Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORITIS
2. Etiologi
Gangguan pada aliran darah otak dapat disebabkan oleh adanya
penyempitan, tertutupnya maupun pecahnya pembuluh darah ke otak,
penyebab stroke dapat terjadi karena :
a. Trombosis
Trombosis terjadi karena adanya kelainan pada dinding arteri yang
menyebabkan penyempitan dari lumen arteri, sehingga diameternya
menjadi kecil yang pada suatu saat dapat terjadi penyumbatan. Usia yang
paling sering terserang penyakit ini berkisar antara usia 60 sampai 69
tahun, awitan gejala penyakit biasanya cenderung terjadi bila penderita
sedang tidur atau pada saat bangun tidur. Intensitas maksimal baru
disadari sesudah 48 jam, kemudian perkembangan umumnya
berlangsung secara bertahap.
Trombosis dapat timbul karena proses :
1) Artherogenik
Umumnya karena proses artheroskeloris ditandai oleh plak
berlemak pada lapisan intima arteri besar. Bagian intima arteri
serebri menjadi tipis berserabut, sedangkan sel-sel ototnya
menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga
lumen pembuluh darah sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut.
2) Non Artherogenik
Terjadi bukan karena proses artherogenik, misalnya karena
kelainan penyakit darah seperti anemia, polisitemia, diskrasia darah,
arteritis dan efek samping penggunaan pil konstrasepsi.
b. Emboli
Emboli merupakan benda asing dalam aliran darah sehingga dapat
menyebabkan penyumbatan pembuluh arteri, apabila terjadi pada arteri
yang menuju ke otak maka otak akan mengalami penurunan suplai darah
sehingga otak hypoxia dan akhirnya iskemik.
Penyebab terjadinya emboli ada dua, yaitu faktor dari jantung (artrial
fibrilasi, infark miokard, kelainan katup, endocarditis) dan faktor non
kardial (pleque artheromatosus di arteri karotis komunis, emboli dari
paru, emboli udara pada tindakan abortus). Gejala-gejala dapat timbul
setiap saat dan berkembang secara progresif cepat.
c. Perdarahan.
Perdarahan biasanya disebabkan oleh ruptura arteri serebri.
Ekstravasasi darah terjadi di aliran darah otak dan atau sub archnoid,
sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan.
Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak sehingga mengakibatkan
vasospasme pada arteri di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar
ke seluruh hemisfer otak dan sirkulus willisi.
Timbulnya penyakit ini mendadak dan evolusi dapat dikatakan cepat
dan konstan, dapat berlangsung beberapa menit, beberapa jam, bahkan
kadang-kadang sampai beberapa hari. Gambaran klinis yang sering
terjadi antara lain: sakit kepala berat, leher bagian belakang kaku, muntah
proyektil, koma dan kejang.
Terdapat dua jenis perdarahan otak, yaitu perdarahan intra serebral
dan perdarahan sub arachnoid.
1) Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Perdarahan intra serebral terjadi di substansi dalam otak.
Perdarahan intra serebral dapat terjadi karena:
a). Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi menyebabkan laju aliran darah
lebih kuat dari normal, sehingga dapat menyebabkan ruptur
arteri dan mengakibatkan perdarahan. Apabila hal tersebut
terjadi pada pembuluh darah otak maka terjadilah stroke.
Dengan bertambahnya usia, adanya hipertensi dan aterosklerosis
pembuluh darah akan berkelok-kelok atau spiral.
b). Aneurisma, anomali arteri vena serebral, diskrasia darah,
pemakaian obat-obatan anti koagulan.
2) Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
Biasanya disebabkan oleh perdarahan arterial ke dalam ruang
sub arachnoid di sekeliling otak dan sering meluas ke dalam jaringan
otak atau ke dalam ventrikel. Perdarahan sub arachnoid dapat terjadi
sebagai akibat trauma dan hipertensi, tetapi penyebab paling sering
adalah ruptur aneurisma intrakranial, trauma atau perdarahan
intraserebral hipertensif, anomali arterio venosa, gangguan
perdarahan neoplasma dan lain-lain.
3. Klasifikasi Stroke
a. Berdasarkan Stadium Klinik
1) Transient Ischemik Attack (TIA)
Merupakan gangguan peredaran darah otak sepintas yang karena
terjadinya vasospasme sehingga terjadi penyumbatan pada pembuluh
darah otak. Setelah vasospasme hilang, maka gejala juga akan hilang
dan keadaan akan sembuh seperti semula dalam jangka waktu tidak
lebih dari 24 jam. Gejalanya yang dapat timbul berupa hemiparese,
hemiparestesia ataupun afasia atau dapat juga terjadi kejang.
2) Reversible Ischemia Neurologik Defisit (RIND)
Defisit neurologik yang bertahan lebih dari satu hari dan kembali
ke keadaan semula dalam waktu tiga minggu.
3) Stroke In Evolution (SIE) atau Progresive Stroke
Merupakan defisit neurologik yang bertambah berat secara
kuantitatif dan kualitatif. Terjadi secara bertahap selama jangka waktu
menit, jam ataupun hari. Gejala awalnya biasanya penderita
merasakan disfungsi ringan yang dapat berupa parestesia hemifasialis
saja atau parese ringan pada lengan atau tungkai satu sisi tergantung
pada daerah otak mana yang mengalami iskemia. Apabila mekanisme
vaskularisasi kompensatorik tidak juga datang dapat menyebabkan
iskemia serebral yang lebih berat dan luas sehingga timbul
hemiparesis yang parah.
4) Completed Stroke (CS)
Iskemia serebri regional akibat trombosis serebri berkembang
menjadi infark dan hemoragic. Pada tahap ini maka berkembanglah
hemiparesis yang tidak lama kemudian akan menjadi hemiparalisis.
Defisit neurologik yang terjadi relatif stabil dan sedikit sekali
perubahannya.
5. Patofisiologi
Otak merupakan organ tubuh yang sensitif terhadap oksigen dan nutrisi.
Otak harus menerima aliran darah yang konstans untuk mempertahankan
fungsi normalnya karena otak tidak dapat menyimpan oksigen dan glukosa
sendiri. Aliran darah berfungsi sebagai tempat untuk membuang sampah
metabolik, karbondioksida dan asam laktat. Jika aliran darah keotak
berkurang ataupun menurun maka akan mengakibatkan kerusakan otak
dengan cepat.
Melalui proses autoregulasi serebral, aliran darah keotak tetap
diupayakan konstan sebanyak 750 ml/ menit. Untuk merespon terhadap
perubahan tekanan darah maka akan terjadi vasokontriksi dan vasodilatasi
dari arteri otak.
Pada stroke, iskemik terjadi dalam jaringan otak yang aliran darah
arterinya terganggu akibat trombus atau emboli sehingga menimbulkan
gangguan fungsi otak. Iskemik dapat menyebabkan hipoksia atau anoksia dan
hipoglikemik pada jaringan otak. Proses ini dapat mengakibatkan kematian
pada neuron, sel ganglia dan struktur otak disekitar area infark. Edema yang
terjadi akan memperberat infark itu sendiri. Edema dapat berlangsung dalam
beberapa jam atau beberapa hari.
Setelah terjadinya infark dan edema, maka secara otomatis akan terjadi
penurunan kemampuan fungsi otak dalam menjalankan fungsi neurologisnya
seperti semula. Hal ini mengakibatkan terjadinya defisit neurologis pada area
kontralateral dari area lesi otak yang terkena, sesuai dengan karakteristik dari
otak.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat stroke antara lain :
a. Hipoksia cerebral
Fungsi otak tergantung pada ketersediaan oksigen kejaringan,
pemberian oksigen mempertahankan hemoglobin serta hematokrit akan
membantu mempertahankan oksigenasi jaringan.
b. Penurunan aliran darah serebral
Bergantung pada tekanan darah, curah jantung dan integritas
pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat harus menjamin penurunan
viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau
hipotensi ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan aliran darah
serebral dan potensi meluasnya area cidera.
c. Embolisme serebral
Dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat
berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran
darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.
Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan
menghentikan trombus lokal, selain itu disritmia dapat menyebabkan
embolus cerebral dan harus diperbaiki.
2. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki
sehingga dapat diketahui kesenjangan/masalah apakah masalah itu
masalah keperawatan ataupun masalah kesehatan yang dihadapi oleh
keluarga (Nasrul Effendi, 1998; 87)
Didalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan
dalam melihat perkembangan keluarga, yaitu ; (Nasrul Effendi, 1998 :
48)
i. Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga,
meliputi : keadaan fisik, mental sosial anggota keluarga, gizi dan
status imunisasi anggota keluarga, kehamilan dan keluarga
berencana.
ii. Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, meliputi : ventilasi,
penerangan, kebersihan, konstruksi, luas rumah dibandingkan
dengan jumlah anggota keluarga, sumber air minum, jamban
keluarga, pembuangan air limbah, pemanfaatan pekarangan yang
ada dan sebagainya.
iii. Karakteristik keluarga, meliputi : sifat-sifat keluarga, dinamika
keluarga, komunikasi keluarga, komunikasi dalam keluarga,
interaksi antar anggota keluarga, kebiasaan dan nilai-nilai yang
berlaku dalam keluarga.
b. Perumusan Masalah
Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,
seorang perawat selalu mengacu kepada tipologi masalah kesehatan
dan keperawatan serta berbagai alasan dari ketidakmampuan keluarga
dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang perawat dalam
mengenal dan menganalisa situasi dan kondisi disuatu keluarga untuk
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan pada keluarga adalah
sebagai berikut (Salvicio G. Bailon dan Aracelis Maglaya, 1989 : 41 )
Skoring :
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
Skor
X Bobot
Angka tertinggi
3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria. Skor tertinggi adalah 5, sama
dengan seluruh bobot.
3. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang
sistematis dan logis yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan
secara terus menerus, dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasi (Nasrul Effendi, 1998 : 54).
Perencanaan keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi
masalah pasca stroke adalah sebagai berikut :
i. perubahan perfusi jaringan
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan Ketidaktahuan
keluarga mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga dengan
gangguan pefusi jaringan
1) Tujuan Umum
Perubahan perfusi jaringan tidak terjadi
2) Tujuan Khusus
keluarga mengenal masalah kesehatan pada klien dengan gangguan
pefusi jaringan dengan kriteria:
a) Keluarga dapat menjelaskan tentang penyakit, penyebab dan
tanda-tanda gangguan perfusi jaringan
b) Keluarga dapat membandingkan keadaan keluarga yang
mengalami masalah kesehatan dengan keadaan normal.
3) Intervensi
a) Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang pengertian,
penyebab dan tanda-tanda perubahan perfusi jaringan.
b) Bantu keluarga melihat kondisi yang terjadi pada anggota
keluarga dengan perubahan perfusi jaringan dibandingkan
dengan keadaan normal.
c) Kembangkan sikap positif yang membangun terhadap masalah
perubahan perfusi jaringan.
4) Kriteria Evaluasi
a) Secara verbal keluraga dapat menjelaskan tentang pengertian
dan tanda-tanda gangguan perfusi jaringan.
b) Secara verbal keluarga mengatakan bahwa salah satu anggota
keluarga mengalami gangguan kesehatan.
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan Ketidakmauan
keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah
pada anggota keluarga dengan gangguan perfusi jaringan
1) Tujuan Umum
Perubahan perfusi jaringan tidak terjadi Keluarga mampu
mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat dalam
perawatan .
2) Tujuan Khusus Keluarga mampu mengambil keputusan dalam
melakukan tindakan yang tepat dalam perawatan dengan kriteria
a) Keluarga dapat menjelaskan akibat dari perubahan perfusi
jaringan.
b) Keluarga dapat memilih alternatif tindakan dalam mengatasi
perubahan perfusi jaringan.
c) Keluarga memutuskan untuk mengatasi gangguan perubahan
perfusi jaringan.
3) Intervensi
a) Jelaskan kepada keluarga tentang akibat dari perubahan perfusi
jaringan.
b) Diskusikan kepada keluarga tentang akibat bila keluarga tidak
mengambil keputusan untuk mengatasi gangguan perfusi
jaringan.
c) Berikan alternatif yang dapat dilakukan keluarga untuk
mengatasi gangguan perfusi jaringan.
4) Kriteria Evaluasi
a) Secara verbal keluarga dapat menjelaskan akibat dari
perubahan perfusi jaringan.
b) Secara verbal keluarga dapat memilih alternatif tindakan untuk
mengatasi gangguan perfusi jaringan.
c) Secara verbal keluarga memutuskan untuk mengatasi
perubahan perfusi jaringan.
c. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan perubahan perfusi
jaringan.
1) Tujuan Umum
Keluarga mampu melakukan perawatan pada anggita keluarga
dengan perubahan perfusi jaringan.
2) Tujuan Khusus
a) Keluarga dapat menjelaskan cara merawat anggota keluarga
dengan perubahan perfusi jaringan.
b) Keluarga dapat melaksanakan perawatan anggota keluarga
dengan perubahan perfusi jaringan.
c) Intervensi
a) Jelaskan pada keluarga tentang perawatan anggota keluarga
dengan perubahan perfusi jaringan.
d) Jelaskan kepada keluarga tentang cara pencegahan dengan
perubahan perfusi jaringan.
3) Kriteria Evaluasi
a) Secara verbal keluarga dapat menjelaskan cara merawat
anggota keluarga dengan perubahan perfusi jaringan.
b) Secara psikomotor keluarga dapat melaksanakan perawatan
pada anggota keluarga dengan perubahan perfusi jaringan.
ii. Gangguan mobilisasi fisik
a. gangguan mobilisasi fisik berhubunagn dengan ketidaktahuan
keluarga mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga
dengan gangguan mobilisasi fisik
1) Tujuan Umum
Gangguan mobilisasi fisik teratasi
2) Tujuan Khusus
pengetahuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
meningkat dengan kriteria :
1. Keluarga mampu menjelaskan pengertian dari mobilisasi
2. Keluarga mampu menyebutkan tujuan mobilisasi
3. Keluarga mampu menyebutkan kembali jenis-jenis mobilisasi
4. Keluarga mampu menjelaskan kembali teknik-teknik dari
mobilisasi aktif dan pasif
1) Intervensi
a) Jelaskan pengertian dari mobilisasi
b) Jelaskan tujuan mobilisasi
c) Jelaskan jenis-jenis mobilisasi
d). Jelaskan teknik-teknik dari mobilisasi aktif dan pasif
2) Kriteria Evaluasi
a. Secara verbal keluarga dapat menjelaskan kembali pengertian
dari mobilisasi
b. Secara verbal keluarga dapat menjelaskan kembali tujuan
mobilisasi
c. Secara verbal keluarga dapat menjelaskan kembali jenis-jenis
mobilisasi
d. Secara verbal keluarga dapat menjelaskan kembali teknik-
teknik dari mobilisasi aktif dan pasif
b. gangguan mobilisasi fisik berhubunagn dengan ketidakmauan
keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi masalah l masalah
kesehatan pada anggota keluarga dengan gangguan mobilisasi fisik
1) Tujuan Umum
Gangguan mobilisasi fisik teratasi
2) Tujuan Khusus
a) Keluarga mampu menjelaskan kembali pentingnya mobilisasi
b) Keluarga dapat menyebutkan akibat dari gangguan mobilisasi
fisik
c) Keluarga mengatakan secara verbal akan melakukan perawatan
tentang mobilisasi pada klien
d) Keluarga dapat membuat keputusan tentang penanganan
masalah kesehatan
3) Intervensi
a) Jelaskan pentingnya mobilisasi
b) Jelaskan akibat dari gangguan mobilisasi fisik
4) Kriteria Evaluasi
a) Secara verbal keluarga dapat menjelaskan kembali pentingnya
mobilisasi
b) Secara verbal keluarga dapat menjelaskan akibat dari gangguan
mobilisasi fisik
c. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan gangguan mobilisasi
fisik
1) Tujuan Umum
Gangguan mobilisasi fisik teratasi
2) Tujuan khusus
Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan gangguan
mobilisasi fisik dengan kriteria :
a) Keluarga mampu menjelaskan kembali cara mobilisasi dengan
benar
b) Keluarga mampu melakukan mobilisasi secara mandiri
c) Keluarga mampu memotivasi klien dalam melakukan moilisasi
d) Keluarga dapat menentukan jadwal untuk melakukan
mobilisasi
e) Keluarga dapat menentukan jadwal perubahan posisi baring
klien
f) Keluarga dapat menggali dan memanfaatkan sumber daya dan
fasilitas yang di perlukan dalam perawatan
3) Kriteria evaluasi
a) Keluarga dapat menjelaskan mengenai pentingnya perawatan diri
b) Keluarga mau menggunakan fasilitas yang ada dirumah untuk
mengatasi masalah
c) Keluarga mampu mengambil keputusan
4) Intervensi
a) Jelaskan pada keluarga mengenai pentingnya perawatan diri
b) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan
kepada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. (Nasrul Effendi,
1998 : 59).
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap proses keperawatan keluarga
dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat
keluarga mengadakan perbaikan perilaku kesehatan.
Kegagalan dalam melaksanakan tindakan keperawatan dan kesehatan
dalam memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak
faktor, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan.
b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh.
c. Tidak mau menghadapi situasi.
d. Memepertahankan suatu pola tingkah laku karena suatu kebiasaan.
e. Adat istiadat yang berlaku.
f. Kegagalan dalam mengaitkan tindakan dengan sasaran.
g. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan.
Faktor lain yang bersumber dari perawat adalah :
Menggunakan pola pendekatan yang tetap (kaku, kurang luwes).
Kurang memberikan penghargaan dan perhatian terhadap faktor-faktor
sosial budaya.
Perawat kurang ahli dalam mengambil tindakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
terhadap keluarga, yaitu : (Nasrul Effendi, 1995 : 209)
a. Sumber daya keluarga (keuangan).
b. Tingkat pendidikan keluarga.
c. Adat istiadat yang berlaku.
d. Respon dan penerimaan keluarga.
e. Sarana dan prasarana yang ada opada keluarga.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan telah tercapai
atau sampai manakah tujuan tersebut tercapai. Kriteria dan standar adalah
dua istilah yang berhubungan dengan evaluasi (Salvicion G. Bailon dan
Aracelis Maglaya, 1989 : 96).
Kriteria adalah gambaran tentang faktor-faktor tidak tetap yang dapat
memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Tinjauan Kasus
1. Pengumpulan Data
a. Pengkajian Keluarga
1) Data Umum
Nama Puskesmas : Puskesmas Sukajadi
Tanggal pengkajian : Selasa 12 Mei 2015
Nama kepala keluarga : Ny. I
Umur : 76 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Status Marital : Cerai mati
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku/Bangsa : Sunda/ Indonesia
Alamat : Jl. Karang Tineung Dalam RT 03/ RW 03
Kelurahan Cipedes Desa Sukajadi
5) Psikologis Keluarga
a) Keadaan Emosi / Mental
Keadaan emosi Ny. I tampak stabil, tetapi klien merasa sedih
jika ada yang berpikiran buruk terhadapnya.
b) Koping Keluarga
Bila timbul suatu masalah, biasanya Ny. I menceritakan
kepada tetangga yang merawatnya.
c) Kebiasaan Buruk
Ny. I tidak memiliki kebiasaan buruk seperti merokok.
d) Rekreasi
Klien mengatakan semenjak sakit klien tidak pernah berjalan-
jalan disekitar rumah seperti sebelum sakit. Klien tidak
menggunakan tv.
e) Pola Komunikasi Keluarga
Komunikasi Ny. I dengan tetangga cukup baik, berkomunikasi
sehari-hari dengan bahasa sunda dan terkadang menggunakan
bahasa Indonesia.
f) Pengambil Keputusan
Dalam hal pengambilan keputusan, Ny. I selalu mengambil
keputusan sendiri dibantu oleh tetangga yang merawatnya.
8) Lingkungan Rumah
a) Kebersihan dan Kerapihan
Keadaan di luar maupun di dalam rumah kurang bersih dan
rapih. Lantai rumah di tegel semen. Kerapihan kurang,
terdapat barang-barang yang tidak di tempatkan pada
tempatnya dan terlihat berantakan.
b) Penerangan
Penerangan di dalam rumah kurang, sinar matahari di siang
hari kurang masuk, rumah tampak gelap. Pada malam hari
penerangan menggunakan cahaya lampu listrik.
c) Ventilasi
Ventilasi rumah kurang, jendela yang terdapat di rumah
berjumlah 1 buah dan jarang dibuka, pertukaran udara terjadi
bila pintu depan di buka, rumah tampak terlihat pengap, secara
keseluruhan ventilasi kurang.
d) Jamban
Jamban / WC yang digunakan oleh keluarga Ny. I adalah
milik sendiri dan terletak diluar rumah. Air limbah mengalir
keselokan melalui paralon, keadaan jamban bersih.
e) Sumber Air Bersih dan Minum
Sumber air bersih untuk keperluan mandi dan mencuci didapat
dari sumur yang terdapat di belakang rumah klien, sedangkan
untuk air minum yang digunakan keluarga Ny. I berasal dari
air yang dimasak. Keadaan air baik, tidak berbau, tidak berasa,
tidak berwarna dan tidak keruh.
f) Pemanfaatan Halaman
Keluarga Ny. I tidak memiliki halaman rumah.
g) Pembuangan Air Kotor
Menurut keluarga air limbah / kotoran bekas cucian atau mandi
dan kotoran tinja dibuang melalui septik tank yang dialirkan
menuju selokan yang mengalir di belakang rumah Ny. I
h) Pembuangan Sampah
Keluarga Ny. I biasa membuang sampah dengan dikumpulkan
dulu di kantong plastik dan kemudian di bawa oleh petugas
pengangkut sampah untuk dibuang ke tempat penampungan
sampah.
9) Genogram
10) Denah Rumah
b. Pengkajian Individu
1) Identitas
Nam : Ny. I
Umur : 76 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Status Marital : Cerai mati
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku/Bangsa : Sunda/ Indonesia
Alamat : Jl. Karang Tineung Dalam RT 03/ RW 03
Kelurahan Cipedes Desa Sukajadi
4) Kebiasaan Sehari-hari
a) Biologis
(1) Pola Makan
Frekuensi makan keluarga Ny. I dalam sehari sebanyak 2-
3 kali dalam sehari, jenisnya nasi, sayuran dan lauk pauk,
serta tidak ada pantangan makanan.
(2) Pola Minum
Ny. I minum 7-8 gelas sehari, jenis minuman air putih
atau teh tawar.
(3) Pola Tidur
Klien tidur dengan jam yang tidak menentu. Klien dapat
tidur selama 8-9 jam/ hari.
(4) BAB / BAK
Menurut Ny. I, dirinya BAB sekali dalam sehari dengan
konsistensi lunak, warna kuning dan baunya khas, tidak
ada gangguan dalam BAB, begitu juga dengan BAK yang
rata-rata 5-6 kali sehari dengan warna kuning jernih, tidak
ada keluhan dalam proses pengeluarannya. Ny. I
menggunakan pempers.
(5) Aktifitas Sehari-hari
Ny. I hanya dapat berbaring dan tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari seperti sebelum sakit.
(6) Rekreasi
Klien mengatakan semenjak sakit klien tidak pernah
berjalan-jalan disekitar rumah seperti sebelum sakit. Klien
tidak menggunakan tv.
b) Psikologis
(1) Keadaan Emosi
Ny. I tampak tenang. Klien dapat menerima keadaan
sakitnya. Namun klien terkadang mengeluh karena tidak
dapat melakukan aktivitas seperti sebelum sakit.
c) Sosial
(1) Hubungan Antar Keluarga
Ny. I tinggal sendiri di dalam rumahnya.
(2) Hubungan Dengan Orang Lain
Hubungan Ny. I dengan tetangga sekitar baik terutama
dengan tetangga yang berdekatan dengan rumahnya,
sesekali tetangga lainnya datang untuk menjenguk klien.
d) Spiritual / Kultural
(1) Pelaksanaan Ibadah
Kien beragama Islam dan hanya menjalankan ibadah
shalat 5 waktu jika diingatkan saja.
(2) Keyakinan Tentang Kesehatan
Klien mengatakan sehat itu penting dan beranggapan
bahwa penyakit yang diderita oleh klien bukan hukuman
dari Tuhan. Klien ingin penyakit yang dideritanya bisa
cepat sembuh.
5) Pemeriksaan Fisik
No Aspek yang Dinilai Ny. I
1 Keadaan umum Sedang sakit
Kesadaran Compos mentis
Tanda-tanda vital
Tensi 100/70 mmHg
Nadi 80 x/menit
Pernafasan 20 x/menit
Suhu 36,5 ºC
Bentuk Simetris
Mata :
Bentuk Simetris
Kelenturan dan kebersihan Daun telinga teraba elastis tidak ada lesi dan
tidak ada nyeri tekan
Keadaan Bersih
Tekstur Kasar
kekuatan otot 5 2
c. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1 DS :
- Klien mengeluh tidak dapat Gangguan Ketidakmampuan
menggerakkan secara bebas tubuh mobilitas fisik keluarga Ny. I
bagian kirinya pada Ny. I di mengenal masalah
- Ny. I mengeluh tidak dapat keluarga Ny.I gangguan mobilitas
melaukan aktivitas seperti sebelum fisik akibat stroke
sakit dan hanya dapat berbaring saja pada Ny. I
- Ny. I mengatakan mengalami stroke
sejak Desember tahun 2015, pada
saat terkena stroke klien mengalami
anggota gerak sebelah kiri
mengalami kelemahan
- Klien mengeluh sering pegal
- Tetangga yang merawat Ny. I
mengatakan bahwa Ny. I hanya
pernah dibawa ke puskesmas 1 kali
DO:
- Pemeriksaan kekuatan motorik
5 0
5 2
- Ny. I tampak hanya berbaring saja di
kasur dan tetap berada di posisi yang
sama
- TD 100/70 mmHg
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Kriteria Hasil Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
1 Ketidakmampuan Tujuan Umum:
keluarga mengenal Setelah dilakukan 3x 1. Diskusi dengan keluarga
masalah gangguan kunjungan pada keluarga tentang pengertian, penyebab,
mobilitas fisik akibat Ny. I maka keluarga Ny. I tanda dan gejala stroke
stroke pada Ny. I memahami tentang cara dengan menggunakan lembar
memelihara kesehatan leaflet
Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan