You are on page 1of 26

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut perkiraan dari United States Bureau of Census 1993, populasi usia
lanjut di Indonesia diproyeksikan pada tahun 1990 – 2023 akan naik 414 %, suatu
angka tertinggi di seluruh dunia dan pada tahun 2020, Indonesia akan menempati
urutan keempat jumlah usia lanjut paling banyak sesudah Cina, India, dan Amerika
(Depkes RI, 2g001). Fenomena ini akan berdampak pada semakin tingginya masalah
yang akan dihadapi baik secara biologis, psikologis dan sosiokultural. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi lansia sebagai kelompok masyarakat
yang mudah terserang kemunduran fisik dan mental. Dilihat dari perspektif
keperawatan dikatakan ada empat besar penderitaan geriatrik yaitu immobilisasi,
ketidakstabilan, inkontinensia, dan gangguan intelektual.
Sifat umum dari empat besar tersebut adalah 1) mempunyai masalah yang
kompleks, 2) tidak ada pengobatan yang sederhana, 3) hancurnya kemandirian, dan 4)
membutuhkan bantuan orang lain yang berkaitan erat dengan keperawatan (Isaac,
1981).
Pada lanjut usia (lansia) yang kurang mempersiapkan diri dalam menghadapi
kematian serta perubahan fisik, psikologis, dan sosial sebagai akibat masa tuanya,
sangat mungkin timbul gangguan jiwa yaitu depresi. Hal ini bisa dikarenakan
kurangnya pemahaman agama dalam kehidupan.
Gangguan depresif merupakan suasana alam perasaan yang utama bagi orang
usia lanjut dengan penyakit fisik kronik dan kerusakan fungsi kognitif yang
disebabkan oleh adanya penderitaan, disabilitas, perhatian keluarga yang kurang serta
bertambah buruknya penyakit fisik yang banyak dialaminya.
Selain itu proses-proses sehubungan dengan ketuaan dan penyakit fisik yang
dialaminya akan mempengaruhi jalur frontostriatal, amygdala serta hypocampus, dan
meningkatkan kerentanan untuk terjadinya gangguan depresif. Begitu pula faktor
herediter bisa juga berperan sebagian.
Adanya musibah yang bersifat psikososial seperti kemiskinan, isolasi sosial,
dan lain-lain akan mengundang untuk suatu perubahan fisiologis yang selanjutnya
akan meningkatkan kerentanan untuk mengalami depresi atau untuk mencetuskan
kondisi depresi pada orang usia lanjut yang rentan akan hal tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Depresi ?
2. Apa Saja Aspek Depresi ?

1
3. Apa Saja Etiologi Dari Depresi ?
4. Bagaimana Patofisiologi Depresi ?
5. Apa Saja Gambaran Klinik Dari Depresi ?
6. Apa Saja Factor Resiko Untuk Perkembangan Terjadinya Depresi Pada Lansia ?
7. Apa Tingkatan Depresi ?
8. Apa Saja Dampak Dari Depresi ?
9. Asuhan Keperawatan Gangguan Depresi Pada Lansia ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Depresi
2. Mengetahui apa saja aspek Depresi
3. Mengetahui apa saja etiologi dari Depresi
4. Memahami bagaimana patofisiologi Depresi
5. Mengetahui apa saja gambaran klinik dari Depresi
6. Memahami apa saja factor resiko untuk perkembangan terjadinya depresi pada
Lansia
7. Mengetahui apa tingkatan Depresi
8. Memahami apa saja dampak dari Depresi
9. Memahami Asuhan Keperawatan Depresi Pada Lansia

1.3.2Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
pada mata kuliah Keperawatan jiwa II

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen
psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen
somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut
nadi sedikit menurun. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai
dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga

2
hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas
(Reality Testing Ability, masih baik), kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami
keretakan kepribadian (Splitting of personality), prilaku dapat terganggu tetapi dalam
batas-batas normal (Hawari Dadang, 2001)

Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen
psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan
penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Wahyulingsih dan
Sukamto).

Depresi dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada
alam perasaan (afektif mood), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,
ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya.

Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang
pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai
dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang
bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak
dapat dimengerti oleh orang lain.

Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi,


pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik seperti
kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.

Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang depresi :

A. Menurut Suryantha Chandra (2002 : 8),


Depresi adalah suatu bentuk gangguan suasana hati yang
mempengaruhi kepribadian seseorang. Depresi juga merupakan perasaan
sinonim dengan perasaan sedih, murung, kesal, tidak bahagia dan menderita.
Individu umumnya menggunakan istilah depresi untuk merujuk pada keadaan
atau suasana yang melibatkan kesedihan, rasa kesal, tidak mempunyai harga
diri, dan tidak bertenaga.
B. Menurut John & James (1990 : 2)

3
Individu yang menderita depresi aktifitas fisiknya menurun, berpikir
sangat lambat, kepercayaan diri menurun, semangat dan minat hilang,
kelelahan yang sangat, insomnia, atau gangguan fisik seperti sakit kepala,
gangguan pencernaan, rasa sesak didada, hingga keinginan untuk bunuh diri
C. Menurut A. Supratiknya (1995 : 67)

Salah satu gejala depresi adalah pikiran dan gerakan motorik yang
serba lamban (retardasi psikomotor), fungsi kognitif terganggu. Jadi depresi
mencakup dua hal kesadaran yaitu menurunnya aktifitas dan perubahan
suasana hati. Perubahan perilaku orang yang depresi berbeda - beda dari yang
ringan sampai pada kesulitan - kesulitan yang mendalam disertai dengan
tangisan, ekspresi kesedihan, tubuh lunglai dan gaya gerak lambat

D. Menurut Maramis (1998 : 107)

Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan


komponen psikologis seperti rasa sedih, rasa tidak berguna, gagal, kehilangan,
putus asa, dan penyesalan yang patologis. Depresi juga disertai dengan
komponen somatik seperti anorexia, konstipasi, tekanan darah dan nadi
menurun. Dengan kondisi yang demikian, depresi dapat menyebabkan
individu tidak mampu lagi berfungsi secara wajar dalam hidupnya.

E. Menurut Mendels (dalam Meyer, 1984 : 159)


Mengatakanbahwa individu mengalami depresi jika individu
mengalami gajala-gejala rasa sedih, pesimis, membenci diri sendiri,
kehilangan energi, kehilangan konsentrasi, dan kehilangan motivasi. Selain itu
individu juga kehilangan nafsu makan, berat badan menurun, insomnia,
kehilangan libido, dan selalu ingin menghindari orang lain.
2.2 Aspek Depresi
Beck (dalam Nanik Afida dkk, 2000 :181) menjelaskan depresi memiliki beberapa
aspek emosional, kognitif, motivasional, dan fisik.
A. Aspek yang dimanifestasikan secara emosional
1) Perasaan kesal atau patah hati (dejected mood) ;

Perasaan ini menggambarkan keadaan sedih, bosan dan kesepian yang dialami
individu. Keadaan ini bervariasi dari kesedihan sesaat hingga kesedihan yang
terus - menerus.

2) Perasaan negatif terhadap diri sendiri ;

4
Perasaan ini mungkin berhubungan dengan perasaan sedih yang dijelaskan di atas,
hanya bedanya perasaan ini khusus ditujukan kepada diri sendiri.

3) Hilangnya rasa puas ;

maksudnya ialah kehilangan kepuasan atas apa yang dilakukan. Perasaan ini dapat
terjadi pada setiap kegiatan yang dilakukan termasuk hubungan psikososial,
seperti aktivitas yang menuntut adanya suatu tanggung jawab.

4) Hilangnya keterlibatan emosional

Dalam melakukan pekerjaan atau hubungan dengan orang lain ; keadaan ini
biasanya disertai dengan hilangnya kepuasan diatas. Hal ini dimanifestasikan
dalam aktivitas tertentu, kurangnya perhatian atau rasa keterlibatan emosi
terhadap orang lain.

5) Kecenderungan untuk menangis diluar kemauan ;


gejala ini banyak dialami oleh penderita depresi, khususnya wanita. Bahkan
mereka yang tidak pernah menangis selama bertahun-tahun dapat bercucuran air
mata atau merasa ingin menangis tetapi tidak dapat menangis.
6) Hilangnya respon terhadap humor ;
dalam hal ini penderita tidak kehilangan kemampuan untuk mempersepsi lelucon,
namun kesulitannya terletak pada kemampuan penderita untuk merespon humor
tersebut dengan cara yang wajar. Penderita tidak terhibur, tertawa atau puas
apabila mendengar lelucon.
B. Aspek depresi yang dimanifestasikan secara kognitif
1) Rendahnya evaluasi diri ;
hal ini tampak dari bagaimana penderita memandang dirinya. Biasanya mereka
menganggap rendah ciri - ciri yang sebenarnya penting, seperti kemampuan prestasi,
intelegensi, kesehatan, kekuatan, daya tarik, popularitas, dan sumber keuangannya.
2) Citra tubuh yang terdistorsi ;
hal ini lebih sering terjadi pada wanita. Mereka merasa dirinya jelek dan tidak
menarik.
3) Harapan yang negatif ;
penderita mengharapkan hal - hal yang terburuk dan menolak uasaha terapi yang
dilakukan.
4) Menyalahkan dan mengkritik diri sendiri ;
hal ini muncul dalam bentuk anggapan penderita bahwa dirinya sebagai penyebab
segala kesalahan dan cenderung mengkritik dirinya untuk segala kekurangannya.
5) Keragu-raguan dalam mengambil keputusan ;

5
ini merupakan karakteristik depresi yang biasanya menjengkelkan orang lain ataupun
diri penderita. Penderita sulit untuk mengambil keputusan, memilih alternatif yang
ada, dan mengubah keputusan.
C. Aspek yang dimanifestasikan secara motivasional
Meliputi pengalaman yang disadari penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan
keinginan. Ciri utamanya adalah sifat regresif motivasi penderita, penderita
tampaknya menarik diri dari aktifitas yang menuntut adanya suatu tanggung jawab,
inisiatif bertindak atau adanya energi yang kuat.
D. Aspek depresi yang muncul sebagai gangguan fisik
1) Kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, kehilangan libido, dan kelelahan yang
sangat.

2.3 Etiologi
(AllisonHibbert:2009) Faktor penyebab timbulnya gangguan depresif pada orang usia
lanjut bisa berupa:
A. Faktor Biologis
Hal ini bisa berupa faktor genetis, gangguan pada otak terutama sistem
cerebrovaskular, gangguan neurotransmitter terutama aktivitas serotonin,
perubahan endokrin dll.
1) Faktor Genetis:
Dari segi aspek faktor genetis, menurut suatu penelitian dinyatakan bahwa
gen-gen yang berhubungan dengan risiko yang meningkatkan untuk lesi
kardiovaskular dapat meningkatkan kerentanan untuk timbulnya gangguan
depresif.
Penelitian lain melaporkan bahwa predisposisi genetis untuk gangguan
depresif mayor pada orang usia lanjut dapat dimediasi oleh adanya lesi
vaskular.
2) Gangguan pada Otak:
Antara lain yang termasuk dalam gangguan pada otak sebagai salah satu
penyebab timbulnya gangguan depresif pada orang usia lanjut adalah penyakit
cerebrovaskular, yang mana gangguan ini dapat sebagai faktor predisposisi,

6
presipitasi atau mempertahankan gejala-gejala gangguan depresif pada orang
usia lanjut.
3) Gangguan Neurotransmitter:
Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh Robinson, dkk., mendapatkan
bahwa konsentrasi norepinephrin dan serotonin berkurang sesuai dengan
bertambahnya usia, tetapi metabolit 5-HIAA dan enzim monoamineoksidase
meningkat sesuai pertambahan usia.
4) Perubahan Endokrin:
Dalam hal ini terutama adalah keterlibatan penurunan kadar hormon estrogen
pada wanita, testosteron pada pria, dan hormon pertumbuhan pada pria dan
wanita.
Penurunan kadar hormon tersebut sejalan dengan perubahan fisiologis karena
pertambahan usia. Sehingga dengan bertambahnya usia, proses degenerasi sel-
sel dari organ tubuh makin meningkat, termasuk di antaranya meningkatnya
proses degenerasi sel-sel organ tubuh yang memproduksi hormon tersebut
makin berkurang. Dengan penurunan kadar hormon tersebut, hal ini akan
mempengaruhi produksi neurotransmitter terutama serotonin dan
norepinephrin.
B. Faktor Psikologis
Ini bisa berupa penyimpangan perilaku, psikodinamik, dan kognitif.
1) Teori Perilaku:
Dari konsep teori perilaku terjadinya gangguan depresif pada individu usia lanjut
oleh karena orang-orang usia lanjut cukup banyak mengalami peristiwa-peristiwa
kehidupan yang tidak menyenangkan atau yang cukup berat sehingga terjadinya
gangguan depresif tersebut sebagai respons perilaku terhadap stressor-
stressorkehidupan yang dialaminya tersebut. Penelitian lain melaporkan bahwa
ada kaitan terjadinya gangguan depresif pada orang usia lanjut dengan sejumlah
peristiwa kehidupan yang negatif yang dialami individu usia lanjut.
2) Teori Psikodinamis:
Berdasarkan teori psikodinamis, terjadinya gangguan depresif pada orang usia
lanjut, oleh karena pada orang usia lanjut sering terjadi ketidaksanggupan untuk
menyelesaikan pencarian pemulihan sekunder dari peristiwa-peristiwa kehilangan
yang tak terelakkan oleh individu tersebut.
3) Teori Kognitif:
Salah satu teori psikologis tentang terjadinya gangguan depresif adalah terjadinya
distorsi kognitif. Dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana interpretasi seseorang
terhadap peristiwa-peristiwa kehidupan yang dialaminya.
Terjadinya distorsi kognitif pada orang usia lanjut oleh karena pada individu usia
lanjut tersebut memiliki harapan-harapan yang tidak realistis dan membuat

7
generalisasi yang berlebih-lebihan terhadap peristiwa kehidupan tertentu yang
tidak menyenangkan individu tersebut.
C. Faktor Sosial
Hal ini bisa berupa hilangnya status peranan sosialnya atau hilangnya sokongan
sosial yang selama ini dimilikinya.
2.4 Patofisiologi
Struktur neocortical dorsal mengalami hipometabolis dan struktur limbic ventral
mengalami hipermetabolis selama dalam keadaan gangguan depresif. Selain itu jalur
fronto-striatal pada otak memediasi antisipasi yang mengarah ke afek (alam perasaan)
yang positif, dan abnormalitasnya bisa menghasilkan satu ketidaksanggupan untuk
mendorong antisipasi yang mana ini akan mempredisposisikan keadaan depresif.
Terjadinya kerusakan pada sirkuit fronto-orbital dapat menimbulkan iritabilitas, dan
pengurangan sensitifitas pada isyarat-isyarat sosial. Begitu pula kerusakan cingulata
anterior dapat menyebabkan apatis dan menurunnya inisiatif. Kerusakan sirkuit
dorsolateral dapat menyebabkan kesulitan dalam merubah tempat, dalam belajar dan
generasi daftar kata. Abnormalitas perilaku-perilaku ini menyerupai gejala-gejala
pada gangguan depresif. Begitu pula hipoaktivitas korteks prefrontodorsolateral dan
gyrus angularis telah dihubungkan pula dengan gangguan psikomotor dan gangguan
depresif.
2.5 Gambaran Klinik
Pada orang usia lanjut, gambaran klinik dari gangguan depresifnya bisa dijumpai
sebagai berikut:
1) Depresi dan dysphoria
Walaupun demikian kadang-kadangmood depresif bisa tidak dijumpai pada pasien
tersebut, oleh karena ada juga pasien yang menyangkal (denial) terhadap perasaan
yang demikian.
2) Menangis ( Tapi pada pasien pria agak jarang
3) Ansietas ( kecemasan ) dan agitasi
Pada pasien ini bisa dijumpai: pasien menjadi gugup waktu berkomunikasi dengan
seseorang, mudah tersinggung atau tingkah laku yang mengganggu bersama-sama
dengan gejala-gejala ansietasnya. Dan hal ini bisa dijumpai pada sekitar 80% dari
pasien usia lanjut yang mengalami gangguan depresif.
4) Menurunnya energi dan kelelahan (fatigue)
5) Anhedoni
Di sini pasien tersebut kehilangan interestterhadap sesuatu yang dulu
disenanginya.
6) Retardasi fisik
Kondisi ini dapat menjurus pada meningkatnya kesukaran dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari, diet yang buruk, tak mau makan, dan lain-lain.
7) Defisit kognitif

8
Hal ini sering terlihat pada orang usia lanjut yang mengalami gangguan depresif
dan kadang-kadang bisa mencapai suatu level yang parah sehingga diduga sedang
mengalami pseudodementia. Bahkan dari suatu penelitian yang pernah dilakukan
oleh Kral & Emery pada tahun 1999, dari pasien sampel penelitiannya tersebut
berkembang menjadi penyakit Alzheimer.
Gangguan kognitif yang berkaitan dengan suasana alam perasaan depresif pada
orang usia lanjut dalam bentuk gangguan fungsi eksekutif, kecepatan psikomotor,
atensi dan inhibisi, serta kemampuan visiospasial. Timbulnya gangguan defisit
kognitif ini diduga disebabkan oleh penurunan fungsi dari lobus frontalis.
8) Somatisasi
9) Hypokhondriasis
10) Insight
Gejala gangguan insight ini tingkat keparahannya bervariasi, tergantung pada
keparahan penyakitnya
11) Suicide (bunuh diri)
Menurut suatu penelitian telah dinyatakan bahwa bunuh diri lebih sering terjadi
pada usia lanjut dibandingkan dengan populasi umur lainnya. Dan dari segi jenis
kelamin didapati bahwa pria usia lanjut lebih sering melakukan tindakan bunuh
diri dibandingkan dengan wanita yang usia lanjut.
Berkaitan dengan suicide ini, selain oleh adanya mood yang depresif,
gejala suicidepada orang usia lanjut bisa terkait dengan beberapa hal antara lain:
belum kawin, kesehatan fisik yang memburuk yang bersifat subyektif, disabilitas,
rasa sakit, gangguan sensory, tinggal di rumah perawatan atau panti. Walaupun
demikian ide suicide berhubungan erat dengan keparahan depresi yang dideritanya
12) Gejala-gejala psikoti
Ini bisa dalam bentuk gejala waham atau halusinasi. Isi wahamnya bisa berupa
rasa bersalah, cemburu atau persekutorik.
13) Gangguan Perilaku
Hal ini bisa dalam bentuk gejala-gejala sebagai berikut yaitu: penolakan untuk
makan, buang air besar dan buang air kecil yang tak terkontrol, menjerit-jerit, dan
jatuh teatrikalitas, tingkah laku merusak, menggigit, menggaruk-garuk atau
bertengkar dengan orang lain atau pasien-pasien lainnya.
14) Gangguan tidur, terutama late insomnia
Selain gejala-gejala yang saya sebutkan di atas tadi dapat dikatakan bahwa pasien
gangguan depresif usia lanjut sering dijumpai co-morbiditas dengan penyakit-
penyakit lain, yaitu:
a. Co-morbiditas dengan gangguan psikiatri lainnya antara lain gangguan cemas
(ansietas) dan lain-lain.

9
b. Co-morbiditas dengan penyakit-penyakit fisik, antara lain: penyakit
Alzheimer, penyakit Parkinson, stroke, penyakit kardiovaskular, dan lain-lain.

2.6 Tanda dan Gejala yang mudah dijumpai

penurunan energi dan konsentrasi, gangguan tidur terutama terbangun dini hari
dan sering terbangun malam hari, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan
dan keluhan somatik.

1. Suasana Hati
a. Sedih
b. Kecewa
c. Murung
d. Putus Asa
e. Rasa cemas dan tegang
f. MenangiS
g. Perubahan suasana hatI
h. Mudah tersinggung
2. Fisik
a. Merasa kondisi menurun, lelah
b. Pegal-pegal
c. Sakit
d. Kehilangan nafsu makan
e. Kehilangan berat badan
f. Gangguan tidur
g. Tidak bisa bersantai
h. Berdebar-debar dan berkeringat
i. Agitasi
j. Konstipasi
2.7 Faktor Resiko untuk Perkembangan Terjadinya Depresi pada Lanjut Usia
Hal-hal berikut ini harus dipertimbangkan untuk dikaitkan dengan
perkembangan terjadinya suatu gangguan depresif dan dapat dipakai sebagai satu
cara pengenalan dan mentargetkan kelompok risiko tinggi, yaitu:
A. Penyakit fisik, terutama yang menimbulkan rasa sakit atau ketidaksanggupan,
kondisi kesehatan menurun dan tubuh lemah
B. Merasa kesepian, atau anggota keluarga terlalu sibuk, perhaulan kurang dan
rekreasi terbatas
C. Ada duka cita saat ini, atau peristiwa kehidupan buruk yang lain.
D. Gangguan pendengaran.
E. Adanya riwayat keluarga dengan gangguan depresif.
F. Dementia dini.
G. Penghasilan menurun
H. Ada penggunaan obat-obat tertentu seperti: steroid, mayor transquilizer, dan lain-
lain.

10
Selain itu, dari penelitian yang telah dilakukan didapati bahwa: penyebab yang paling
sering terjadinya kematian pada pasien gangguan depresif usia lanjut adalah oleh
karena kondisi kardiovaskular yang bisa berupa: stroke, myocard infarct, dan
sebagainya. Kemudian kanker merupakan penyebab kedua yang paling sering sebagai
penyebab kematian pada penderita gangguan depresif pada usia lanjut.
Faktor lain yang memberikan kontribusi timbulnya depresi tersebut berdasarkan hasil
angket dan observasi adalah strategi copingpada lansia itu sendiri yang kurang baik.
Strategi coping adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan seseorang untuk
mengurangi atau menghilangkan tekanan-tekanan psikologis atau stres dengan tujuan
untuk menyelesaikan masalah atau tugas.
2.8 Tingkatan Depresi pada Lansia
Menurut Depkes RI 2001
A. Depresi ringan : Suasana perasaan yang depresif, Kehilangan minat, kesenangan
dan mudah lelah, konsentrasi dan perhatian kurang, harga diri dan kepercayaan
diri kurang, perasaan salah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram,
gagasan dan perbuatan yang membahayakan diri, tidak terganggu dan nafsu
makan kurang
B. Episode Depresi Sedang : Kesulitan nyata mengikuti kegiatan sosial, pekerjaan
dan urusan rumah tanggi
C. Depresi berat tanpa gejala manik. Biasanya Gelisah, kehilangan harga diri dan
perasaan tidak berguna, keinginan bunuh diri
2.9 Dampak Depresi
A. Tekanan darah tinggi
B. Gastritis
C. Vertigo
D. MigrainKanker
E. Stroke
F. Penyakit Jantung
G. Dimensia
H. Reumatik

2.10 Asuhan keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas :
Nama / initial, Usia, Jenis kelamin, Alamat, Informan, Tanggal pengkajian,
RM No.
2. Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa klien merasa dirinya sudah tidak berguna lagi,
tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa.

11
3. Faktor predisposisi
a) Jenis kelamin (wanita lebih cepat depresi dibandingkan laki-laki), usia
rata-rata awitan antara 20-40 tahun)
b) Status perkawinan terutama individu yang bercerai atau berpisah,
geografis (penduduk dikota lebih sering depresi daripada penduduk di
desa)
c) Riwayat keluarga yang menderita gangguan depresi (kemungkinan
lebih sering terjadi depresi)
d) Kepribadian : mudah cemas, hipersensitif, dan lebih tergantung orang
lain
e) Dukungan sosial yaitu seseorang yang tidak terintegrasi ke dalam
masyarakat
f) Stresor sosial : peristiwa-peristiwa baik akut maupun kronik, tidak
bekerja terutama individu yang tidak mempunyai pekerjaan atau
menganggur.
4. Faktor presipitasi
a) Kehilangan keterikatan
b) Peristiwa besar dalam kehidupan
c) Peran dan ketegangan peran
d) Perubahan fisiologik
5. Perilaku
Perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan depresi :
a) Mood depresi hampir sepanjang hari
b) Hilang miknat/rasa senang secara nyata dalam aktivitas normal
c) Berat badan menurun atau bertambah
d) Insomnia atau hipersomnia
e) Agitasi atau retardasi psikomotor
f) Kelelahan dan tidak punya tenaga
g) Rasa tidak berharga atau perasaan bersalah berlebihan
h) Sulit berkonsentrasi
i) Pikiran berulang tentang kematian, percobaan/ide bunuh diri.

6. Activity Daily Life

12
Pada klien lansia dengan gangguan depresi biasanya akan mengalami
masalah dalam pemenuhan nutrisi, kebutuhan istirahat tidur, kebersihan
diri, hubungan peran, merasa dirinya tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak
ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri
7. Psikososial
a) Genogram
b) Konsep diri
c) Hubungan sosial
8. Status mental
Pada klien lansia dengan depresi biasanya memiliki afek tidak sesuai
merasa bersalah dan malu, sikap negatif yang curiga, rendah diri dan
kecemasan berat.
9. Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya
pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri).
B. Diagnosa
a) Isololasi sosial (menarik diri) b.d depresi
b) Resiko perilaku kekerasan b.d depresi
C. Intervensi
Diagnosa 1: isolasi sosial (menarik diri) b.d depresi
TUM: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK 2: Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
TUK 3: Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Intervensi Rasional
1. Sapa klien dengan ramah baik 1. Kesan pertama pada klien
verbal maupun non verbal sangat menentukan untuk BHSP
2. Perkenalkan diri dengan sopan 2. Kepercayaan klien terhadap
3. Tanyakan nama lengkap klien perawat akan muncul jika klien
dan nama panggilan yang mengenal perawat tersebut.
disukai 3. Perhatian terhadap klien akan

13
4. Jelaskan tujuan pertemuan membuat klien merasa dihargai.
5. Jujur dan menepati janji 4. Mengurangi rasa takut klien
6. Tunjukkan sikap empati dan terhadap perawat
menerima klien apa adanya 5. Untuk meningkatkan
7. Berikan perhatian kepada klien kepercayaan klien.
dan perhatian kebutuhan dasar 6. Penerimaan akan keadaan klien
klien akan membuat klien merasa
lebih nyaman untuk
mengungkapkan perasaannya
7. Kepedulian terhadap klien akan
meningkatkan kepercayaan
terhadap perawat

Diagnosa 2: Resiko perilaku kekerasan b.d depresi


TUM: Klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK 2:Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
TUK 3: Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol prilaku kekerasan
Intervensi Rasional
1. Sapa klien dengan ramah baik 1. Kesan pertama pada klien
verbal maupun non verbal sangat menentukan untuk
2. Jelaskan tujuan pertemuan BHSP.
3. Jujur dan menepati janji 2. Mengurangi rasa takut klien
4. Tunjukkan sikap empati dan terhadap perawat
menerima klien apa adanya 3. Untuk meningkatkan
5. Berikan perhatian kepada klien kepercayaan klien.
dan perhatian kebutuhan dasar 4. Penerimaan akan keadaan klien
klien akan membuat klien merasa
lebih nyaman untuk
mengungkapkan perasaannya
5. Kepedulian terhadap klien akan
meningkatkan kepercayaan
terhadap perawat

14
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Contoh Kasus

Ny A 60 thn kini tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu. Ny A masuk
ke pantisosial dengan kamauan sendiri ia ingin melupakan trauma masa lalunya. Yaitu kira-
kira 5 tahun yang lalu rumah Ny A mengalami kebakaran akibat kelalaiannya dalam
menggunakan kompor. Saat itu Ny A sedang memasak nasi akan tetapi ia lupa sehingga
terjadilah kebakaran di rumah nya. Akibat kebakaran itu anak ke 3 klien (12 tahun)
meninggal dunia di karenakan saat kebakaran terjadi anak Ny A sedang tertidur pulas.

Ny A memiliki 3 orang anak yaitu D (33 tahun), E (26 tahun) dan F (12 tahun yang
meninggal 5 tahun yang lalu). kini anak pertama dan kedua Ny A sudah berumah tangga.
Suami Ny A kini tinggal bersama anak pertama nya di padang. keluhan yang di rasakan Ny A
ia kini merasakan nyeri pada sendi, pandangan agak kabur, dan semenjak kejadian 5 tahun
yang lalu itu Ny A juga mengeluhkan susah tidur, sering menyendiri dan terkadang ia
terbangun di malam hari dan Saat terbangun, Ny. A biasanya langsung teringat pada peristiwa
kematian anaknya dan ia tidak dapat kembali tidur. Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak
berguna lagi dan merasa bersalah atas meninggal anaknya.

15
3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas

a. Nama : Ny.A
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 55 tahun
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Kawin
f. Pendidikan Terakhir : SD
g. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
h. Alamat rumah : Pariaman
i. Tanggal masuk : 20 oktober 2018

3.1.2 Riwayat Kesehatan


a. Keluhan utama
Klien mengeluhkan kalau ia kini merasakan nyeri pada sendi, pandangan agak
kabur, dan semenjak kejadian 5 tahun yang lalu itu. Ny A juga mengeluhkan susah
tidur dan terkadang ia terbangun di malam hari.
b. Riwayat penyakit sekarang
klien merasakan nyeri sendi dan pandangan kabur
c. Riwayat penyakit terdahulu

klien tidak memiliki riwayat penyakit yang serius

d. Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada penyakit keturunan

3.1.3 Kebiasaan Sehari-Hari


a. Biologis
1. Pola Makan

16
Klien makan 3 x sehari, porsi hanya habis separuh, menu seimbang, diet buah 2 x
seminggu.

2. Pola Minum

Klien minum hanya 1 hingga 2 mug (kira-kira 1 L) sehari. Selain itu klien juga
rutin minum segelas air teh setiap pagi di tambah dengan biskiut kelapa untuk
menemani minum teh

3. Pola Tidur

Klien tidur kira-kira 5 jam sehari dan Ny. A mengatakan susah tidur pada
malam hari. Tidurnya tidak pulas dan sering terbangun pada malam hari
sekitar pukul 01.00. Saat terbangun, Ny. A biasanya langsung teringat pada
peristiwa kematian anaknya sehingga Ny. A tidak dapat tidur kembali sampai
pagi dan Ny.A juga menyatakan kalau ia juga sulit untuk tidur di siang hari.
Saat pengkajian, pengkaji melihat ada lingkaran hitam di bawah mata Ny. A,
wajah tampak lesu dan kelelahan. Saat menjawab pertanyaan pengkaji, Ny. A
tampak tidak konsentrasi dan sering tidak ada kontak mata dengan pengkaji.
Klien mengatakan bahwa ia sering merasa malas karena kurang tidur.

4. Pola Eliminasi

BAB : Frekuensi BAB 1x seminggu, konsistensi keras, warna coklat tua..

BAK : Frekuensi BAK 3-4 x sehari, jumlah sedikit, warna kuning jernih

5. Aktifitas sehari-hari

Waktu subuh klien shalat subuh berjamah di mesjid, kemudian mandi. Setelah itu
klien biasanya menyapu rumah sesuai jadwal piket. Kira-kira jam 08.00 klien
makan. Setelah makan klien bercengkrama dengan teman-temannya.Selain itu
kadangkala klien juga menonton TV dikamar perawat pengawas. mengaji
dikamarnya. Ketika bangun itu, klien sering termenung kemudian menagis
sendirian. Pada siang hari, kalau klien sendirian di kamar.

b. Psikologis
Ny. A selalu mengingat kejadian yang menyebabkan anaknya meninggal,
sehingga Ny. A sering melamun dan menangis hampir tiap malam. Pada saaat

17
pengkajian Ny. A mengatakan sangat bersalah atas kejadian yang menimpa
anaknya karena lalai dalam menggunakan kompor. Ny. A bercerita kenapa beliau
lupa mematikan kompor, pada saat itu Ny A lupa kalau ia sedang memasak nasi
ketika kejadian itu terjadi Ny A berada di warung depan rumah nya. ketika ia
kembali dari warung ia melihat api yang berpusat di belakang rumah nya dan api
mulai menyebar hingga mengahabiskan rumahnya. pada saat itu Ny A baru ingat
kalau anak nya yg ke 3 sedang berada di kamar dalam keadaan tidur akan tetapi
anak Ny A tidak dapat diselamatkan di karenakan rumah Ny A berada di daerah
padat penduduk sehingga para penyelamat kesulitan dalam mengevakuasi anak
Ny A. setelah di evakuasi anak Ny A di bawa ke RS namun pada akhirnya anak
Ny A tidak dapat diselamatkan. Pada saat pengkajian Ny. M terlihat lesu, kontak
mata dengan pengkaji kurang, dan sering mengungkapkan kata yang menyalahkan
diri sendiri.
c. Sosial
1. Dukungan Keluarga

Keluarga sering mengunjungi Ny. A kepanti baik suami maupun anak-anaknya ,


cucu- cucunya pun sering menelpon untuk menanyakan keadaan Ny. A

2. Hubungan Antar Keluarga

Masih terjalin hubungan komunikasi dengan keluarga lain

3. Hubungan Dengan Orang Lain

Pasien mampu untuk menjalin hubungan dan berinteraksi dengan orang lain

d. Spiritual
1. Pelaksanaan Ibadah
Shalat wajib 5 waktu berjamah di mesjid, membaca alquran, berzikir
2. Keyakinan tentang kesehatan

Menurut klien sehat adalah mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari. Sakit


adalah tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari

3.1.4 PEMERIKSAAN FISIK


a. Tanda Vital

18
Keadaan umum : lemah, kurang bersemangat
Kesadaran : compos mentis
Suhu : 37,1 0 C
Nadi : 72 x / menit
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Pernapasan : 18 x /menit
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 48 kg
a. Kebersihan perorangan
1) Kepala :
Rambut : rambut beruban, berminyak, mudah rontok
Mata : simetris, sklera agak merah,konjungtiva anemis, ada lingkaran hitam
dibawah mata, pandangan agak kabur
Hidung: simetris, tidak ada sekret dan perdarah
Mulut : bibir kering, tidak ada lesi gigi tidak lengkap, ada caries gigi
Telinga: simetris, bersih, pendengaran baik
2) Leher : tidak ada pembengkakan
3) Muskuloskeletal : nyeri pada persendian
4) Dada
tidak terkaji
5) Abdomen
Peristaltik usus normal 5-35x/menit
6) Genetalia
Genetalia klien normal tidak ada lesi tidak ada cairan yang keluar dari vagina
7) Rectum
Rektum klien normal,tidak ada luka

8) Ekstermitas
Kekuatan tangan klien lemah dan sangat sakit ketika di gerakkan

19
3.2 analisa data

Tanggal/Jam Data Fokus Etiologi Problem


20 oktober 2018 DS: Faktor psikologis Resiko mencederai diri berhubungan
1. klien mengatakan nyeri pada sendi dengan depresi
pandangan kabur
2. klien mengatakan susah tidur
3. klien merasa dirinya tidak berguna lagi
DO:
1. respon klien yang lambat
2. ekspresi wajah tampak murung
3. pasien susah tidur dan sering terbangun

20 oktober 2018 DS: Koping terhadap Depresi berhubungan dengan koping yang
1. klien mengatakan sering terbangun pada kehilangan tidak efektif mal adaptif
saat malam hari dan mengingat anaknya
yang sudah meninggal
2. klien mengatakan hidupnya tidak
berguna lagi
DO:
1. ekspresi rasa bersalah
3. kontak mata kurang

20
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi
2. depresi yang berhubungan dengan koping yang mal adaptif

3.4 Intervensi

21
No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana tindakan rasional
1 Tujuan: setelah dilakukan tindakan a. Bina hubungan saling percaya a. Hubungan saling percaya
keperawatan selama 1x24 jam, lansian denganlansia dapat mempermudah dalam
b. Lakukan interaksi dengan pasien
tidak beresiko mencederai diri sendiri mecari data-data tentang
Kriteria hasil: sesering mungkin dengan sikap
lansia
a. Lansia dapat mengungkapkan
empati dan dengarkan pernyataan b. Dengansikap sabar dan
perasaannya
pasien empati lensia akan merasa
b. Lansia tampak lebih bahagia
c. Pantau dengan seksama resiko
c. Lansia sudah bisa tersenyum lebih diperhatikan
bunuh diri/melalui diri sendiri. c. Meminimalkan terjadinya
iklas
Jauhkan dan simpan alat-alat yang perilaku mencederai diri
dapat digunaka oleh pasien untuk
mencederai diri
2 Tujuan: setelah dilakukan tindakan a. Bantu untuk memahami bahwa a. Membangun motivasi pada
keperawatan selama 1X24 jam lansia klien dapat mengatsi lansia
b. Individu lebih percaya diri
merasa tidak stres dan depresi. keputusannya
c. Meningkatkan nilai spiritual
Kriteria hasil: b. Kaji dan kerahkan sumber-sumber
a. Klien dapat meningkatkan harga klien
internal individu.
d. Untuk memberi pemahaman
diri c. Kaji sistem pendukung keyakinan
b. Klien dapat menggunakan d. Diskusikan tentang obat kepada lansia tentang obat
dukungan sosial
c. Klien dapat menggunakan obat
dengan benar dan tepat

22
3.5 implementasi dan evaluasi

Diagnosa keperawatan Tanggal/jam implementasi evaluasi


resiko mencederai diri 21 oktober 2018 a. membina hubungan saling
09.00-10.00
berhubungan dengan percaya dengan lansia
b. melakukan interaksi dengan
depresi
pasien sesering mungkin dengan
sikap empati dan dengarkan
pernyataan pasien
c. mematantau dengan seksama
resiko bunuh diri/melalui diri
sendiri. Jauhkan dan simpan alat-
alat yang dapat digunaka oleh
23
pasien untuk mencederai diri
depresi yang 21 oktober 2018 a. membantu untuk memahami
13.00-14.00
berhubungan dengan bahwa klien dapat mengatsi
koping yang mal adaptif keputusannya
b. mengkaji dan kerahkan sumber-
sumber internal individu.
c. mengkaji sistem pendukung
keyakinan
d. mendiskusikan tentang obat
dengan klien

24
BAB 4

PENUTUP

4.1 Simpulan

Simpulan makalah ini adalah pada saat dilakukan asuhan keperawatan yang telah diberikan
pada klien masalah klien dapat teratasi. Dengan semua contoh asuhan keperawatan yang
dapat diberikan pada gangguan jiwa lansia 1 (depresi).

4.2 Saran

Tindakan keperawatan ini haruslah sesuai dengan standart asuhan keperawatan . dan dapat
dipertanggung jawabkan.

25
DAFTAR PUSTAKA

HibbertAllison.2009.RujukanCepatPsikiatri.Jakarta.PenerbitBukuKedokteran :EGC

KeliatAnnaBudi.2011.KeperawatanKesehatanJiwaKomunitas.Jakarta.Penerbit
BukuKedokteran:EGC

Nanda Internasional 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2015-2017 (Edisi
10). EGC. Jakarta.

Jhonson,Marion., Dkk. Edisi Kelima Nursing Outcomes Classification (NOC )

Bullechek, Gloria M., Dkk. Edisi Keenam Nursing Intervensions Classification (NIC)

26

You might also like