Professional Documents
Culture Documents
KASUS 1 (FRAKTUR)
Tuan A berumur 35 tahun, dirawat diruang bedah orthopedic dengan keluhan nyeri pada kaki
kiri karena kecalakaan mobil. Saat pengkajian ,tuan A mengeluh nyeri pada tungkai kiri yang
terpasang skin traksi. Ekstremitas bawah kanan lebih panjang 2 cm dari ekstremitas bawah kiri.
Tungkai kaan terpasang fiksasi internal yang terbalut kasa pada tibia 1/3 proksimal (OREF).
Nyeri dirasakan seperti disayat-sayat bneda tajam. Nyeri bertambah bila sedang dilakukan
perawatan luka, skala nyeri 4 pada rentang 0-5. Nyeri berkurang bila sedang diistirahatkan.
Berdasarkan pengkajian fisik: RR 18 kali/menit, nadi 80 kali/menit, tekanan darah 120/80
mmHg, CRT 3 detik pada kuku kaki. Data lab: HB 11.7 g/dl, hematokrit 36%, leukosit 9000/mm3,
trombosit 450000 mm3/gr dl. Protein total 6,8 g/dl. Pasien mendapatkan terapi metronidazol 2
x 500 mg drip, vitamin B kompleks 3x1 tablet, vitamin C 3x1 tablet, infuse NaCl 5 tetes/menit,
Calc 3x1 tablet, diet TKTP.
FASE PENYEMBUHAN
Fase Penyembuhan Fraktur
Penyembuhan fraktur ada 5 Stadium :
1. Pembentukan Hematom : kerusakan jaringan lunak dan penimbunan darah
2. Organisasi Hematom / Inflamasi
Dalam beberapa jam post fraktur terbentuk fibroblast ke hematom dalam beberapa
hari terbentuk kapiler kemudian terjadi jaringan granulasi
3. Pembentukan kallus
Fibroblast pada jaringan granulasi menjadi kolagenoblast kondroblast kemudian
dengan partisipasi osteoblast sehat terbentuk kallus (Woven bone)
4. Konsolidasi : woven bone berubah menjadi lamellar bone
5. Remodelling : Kalus berlebihan menjadi tulang normal
Prinsip terjadinya UNION :
a. Dewasa : Kortikal 3 bulan, Kanselus 6 minggu
b. Anak-anak : separuh dari orang dewasa
Fase Inflamasi :
Fase ini berlangsung mulai terjadinya fraktur hingga kurang lebih satu sampai dua
minggu. Peningkatan aliran darah menimbulkan hematom diikuti invasi sel-sel peradangan
yaitu neutrofil, makrofag, sel fagosit, osteoklas, yang berfungsi untuk membersihkan jaringan
nekrotik, yang akan mempersiapkan fase reparatif. Jika dirontgen, garis fraktur lebih terlihat
karena telah disingkirkannya material nekrotik.
Fase Reparatif :
Dapat berlangsung beberapa bulan. Ditandai dengan diferensiasi dari sel mesenkim
pluripotensial. Hematom fraktur diisi oleh kondroblas dan fibroblas yang akan menjadi tempat
matrik kalus. Pada awalnya terbentuk kalus lunak, terdiri dari jaringan fibrosa dan kartilago
dengan sejumlah kecil jaringan tulang. Osteoblas mengakibatkan mineralisasi kalus lunak
menjadi kalus keras serta menambah stabilitas fraktur. Jika dirontgen maka garis fraktur mulai
tidak tampak.
Fase Remodeling :
Fase ini bisa membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga tahunan untuk merampungkan
penyembuhan tulang, yang meliputi aktifitas osteoblas dan osteoklas yang menghasilkan
perubahan jaringan immatur agar menjadi matur, terbentuknya tulang lamelar
1. Factor Usia:
Proses menua merupakan suatu proses normal yang ditandai dengan perubahan secara
progresif dalam proses biokimia, sehingga terjadi kelainan atau perubahan struktur dan fungsi
jaringan, sel dan non sel.
Banyak perubahan fisiologi yang mempengaruhi status gizi terjadi pada proses penuaan
diantaranya adalah penurunan kecepatan basal metabolik ( BMR ) sekitar 2 % / dekade setelah
usia 30 tahun. Penurunan sekresi asam klorida, pepsin dan asam empedu yang berpotensi
untuk mengganggu penyerapan kalsium, zat besi, seng, protein, lemak dan vitamin yang larut
dalam lemak.
Dengan menurunnya fungsi biologis sel dan organ, maka daya adaptasi fungsi-fungsi
tersebut untuk mengatasi gangguan fisik dan mental juga menurun. Dengan pertambahan usia
yang ditandai gejala berkurangnya kemampuan fisik dan mental seseorang, maka beberapa
keadaan patologis dapat timbul akibat proses penuaan. Berbagai komplikasi serius dapat timbul
akibat adanya perubahan pada beberapa sistem organ dan fungsi metabolik yang disebabkan
oleh imobilisasi. Dekubitus, osteoporosis, konstipasi, kelemahan dan perubahan psikologik
merupakan beberapa komplikasi akibat imobilisasi.
Imobilisasi juga akan mengakibatkan keseimbangan kalsium negatif yang merupakan
manifestasi peningkatan eksresi kalsium dalam feses dan urin. Perubahan ini berkaitan dengan
peningkatan reabsorbsi tulang sekunder akibat posisi berbaring dan kurang penyerapan di usus.
Kadar serum 1,25 dihydroxyvitamin D juga berkurang. Selama imobilisasi hormon paratyroid
akan meningkat bersamaan dengan kadar alkalin fosfatase selama remobilisasi seiring dengan
adanya peningkatan reabsorbsi kalsium.
2. Faktor Nutrisi dan Metabolisme:
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti
kalsium, zat besi, protein, vit. C, vit B kompleks dan lainnya untuk membantu proses
penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan
penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak
adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan
faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga
menghambat degenerasi dan mobilitas klien:
· Kalsium
Kalsium merupakan mineral utama yang mempunyai fungsi tertentu dalam tubuh bagi
kesehatan. Anda bisa mendapatkan kandungan kalsium yang tinggi, misalnya dengan
mengkonsumsi susu.
Fungsi kalsium antara lain, mengurangi resiko osteoporosis, terlebih saat wanita
memasuki periode menopause. Maka secara otomatis tubuh akan kehilangan hormon estrogen.
Menghilangnya hormon estrogen berdampak terjadinya penurunan kadar kalsium darah,
sehingga kondisi tersebut akan menyebabkan osteoporosis.
· zat besi
Zat besi (Fe) merupakan jenis mineral mikro esensial yang mempunyai fungsi penting di
dalam tubuh. Dibutuhkan dengan jumlah konsumsi sekitar 1.5-2.2 mg per- harinya, zat besi
mempunyai fungsi penting di dalam tubuh antara lain sebagai media transportasi bagi oksigen
dari paru-paru ke berbagai jaringan tubuh serta juga akan berfungsi sebagai katalis dalam
proses penpindahan energi di dalam sel. Sebagai jenis mineral mikro esensial, kekurangan zat
besi di dalam tubuh dapat mengakibatkan beberapa dampak negatif antara lain berkurangnya
kekebalan tubuh, menurunnya daya konsentrasi, menurunnya daya ingat, menurunnya
performa belajar, mudah marah, berkurangnya nafsu makan, dan menurunnya kebugaran
tubuh.
Di dalam tubuh, fungsi utama zat besi adalah dalam produksi komponen pembawa
oksigen yaitu hemoglobin dan mioglobin. Hemoglobin terdapat di dalam sel darah merah dan
merupakan protein yang berfungsi untuk untuk mengangkut oksigen ke berbagai jaringan-
jaringan tubuh sedangkan mioglobin terdapat di dalam sel otot dan berfungsi untuk
menyimpan dan mendistribusikan oksigen ke dalam sel-sel otot. Selain berfungsi untuk
memproduksi hemoglobin dan mioglobin, zat besi juga dapat tersimpan di dalam protein
feritin, hemosidirin di dalam hati, serta di dalam sumsum tulang belakang. Sebagai indikator
level jumlah zat besi di dalam tubuh, feritin yang bersirkulasi di dalam darah dapat digunakan
untuk menilai status zat besi di dalam tubuh.
· Protein
Sebagai yang terentang di dalam membrane membentuk jalur atau saluran berisi air yang
menembus lipid lapisan ganda sehingga memungkinkan zat-zat larut air yang cukup kecil
memasuki saluran, misalnya ion. Setiap saluran dapat terbuka atau tertutup terhadap ion
spesifiknya akibat perubahan bentuk saluran sebagai respon terhadap mekanisme pengontrol.
· Vitamin C
Vitamin C ialah antioksidan yang diperlukan oleh sekurang-kurangnya 300 fungsi
metabolik dalam badan, termasuklah pertumbuhan dan penggantian tisu, fungsi kilang
adrenal, dan untuk gusi yang sihat. Ia menolong dalam pengeluaran hormon anti-stress dan
interferon, sejenis protin sistem imuniti yang penting , dan diperlukan juga untuk metabolisma
folik asid , tairosin, dan phenylalanine. Kajian menunjukkan bahawa dengan mengambil vitamin
C boleh mengurangkan gejala penyakit asma. Ia mencegah daripada kesan merbahaya
pencemaran , menolong mencegah kanser, memelihara daripada jangkitan, dan meningkatkan
imuniti.
Vitamin C meningkatkan penyerapan zat besi. Ia boleh bercantum dengan bahan toksik
seperti sesetengah logam berat, dan menjadikan mereka tidak merbahaya, oleh yang demekian
bahan tersebut boleh dinyahkan daripada badan. Sedangkan racun labah hitam yang bisa boleh
ditawarkan dengan memberi vitamin C dalam dos yang tinggi.
Vitamin ini juga boleh mengurangkan paras "low-density lipoproteins" (LDL) atau kolestrol
yang tidak baik , dan pada masa yang sama meningkatkan " high-density lipoproteins " (HDL)
atau kolestrol yang baik , juga menurunkan tekanan darah tinggi dan membantu mencegah "
atherosclerosis" . Ia juga sebagai keperluan dalam pembentukan collagen, vitamin C mencegah
daripada pembekuan darah yang tidak normal dan lebam , boleh mengurangkan risiko katarak
(cataracts), dan mencepatkan penyembuhan luka dan terbakar. itamin C.
· Vitamin B kompleks
Kelompok vitamin yang disebut vitamin B kompleks yang meliput tiamin (vitamin B1),
riboflavin (vitamin B2), niasin (asam nikotinat, niasinamida), piridoksin (vitamin B6), asam
pantotenat, biotin, folasin (asam folat dan turunan aktifnya), serta vitamin B12
(sianokobalamin.). Merupakan salah satu senyawa yang mengandung logam yaitu logam Co
(Kobalt).
KOMPLIKASI
KOMPLIKASI FRAKTUR:
1. Komplikasi awal
a. Kerusakan arteri. Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT (Capillary Refill Time) menurun, sianosis pada bagian distal, hematoma melebar, dan dingin
ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan darurat splinting, perubahan possi pada yang sakit,
tindakan reduksi, dan pembedaha.
c. Fat embolism syndrome. Adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur
tulang panjang. FES terjadi karena sel-el lemak yang dihasilkan bone marrow kunin masuk ke
dalam aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi rendah. Hal tersebut
ditandai dengan gangguan pernapasan, takikardi, hipertensi, takipnea dan demam.
d. Infeksi. System pertahanan tubuh akan rusak bila ada trauma pada jaringan . pada trauma
ortopedi, infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Hal ini biasanya terjadi
pada kasus fraktur terbuka, tetapi dapat juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan, seperti pin (ORIF&OREF) dan plat.
e. Nekrosis avaskuler. Nekrosis avaskuler tejadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu sehingga menyebabkan nekrosis tulang. Biasanya diawali dengan adanya iskemia
Volkman.
f. Syok. Syok biasanya terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatkan permeabilitas
kapiler sehingga menyebabkan oksigenasi menurun. Hal ini biasanya terjadi pada fraktur. Pada
kondisi fraktur tertentu, syok neurogenik sering terjadi pada fraktur femur karena rasa sakit
yang hebat pada klien.
2. Komplikasi lama
a. Delayed union. Delayed union meripakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang tulang untuk menyambung. Hal ini terjadi karena suplai darah ke tulang menurun.
Delayed union adalah fratur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan (tiga bulan
untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak bawah). Gambaran klinis delayed
union:
1) nyeri anggota gerak pada pergerakan dan waktu berjalan.
2) terdapat pembengkakan.
3) nyeri tekan
4) terdapat gerakan yang abnormal pada daerah fraktur.
5) pertambahan deformitas.
b. Non union. Non union adalah fraktur yang tidak sembuh antara 6-8 bulan dan tidak
didapatkan konsolidasi sehingga tredapat pseudoartrosis (sendi palsu). Pseudoartosis dapat
terjadi tanpa infeksi, tetapi dapat juga terjadi bersama-sama infeksi yang disebut infected
pseudotrosis.
c. Mal-union. Mal union adalah keadaan ketika fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi
terdapat deformitas ynag terbentuk angulasi varus/valgus, rotasi, pemendekan, atau union
secara menyilang misalnya pada fraktur tibia-fibula.
Etiologi mal union adalah fraktur tanpa pengobatan, pengobatan yang tidak adkuat, reduksi
dan imobilisasi yang tidak baik, pengambilan eputusan serta teknik yang salah pada awal
pengobatan, osifikasi premature pada lempeng epifisis karena adanya trauma.
KOMPLIKASI PSIKIS
a. Ansietas: klien tidak bisa beraktivitas seperti biasa. Klien harus isirahat selama bebrapa
bulan.sehingga hal ini menyebabkan klien merasa cemas, karena banyak hal-hal yang dipikirkan
klien.
b. Perubahan peran: selama proses pemulihan, peran klien dalam rumah tangga akan tergantika
dengan keluarga yang lain.
c. Gangguan body image: karena kaki klien mengalami fraktur, menyebabkan ada sesuatu yang
menggangu di tubuhnya, misalnya pemasangan traksi maupun pin yang menyebabkan
perubahan bentuk kaki awal. Adanya edema pada kaki juga turut memopengaruhi gangguan
citra diru klien.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto Rontgen
- Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung
- Mengetahui tempat dan type fraktur
- Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan
secara periodic
2. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan
lunak.
3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun (
perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)
Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma
5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera
hati (Doenges, 1999 : 76 ).
ASKEP
PENGKAJIAN
Biodata
Nama : Tn. A
Umur : 35 tahun
TTL :-
Jenis kelamin : pria
Alamat :-
Agama :-
Pekerjaan :-
Hobby :-
Keluhan utama: Nyeri pada kaki kiri
Riwayat kesehatan
· Riwayat penyakit sekarang :
P: Kecelakaan mobil
Q: Nyeri terasa seperti disayat-sayat benda tajam, nyeri bertambah apabila dilakukan perawatan
luka dan berkurang bila diistirahatkan.
R: tungkai kiri
S: skala 4 pada rentang 0-5
T: bertambah nyeri saat dilakukan perawatan luka.
· Riwayat penyakit genetik & kongenital: -
· Riwayat penyakit lain: -
· Riwayat pembedahan skeletal: -
· Pola hidup (Lifestyle): -
Pemeriksaan fisik:
nspeksi : ekstremitas bawah kanan lebih panjang daripada ekstremitas bawah kiri, tungkai kanan
terpasang fiksasi eksternal yang terbalut kassa pada tibia 1/3 proksimal.
Auskultasi :-
Palpasi : CRT 3 detik.
Perkusi :-
Pengkajian Psikososiospiritual:
Psikologis: -
Spiritual: -
Sosial-cultural : -
Data Objektif:
BB = 55 kg Hb = 11,7 gr/dL
RR = 18 x/mnt Ht = 36%
Nadi = 80 x/mnt Leukosit = 9.000/mm3
TD = 120/80 mmHg Trombosit = 450.000 mm3/gr dL
CRT = 3 detik (pada kuku kaki) Protein total = 6,8 gr/dL
Ekstremitas bawah kanan lebih panjang 2 cm daripada ekstremitas bawah kiri.
Tungkai kanan dipasang fiksasi eksternal yang dibalut kassa pada tibia 1/3 proximal.
Skala nyeri 4 pada rentang 0-5.
Data subjektif:
- Pasien mengeluh nyeri akibat kecelakaan mobil pada tungkai kiri yang dipasang skin traksi
- Nyeri dirasakan seperti disayat-sayat benda tajam
- Nyeri bertambah apabila dilakukan perawatan luka dan berkurang bila diistirahatkan
Terapi:
- Terapi metronidazol 2 x 100mg drip
- Vitamin B complex 3x1 tablet
- Vitamin C 3x1 tablet
- Kalsium 3x1 tablet
- Diet TKTP
- Infus NaCl 5 tetes/menit
Pemeeriksaan diagnostik yang mungkin dilakukan:
- Hematologi rutin
- Kimia darah
- Radiografi (X-ray, CTscan, Elektromiografi, USG, Bone scan, MRI) untuk mengetahui lokasi
dan luas cedera.
- Biopsi otot dan tulang
- Urin : mioglobulin, creatinin clearance
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DO: Trauma langsung pada Resiko tinggi infeksi
- Fiksasi ekstremitas bawah
eksternal (OREF) ↓
yang terbalut Fraktur
pada tibia 1/3 ↓
proximal Port de entri
DS: ↓
- Nyeri pada Resiko tinggi infeksi
tungkai yang
terpasang skin
traksi
5. Dorong
latihan
rentang gerak
aktif dan pasif
pada sendi
yang tidak di
imobilisasi;
dorong untuk
melakukan
perubahan
posisi sebatas
yang bias
dilakukan
dengan alat
imobilisasi.
6. Minimalkan
waktu
ekstremitas
yang cedera
dalam posisi
menggantung
.
4. Bantu klien
melakukan
latihan ROM
dan
perawatan
diri sesuai
toleransi.
Kolaborasi :
Kolaborasi
dengan ahli
fisioterapi
untuk melatih
fisik klien.
Anxietas yang Anxietas hilang1. Kaji tanda 1. reaksi verbal/
berhubungan atau kurang verbal dan nonverbal dapat
dengan nonverbal menunjukkan rasa
perubahan ansietas, agitasi, marah, dan
fungsi peran damping gelisah.
dalam klien, dan
2. kronfrontasi dapat
keluarga, lakukan meningkatkan rasa
krisis tindakan bila marah, menurunkan
situasional klien kerjasama dan
menunjukkan mungkin
perilaku memperlambat
merusak. penyembuhan.
2. Hindari
3. Mengurangi
konfrontasi rangsangan eksternal
yang tidak perlu.
6. Berikan
privasi
kepada klien
dan orang
terdekat.
Resiko tinggi Dalam 3x24 jam Mandiri : Mandiri :
infeksi yang setelah patah 1. Lakukan
1. Teknik perawatan
berhubungan tulang, infeksi perawatan luka secara steril dapat
adanya tidak terjadi. luka secara mengurangi
pemasangan steril. kontaminasi kuman.
OREF. Fiksasi ekternal
mempunyai resiko
tinggi infeksi tulang
karena adanya
hubungan langsung
dari tulang luar. Peran
perawat dalam
melakukan perawatan
luka secara steril
sangat penting dengan
mengompreskan
larutan antiseptic di
sekitar fiksasi
eksternal.
2. Mengurangi resiko
2. Pantau atau kontak infeksi dari
batasi orang lain.
pengunjung. 3. Menunjukkan
kemampuan secara
3. Bantu umum dan kekuatan
perawatan otot serta merangsang
diri dan pengembalian system
keterebatasa imun.
n aktivitas
4. Pengetahuan yang
sesuai diberikan dapat
toleransi. mengurangi resiko
Bantu trauma akibat
program pemasangan fiksasi
latihan. eksternal.
Kolaborasi :
Satu atau beberapa
4. Ajarkan agens diberikan yang
klien dan bergantung pada sifat
keluarga pathogen dan infeksi
mengenai yang terjadi.
perawatan
fiksasi
eksternal
apabila
pulang ke
rumah.
Kolaborasi :
Berikan
antibiotic
sesuai
indikasi.
Intervensi Keperawatan Khusus untuk Pasien dengan Gips, Traksi, Reduksi Terbuka dengan
Fiksasi Internal (orif) dan Fiksator Eksternal.
1. Defisit perawatan diri b.d keterbatasan fisik sekunder terhadap gips (diterapkan pada pasien
dengan gips, orif, dan fiksator eksternal).
Tujuan: dalam 48 jam pemasangan gips, pasien mendemonstrasikan kemandirian dalam ADL
intervensi
· berikan latihan terstruktur yang akan meningkatkan kekuatan dan ketahanan. Arahkan
latihan pengembangan kelompok otot yang diperlukan untuk kekurangan aktivitas pasien
· gunakan alat bantu secara bebas (misalkan stik pengambil barang atau dudukan toilet yang
ditinggikan)
· atasi nyeri untuk memulai kembali perawatan diri dan memastikan pasien dalam keadaan
nyaman
· ajarkan orang terdekat cara membantu pasien untuk melakukan perawatan diri
· jika tepat, gunakan pakaian adaptif (mis. Pengencang velcro) yang didesain untuk
mengakomodasi gips.
2. Risiko terhadap kerusakan integritas kulit b.d iritasi dan tekanan sekunder terhadap adanya
gips/orif/alat gerak pasif
tujuan: pasien tidak mengalami ketidaknyamanan dibawah gips, dan kulit utuh bila gips dilepas
intervensi
· ketika memasang gips, pastikan bahwa bantalan yang adekuat diberikan pada ekstremitas
yang sakit sebelum dipasang gips
· sementara gips mengeras (kering), pegang hanya dengan telapak tangan untuk menghindari
titik tekan oleh lekukan jari. Pastikan permukaan terpajan untuk memudahkan pengeringan
· tutupi tepi plaster gips dengan plaster untuk mencegah serpihan gips jatuh ke dalam gips dan
menyebabkan nekrosis tekanan
· instruksikan pasien tidak memasukan apapun diantara gips dan kulit. Jika pasien mengalami
gatal-gatal berat anjurkan untuk memberitahu dokter yang akan memberi resep obat
penghilang gatal
· beritahu pasien indikator nekrosis tekanan dalam gips: nyeri, sensasi terbakar, bau tidak
sedap dari gips terbuka, drainase dari gips.
3. Kurang pengetahuan: fungsi fiksasi eksternal, perawatan pen, dan tanda gejala infeksi sisi
pen.
Tujuan: pasien mengungkapkan pengetahuan tentang indikator infeksi pada sisi pen.
Intervensi
· jelaskan alasan penggunaan fiksator dengan tipe fraktur atau cedera pasien, tekankan
keuntungan pada pasien
· diskusikan cara-cara pasien dapat menyesuaikan gaya hidupnya untuk menggunakan fiksator
(mis. Dengan memakai pakaian adaptif yang tepat dengan alat)
· ajarkan pasien dengan orang terdekat mengenai perawatan pasien dengan hidrogen
peroksida atau larutan pHisHex, alkohol. Pen fiksator eksternal harus dibersihkan denagn
alkohol setiap hari dan hindari larutan iodin untuk mencegah korosi
· instruksikan pasien dan orang terdekat untuk tidak menggunakan fiksator eksternal sebagai
penyokong ekstremitas. Ajarkan mereka untuk menyokong ekstremitas dengan bantal, dua
tangan, ambin, dan alat lain jika perlu untuk mencegah tekanan berlebihan pada pen rangka
· ajarkan pasien bagaimana memantau sisi pen terhadap indikator infeksi (kemerahan
menetap, bengkak, drainase, peningkatan nyeri, suhu >38,3 derajat, dan hangat lokal), dan
mewaspadai migrasi pen atau ''tenting'' kuliat pada pen, yang dapat menandakan gerakan pen
atau infeksi. Instruksikan pasien untuk melapor jika ada temuan yang bermakna
· ajarkan pada pasien tentang perlunya perawatan lanjutan untuk menjamin alat berfungsi
dengan tepat dan mempertahankan imobilisasi yang adekuat terhadap fraktur.
4. kurang pengetahuan: potensial terhadap fraktur ulang karena kerentanan yang disebabkan
adanya fiksator internal (diterapkan pada pasien dengan orif)
tujuan: minimum 24 jam sebelum pemulangan, pasien mengungkapkan pengetahuan tentang
potensial fraktur ulang dan memenuhi regimen yang telah ditentukan untuk pencegahan.
Intervensi
· beritahu pasien bahwa meskipun alat fiksasi internal menambah kekuatan tulang pada sisi
fraktur pada tahap dini pemulihan, implan akan memperlemah kekuatan tulang selanjutnya.
Alat fiksasi internal yang lebih besar mengubah vektor tekanan yang ditempatkan pada tulang,
yang mengubah keseimbangan fisiologis normal di antara osteoblas dan osteoklas, yang
mengakibatkan sebuah tulang yang lama dipasang implan menjadi lemah
· pastikan pasien mengungkapkan pemahaman tentang proses ini dan memenuhi regimen
penggunaan ekstremitas dan ambulasi
· pastikan pasien mengetahui bahwa kawat atau batang intramedular dan plat besar mungkin
akan dilepaskan setahun.
DAFTAR PUSTAKA