
terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang ).
Osteoklas adalah sel multinuclear ( berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran,
resorpsi dan remosdeling tulang.
Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon
terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan
lamella. Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang
berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah
yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm). Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous
padat dinamakan periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya
tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf,
pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung
osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang
panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang melarutkan tulang untuk
memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna Howship (cekungan
pada permukaan tulang).
Struktur tulang dewasa terdiri dari 30 % bahan organik (hidup) dan 70 % endapan
garam. Bahan organik disebut matriks, dan terdiri dari lebih dari 90 % serat kolagen dan kurang
dari 10 % proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan
fosfat, dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-garam menutupi
matriks dan berikatan dengan serat kolagen melalui proteoglikan. Adanya bahan organik
menyebabkan tulang memiliki kekuatan tensif (resistensi terhadap tarikan yang meregangkan).
Sedangkan garam-garam menyebabkan tulang memiliki kekuatan kompresi (kemampuan
menahan tekanan).
Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa pemanjangan
dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah selama hidup. Pembentukan
tulang ditentukan oleh rangsangn hormon, faktor makanan, dan jumlah stres yang dibebankan
pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel pembentuk tulang yaitu osteoblas.
Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas berespon terhadap
berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang. Sewaktu pertama kali dibentuk,
matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari garam-garam kalsium mulai mengendap
pada osteoid dan mengeras selama beberapa minggu atau bulan berikutnya. Sebagian
osteoblast tetap menjadi bagian dari osteoid, dan disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring
dengan terbentuknya tulang, osteosit dimatriks membentuk tonjolan-tonjolan yang
menghubungkan osteosit satu dengan osteosit lainnya membentuk suatu sistem saluran
mikroskopik di tulang.
Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang, sebagian ion
kalsium di tulang tidak mengalarni kristalisasi. Garam nonkristal ini dianggap sebagai kalsium
yang dapat dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan dengan cepat antara tulang, cairan
interstisium, dan darah.
Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara bersamaan dengan
pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi karena aktivitas sel-sel yang disebut osteoklas.
Osteoklas adalah sel fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel mirip-monosit yang
terdapat di tulang. Osteoklas tampaknya mengeluarkan berbagai asam dan enzim yang
mencerna tulang dan memudahkan fagositosis. Osteoklas biasanya terdapat pada hanya
sebagian kecil dari potongan tulang, dan memfagosit tulang sedikit demi sedikit. Setelah selesai
di suatu daerah, osteoklas menghilang dan muncul osteoblas. 0steoblas mulai mengisi daerah
yang kosong tersebut dengan tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang tua yang telah
melemah diganti dengan tulang baru yang lebih kuat.
Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang terus
menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Pada anak dan remaja, aktivitas osteoblas
melebihi aktivitas osteoklas, sehingga kerangka menjadi lebih panjang dan menebal. Aktivitas
osteoblas juga melebihi aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada orang
dewasa muda, aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah total massa
tulang konstan. Pada usia pertengahan, aktivitas osteoklas melebihi aktivitas osteoblas dan
kepadatan tulang mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga meningkat pada tulang-tulang yang
mengalami imobilisasi. Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominansi aktivitas osteoklas
dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah. Aktivitas osteoblas dan
osteoklas dikontrol oleh beberapa faktor fisik dan hormon.
Faktor-faktor yang mengontrol Aktivitas osteoblas dirangsang oleh olah raga dan stres
beban akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres mengenai tulang. Fraktur tulang secara
drastis merangsang aktivitas osteoblas, tetapi mekanisme pastinya belum jelas. Estrogen,
testosteron, dan hormon perturnbuhan adalah promotor kuat bagi aktivitas osteoblas dan
pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang dipercepat semasa pubertas akibat melonjaknya
kadar hormon-hormon tersebut. Estrogen dan testosteron akhirnya menyebabkan tulang-
tulang panjang berhenti tumbuh dengan merangsang penutupan lempeng epifisis (ujung
pertumbuhan tulang). Sewaktu kadar estrogen turun pada masa menopaus, aktivitas osteoblas
berkurang. Defisiensi hormon pertumbuhan juga mengganggu pertumbuhan tulang.
Vitamin D dalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang secara langsung dengan
bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung dengan merangsang penyerapan kalsium di
usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang mendorong kalsifikasi tulang.
Namun, vitamin D dalam jumlah besar meningkatkan kadar kalsium serum dengan
meningkatkan penguraian tulang. Dengan demikian, vitamin D dalam jumlah besar tanpa
diimbangi kalsium yang adekuat dalam makanan akan menyebabkan absorpsi tulang.
Adapun faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoklas terutama dikontrol oleh
hormon paratiroid. Hormon paratiroid dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang terletak tepat
di belakang kelenjar tiroid. Pelepasan hormon paratiroid meningkat sebagai respons terhadap
penurunan kadar kalsium serum. Hormon paratiroid meningkatkan aktivitas osteoklas dan
merangsang pemecahan tulang untuk membebaskan kalsium ke dalam darah. Peningkatan
kalsium serum bekerja secara umpan balik negatif untuk menurunkan pengeluaran hormon
paratiroid lebih lanjut. Estrogen tampaknya mengurangi efek hormon paratiroid pada osteoklas.
Efek lain Hormon paratiroid adalah meningkatkan kalsium serum dengan menurunkan
sekresi kalsium oleh ginjal. Hormon paratiroid meningkatkan ekskresi ion fosfat oleh ginjal
sehingga menurunkan kadar fosfat darah. Pengaktifan vitamin D di ginjal bergantung pada
hormon paratiroid. Sedangkan kalsitonin adalah suatu hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
tiroid sebagai respons terhadap peningkatan kadar kalsium serum. Kalsitonin memiliki sedikit
efek menghambat aktivitas dan pernbentukan osteoklas. Efek-efek ini meningkatkan kalsifikasi
tulang sehingga menurunkan kadar kalsium serum.
b. Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1).Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
2). Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan lunak.
3). Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan).
4). Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema topoiesis).
5).Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

PENGERTIAN dan ETIOLOGI


Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan
oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing
Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas
tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh
tulang.
Patah Tulang Tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar (Soedarman, 2000). Pendapat lain menyatakan bahwa patah
tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak robek)
tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992).
Etiologi
1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.
Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau
miring.
2) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat
terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur
hantaran vektor kekerasan.
3) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

JENIS FRAKTUR / KLASIFIKASI


Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu:
a. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
1). Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
2). Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
b. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.
1). Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang seperti terlihat pada foto.
2). Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:
a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang
spongiosa di bawahnya.
c) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada
tulang panjang.
c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.
1). Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat
trauma angulasi atau langsung.
2). Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan
meruakan akibat trauma angulasijuga.
3). Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma
rotasi.
4). Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke
arah permukaan lain.
5). Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya
pada tulang.
d. Berdasarkan jumlah garis patah.
1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.
e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
1). Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak
bergeser dan periosteum masih utuh.
2). Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi
fragmen, terbagi atas:
a) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping).
b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).
f. Berdasarkan posisi frakur
Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
1. 1/3 proksimal
2. 1/3 medial
3. 1/3 distal
g. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
h. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak
sekitar trauma, yaitu:
a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.
b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.
d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman sindroma
kompartement.

TANDA dan GEJALA


a. Deformitas
b. Bengkak/edema
c. Echimosis (Memar)
d. Spasme otot
e. Nyeri
f. Kurang/hilang sensasi
g. Krepitasi
h. Pergerakan abnormal
i. Rontgen abnormal

FASE PENYEMBUHAN
Fase Penyembuhan Fraktur
Penyembuhan fraktur ada 5 Stadium :
1. Pembentukan Hematom : kerusakan jaringan lunak dan penimbunan darah
2. Organisasi Hematom / Inflamasi
Dalam beberapa jam post fraktur terbentuk fibroblast ke hematom dalam beberapa
hari terbentuk kapiler kemudian terjadi jaringan granulasi
3. Pembentukan kallus
Fibroblast pada jaringan granulasi menjadi kolagenoblast kondroblast kemudian
dengan partisipasi osteoblast sehat terbentuk kallus (Woven bone)
4. Konsolidasi : woven bone berubah menjadi lamellar bone
5. Remodelling : Kalus berlebihan menjadi tulang normal
Prinsip terjadinya UNION :
a. Dewasa : Kortikal 3 bulan, Kanselus 6 minggu
b. Anak-anak : separuh dari orang dewasa

Proses Penyembuhan Tulang :

Fase Inflamasi :
Fase ini berlangsung mulai terjadinya fraktur hingga kurang lebih satu sampai dua
minggu. Peningkatan aliran darah menimbulkan hematom diikuti invasi sel-sel peradangan
yaitu neutrofil, makrofag, sel fagosit, osteoklas, yang berfungsi untuk membersihkan jaringan
nekrotik, yang akan mempersiapkan fase reparatif. Jika dirontgen, garis fraktur lebih terlihat
karena telah disingkirkannya material nekrotik.
Fase Reparatif :
Dapat berlangsung beberapa bulan. Ditandai dengan diferensiasi dari sel mesenkim
pluripotensial. Hematom fraktur diisi oleh kondroblas dan fibroblas yang akan menjadi tempat
matrik kalus. Pada awalnya terbentuk kalus lunak, terdiri dari jaringan fibrosa dan kartilago
dengan sejumlah kecil jaringan tulang. Osteoblas mengakibatkan mineralisasi kalus lunak
menjadi kalus keras serta menambah stabilitas fraktur. Jika dirontgen maka garis fraktur mulai
tidak tampak.
Fase Remodeling :
Fase ini bisa membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga tahunan untuk merampungkan
penyembuhan tulang, yang meliputi aktifitas osteoblas dan osteoklas yang menghasilkan
perubahan jaringan immatur agar menjadi matur, terbentuknya tulang lamelar

FAKTOR PENDUKUNG PENYEMBUHAN

1. Factor Usia:
Proses menua merupakan suatu proses normal yang ditandai dengan perubahan secara
progresif dalam proses biokimia, sehingga terjadi kelainan atau perubahan struktur dan fungsi
jaringan, sel dan non sel.
Banyak perubahan fisiologi yang mempengaruhi status gizi terjadi pada proses penuaan
diantaranya adalah penurunan kecepatan basal metabolik ( BMR ) sekitar 2 % / dekade setelah
usia 30 tahun. Penurunan sekresi asam klorida, pepsin dan asam empedu yang berpotensi
untuk mengganggu penyerapan kalsium, zat besi, seng, protein, lemak dan vitamin yang larut
dalam lemak.
Dengan menurunnya fungsi biologis sel dan organ, maka daya adaptasi fungsi-fungsi
tersebut untuk mengatasi gangguan fisik dan mental juga menurun. Dengan pertambahan usia
yang ditandai gejala berkurangnya kemampuan fisik dan mental seseorang, maka beberapa
keadaan patologis dapat timbul akibat proses penuaan. Berbagai komplikasi serius dapat timbul
akibat adanya perubahan pada beberapa sistem organ dan fungsi metabolik yang disebabkan
oleh imobilisasi. Dekubitus, osteoporosis, konstipasi, kelemahan dan perubahan psikologik
merupakan beberapa komplikasi akibat imobilisasi.
Imobilisasi juga akan mengakibatkan keseimbangan kalsium negatif yang merupakan
manifestasi peningkatan eksresi kalsium dalam feses dan urin. Perubahan ini berkaitan dengan
peningkatan reabsorbsi tulang sekunder akibat posisi berbaring dan kurang penyerapan di usus.
Kadar serum 1,25 dihydroxyvitamin D juga berkurang. Selama imobilisasi hormon paratyroid
akan meningkat bersamaan dengan kadar alkalin fosfatase selama remobilisasi seiring dengan
adanya peningkatan reabsorbsi kalsium.
2. Faktor Nutrisi dan Metabolisme:
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti
kalsium, zat besi, protein, vit. C, vit B kompleks dan lainnya untuk membantu proses
penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan
penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak
adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan
faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga
menghambat degenerasi dan mobilitas klien:

· Kalsium
Kalsium merupakan mineral utama yang mempunyai fungsi tertentu dalam tubuh bagi
kesehatan. Anda bisa mendapatkan kandungan kalsium yang tinggi, misalnya dengan
mengkonsumsi susu.
Fungsi kalsium antara lain, mengurangi resiko osteoporosis, terlebih saat wanita
memasuki periode menopause. Maka secara otomatis tubuh akan kehilangan hormon estrogen.
Menghilangnya hormon estrogen berdampak terjadinya penurunan kadar kalsium darah,
sehingga kondisi tersebut akan menyebabkan osteoporosis.
· zat besi
Zat besi (Fe) merupakan jenis mineral mikro esensial yang mempunyai fungsi penting di
dalam tubuh. Dibutuhkan dengan jumlah konsumsi sekitar 1.5-2.2 mg per- harinya, zat besi
mempunyai fungsi penting di dalam tubuh antara lain sebagai media transportasi bagi oksigen
dari paru-paru ke berbagai jaringan tubuh serta juga akan berfungsi sebagai katalis dalam
proses penpindahan energi di dalam sel. Sebagai jenis mineral mikro esensial, kekurangan zat
besi di dalam tubuh dapat mengakibatkan beberapa dampak negatif antara lain berkurangnya
kekebalan tubuh, menurunnya daya konsentrasi, menurunnya daya ingat, menurunnya
performa belajar, mudah marah, berkurangnya nafsu makan, dan menurunnya kebugaran
tubuh.
Di dalam tubuh, fungsi utama zat besi adalah dalam produksi komponen pembawa
oksigen yaitu hemoglobin dan mioglobin. Hemoglobin terdapat di dalam sel darah merah dan
merupakan protein yang berfungsi untuk untuk mengangkut oksigen ke berbagai jaringan-
jaringan tubuh sedangkan mioglobin terdapat di dalam sel otot dan berfungsi untuk
menyimpan dan mendistribusikan oksigen ke dalam sel-sel otot. Selain berfungsi untuk
memproduksi hemoglobin dan mioglobin, zat besi juga dapat tersimpan di dalam protein
feritin, hemosidirin di dalam hati, serta di dalam sumsum tulang belakang. Sebagai indikator
level jumlah zat besi di dalam tubuh, feritin yang bersirkulasi di dalam darah dapat digunakan
untuk menilai status zat besi di dalam tubuh.
· Protein
Sebagai yang terentang di dalam membrane membentuk jalur atau saluran berisi air yang
menembus lipid lapisan ganda sehingga memungkinkan zat-zat larut air yang cukup kecil
memasuki saluran, misalnya ion. Setiap saluran dapat terbuka atau tertutup terhadap ion
spesifiknya akibat perubahan bentuk saluran sebagai respon terhadap mekanisme pengontrol.
· Vitamin C
Vitamin C ialah antioksidan yang diperlukan oleh sekurang-kurangnya 300 fungsi
metabolik dalam badan, termasuklah pertumbuhan dan penggantian tisu, fungsi kilang
adrenal, dan untuk gusi yang sihat. Ia menolong dalam pengeluaran hormon anti-stress dan
interferon, sejenis protin sistem imuniti yang penting , dan diperlukan juga untuk metabolisma
folik asid , tairosin, dan phenylalanine. Kajian menunjukkan bahawa dengan mengambil vitamin
C boleh mengurangkan gejala penyakit asma. Ia mencegah daripada kesan merbahaya
pencemaran , menolong mencegah kanser, memelihara daripada jangkitan, dan meningkatkan
imuniti.
Vitamin C meningkatkan penyerapan zat besi. Ia boleh bercantum dengan bahan toksik
seperti sesetengah logam berat, dan menjadikan mereka tidak merbahaya, oleh yang demekian
bahan tersebut boleh dinyahkan daripada badan. Sedangkan racun labah hitam yang bisa boleh
ditawarkan dengan memberi vitamin C dalam dos yang tinggi.
Vitamin ini juga boleh mengurangkan paras "low-density lipoproteins" (LDL) atau kolestrol
yang tidak baik , dan pada masa yang sama meningkatkan " high-density lipoproteins " (HDL)
atau kolestrol yang baik , juga menurunkan tekanan darah tinggi dan membantu mencegah "
atherosclerosis" . Ia juga sebagai keperluan dalam pembentukan collagen, vitamin C mencegah
daripada pembekuan darah yang tidak normal dan lebam , boleh mengurangkan risiko katarak
(cataracts), dan mencepatkan penyembuhan luka dan terbakar. itamin C.
· Vitamin B kompleks
Kelompok vitamin yang disebut vitamin B kompleks yang meliput tiamin (vitamin B1),
riboflavin (vitamin B2), niasin (asam nikotinat, niasinamida), piridoksin (vitamin B6), asam
pantotenat, biotin, folasin (asam folat dan turunan aktifnya), serta vitamin B12
(sianokobalamin.). Merupakan salah satu senyawa yang mengandung logam yaitu logam Co
(Kobalt).

KOMPLIKASI
KOMPLIKASI FRAKTUR:
1. Komplikasi awal
a. Kerusakan arteri. Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT (Capillary Refill Time) menurun, sianosis pada bagian distal, hematoma melebar, dan dingin
ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan darurat splinting, perubahan possi pada yang sakit,
tindakan reduksi, dan pembedaha.

b. Syndrome kompartmen. Syndrome kompartmen merupakan komplikasi srius yang terjadi


karena terjebaknya otot, tulng, saraf, dan pembuluh darahdalam jaringan parut. Hal ini
disebabkan oleh edema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah, atau
karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang teralu kuat.

c. Fat embolism syndrome. Adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur
tulang panjang. FES terjadi karena sel-el lemak yang dihasilkan bone marrow kunin masuk ke
dalam aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi rendah. Hal tersebut
ditandai dengan gangguan pernapasan, takikardi, hipertensi, takipnea dan demam.

d. Infeksi. System pertahanan tubuh akan rusak bila ada trauma pada jaringan . pada trauma
ortopedi, infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Hal ini biasanya terjadi
pada kasus fraktur terbuka, tetapi dapat juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan, seperti pin (ORIF&OREF) dan plat.
e. Nekrosis avaskuler. Nekrosis avaskuler tejadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu sehingga menyebabkan nekrosis tulang. Biasanya diawali dengan adanya iskemia
Volkman.

f. Syok. Syok biasanya terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatkan permeabilitas
kapiler sehingga menyebabkan oksigenasi menurun. Hal ini biasanya terjadi pada fraktur. Pada
kondisi fraktur tertentu, syok neurogenik sering terjadi pada fraktur femur karena rasa sakit
yang hebat pada klien.

2. Komplikasi lama

a. Delayed union. Delayed union meripakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang tulang untuk menyambung. Hal ini terjadi karena suplai darah ke tulang menurun.
Delayed union adalah fratur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan (tiga bulan
untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak bawah). Gambaran klinis delayed
union:
1) nyeri anggota gerak pada pergerakan dan waktu berjalan.
2) terdapat pembengkakan.
3) nyeri tekan
4) terdapat gerakan yang abnormal pada daerah fraktur.
5) pertambahan deformitas.
b. Non union. Non union adalah fraktur yang tidak sembuh antara 6-8 bulan dan tidak
didapatkan konsolidasi sehingga tredapat pseudoartrosis (sendi palsu). Pseudoartosis dapat
terjadi tanpa infeksi, tetapi dapat juga terjadi bersama-sama infeksi yang disebut infected
pseudotrosis.
c. Mal-union. Mal union adalah keadaan ketika fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi
terdapat deformitas ynag terbentuk angulasi varus/valgus, rotasi, pemendekan, atau union
secara menyilang misalnya pada fraktur tibia-fibula.

Etiologi mal union adalah fraktur tanpa pengobatan, pengobatan yang tidak adkuat, reduksi
dan imobilisasi yang tidak baik, pengambilan eputusan serta teknik yang salah pada awal
pengobatan, osifikasi premature pada lempeng epifisis karena adanya trauma.
KOMPLIKASI PSIKIS
a. Ansietas: klien tidak bisa beraktivitas seperti biasa. Klien harus isirahat selama bebrapa
bulan.sehingga hal ini menyebabkan klien merasa cemas, karena banyak hal-hal yang dipikirkan
klien.
b. Perubahan peran: selama proses pemulihan, peran klien dalam rumah tangga akan tergantika
dengan keluarga yang lain.
c. Gangguan body image: karena kaki klien mengalami fraktur, menyebabkan ada sesuatu yang
menggangu di tubuhnya, misalnya pemasangan traksi maupun pin yang menyebabkan
perubahan bentuk kaki awal. Adanya edema pada kaki juga turut memopengaruhi gangguan
citra diru klien.

TERAPI (TINDAKAN, OBAT-OBATAN, ALAT BANTU)


Prinsip terapi fraktur
Ada empat konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur
yaitu:

1. Rekognisi atau pengenalan (Price & Wilson, 1985);


Rekognisi yaitu pengenalan mengenai dignosis pada tempat kejadian kecelakaan dan
kemudian di rumah sakit. Riwayat kecelakaan, parah tidaknya, jenis kekuatan yang berperanan
dan deskripsi tentang kejadian tersebut oleh klien sendiri, menentukan kemungkinan tulang
yang patah, yang dialami dan kebutuhan pemeriksaan spesifik untuk fraktur.
2. Reduksi; pemilihan keselarasan anatomi bagi tulang fraktur (Sabiston, 1984)
- Reposisi.
- Fraktura tertutup pada tulang panjang seringkali ditangani dengan reduksi tertutup.
Untuk mengurangi rasa sakit selama tindakan ini klien dapat diberi narkotika intravena, obat
penenang (sedatif a0 atau anastesia blok saraf lokal). Pada waktu merencanakan perawatan
klien perlu dinilai; keadaan sosial, kemungkinan dukungan dari keluarga, kemungkinan
pengaruh cedera pada kehidupan klien pada beberapa bulan yang akan datang dan harapan
dari klien sendiri. Perlu diberikan penjelasan tentang adnya kemungkinan reduksi tidak berhasil,
akibat fraktur yang dapat terjadi, periode serta sifat ketidakmampuan klien. Contoh; klien yang
mengalami fraktur pada daerah siku jarang dapat mengekstensikan lengan sepenuhnya dan
“mengunci” sikunya. Jika reduksi ecara manual dan tertutup dengan analgetik lokal tidak
berhasil, maka upaya ini harus dihentikan, klien perlu dirawat di rumah sakit disiapkan untuk
anastesi umum dan direncanakan reduksi di kamar operasi.
- Traksi kontinu; dengan plester felt melekat di atas kulit atau dengan memasang pin
trafersa melalui tulang, distal terhadap fraktur.
- Reduksi terbuka bedah, biasanya disertai sejumlah bentuk fiksasi interna dengan plat
pin, batang atau sekrup.
3. Imobilisasi (Sabiston, 1995) atau retensi reduksi (Wilson & Price, 1985)
Bila reduksi telah tercapai, maka diperlukan imobilisasi tempat fraktur sampai timbul
penyembuhan yang mencukupi. Berbagai teknik digunakan untuk imobilisasi, yang tergantung
pada fraktur:
- Fraktur impaksi pada humerus proksimal sifatnya stabil serta hanya memerlukan
ambin atau balutan lunak
- Fraktur kompresi (impaksi) pada vertebra, tepat diterapi dengan korset atau brace
- Fraktur yang memerlukan reduksi bedah terbuka biasanya diimobilisasi dengan
perangkat keras interna, imobilisasi eksternal normalnya tidak diperlukan.
- Fraktur ekstremits dapat diimobilisasi dengan gibs, gibs fiberglas atau dengan brace
yang tersedia secara komersial
Semua pasien fraktur perlu diperiksa untuk menilaian neurology dan vascular. Adanya
nyeri, pucat, prestesia, dan hilangnya denyut nadi pada ekstremitas distal merupakan tanda
disfungsi neurovaskuler.
Bila traksi digunakan untuk reduksi, maka traksi juga bertindak sebagai imobilisasi
dengan ekstrimitas disokong di atas ranjang atau di atas bidai sampai reduksi tercapai.
Kemudian traksi dilanjutkan sampai ada penyembuhan yang mencukupi, sehingga pasien dapat
dipindahkan memakai gibs atau brace.
Sedapat mungkin pembidaian (splinting) harus dilakukan dalam posisi fungsional sendi
yang bersangkutan.
4. Pemulihan fungsi (restorasi) atau rehabilitasi (Price & Wilson 1985, Sabiston 1995)
Sesudah periode imobilisasi pada bagian manapun selalu akan terjadi kelemahan otot
dan kekakuan sendi. Hal ini dapat diatasi dengan aktivitas secara progresif, dan ini dimudahkan
dengan fisioterapi atau dengan melakukan kerja sesuai dengan fungsi sendi tersebut. Adanya
penyambungan yang awal dari fragmen-fragmen sudah cukup menjadi indikasi untuk melepas
bidai atau traksi, akan tetapi penyambungan yang sempurna (konsolidasi) seringkali
berlangsung dalam waktu yang lama. Bila konsolidasi sudah terjadi barulah klien diijinkan untuk
menahan beban atau menggunakan anggota badan tersebut secara bebas.
Secara ringkas tahap penyembuhan tulang adalah sebagai berikut:
1. Stadium pembentukan hematom;
- Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh darah yang robek.
- Hematom dibungkus jaringan lunak sekitar (peristeum & otot).
- Terjadi sekitar 1 – 2 x 24 jam.
2. Stadium proliferasi sel/implamasi;
- Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum, sekitar lokasi fraktur.
- Sel-sel ini menjadi precusor osteoblast.
- Sel-sel ini aktif tumbuh ke arah fragmen tulang.
- Prolifferasi juga terjadi di jaringan sumsum tulang.
- Terjadi setelah hari ke 2 kecelakaan terjadi.
3. Stadium pembentukan kallus;
- Osteoblast membentuk tulang lunak (kallus).
- Kallus memberikan rigiditas pada fraktur.
- Jika terlihat massa kallus pada X-ray berarti fraktur telah menyatu.
- Terjadi setelah 6 – 10 hari setelah kecelakaan terjadi.
4. Stadium konsolidasi
- Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi. Fraktur teraba telah menyatu.
- Secara bertahap menjadi tulang mature.
- Terjadi pada minggu ke 3 – 10 setelah kecelakaan.
5. Stadium remodeling;
- Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eks fraktur.
- Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklast.
- Pada anak-anak remodeling dapat sempurna, dewasa masih ada tanda penebalan tulang.
a. Gips
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi
dilakukan pemasangan gips adalah :

1. Immobilisasi dan penyangga fraktur


2. Istirahatkan dan stabilisasi
3. Koreksi deformitas
4. Mengurangi aktifitas
5. Membuat cetakan tubuh orthotik
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :

1. Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan


2. Gips patah tidak bisa digunakan
3. Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
4. Jangan merusak / menekan gips
5. Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
6. Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

b. Traksi (mengangkat / menarik)


Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas
pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan
sumbu panjang tulang yang patah.
Metode pemasangan traksi antara lain :
Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency
Traksi mekanik, ada 2 macam :
1. Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam
waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
2. Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan
untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan
metal.
Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :

1. Mengurangi nyeri akibat spasme otot


2. Memperbaiki & mencegah deformitas
3. Immobilisasi
4. Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
5. Mengencangkan pada perlekatannya

Prinsip pemasangan traksi :


Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik
Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat
dipertahankan
Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus
Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol
Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai
Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman
TERAPI OBAT
1.Analgesik Narkotik
Obat merupakan obat yang paling umum digunakan untuk mengatasi nyeri pada klien,
untuk nyeri sedang hingga nyeri yang sangat berat. Pengaruhnya sangat bervariasi tergantung
fisiologi klien itu sendiri. Klien yang sangat muda dan sangat tua adalah yang sensitive terhadap
pemberian analgesic ini dan hanya memerlukan dosisi yang sangat rendah untuk meringankan
nyeri (Long,1996).
Narkotik dapat menurunkan tekanan darah dan menimbilkan depresi pada fungsi –
fungsi vital lainya, termasuk depresi respiratori, bradikardi dan mengantuk. Sebagian dari reaksi
ini menguntungkan contoh : hemoragi, sedikit penurunan tekanan darah sangan dibutuhkan.
Namun pada pasien hipotensi akan menimbulkan syok akibat dosis yang berlebihan
2.Obat – obat nonsteroid
Obat – obat nonsteroid antiinflamasi bekerja terutama terhadap penghambatan sintesa
prostaglandin. Pada dosis rendah obat – obat ini bersifat analgesic. Pada dosis tinggi, obat obat
ini bersifat antiinflamatori sebagai tambahan dari khasiat analgesik.
Prinsip kerja obat ini adalah untuk mengendalikan nyeri sedang dari dismenorea,
arthritis dan gangguan musculoskeletal yang lain, nyeri postoperative dan migraine. NSAID
digunakan untuk menyembuhkan nyeri ringan sampai sedang.
Jadi sebelum perawat melakukan perawatan luka perawat sebaiknya memberikan
tindakan farmakologis dahulu tetapi tidak terlepas dari kolaborasi dengan dokter agar dosis
obat sesuai dengan standar yang akan diberikan dan juga tidak terjadi hal yang merugikan
untuk pasien sehingga pasien mendapatkan manfaat dari tindakan farmakologis dan nyeri tidak
terasa dan berkurang pada saat dilakukan perawatan luka.
9. MANAJEMEN NYERI
Manajemen Nyeri
Diketahui pasien nyeri dengan skala 4 dari rentang nyeri 0 – 5 dan dirasakan nyeri pada
saat dilakukan perawatan luka. Hal yang harus dilakukan pada kasus ini untuk mengatasi nyeri
adalah
- Tindakan non farmokologis
- Distraksi
Distraksi adalah mengalihkan perhatian terhadap nyeri.contohnya adalah Distraksi visual
(melihat TV atau pertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi sentuhan
(massase, memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur)
Pada kasus ini keluhan nyeri pasien terdapat pada tungkai kiri yang terpasang skin traksi ini
menandakan bahwa bagian ekstrimitas atas pasien tidak terjadi intoleransi aktivitas.
Jadi pada saat melakukan perawatan luka perawat harus melakukan distraksi pada pasien
seperti distraksi visual yaitu pasien melihat tv saat dilakukan perawatan,distraksi audio yaitu
mendengarkan music,distraksi sentuhan yaitu pasien memegang sebuah benda yang dianggap
pasien dapat menyenangkan hatinya.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto Rontgen
- Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung
- Mengetahui tempat dan type fraktur
- Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan
secara periodic
2. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan
lunak.
3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun (
perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)
Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma
5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera
hati (Doenges, 1999 : 76 ).

ASKEP

PENGKAJIAN
Biodata
Nama : Tn. A
Umur : 35 tahun
TTL :-
Jenis kelamin : pria
Alamat :-
Agama :-
Pekerjaan :-
Hobby :-
Keluhan utama: Nyeri pada kaki kiri
Riwayat kesehatan
· Riwayat penyakit sekarang :
P: Kecelakaan mobil
Q: Nyeri terasa seperti disayat-sayat benda tajam, nyeri bertambah apabila dilakukan perawatan
luka dan berkurang bila diistirahatkan.
R: tungkai kiri
S: skala 4 pada rentang 0-5
T: bertambah nyeri saat dilakukan perawatan luka.
· Riwayat penyakit genetik & kongenital: -
· Riwayat penyakit lain: -
· Riwayat pembedahan skeletal: -
· Pola hidup (Lifestyle): -
Pemeriksaan fisik:
nspeksi : ekstremitas bawah kanan lebih panjang daripada ekstremitas bawah kiri, tungkai kanan
terpasang fiksasi eksternal yang terbalut kassa pada tibia 1/3 proksimal.
Auskultasi :-
Palpasi : CRT 3 detik.
Perkusi :-
Pengkajian Psikososiospiritual:
Psikologis: -
Spiritual: -
Sosial-cultural : -
Data Objektif:
BB = 55 kg Hb = 11,7 gr/dL
RR = 18 x/mnt Ht = 36%
Nadi = 80 x/mnt Leukosit = 9.000/mm3
TD = 120/80 mmHg Trombosit = 450.000 mm3/gr dL
CRT = 3 detik (pada kuku kaki) Protein total = 6,8 gr/dL
Ekstremitas bawah kanan lebih panjang 2 cm daripada ekstremitas bawah kiri.
Tungkai kanan dipasang fiksasi eksternal yang dibalut kassa pada tibia 1/3 proximal.
Skala nyeri 4 pada rentang 0-5.
Data subjektif:
- Pasien mengeluh nyeri akibat kecelakaan mobil pada tungkai kiri yang dipasang skin traksi
- Nyeri dirasakan seperti disayat-sayat benda tajam
- Nyeri bertambah apabila dilakukan perawatan luka dan berkurang bila diistirahatkan
Terapi:
- Terapi metronidazol 2 x 100mg drip
- Vitamin B complex 3x1 tablet
- Vitamin C 3x1 tablet
- Kalsium 3x1 tablet
- Diet TKTP
- Infus NaCl 5 tetes/menit
Pemeeriksaan diagnostik yang mungkin dilakukan:
- Hematologi rutin
- Kimia darah
- Radiografi (X-ray, CTscan, Elektromiografi, USG, Bone scan, MRI) untuk mengetahui lokasi
dan luas cedera.
- Biopsi otot dan tulang
- Urin : mioglobulin, creatinin clearance
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DO: Trauma langsung pada Resiko tinggi infeksi
- Fiksasi ekstremitas bawah
eksternal (OREF) ↓
yang terbalut Fraktur
pada tibia 1/3 ↓
proximal Port de entri
DS: ↓
- Nyeri pada Resiko tinggi infeksi
tungkai yang
terpasang skin
traksi

DO: Trauma langsung pada Gangguan


- Skala nyeri 4 ekstremitas bawah kenyamanan (nyeri)
pada rentang 0-5 ↓
DS: Fraktur
- Klien mengeluh ↓
nyeri seperti Diskontinuitas jaringan
disayat-sayat tulang
benda tajam, ↓
bertambah bila Hambatan mobilitas fisik
dilakukan ↓
perawatan luka Nyeri
dan berkurang
jika diistirahatkan

DO: Trauma langsung pada Ansietas


- Pemasangan ekstremitas bawah
fiksasi eksternal ↓
(OREF), gips, dan Fraktur
traksi ↓
DS: Pemasangan traksi, gips,
- OREF

Keterbatasan pergerakan
fisik, tirah baring lama

Perubahan peran keluarga
dalam biaya operasi dan
perubahan gaya hidup

Ansietas
DO: Trauma langsung pada Gangguan mobilitas
- Tungkai kanan ekstremitas bawah fisik
terpasang fiksasi ↓
eksternal (OREF) Fraktur
DS: ↓
- Tungkai kiri Diskontinuitas jaringan
terpasang skin tulang
traksi ↓
Gangguan mobilitas fisik
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA KASUS

1. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur cruris.


2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan diskontinuitas jaringan tulang.
3. Ansietas berhubungan dengan keterbatasan pergerakan fisik, tirah baring lama.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan port de entri.

ASKEP PADA FRAKTUR


DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Nyeri yang Nyeri dapat 1. Kaji jenis1.Nyeri dan nyeri tekan
berhubungan berkurang atau dan lokasi
kemungkinan akan
dengan hilang dengan nyeri serta
dirasakan pada fraktur
diskontinuitas criteria hasil : ketidaknyama dan kerusakan jaringan
jaringan yang· Nyeri nan pasien. lunak;spasme otot
ditandai oleh berkurang atau terjadi sebagai respons
skala nyeri 4 hilang terhadap cedera dan
· Klien tampak imobilisasi.
tenang 2. Pengkajian nyeri
merupakan dasar bagi
2. Kaji perencanaan
ketidaknyama intervensi
nan pasien. keperawatan
3.

3. Gunakana. Mencegah cedera


upaya selanjutnya;meminima
mengontrol lkna gerakan fragmen
nyeri: fraktur.
a. Membidaib. Mengurangi spasme
dan otot.
menyangga c. Mengontrol edema
daerah dengan memperbaiki
cedera. drainase.
b. Melakukand. Es akan mengurangi
perubahan nyeri dan mengontrol
posisi dengan perdarahan dan
perlahan. edema.
c. e. Edema dan
Meninggikan perdarahan ke dalam
ekstremitas jaringan yang
yang cedera mengalami trauma
setinggi akan menyebabkan
jantung. ketidaknyamanan;nyer
d. i yang tidak
Memberikan tertahankan
kompres es menunjukkan sindrom
bila perlu. kompartemen.
e. Memantau 4. Jaringan yang rusak
pembengkaka menyebabkan
n dan status nyeri;imobilisasi
neuromuskul mengurangi
er. ketidaknyamanan
akibat gerakan frgmen
tulang;dengan
pemahaman
penyebab nyeri dapat
mengurangi persepsi
pasien terhadap nyeri.
5. Tekanan pada
4. Berikan tonjolan tubuh dan
penjelasanup disuse menyumbang
aya terjadinya
keperawatan ketidaknyamanan.
untuk
mengontrol
nyeri, 6. Pembengkakan dapat
pembengkaka terjadi pada jaringan
n, dan cedera bila posisinya
kerusakan tergantung;
jarinagan pembengkakan
tambahan. menyebabkan
ketidaknyamanan.

5. Dorong
latihan
rentang gerak
aktif dan pasif
pada sendi
yang tidak di
imobilisasi;
dorong untuk
melakukan
perubahan
posisi sebatas
yang bias
dilakukan
dengan alat
imobilisasi.
6. Minimalkan
waktu
ekstremitas
yang cedera
dalam posisi
menggantung
.

Intoleransi Klien mampu Mandiri : Mandiri :


aktivitas yang melaksanakan 1. kaji
1. Mengetahui tingkat
berhubungan aktivitas fisik mobilitas kemampuan klien
dengan sesuai dengan yang ada dan dalam melakukan
diskontinuitas kemampuannya observasi aktivitas.
jaringan dengan criteria adanya 2. Imobilisasi yang
tulang, nyeri hasil : peningkatan adekuat dapat
sekunder · klien dapat kerusakan. mengurangi
akibat ikut serta Kaji secara pergerakan fragmen
pergerakan dalam program teratur fungsi tulang yang menjadi
fragmen latihan motorik. unsur utama penyebab
tulang. · tidak
2. Atur posisi nyeri pada tungkai kiri.
mengalami imobilisasi 3. Gerakan aktif
kontraktur pada tungkai memberikan masssa,
sendi kiri. tonus, dan kekuatan
· klien otot serta
menunjukkan memperbaiki fungsi
tindakan untuk jantung dan
meningkatkan pernafasan.
mobilitas 4. Untuk
mempertahankan
3. Ajarkan fleksibilitas sendi
klien sesuai kemampuan.
melakukan
gerakan aktif Kolaborasi :
pada Kemampuan
ekstremitas imobilisasi ekstremitas
yang tidah dapat ditingkatkan
sakit. dengan latihan fisik
dari tim fisioterapi.

4. Bantu klien
melakukan
latihan ROM
dan
perawatan
diri sesuai
toleransi.

Kolaborasi :
Kolaborasi
dengan ahli
fisioterapi
untuk melatih
fisik klien.
Anxietas yang Anxietas hilang1. Kaji tanda 1. reaksi verbal/
berhubungan atau kurang verbal dan nonverbal dapat
dengan nonverbal menunjukkan rasa
perubahan ansietas, agitasi, marah, dan
fungsi peran damping gelisah.
dalam klien, dan
2. kronfrontasi dapat
keluarga, lakukan meningkatkan rasa
krisis tindakan bila marah, menurunkan
situasional klien kerjasama dan
menunjukkan mungkin
perilaku memperlambat
merusak. penyembuhan.
2. Hindari
3. Mengurangi
konfrontasi rangsangan eksternal
yang tidak perlu.

4. Control sensasi klien


(dalam mengurangi
ketakutan) dengan
3. Mulai cara memberikan
lakukan informasi tentang
tindakan keadaan klien,
untuk menekankan
mengurangi penghargaan terhadap
ansietas. Beri sumber-sumber koping
lingkungan (pertahanan diri) yang
yang tenang positif, membantu
dan suasana relaksasi dan teknik-
penuh teknik pengalihan,
istirahat. serta memberikan
4. Tingkatkan umpan balik yang
control efektif.
sensasi klien.5. Dapat menghilangkan
ketegangan terhadap
kekhawatiran yang
tidak di ekspresikan.
6. Memberikan waktu
untuk
mengekspresikan
perasaan serta
mengghilangkan
anxietas dan perilaku
adaptasi. Adanya
keluarga dan teman-
teman yang dipilih
5. Beri klien untuk melakukan
kesempatan aktivitas dan
klien untuk pengalihan perhatian
mengungkapk (membaca) akan
an mengurangi perasaan
ansietasnya. terisolasi.

6. Berikan
privasi
kepada klien
dan orang
terdekat.
Resiko tinggi Dalam 3x24 jam Mandiri : Mandiri :
infeksi yang setelah patah 1. Lakukan
1. Teknik perawatan
berhubungan tulang, infeksi perawatan luka secara steril dapat
adanya tidak terjadi. luka secara mengurangi
pemasangan steril. kontaminasi kuman.
OREF. Fiksasi ekternal
mempunyai resiko
tinggi infeksi tulang
karena adanya
hubungan langsung
dari tulang luar. Peran
perawat dalam
melakukan perawatan
luka secara steril
sangat penting dengan
mengompreskan
larutan antiseptic di
sekitar fiksasi
eksternal.
2. Mengurangi resiko
2. Pantau atau kontak infeksi dari
batasi orang lain.
pengunjung. 3. Menunjukkan
kemampuan secara
3. Bantu umum dan kekuatan
perawatan otot serta merangsang
diri dan pengembalian system
keterebatasa imun.
n aktivitas
4. Pengetahuan yang
sesuai diberikan dapat
toleransi. mengurangi resiko
Bantu trauma akibat
program pemasangan fiksasi
latihan. eksternal.
Kolaborasi :
Satu atau beberapa
4. Ajarkan agens diberikan yang
klien dan bergantung pada sifat
keluarga pathogen dan infeksi
mengenai yang terjadi.
perawatan
fiksasi
eksternal
apabila
pulang ke
rumah.

Kolaborasi :
Berikan
antibiotic
sesuai
indikasi.
Intervensi Keperawatan Khusus untuk Pasien dengan Gips, Traksi, Reduksi Terbuka dengan
Fiksasi Internal (orif) dan Fiksator Eksternal.

1. Defisit perawatan diri b.d keterbatasan fisik sekunder terhadap gips (diterapkan pada pasien
dengan gips, orif, dan fiksator eksternal).
Tujuan: dalam 48 jam pemasangan gips, pasien mendemonstrasikan kemandirian dalam ADL
intervensi
· berikan latihan terstruktur yang akan meningkatkan kekuatan dan ketahanan. Arahkan
latihan pengembangan kelompok otot yang diperlukan untuk kekurangan aktivitas pasien
· gunakan alat bantu secara bebas (misalkan stik pengambil barang atau dudukan toilet yang
ditinggikan)
· atasi nyeri untuk memulai kembali perawatan diri dan memastikan pasien dalam keadaan
nyaman
· ajarkan orang terdekat cara membantu pasien untuk melakukan perawatan diri
· jika tepat, gunakan pakaian adaptif (mis. Pengencang velcro) yang didesain untuk
mengakomodasi gips.
2. Risiko terhadap kerusakan integritas kulit b.d iritasi dan tekanan sekunder terhadap adanya
gips/orif/alat gerak pasif
tujuan: pasien tidak mengalami ketidaknyamanan dibawah gips, dan kulit utuh bila gips dilepas
intervensi
· ketika memasang gips, pastikan bahwa bantalan yang adekuat diberikan pada ekstremitas
yang sakit sebelum dipasang gips
· sementara gips mengeras (kering), pegang hanya dengan telapak tangan untuk menghindari
titik tekan oleh lekukan jari. Pastikan permukaan terpajan untuk memudahkan pengeringan
· tutupi tepi plaster gips dengan plaster untuk mencegah serpihan gips jatuh ke dalam gips dan
menyebabkan nekrosis tekanan
· instruksikan pasien tidak memasukan apapun diantara gips dan kulit. Jika pasien mengalami
gatal-gatal berat anjurkan untuk memberitahu dokter yang akan memberi resep obat
penghilang gatal
· beritahu pasien indikator nekrosis tekanan dalam gips: nyeri, sensasi terbakar, bau tidak
sedap dari gips terbuka, drainase dari gips.
3. Kurang pengetahuan: fungsi fiksasi eksternal, perawatan pen, dan tanda gejala infeksi sisi
pen.
Tujuan: pasien mengungkapkan pengetahuan tentang indikator infeksi pada sisi pen.
Intervensi
· jelaskan alasan penggunaan fiksator dengan tipe fraktur atau cedera pasien, tekankan
keuntungan pada pasien
· diskusikan cara-cara pasien dapat menyesuaikan gaya hidupnya untuk menggunakan fiksator
(mis. Dengan memakai pakaian adaptif yang tepat dengan alat)
· ajarkan pasien dengan orang terdekat mengenai perawatan pasien dengan hidrogen
peroksida atau larutan pHisHex, alkohol. Pen fiksator eksternal harus dibersihkan denagn
alkohol setiap hari dan hindari larutan iodin untuk mencegah korosi
· instruksikan pasien dan orang terdekat untuk tidak menggunakan fiksator eksternal sebagai
penyokong ekstremitas. Ajarkan mereka untuk menyokong ekstremitas dengan bantal, dua
tangan, ambin, dan alat lain jika perlu untuk mencegah tekanan berlebihan pada pen rangka
· ajarkan pasien bagaimana memantau sisi pen terhadap indikator infeksi (kemerahan
menetap, bengkak, drainase, peningkatan nyeri, suhu >38,3 derajat, dan hangat lokal), dan
mewaspadai migrasi pen atau ''tenting'' kuliat pada pen, yang dapat menandakan gerakan pen
atau infeksi. Instruksikan pasien untuk melapor jika ada temuan yang bermakna
· ajarkan pada pasien tentang perlunya perawatan lanjutan untuk menjamin alat berfungsi
dengan tepat dan mempertahankan imobilisasi yang adekuat terhadap fraktur.
4. kurang pengetahuan: potensial terhadap fraktur ulang karena kerentanan yang disebabkan
adanya fiksator internal (diterapkan pada pasien dengan orif)
tujuan: minimum 24 jam sebelum pemulangan, pasien mengungkapkan pengetahuan tentang
potensial fraktur ulang dan memenuhi regimen yang telah ditentukan untuk pencegahan.
Intervensi
· beritahu pasien bahwa meskipun alat fiksasi internal menambah kekuatan tulang pada sisi
fraktur pada tahap dini pemulihan, implan akan memperlemah kekuatan tulang selanjutnya.
Alat fiksasi internal yang lebih besar mengubah vektor tekanan yang ditempatkan pada tulang,
yang mengubah keseimbangan fisiologis normal di antara osteoblas dan osteoklas, yang
mengakibatkan sebuah tulang yang lama dipasang implan menjadi lemah
· pastikan pasien mengungkapkan pemahaman tentang proses ini dan memenuhi regimen
penggunaan ekstremitas dan ambulasi
· pastikan pasien mengetahui bahwa kawat atau batang intramedular dan plat besar mungkin
akan dilepaskan setahun.

Penyuluhan Pasien-Keluarga dan Perencanaan Pemulangan


Berikan informasi verbal dan tertulis kepada pasien dan orang terdekat mengenai hal berikut:
1. Obat-obatan, meliputi nama obat, tujuan, jadwal, tindakan pencegahan, interaksi obat/obat,
makanan/obat, dan potensial efek samping
2. Pentingnya istirahat, elevasi, dan penggunaan termoterapi
3. Alasan untuk terapi setelah pemulangan, dan penjelasan bagaimana terapi akan diselesaikan
4. Tindakan pencegahan terapi:
· gips: perawatan gips; memeriksa status neurovaskuler dari ekstremitas distal, mewaspadai
tanda nekrosis tekanan dibawah gips; melakukan latihan yang diprogramkan; mencegah
maserasi kulit.
· alat fiksasi internal: perawatan luka; memperhatikan tanda infeksi luka; mencegah fraktur
ulang pada ekstremitas; melakukan latihan yang diprogramkan; dan memantau infeksi lambat
· fiksator eksternal: perawatan pen; mengetahui kapan menginformasikan tentang masalah
fiksator; melakukan latihan yang diprogramkan; memeriksa status neurovaskuler ekstremitas;
dan memantau sisi pen terhadap tanda infeksi
5. Cara-cara mengontrol ketidaknyamanan (lihat nyeri)
6. Penggunaan alat bantu dan alat bantu ambulasi. Pastikan pasien mengulang demonstrasi
mandiri sebelum pengulangan
7. Bahan- bahan yang diperlukan untuk perawatan di rumah dan agen yang menyuplainya
8. Jika pasien akan memerlukan bantuan di rumah, perawat rumah sakit dan agen perawatan
komunitas harus berkolaburasi untuk memastikan kontinuitas perawatan. Agen yang tepat
harus melihat pasien sebelum pemulangan.

DAFTAR PUSTAKA

Mutaqin, arif.2008.buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan system


musluloskeletal. Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth,
Edisi 8. EGC : Jakarta.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-fraktur/
http://911medical.blogspot.com/2007/06/fraktur-patella.html
http://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/11/askep-fraktur.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bedah_ortopedi

You might also like