You are on page 1of 6

ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN

PENGISAPAN LENDIR (SUCTION) DI RUANG IGD RSUD Dr.


SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

Disusun Oleh:

SRI RAHAYU SN 171170

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN PENGISAPAN
LENDIR (SUCTION) DI RUANG IGD RSUD Dr. SOEHADI
PRIJONEGORO SRAGEN

Inisial Pasien : Tn. N


Diagnosa Medis : CKB
No. Registrasi : 42624

1. Diagnosa keperawatan dan dasar pemikiran


a. Diagnosa Keperawatan:
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sekret di jalan napas\
Data Subyektif: -
Data Obyektif:
1) Klien terpasang ETT yang disambungkan dengan oksigen
2) Sekret pada ETT (+), reflek batuk (-)
3) Tingkat kesadaran = sporocoma
4) GCS E1M1VETT
b. Dasar Pemikiran:
Cedera kepala merupakan penyakit neurologis dan
merupakan proporsi endemik sebagai kecelakaan di jalan raya,
meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan otak. Cedera kepala
dibagi menjadi tiga berdasarkan Nilai Skala Glasgow (GCS) berikut:
1). Minor/ringan (CKR) dengan ciri GCS 13 – 15, dapat terjadi
kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit, tidak
ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.
2) Sedang (CKS) dengan GCS 9 – 12, kehilangan kesadaran dan atau
amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam, dapat
mengalami fraktur tengkorak.
3) Berat (CKB) dengan ciri-ciri GCS 3 – 8, kehilangan kesadaran dan
atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam, meliputi kontusio serebral,
laserasi, atau hematoma intrakranial.
Klien dalam kasus ini mengalami CKB, sehingga harus
mendapatkan bantuan napas buatan serta dilakukan intubasi
endotrakeal (ET). Klien yang terpasang ET beresiko mengalami
penumpukan pada jalan napas, sehingga mengakibatkan
ketidakefektifan jalan napas.
2. Tindakan keperawatan yang dilakukan
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa
keperawatan di atas adalah pengisapan lendir (suction), yaitu suatu tindakan
untuk membersihkan jalan nafas dengan memakai kateter penghisap. Tiga
teknik pengisapan primer adalah pengisapan orofaring dan pengisapan
nasofaring, pengisapan orotrakea dan pengisapan nasotrakea, dan
pengisapan jalan napas buatan. Suction yang dilakukan pada klien adalah
jenis pengisapan pada orofaring atas pertimbangan/advis dari tim medis.
3. Prinsip-prinsip tindakan
Prinsip dari tindakan suction adalah steril karena orofaring dan
trakea dianggap steril. Adapun mulut dianggap bersih, maka tindakan
suction pada mulut dilakukan setelah orofaring dan trakea dengan
menggunakan kateter suction yang berbeda. Keseluruhan prosedur dari
memasukkan kateter suction sampai mengeluarkannnya tidak boleh lebih
dari lima belas detik karena oksigen tidak dapat mencapai paru-paru selama
pengisapan. Sebelum melakukan suction, kebutuhan oksigenasi klien
ditingkatkan menjadi 100% pada ventilator atau dinaikkan 3 tingkat lebih
tinggi pada penggunaan O2 nasal kanul/masker non breathing. Kecuali pada
distres pernpasan, klien harus dibiarkan istirahat di antara pemasukan
kateter suction. Apabila klien menggunakan kanul atau masker oksigen,
maka harus dipasang kembali selama istirahat.

Prosedur tindakan suction :


a. Persiapan Alat
1) Set penghisap sekresi atau suction portable lengkap dan
siap pakai
2) Kateter penghisap steril dengan ukuran 20 untuk dewasa
3) Sarung tangan steril/bersih
4) Masker
5) Kassa steril/bersih
6) Kom berisi air untuk membilas kateter suction
b. Prosedur
1) Cuci tangan
2) Memakai alat pelindung diri (sarung tangan steril/bersih
dan masker)
3) Menghidupkan mesin penghisap sekresi dan atur regulator
vakum untuk menetapkan tekanan yang sesuai
4) Siapkan suction, lalu hubungkan satu ujung selang
penghubung suction dengan mesin penghisap dan tempatkan ujung
yang lain di tempat yang aman
5) Masukkan (insersi) suction di area mulut (orofaring),di
daerah yang terpasang ET
6) Pengisapan dilakukan sambil menarik kateter suction
dengan gerakan memutar. Jika ada rangsangan batuk, tarik
sepanjang kira-kira 2 cm untuk mencegah trauma pada carina
7) Jika jalan napas klien sudah bersih dari sekret, hentikan
tindakan
8) Bilas suction dengan air bersih yang sudah disipakan
dalam kom.
9) Matikan mesin pengisap, kemudian lepaskan selang
penghubung suction dengan mesin penghisap.
10) Letakkan suction di dekat klien
11) Lepas sarung tangan dan cuci tangan
12) Dokumentasikan tindakan dan monitor respon pasien pada
lembar catatan asuhan keperawatan pada meja pasien.

4. Analisa tindakan keperawatan


Prinsip yang digunakan dalam melakukan tindakan suction adalah
bersih karena hanya dilakukan di sekitar ET, bukan pada jalan napas.
Kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktik adalah penggunaan kateter
suction yang seharusnya dispossible (sekali pakai), tetapi di IGD digunakan
berkali-kali.
5. Bahaya yang dapat terjadi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat penghisapan sekret endotrakeal
sebagai berikut (Setianto, 2007):
a. Hipoksia / Hipoksemia
b. Kerusakan mukosa bronkial atau trakeal
c. Cardiac arest
d. Aritmia
e. Atelektasis
f. Bronkokonstriksi / bronkospasme
g. Infeksi (pasien / petugas)
h. Pendarahan dari paru
i. Peningkatan tekanan intra kranial
j. Hipotensi
k. Hipertensi
6. Hasil yang didapat dan maknanya
Evaluasi dari hasil yang diharapkan setelah melakukan tindakan
penghisapan sekret endotrakeal adalah (Setianto, 2007):
a. Meningkatnya suara napas
b. Menurunnya Peak Inspiratory Pressure yang ditandai menurunnya
ketegangan saluran pernapasan, meningkatnya dynamic compliance
paru, dan meningkatnya tidal volume.
c. Adanya peningkatan dari nilai arterial blood gas atau saturasi
oksigen yang bisa dipantau dengan pulse oxymeter.

7. Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi


diagnosa keperawatan di atas (mandiri dan kolaboratif).
a. Mandiri
1) Memonitor vital sign dan kepatenan jalan napas klien
2) Mempertahankan posisi semifowler/fowler
b. Kolaborasi
Medis :
1) Memberikan O2 sesuai kebutuhan
2) Memberikan terapi untuk mengurangi atau mengencerkan
sekret
3) Melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui timbulnya
komplikasi lain akibat suction
4) Evaluasi diri
8. Mahasiswa melakukan tindakan suction secara mandiri setelah
mendapatkan persetujuan dari tim medis maupun perawat yang jaga di label
merah (tempat Tn. N berada).
9. Kepustakaan
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik Edisi IV. Jakarta : EGC

RSUP Kariadi. 2004. Protap RSUP Kariadi : Tindakan Suction. Semarang

Setianto. 2007. Prinsip-prinsip Tindakan Suction. Jakarta : Salemba

Sragen, 28 April 2018


Mahasiswa

Sri Rahayu

You might also like