You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di jaman yang penuh dengan persaingan ini makna Pancasila seolah-olah terlupakan
sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal sejarah perumusannya melalui proses yang
sangat panjang oleh para pendiri negara ini. Pengorbanan tersebut akan sia-sia apabila kita
tidak menjalankan amanat para pendiri negara yaitu pancasila yang termaktub dalam
pembukaan UUD 1945 alenia ke-4.

Pancasila merupakan rangkaian kesatuan dan kebulatan yang tidak terpisahkan karena
setiap sila dalam pancasila mengandung empat sila lainnya dan kedudukan dari masing-
masing sila tersebut tidak dapat ditukar tempatnya atau dipindah-pindahkan. Hal ini sesuai
dengan susunan sila yang bersifat sistematis-hierarkis, yang berarti bahwa kelima sila
pancasila itu menunjukkan suatu rangkaian urutan-urutan yang bertingkat-tingkat, dimana
tiap-tiap sila mempunyai tempatnya sendiri di dalam rangkaian susunan kesatuan itu sehingga
tidak dapat dipindahkan.

Bagi bangsa Indonesia hakikat yang sesungguhnya dari pancasila adalah sebagai
pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara. Kedua pengertian tersebut sudah
selayaknya kita fahami akan hakikatnya. Selain dari pengertian tersebut, pancasila memiliki
beberapa sebutan berbeda, seperti :
1) Pancasila sebagai jiwa bangsa,
2) Pancasila sebagai kepribadian bangsa.
3) Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, dll.

Walaupun begitu, banyaknya sebutan untuk Pancasila bukanlah merupakan suatu


kesalahan atau pelanggaran melainkan dapat dijadikan sebagai suatu kekayaan akan makna
dari Pancasila bagi bangsa Indonesia. Karena hal yang terpenting adalah perbedaan
penyebutan itu tidak mengaburkan hakikat pancasila yang sesungguhnya yaitu sebagai dasar
negara. Tetapi pengertian pancasila tidak dapat ditafsirkan oleh sembarang orang karena akan
dapat mengaturkan maknanya dan pada akhirnya merongrong dasar negara, seperti yang
pernah terjadi di masa lalu.

1
Untuk itu kita sebagai generasi penerus, sudah merupakan kewajiban bersama untuk
senantiasa menjaga kelestarian nilai – nilai pancasila sehingga apa yang pernah terjadi di
masa lalu tidak akan teredam di masa yang akan datang.

B. TUJUAN PAMBAHASAN

1. Untuk mengetahui Hakikat Pancasila Sebagai Dasar Negara.


2. Untuk mengetahui Hakikat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bermasyarakat,
Berbangsa dan Bernegara Indonesia.
3. Untuk mengetahui Upaya Menjaga Nilai-Nilai Luhur Pancasila.
4. Untuk mengetahui Bidang Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa
dan Bernegara.
5. Untuk mengetahui Contoh Penerapan Nilai Pengembangan Pancasila dalam Kehidupan
Berbangsa.

C. MANFAAT

1. Mahasiswa dapat mengetahui Hakikat Pancasila Sebagai Dasar Negara.


2. Mahasiswa dapat mengetahui Hakikat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bermasyarakat,
Berbangsa dan Bernegara Indonesia.
3. Mahasiswa dapat mengetahui Upaya Menjaga Nilai-Nilai Luhur Pancasila.
4. Mahasiswa dapat mengetahui Bidang Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara.
5. Mahasiswa dapat mengetahui Contoh Penerapan Nilai Pengembangan Pancasila dalam
Kehidupan Berbangsa.

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji
pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat
dalam makalah ini yaitu dengan tema wawasan kebangsaan. Sebagai referensi juga diperoleh
dari situs web internet yang membahas mengenai Pancasila sebagai nilai daar bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2
E. RUMUSAN MASALAH

1. Hakikat Pancasila Sebagai Dasar Negara?


2. Hakikat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara
Indonesia?
3. Upaya Menjaga Nilai-Nilai Luhur Pancasila?
4. Bidang Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara?
5. Contoh Penerapan Nilai Pengembangan Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Pancasila sebagai Dasar Hidup Negara

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia,
memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yang telah dijelaskan dalam Pembukaan
UUD 1945 sebagai sumber dari keseluruhan politik hukum nasional Indonesia. Berbagai
kebijakan hukum di era reformasi pasca amandemen UUD 1945 belum mampu
mengimplementasikan nilai-nilai fundamental dari Pancasila dan UUD 1945 yang
menumbuhkan rasa kepercayaan yang tinggi terhadap hukum sebagai pencerminan adanya
kesetaraan dan pelindungan hukum terhadap berbagai perbedaan pandangan, suku, agama,
keyakinan, ras dan budaya yang disertai kualitas kejujuran yang tinggi, saling menghargai,
saling menghormati, non diskriminatif dan persamaan di hadapan hukum.
Dalam kajian filsafat hukum temuan Notonagoro, menerangkan bahwa Pancasila
adalah sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Sekalipun nyata bobot dan latar
belakang yang bersifat politis, Pancasila telah dinyatakan dalam GBHN 1983 sebagai "satu-
satunya azas" dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Tercatat ada pula sejumlah naskah
tentang Pancasila dalam perspektif suatu agama karena selain unsur-unsur lokal ("milik dan
ciri khas bangsa Indonesia") diakui adanya unsur universal dalam setiap agama. Tanpa
Pancasila, masyarakat nasional kita tidak akan pernah mencapai kekukuhan seperti yang kita
miliki sekarang ini. Hal ini akan lebih kita sadari jika kita mengadakan perbandingan dengan
keadaan masyarakat nasional di banyak negara, yang mencapai kemerdekaannya hampir
bersamaan waktu dengan kita. Tampaknya, Pancasila masih kurang dipahami benar oleh
sebagian bangsa Indonesia. Padahal, maraknya korupsi, suap, main hakim sendiri, anarkis,
sering terjadinya konflik dan perpecahan, dan adanya kesenjangan sosial saat ini, kalau
diruntut lebih disebabkan belum dipahaminya, dihayati, dan diamalkannya Pancasila.

4
Setiap negara di dunia ini mempunyai dasar negara yang dijadikan landasan dalam
menyelenggarakan pemerintah negara. Seperti Indonesia, Pancasila dijadikan sebagai dasar
negara atau ideologi negara untuk mengatur penyelenggaraan negara. Hal tersebut sesuai
dengan bunyi pembukaan UUD 1945 alenia ke-4 yang berbunyi : “Maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD negara Indonesia yang berbentuk
dalam suatu susunan negara”. Dengan demikian kedudukan pancasila sebagai dasar negara
termaktub secara yuridis konstitusional dalam pembukaan UUD 1945, yang merupakan cita –
cita hukum dan norma hukum yang menguasai hukum dasar negara RI dan dituangkan dalam
pasal – pasal UUD 1945 dan diatur dalam peraturan perundangan.
Selain bersifat yuridis konstitusional, pancasila juga bersifat yuridis ketata negaraan yang
artinya pancasila sebagai dasar negara. Pada hakikatnya adalah sebagai sumber dari segala
sumber hukum. Artinya segala peraturan perundangan secara material harus berdasar dan
bersumber pada pancasila. Apabila ada peraturan (termasuk di dalamnya UUD 1945) yang
bertentangan dengan nilai – nilai luhur pancasila, maka sudah sepatutnya peraturan tersebut
dicabut. Berdasarkan uaraian tersebut pancasila sebagai dasar negara mempunyai sifat
imperatif atau memaksa, artinya mengikat dan memaksa setiap warga negara untuk tunduk
kepada pancasila dan bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran harus ditindak sesuai
hukum yang berlaku di Indonesia serta bagi pelanggar dikenakan sanksi – sanksi hukum.
Nilai – nilai luhur yang terkandung dalam pancasila memiliki sifat obyektif – subyektif. Sifat
subyektif maksudnya pancasila merupakan hasil perenungan dan pemikiran bangsa
Indonesia, sedangkan bersifat obyektif artinya nilai pancasila sesuai dengan kenyataan dan
bersifat universal yang diterima oleh bangsa – bangsa beradab. Oleh karena memiliki nilai
obyektif – universal dan diyakini kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia maka
pancasila selalu dipertahankan sebagai dasar negara. Jadi berdasarkan uraian tersebut di atas
maka dapat disimpulkan bahwa pancasila sebagai dasar negara memiliki peranan yang sangat
penting dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga cita – cita para pendiri
bangsa Indonesi dapat terwujud.

B. Hakikat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bermasyarakat, Berbangsa dan


Bernegara Indonesia

Setiap bangsa di dunia yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah
mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup. Dengan pandangan
hidup inilah suatu bangsa akan memandang persoalan yang dihadapinya sehingga dapat
memecahkannya secara tepat. Tanpa memiliki pandangan hidup, suatu bangsa akan merasa

5
terombang – ambing dalam menghadapi persoalan yang timbul, baik persoalan
masyarakatnya sendiri maupun persoalan dunia. Menurut Padmo Wahjono : “Pandangan
hidup adalah sebagai suatu prinsip atau asas yang mendasari segala jawaban terhadap
pertanyaan dasar, untuk apa seseorang itu hidup”.
Jadi berdasarkan pengertian tersebut, dalam pandangan hidup bangsa terkandung
konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita – citakan, terkandung pula dasar pikiran
terdalam dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik.

Pancasila sebagai pandangan hidup sering juga disebut way of life, pegangan hidup,
pedoman hidup, pandangan dunia atau petunjuk hidup. Walaupun ada banyak istilah
mengenai pengertian pandangan hidup tetapi pada dasarnya memiliki makna yang sama.
Lebih lanjut Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dipergunakan sebagai petunjuk
dalam kehidupan sehari – hari masyarakat Indonesia baik dari segi sikap maupun prilaku
haruslah selalu dijiwai oleh nilai – nilai luhur pancasila. Hal ini sangat penting karena dengan
menerapkan nilai – nilai luhur pancasila dalam kehidupan sehari – hari maka tata kehidupan
yang harmonis diantara masyarakat Indonesia dapat terwujud. Untuk dapat mewujudkan
semua itu maka masyarakat Indonesia tidak bisa hidup sendiri, mereka harus tetap
mengadakan hubungan dengan masyarakat lain. Dengan begitu masing – masing pandangan
hidup dapat beradaptasi artinya pandangan hidup perorangan / individu dapat beradaptasi
dengan pandangan hidup kelompok karena pada dasarnya pancasila mengakui adanya
kehidupan individu maupun kehidupan kelompok.

Selain sebagai dasar Negara, Pancasila juga merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila berarti konsepsi dasar tentang
kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan
dalam menjalani hidup. Dalam konsepsi dasar itu terkandung gagasan dan pikiran tentang
kehidupan yang dianggap baik dan benar bagi bangsa Indonesia yang bersifat majemuk.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sebenarnya merupakan perwujudan dari nilai-nilai
budaya milik bangsa Indonesia sendiri yang diyakini kebaikan dan kebenarannya. Pancasila
digali dari budaya bangsa sendiri yang sudah ada, tumbuh, dan berkembang berabad-abad
lamanya. Oleh karna itu, Pancasila adalah khas milik bangsa Indonesia sejak keberadaannya
sebagai sebuah bangsa. Pancasila merangkum nilai-nilai yang sama yang terkandung dalam
adat-istiadat, kebudayaan, dan agama-agama yang ada di Indonesia. Dengan demikian,
Pancasila sebagai pandangan hidup mencerminkan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.

6
Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila juga berperan sebagai pedoman dan
penuntun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian, ia
menjadi sebuah ukuran/kriteria umum yang diterima dan berlaku untuk semua pihak secara
sederhana, ideologi dipahami sebagai gagasan-gagasan dan nilai-nilai yang tersusun secara
sistematis yang diyakini kebenarannya oleh suatu masyarakat dan diwujudkan di dalam
kehidupan nyata. Nilai-nilai yang tercermin di dalam pandangan hidup ditempatkan secara
sistematis kedalam seluruh aspek kehidupan yang mencakup aspek politik, ekonomi, sosial,
budaya dan pertahanan keamanan didalam upaya mewujudkan cita-citanya. Jadi, dengan kata
lain ideologi berisi pandangan hidup suatu bangsa yang menyentuh segala segi kehidupan
bangsa.

Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas kearah mana
tujuan yang ingin dicapainya sangat membutuhkan pandangan hidup. Dengan pandangan
hidup yang jelas, suatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana mereka
memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam gerak
masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman pada pandangan hidup sebagai ideologi,
sebuah bangsa akan membangun diri dan negerinya. Pandangan hidup yang dijadikan
ideologi bangsa mengandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh
sebuah bangsa dan pikiran-pikiran terdalam serta gagasan-gagasan sebuah bangsa mengenai
wujud kehidupan yang dianggap baik. Pandangan hidup sebuah bangsa adalah perwujudan
nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad
bagi bangsa itu.

C. Upaya Menjaga Nilai – nilai Luhur Pancasila

Nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan suatu cerminan dari
kehidupan masyarakat Indonesia (nenek moyang kita) dan secara tetap telah menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu kita sebagai generasi
penerus bangsa harus mampu menjaga nilai – nilai tersebut. Untuk dapat menjaga hal tersebut
maka perlu adanya berbagai upaya yang didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia. Upaya
– uapaya tersebut antara lain :
Ideologi secara praktis diartikan sebagai system dasar seseorang tentang nilai-nilai
dan tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok untuk mencapainya. Jika diterapkan oleh Negara
maka ideology diartikan sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun secara
sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya, baik sebagai

7
individu, sosial, maupun dalam kehidupan bernegara. Secara etimologis, ideologi berasal dari
bahasa Yunani yaitu idea dan logia. Idea berasal dari idein yang berarti melihat. Idea juga
diartikan sesuatu yang ada di dalam pikiran sebagai hasil perumusan sesuatu pemikiran atau
rencana. Kata logia mengandung makna ilmu pengetahuan atau teori, sedang kata logis
berasal dari kata logos dari kata legein yaitu berbicara. Istilah ideologi sendiri pertama kali
dilontarkan oleh Antoine Destutt de Tracy (1754 - 1836), ketika bergejolaknya Revolusi
Prancis untuk mendefinisikan sains tentang ide. Jadi dapat disimpulkan secara bahasa,
ideologi adalah pengucapan atau pengutaraan terhadap sesuatu yang terumus di dalam
pikiran.
Dalam tinjauan terminologis, ideology is Manner or content of thinking characteristic
of an individual or class (cara hidup/ tingkah laku atau hasil pemikiran yang menunjukan
sifat-sifat tertentu dari seorang individu atau suatu kelas). Ideologi adalah ideas characteristic
of a school of thinkers a class of society, a plotitical party or the like (watak/ ciri-ciri hasil
pemikiran dari pemikiran suatu kelas di dalam masyarakat atau partai politik atau pun
lainnya). Ideologi ternyata memiliki beberapa sifat, yaitu dia harus merupakan pemikiran
mendasar dan rasional. Kedua, dari pemikiran mendasar ini dia harus bisa memancarkan
sistem untuk mengatur kehidupan. Ketiga, selain kedua hal tadi, dia juga harus memiliki
metode praktis bagaimana ideologi tersebut bisa diterapkan, dijaga eksistensinya dan
disebarkan.
Pancasila sebagaimana kita yakini merupakan jiwa, kepribadian dan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Disamping itu juga telah dibuktikan dengan kenyataan sejarah bahwa Pancasila
merupakan sumber kekuatan bagi perjuangan karena menjadikan bangsa Indonesia bersatu.
Pancasila dijadikan ideologi dikerenakan, Pancasila memiliki nilai-nilai falsafah mendasar
dan rasional. Pancasila telah teruji kokoh dan kuat sebagai dasar dalam mengatur kehidupan
bernegara. Selain itu, Pancasila juga merupakan wujud dari konsensus nasional karena
bangsa Indonesia ini adalah sebuah desain negara modern yang disepakati oleh para pendiri
negara Republik Indonesia kemudian nilai kandungan Pancasila dilestarikan dari generasi ke
generasi.
Pancasila pertama kali dikumandangkan oleh Soekarno pada saat berlangsungnya
sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia (BPUPKI). Pada
pidato tersebut, Soekarno menekankan pentingnya sebuah dasar negara. Istilah dasar negara
ini kemudian disamakan dengan fundamen, filsafat, pemikiran yang mendalam, serta jiwa
dan hasrat yang mendalam, serta perjuangan suatu bangsa senantiasa memiliki karakter
sendiri yang berasal dari kepribadian bangsa. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa
8
Pancasila secara formal yudiris terdapat dalam alinea IV pembukaan UUD 1945. Di samping
pengertian formal menurut hukum atau formal yudiris maka Pancasila juga mempunyai
bentuk dan juga mempunyai isi dan arti (unsur-unsur yang menyusun Pancasila tersebut).
Tepat 64 tahun usia Pancasila, sepatutnya sebagai warga negara Indonesia kembali
menyelami kandungan nilai-nilai luhur tersebut.
a. Ketuhanan (Religiusitas)
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitan individu dengan sesuatu
yang dianggapnya memiliki kekuatan sakral, suci, agung dan mulia. Memahami Ketuhanan
sebagai pandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat yang beketuhanan, yakni
membangun masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai
ridlo Tuhan dalam setiap perbuatan baik yang dilakukannya. Dari sudut pandang etis
keagamaan, negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah negara yang menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama dan beribadat menurut agama
dan kepercayaan masing-masing. Dari dasar ini pula, bahwa suatu keharusan bagi masyarakat
warga Indonesia menjadi masyarakat yang beriman kepada Tuhan, dan masyarakat yang
beragama.
b. Kemanusiaan (Moralitas)
Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan suatu kesadaran tentang
keteraturan, sebagai asas kehidupan, sebab setiap manusia mempunyai potensi untuk menjadi
manusia sempurna, yaitu manusia yang beradab. Manusia yang maju peradabannya tentu
lebih mudah menerima kebenaran dengan tulus, lebih mungkin untuk mengikuti tata cara dan
pola kehidupan masyarakat yang teratur, dan mengenal hukum universal. Kesadaran inilah
yang menjadi semangat membangun kehidupan masyarakat dan alam semesta untuk
mencapai kebahagiaan dengan usaha gigih, serta dapat diimplementasikan dalam bentuk
sikap hidup yang harmoni penuh toleransi dan damai.
c. Persatuan (Kebangsaan) Indonesia
Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian, kehadiran Indonesia
dan bangsanya di muka bumi ini bukan untuk bersengketa. Bangsa Indonesia hadir untuk
mewujudkan kasih sayang kepada segenap suku bangsa dari Sabang sampai Marauke.
Persatuan Indonesia, bukan sebuah sikap maupun pandangan dogmatik dan sempit, namun
harus menjadi upaya untuk melihat diri sendiri secara lebih objektif dari dunia luar. Negara
Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dalam proses sejarah perjuangan panjang dan terdiri

9
dari bermacam-macam kelompok suku bangsa, namun perbedaan tersebut tidak untuk
dipertentangkan tetapi justru dijadikan persatuan Indonesia.

d. Permusyawaratan dan Perwakilan


Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup berdampingan dengan orang
lain, dalam interaksi itu biasanya terjadi kesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain
atas dasar tujuan dan kepentingan bersama. Prinsip-prinsip kerakyatan yang menjadi cita-cita
utama untuk membangkitkan bangsa Indonesia, mengerahkan potensi mereka dalam dunia
modern, yakni kerakyatan yang mampu mengendalikan diri, tabah menguasai diri, walau
berada dalam kancah pergolakan hebat untuk menciptakan perubahan dan pembaharuan.
Hikmah kebijaksanaan adalah kondisi sosial yang menampilkan rakyat berpikir dalam tahap
yang lebih tinggi sebagai bangsa, dan membebaskan diri dari belenggu pemikiran berazaskan
kelompok dan aliran tertentu yang sempit.

e. Keadilan Sosial
Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkan ketidak berpihakan,
keseimbangan, serta pemerataan terhadap suatu hal. Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa. Itu semua bermakna
mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu secara organik, dimana setiap anggotanya
mempunyai kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang serta belajar hidup pada
kemampuan aslinya. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk perwatakan
dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai secara merata.
D. Bidang Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara
Pancasila sebagai Dasar Negara RI merupakan keputusan final, jangan hanya
disimpan dalam almari. Pancasila jangan juga disakralkan sehingga manusia tidak dapat
menyentuhnya. Sebaliknya Pancasila jangan dinistakan lalu tidak mau melaksanakannya.
Pancasila harus diamalkan atau diaktualisasikan dalam seluruh bidang kehidupan.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila harus muncul dan menjadi nyata dalam bidang integrasi
NKRI, kehidupan ekonomi, dalam bidang hukum, dalam bidang pendidikan (TK, SD, SMP,
SMA, sampai dengan Perguruan Tinggi), dalam bidang politik dan pemerintahan, dalam
bidang sosial-budaya, dalam bidang kehidupan beragama, dalam bidang kesehatan dan
kesejahteraan, dalam bidang lingkungan dan SDA, dalam bidang tenaga kerja dan SDM,
dalam bidang gender dan perempuan, dalam bidang politik luar negeri, dalam bidang
pembangunan pertanian, buruh dan nelayan, dalam bidang informasi dan komunikasi, dalam

10
bidang pembangunan industri pariwisata, dalam bidang olahraga dan sport, dalam bidang
pembangunan seni dan estetik, dalam bidang pembangunan kelautan dan perikanan, dalam
bidang pembangunan keluarga dan Keluarga Berencana (KB), dalam bidang pembangunan
industri dan penanaman modal (investasi), dalam bidang bisnis dan perdagangan, dalam
bidang ketertiban dan keamanan, dan begitu seterusnya.
Tidak lebih dari 30% nilai-nilai Pancasila yang telah teraktualisasikan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila masih sebatas wacana dan tema-tema
simbolik, dan tidak muncul dalam sikap dan perilaku yang nyata dari warga Negara RI. Nilai-
nilai Pancasila belum muncul sepenuhnya secara nyata sebagai way of life dari warga
masyarakat dan bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila belum menjadi Roh Bangsa dan
belum menjadi Kepribadian Bangsa Indonesia.
Jangan terjadi lagi demonstrasi tarian liar “Tarian Cakalele” yang (26 orang penari
pria) membawa bendera RMS ketika diselenggarakan Hari Keluarga Nasional di lapangan
Merdeka Ambon tanggal 29 Juni 2007 lalu di depan kedatangan Presiden RI SBY dan
beberapa Menteri Kabinet Indonesia Bersatu. Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa
integritas NKRI masih rapuh. Eksistensi NKRI bukan sesuatu yang jatuh dari langit,
melainkan sesuatu yang harus dibentuk, dikembangkan, dan dipelihara dengan semangat
kebangsaan yang tinggi. Ancaman terhadap eksistensi NKRI tidak datang dari Ambon saja,
melainkan terjadi potensial dari daerah lain juga.
Pengaktualisasian nilai-nilai Pancasila bagi kehidupan berbangsa dan bernegara
hendaknya tidak menggunakan metode-metode klasik yang indoktrinatif dan pemaksaan yang
tergolong sebagai “hard learning method”, namun harus menggunakan metode-metode
sukarela, keterbukaan, bebas, dan emansipatoris yang tergolong sebagai “soft-learning
method” yang sangat menekankan kesadaran dan rasionalitas yang kritis.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila hendaknya berjalan seiring atau sejalan dengan
sosialisasi, internalisasi, kulturalisasi, dan pembudayaan serta pelestarian Pancasila.
Aktualisasi hendaknya dapat berjalan simultan, dari lapisan masyarakata atas hingga lapisan
masyarakat bawah, dari kelompok peminpin dan elit bangsa hingga kelompok sosial di
bawah. Presiden RI harus menjadi penanggungjawab bagi aktualisasi nilai-nilai Pancasila
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan sebenarnya telah gagal karena tidak mencerdaskan rakyat. Sebagian besar
rakyat Indonesia tidak mandiri, tidak berdaya, dan masih bodoh (tidak cerdas). Pendidikan
menghasilkan manusia-manusia neo-kapitalis di bumi Indonesia, dengan rumah-rumah beton
yang berpagar tinggi. Faham individualisme dan pragmatisme berkembang sangat kuat akibat
11
perkembangan pasar yang tidak terkendali. Individualisme dan pragmatisme dapat
diibaratkan telah menjadi perahu-perahu atau kapal-kapal transfort yang membawa faham
sekularisme Barat, yang pada akhirnya menyingkirkan agama-agama formal di Indonesia.
Kita bersama-sama semestinya mampu membangun “masyarakat dan bangsa Indonesia yang
modern” dengan ciri-ciri kualitas antara lain sebagai berikut:
1. Terbuka, terutama dengan nilai-nilai baru,
2. Berorientasi ke masa depan dan menghargai perubahan dan kemajuan (the change and
progress),
3. Demokratis dan mewujudkan “civil society”,
4. Mampu menjauhkan segala bentuk tindakan kekerasan dan pemaksaan,
5. Memiliki kemandirian, kedaulatan, dan independensi,
6. Menghargai dan menguasai Ipteks,
7. Menghargai kualitas, dan menjauhkan tindakan rasial dan diskriminasi,
8. Menghargai karya, kreativitas dan produktivitas,
9. Memiliki daya disiplin dan kepatuhan tinggi kepada aturan dan hukum formal,Memiliki
faham nasionalisme dan patriotisme yang kokoh,
10. Memiliki moralitas kemasyarakatan dan kebudayaan, dan
11. Tetap menghargai karya seni dan estetika.

Aktualisasi nilai-nilai Pancasila bukan suatu dorongan untuk membangun masyarakat


dan bangsa Indonesia yang kembali menjadi masyarakat dan bangsa yang tradisional dan
tertutup, atau menjadi masyarakat dan bangsa yang konservatif dan mejauhkan diri dari
pergaulan dengan dunia internasional. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila memiliki makna
dinamik di mana aktualisasi tersebut dapat mendorong masyarakat dan bangsa Indonesia
untuk berubah, beradaptasi, dan menuju kemajuan.
Demikian juga aktualisasi nilai-nilai Pancasila bukan untuk menyebarluaskan faham dan
nilai-nilai sekulatisme dan materialisme dalam masyarakat dan bangsa Indonesia, melainkan
sebaliknya aktualisasi nilai-nilai Pancasila harus bermakna untuk menolak faham sekularisme
dan materialisme sebab masyarakat dan bangsa Indonesia adalah masyarakat dan bangsa
yang religius dan konsisten untuk percaya kepada eksistensi Tuhan YME.

5. Contoh Penerapan Nilai Pengembangan Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa


Di dalam Pancasila tergantung nilai-nilai kehidupan berbangsa. Nilai- nilai tersebut
adalah nilai ideal, nilai material, nilai positif, nilai logis, nilai estetis, nilai sosial dan nilai
12
religius atau kegamaan. Ada lagi nilai perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut
kemerdekaan RI. Contoh Penerapan Nilai Pengembangan Pancasila dalam Kehidupan
Berbangsa adalah sebagai berikut:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa :
a. Percaya dan taqwa kepada Tuhan YME,
b. Masing-masing atas dasar kemanusiaan yang beradab,
c. Membina adanya kerjasama dan toleransi antara sesama pemeluk agama dan penganut
kepercayaan kepada Tuhan YME.

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab :


a. Tidak saling membedakan warna kulit,
b. Saling menghormati dengan bangsa lain,
c. Saling bekerja sama dengan bangsa lain,
d. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

3) Persatuan Indonesia :
a. Menempatkan persatuan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
golongan,
b. Menetapkan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan,
c. Bangga berkebangsaan Indonesia,
d. Memajukan pergaulan untuk persatuan bangsa.

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /


perwakilan :
a. Mengakui bahwa manusia Indonesia memiliki kedudukan dan hak yang sama,
b. Melaksanakan keputusan bersama dengan penuh tanggung jawab dan itikad baik,
c. Mengambil keputusan yang harus sesuai dengan nilai kebenaran dan keadilan.

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia :


a. Adanya hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa atau dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan bernegara.
b. Menjunjung tinggi sifat dan suasana gotong royong dengan rasa kekeluargaan dan penuh
kegotong royongan.

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari makalah yang telah dibuat tadi dapat di simpulkan bahwa pancasila mempunyai
arti sangat penting bagi kehidupan masyarakat bangsa indonesia, pancasila mempunyai nilai-
nilai positif bagi kehidupan kita. Disamping itu banyak langkah - langkah yang harus kita
ambil untuk menjalankan atau menerapkan pancasila dalam kehidupan kita. Salah satu
peranan Pancasila adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya telah dijabarkan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai sumber
dari keseluruhan politik hukum nasional Indonesia. Pancasila mengandung nilai dasar yang
bersifat tetap, tetapi juga mampu berkembang secara dinamis. Dengan kata lain, Pancasila
menjadi dasar yang statis, tetapi juga menjadi bintang tuntunan (lightstar) dinamis. Pancasila
juga sebagai dasar dan ideologi negara, yaitu sumber kaidah hukum yang mengatur Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum
yang menguasai hukum dasar negara. Selain itu Pancasila merupakan sumber kaidah hukum
yang mengatur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan meliputi suasana kebatinan
atau cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara niscaya
dilakukan oleh seluruh rakyat Indonesia sekarang juga. Jika tidak maka Pancasila akan
dijauhkan oleh warganya sendiri. Aktualisasi Pancasila adalah keniscayaan pembelajaran dari
generasi ke generasi. Konsep aktualisasi nilai-nilai Pancasila mencakup pengertian hakikat
Pancasila secara mendalam, menyadari nilai-nilai Pancasila (kesadaran rasional, kesadaran
emosional, dan kesadaran spiritual), serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari yang nyata. Menerima Pancasila jangan hanya sebatas wacana dan
dijadikan sebagai alat (tool) saja. Proses aktualisasi nilai-nilai Pancasila hendaknya berjalan
seiring dengan sosialisasi, internalisasi, dan kulturalisasi nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan melalui proses pembelajaran yang non-
indoktrinatif dan pemaksaan. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila sebenarnya sebuah “strategi
budaya” dari masyarakat dan bangsa Indonesia untuk membangun budaya dan peradaban
bangsa di masa depan. Pancasila adalah sumber untuk mengembangkan budaya dan

14
peradaban bangsa yang bermartabat. Jika aktualisasi nilai-nilai Pancasila gagal, maka
masyarakat dan bangsa Indonesia akan memiliki budaya baru, yang bukan berakar pada
budaya masyarakat dan bangsa sendiri.

B. SARAN
Untuk menjaga agar Pancasila tetap terpelihara dan lestari, maka harus dilakukan
peningkatan pemahaman pada semua lapisan masyarakat. Yang lebih penting lagi, para
pemimpin harus menjadi teladan dalam pengamalan Pancasila. Pancasila akan menjadi
ideologi yang kuat apabila diamalkan dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, menuju negara aman, damai, tentram, adil, makmur dan sejahtera
dalam semua aspek kehidupan terutama dalam penegakan hukum di Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

file:///E:/pancasila-sebagai-ideologi-pandangan.html.
Listyarti, Retno. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan SMA untuk kelas XI kurikulum 2004.
Jakarta: Esis.
Budiyanto. Abdul Karim, Aim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SMA untuk kelas XII
kurikulum 2006. Jakarta: Grafindo.
Mohammad Adib. 15 September 2008. Urgensi Undang-Undang Republik Indonesia
Tentang Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Adib’s Jatidiri Blog.

16

You might also like