You are on page 1of 49

BAB I

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian Stroke
Stroke dapat di definisikan sebagai defisit neurologi yang mempunyai
awitan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari Cerebro
Vaskuler Disease. (Hudak, Caroline M, alih bahasa: Monica E.D Adiyanti,
1996:254).
“Stroke (cerebrovaskuler disease) can be defined as those in which brain
disease occurs secondary to aphatological disorder of blood vessels (usually
arteries) or blood supply” (Lindsay, Bone, 1998:237). Pengertian tersebut
dapat diterjemahkan sebagai berikut “Stroke (penyakit serebrovaskuler) bisa
didefinisikan sebagai penyakit otak yang terjadi secara sekunder terhadap
gangguan patologi dari pembuluh darah (terutama pembuluh arteri) atau
suplai darah”.
Stroke yaitu kehilangan fungsi otak yang diakibatkan terhentinya suplai
darah ke otak (Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G., alih bahasa: Kuncara H.Y.,
dkk, 2002:2131).
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa stroke adalah
gangguan neurologik yang terjadi secara mendadak karena adanya gangguan
suplai darah ke otak yang terjadi pada pembuluh darah serebral.

2. Etiologi
Gangguan pada aliran darah otak dapat disebabkan oleh adanya
penyempitan, tertutupnya maupun pecahnya pembuluh darah ke otak,
penyebab stroke dapat terjadi karena :
a. Trombosis
Trombosis terjadi karena adanya kelainan pada dinding arteri yang
menyebabkan penyempitan dari lumen arteri, sehingga diameternya
menjadi kecil yang pada suatu saat dapat terjadi penyumbatan. Usia yang
paling sering terserang penyakit ini berkisar antara usia 60 sampai 69
tahun, awitan gejala penyakit biasanya cenderung terjadi bila penderita
sedang tidur atau pada saat bangun tidur. Intensitas maksimal baru
disadari sesudah 48 jam, kemudian perkembangan umumnya
berlangsung secara bertahap.
Trombosis dapat timbul karena proses :
1) Artherogenik
Umumnya karena proses artheroskeloris ditandai oleh plak
berlemak pada lapisan intima arteri besar. Bagian intima arteri
serebri menjadi tipis berserabut, sedangkan sel-sel ototnya
menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga
lumen pembuluh darah sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut.
2) Non Artherogenik
Terjadi bukan karena proses artherogenik, misalnya karena
kelainan penyakit darah seperti anemia, polisitemia, diskrasia darah,
arteritis dan efek samping penggunaan pil konstrasepsi.

b. Emboli
Emboli merupakan benda asing dalam aliran darah sehingga dapat
menyebabkan penyumbatan pembuluh arteri, apabila terjadi pada arteri
yang menuju ke otak maka otak akan mengalami penurunan suplai darah
sehingga otak hypoxia dan akhirnya iskemik.
Penyebab terjadinya emboli ada dua, yaitu faktor dari jantung (artrial
fibrilasi, infark miokard, kelainan katup, endocarditis) dan faktor non
kardial (pleque artheromatosus di arteri karotis komunis, emboli dari
paru, emboli udara pada tindakan abortus). Gejala-gejala dapat timbul
setiap saat dan berkembang secara progresif cepat.
c. Perdarahan.
Perdarahan biasanya disebabkan oleh ruptura arteri serebri.
Ekstravasasi darah terjadi di aliran darah otak dan atau sub archnoid,
sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan.
Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak sehingga mengakibatkan
vasospasme pada arteri di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar
ke seluruh hemisfer otak dan sirkulus willisi.
Timbulnya penyakit ini mendadak dan evolusi dapat dikatakan cepat
dan konstan, dapat berlangsung beberapa menit, beberapa jam, bahkan
kadang-kadang sampai beberapa hari. Gambaran klinis yang sering
terjadi antara lain: sakit kepala berat, leher bagian belakang kaku, muntah
proyektil, koma dan kejang.
Terdapat dua jenis perdarahan otak, yaitu perdarahan intra serebral
dan perdarahan sub arachnoid.
1) Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Perdarahan intra serebral terjadi di substansi dalam otak.
Perdarahan intra serebral dapat terjadi karena:
a). Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi menyebabkan laju aliran darah
lebih kuat dari normal, sehingga dapat menyebabkan ruptur
arteri dan mengakibatkan perdarahan. Apabila hal tersebut
terjadi pada pembuluh darah otak maka terjadilah stroke.
Dengan bertambahnya usia, adanya hipertensi dan aterosklerosis
pembuluh darah akan berkelok-kelok atau spiral.
b). Aneurisma, anomali arteri vena serebral, diskrasia darah,
pemakaian obat-obatan anti koagulan.
2) Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
Biasanya disebabkan oleh perdarahan arterial ke dalam ruang
sub arachnoid di sekeliling otak dan sering meluas ke dalam jaringan
otak atau ke dalam ventrikel. Perdarahan sub arachnoid dapat terjadi
sebagai akibat trauma dan hipertensi, tetapi penyebab paling sering
adalah ruptur aneurisma intrakranial, trauma atau perdarahan
intraserebral hipertensif, anomali arterio venosa, gangguan
perdarahan neoplasma dan lain-lain.

3. Klasifikasi Stroke
a. Berdasarkan Stadium Klinik
1) Transient Ischemik Attack (TIA)
Merupakan gangguan peredaran darah otak sepintas yang karena
terjadinya vasospasme sehingga terjadi penyumbatan pada pembuluh
darah otak. Setelah vasospasme hilang, maka gejala juga akan hilang
dan keadaan akan sembuh seperti semula dalam jangka waktu tidak
lebih dari 24 jam. Gejalanya yang dapat timbul berupa hemiparese,
hemiparestesia ataupun afasia atau dapat juga terjadi kejang.
2) Reversible Ischemia Neurologik Defisit (RIND)
Defisit neurologik yang bertahan lebih dari satu hari dan kembali
ke keadaan semula dalam waktu tiga minggu.
3) Stroke In Evolution (SIE) atau Progresive Stroke
Merupakan defisit neurologik yang bertambah berat secara
kuantitatif dan kualitatif. Terjadi secara bertahap selama jangka waktu
menit, jam ataupun hari. Gejala awalnya biasanya penderita
merasakan disfungsi ringan yang dapat berupa parestesia hemifasialis
saja atau parese ringan pada lengan atau tungkai satu sisi tergantung
pada daerah otak mana yang mengalami iskemia. Apabila mekanisme
vaskularisasi kompensatorik tidak juga datang dapat menyebabkan
iskemia serebral yang lebih berat dan luas sehingga timbul
hemiparesis yang parah.
4) Completed Stroke (CS)
Iskemia serebri regional akibat trombosis serebri berkembang
menjadi infark dan hemoragic. Pada tahap ini maka berkembanglah
hemiparesis yang tidak lama kemudian akan menjadi hemiparalisis.
Defisit neurologik yang terjadi relatif stabil dan sedikit sekali
perubahannya.

b. Berdasarkan Proses Patologi


1) Infark Serebri
Keadaan ini terjadi akibat suplai darah yang dialirkan ke otak
hanya melalui arteri cerebri yang sehat atau berdilatasi sehingga hanya
jaringan otak yang sehat saja yang mempunyai jatah darah, sedangkan
daerah yang edema tidak kebagian mendapat jatah darah.
2) Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral terjadi akibat pecahnya pembuluh darah
arteri otak, sehingga terjadi perembesan aliran darah ke daerah
parenkim otak. Hal ini menyebabkan pergeseran dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan. Jaringan otak internal akan tertekan
dan menyebabkan edema serebral serta herniasi otak.
3) Perdarahan Subarachnoid
Merupakan gangguan aliran darah pada satu atau lebih pembuluh
darah serebral yang terjadi akibat oklusi atau pecahnya pembuluh
darah serebral secara spontan.

4. Tanda dan Gejala


Stroke dapat digolongkan sesuai dengan etiologi atau dasaar perjalanan
penyakitnya. Sesuai dengan perjalanan penyakit tersebut, atau keadaan
riwayat penyakit sementara (yang dijelaskan sebagai pola kronologis
perkembangan klinis, dan regresi tanda dan gejala), maka stroke dapat dibagi
menjadi 3 jenis :
a. Serangan iskemik sepintas (TIA)
Merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul mendadak dan
menghilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
b. Progresif (stroke yang berkembang)
Perjalanan stroke berlangsung perlahan meskipun akut.
c. Stroke lengkap
Gangguan neurologis meksimal sejak awal serangan dengan sedikit
perbaikan.

5. Patofisiologi
Otak merupakan organ tubuh yang sensitif terhadap oksigen dan nutrisi.
Otak harus menerima aliran darah yang konstans untuk mempertahankan
fungsi normalnya karena otak tidak dapat menyimpan oksigen dan glukosa
sendiri. Aliran darah berfungsi sebagai tempat untuk membuang sampah
metabolik, karbondioksida dan asam laktat. Jika aliran darah keotak
berkurang ataupun menurun maka akan mengakibatkan kerusakan otak
dengan cepat.
Melalui proses autoregulasi serebral, aliran darah keotak tetap
diupayakan konstan sebanyak 750 ml/ menit. Untuk merespon terhadap
perubahan tekanan darah maka akan terjadi vasokontriksi dan vasodilatasi
dari arteri otak.
Pada stroke, iskemik terjadi dalam jaringan otak yang aliran darah
arterinya terganggu akibat trombus atau emboli sehingga menimbulkan
gangguan fungsi otak. Iskemik dapat menyebabkan hipoksia atau anoksia dan
hipoglikemik pada jaringan otak. Proses ini dapat mengakibatkan kematian
pada neuron, sel ganglia dan struktur otak disekitar area infark. Edema yang
terjadi akan memperberat infark itu sendiri. Edema dapat berlangsung dalam
beberapa jam atau beberapa hari.
Setelah terjadinya infark dan edema, maka secara otomatis akan terjadi
penurunan kemampuan fungsi otak dalam menjalankan fungsi neurologisnya
seperti semula. Hal ini mengakibatkan terjadinya defisit neurologis pada area
kontralateral dari area lesi otak yang terkena, sesuai dengan karakteristik dari
otak.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat stroke antara lain :
a. Hipoksia cerebral
Fungsi otak tergantung pada ketersediaan oksigen kejaringan,
pemberian oksigen mempertahankan hemoglobin serta hematokrit akan
membantu mempertahankan oksigenasi jaringan.
b. Penurunan aliran darah serebral
Bergantung pada tekanan darah, curah jantung dan integritas
pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat harus menjamin penurunan
viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau
hipotensi ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan aliran darah
serebral dan potensi meluasnya area cidera.
c. Embolisme serebral
Dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat
berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran
darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.
Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan
menghentikan trombus lokal, selain itu disritmia dapat menyebabkan
embolus cerebral dan harus diperbaiki.

7. Dampak Terhadap Sistem Tubuh dan KDM


a. Dampak Fisik
1) Sistem Pernafasan
Apabila terjadi penekanan pada medula oblongata sebagai pusat
pengaturan vital sistem pernafasan akibat adanya perdarahan, dapat
menyebabkan pola nafas tidak teratur. Efek immobilisasi pada klien
yang mengalami penurunan kesadaran, dapat mengakibatkan
terjadinya penumpukan sekret pada jalan nafas sehingga
mempengaruhi aliran udara yang masuk. Apabila hal ini terus-
menerus berlanjut maka dapat menyebabkan asidosis respiratorik,
dimana terjadi peningkatan kadar CO2 dalam tubuh karena asupan
O2 tidak adekuat.
2) Sistem Kardiovaskuler
Immobilisasi dapat beresiko hipotensi orthostatik, karena sistem
otonom untuk mengantarkan jumlah darah berkurang. Pada keadaan
normal reflek baroreseptor menimbulkan respon simpatis dengan
segera terhadap penurunan darah arteri. Respon simpatis
menimbulkan fase kontriksi perperal untuk mencegah darah
mengalir ke daerah ekstremitas bagian bawah, dan menurunkan
volume darah yang bersirkulasi dalam tubuh. Pada keadaan ini juga
mengakibatkan penurunan venous return, sehingga mengurangi
jumlah darah ke ventrikel saat diastolik sehingga jumlah darah yang
dikeluarkan saat sistolik tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
perfusi otak.
3) Sistem Gastrointestinal
Klien dengan stroke perdarahan dan peningkatan tekanan
intrakranial dapat menyebabkan penekanan pada batang otak,
dimana pada area tersebut merupakan tempat keluarnya serabut saraf
cranial I sampai XII. Apabila penekanan itu terjadi pada area nervus
cranial V motorik, X dan XII, maka dapat menyebabkan klien
mengalami kelemahan fungsi reflek menelan, mengunyah dan proses
pengecapan.
Immobilisasi pada klien stroke akan menyebabkan penurunan
motilitas usus dan pergerakan kolon. Proses absorpsi air dari faeses
terus berlanjut sepanjang massa faeses berada didalam kolon, lama
kelamaan massa faeses akan mengeras dan menyebabkan konstipasi
maupun obstipasi.
4) Sistem Perkemihan
Masalah yang dapat terjadi pada klien stroke adalah inkontinensia
urine. Ini terjadi karena klien dengan stroke mengalami perubahan
fungsi cerebral, dimana kemampuan untuk mengendalikan
pengeluaran urine menurun atau hilang akibat adanya penurunan
fungsi kontrol otak terhadap bladder. Hal ini menyebabkan sensasi
untuk berkemih tidak dirasakan.
5) Sistem Persyarafan
Dampak pada sistem persyarafan tergantung pada area otak mana
yang mengalami gangguan. Individu yang mengalami stroke
biasanya mengalami penurunan tingkat kesadaran, umumnya terjadi
pada tahap awal hemoragik. Individu akan tetap sadar bila penyebab
strokenya adalah trombosis, gangguan tingkah laku, gangguan fungsi
kognitif, kelemahan atau paralisis, reflek tendon melemah secara
kontralateral, aphasia dan kejang.
6) Sistem Muskuloskeletal
Gangguan suplai darah ke daerah karotis dapat menyebabkan
kerusakan neuromotorik baik Upper Motor Neuron maupun Lower
Motor Neuron, sehingga terjadi penurunan kekuatan otot, perubahan
tonus otot, atropi serta kontraktur.
7) Sistem Integumen
Immobilisasi lama pada klien stroke dapat menyebabkan
penekanan pada daerah yang menonjol seperti bokong, pinggul,
pergelangan kaki serta tumit. Penekanan tersebut mengakibatkan
terjadinya penyumbatan aliran darah, sehingga suplai oksigen dan
nutrisi ke jaringan menurun maka terjadilah iskemia jaringan. Lama
kelamaan jaringan sekitar menjadi nekrotik sehingga terjadi ulkus
dekubitus.
8) Sistem Endokrin
Akibat suplai darah keotak terganggu, maka kemungkinan suplai
darah ke hipotalamus dan hipofise sebagai master of glans
berkurang, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah sebagai
akibat peningkatan metabolisme dari efek hormon tiroid sebagai
upaya tubuh dalam memperbaiki jaringan otak yang rusak.
b. Terhadap Psiko-Sosial-Spiritual
Individu yang mengalami stroke akan muncul respon psikologis
berupa perubahan aspek mental akibat gangguan fungsi serebral dan
ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan
produktifitas klien. Tidak jarang individu yang mengalami stroke akan
menderita kelemahan dalam berpikir abstrak, kesulitan dalam
memusatkan perhatian, ketidakberdayaan dalam memenuhi
kebutuhannya secara mandiri, kehilangan kemampuan berkomunikasi
dan perubahan konsep diri. Hal tersebut dapat menyebabkan kecemasan
pada klien atau bahkan sampai terjadi depresi, akibatnya klien menarik
diri dari lingkungan. Selain itu kelemahan pada bagian tubuh sering
menjadi hambatan klien dalam memenuhi kebutuhan rohaninya.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Stroke
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara
sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan
intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah
disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan
terhadap keluarga. (Nasrul Effendi, 1998 : 46)
Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantung satu sama
lainnya dan bersifat dinamis, dan disusun secara sistematis untuk
menggambarkan perkembangan dari tahap yang satu ke tahap yang lainnya,
dengan tahap-tahap sebagai berikut : (Salvicion G. Bailon dan Aracelis
Maglaya, 1998 : 24)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat
untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan memakai norma-norma
kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem yang
terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya.
Yang termasuk pada tahap ini adalah :
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang
klien/keluarga yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan
masalah serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien dan
keluarga. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara,
pengamatan, studi dokumentasi, dan pemeriksaan fisik. Data-data yang
dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut : (Salvicion G. Bailon
dan Aracelis Maglaya, 1989 : 34)
1. Struktur Keluarga
a) Identitas keluarga
Identitas kepala keluarga dan pelayanan kesehatan terdekat
b) Anggota-anggota keluarga dan hubungannya dengan kepala
keluarga.
c) Tipe keluarga.
d) Tahap perkembangan keluarga.
Keluarga termasuk dalam siklus perkembangan menurut
“duvals”
e) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Ada atau tidaknya tugas yang belum terpenuhi
2. Biologis keluarga
a) Kedaan kesehatan dari tiap-tiap anggota keluarga
Dalam hal ini adanya anggota keluarga yang menderita stroke
dan bagaiman keadaan kesehatan anggota keluarga yang lain.
b) Kebersihan keluarga.
Kebiasaan kebersihan keluarga dan perawatan personal hygiene
dari anggota keluarga dengan gangguan pergerakan pada
anggota keluarga yang menderita stroke dan ketergantungan
pada perawatan
c) Penyakit yang sering diderita
Masalah kesehatan yang sering diderita oleh anggota keluarga
dan cara penanganannya.
d) Penyakit kronis dan menular.
e) Kecacatan dalam keluarga.
f) Pola makan
Kebiasaan makan anggota keluarga dan anggota keluarga yang
menderita stroke serta bagaimana perawatan dalam pola makan
meliputi diit, cara pemberian, frekuensi dan kualitas makanan.
g) Pola istirahat
kebiasaan tidur anggota keluarga yang menderita stroke,
kualitas dan kuantitasnya serta anggota keluarga yang lain
h) Reproduksi
Pola hubungan suami istri anggota keluarga yang menderita
stroke biasanya mengalami gangguan
3. Psikologis
a) Keadaan emosi
Keluarga dengan anggota keluarga menderita troke
kecenderungan untuk tidak stabil dalam emosi sangat besar.
b) Koping keluarga.
Cara keluarga menyelesaikan masalah yang terjadi didalam
keluarga
c) Kebiasaan buruk
d) Rekreasi
e) Pola komunikasi
Anggota keluarga dengan stroke berat akan mengalami
perubahan dalam berkomunikasi.
f) Pengambilan keputusan
g) Peran informal
4. Sosial ekonomi keluarga
a) Hubungan dengan orang lain
Pada penderita stroke biasanya mengalami gangguan karena
kelumpuhan
b) Kegiatan organisasi sosial
Bagaimana partisipasi keluarga dalam kegiatan-kegiatan dalam
masyarakat
c) Keadaan ekonomi
Penghasilan, pengeluaran anggota keluarga, sumber-sumber
penghasilan, simpanan keluarga, dana untuk masalah darurat,
kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan pada penderita stroke
biasanya mengalami hambatan untuk mencari sumber dana
keluarga
5. Spiritual keluarga
a) Ketaatan keluarga
Kebiasaan menjalankan ibadah akan mengalami hambatan
karena kelumpuhan yang dialami
b) Keyakinan tentang kesehatan
c) Nilai dan norma
d) Adat yang mempengaruhi kesehatan
6. Lingkungan rumah
a) kebersihan rumah
keadaan rumah, luas rumah, kebiasaan anggota keluarga
menjaga kebersihan
b) Penerangan
c) Ventilasi
d) Jamban
e) Sumber air minum
f) Pembuangan air kotor
g) Pembuangan sampah
h) Sumber pencemaran
7. Pengkajian individu
a) Catatan status kesehatan individu
b) Identitas
Identitas anggota keluarga yang menderita stroke
c) Alasan puskesmas dikunjungi
Sebelum menderita stroke biasanya anggota keluarga
mendatangi puskesmas dengan keluhan hipertensi
d) Riwayat kesehatan
(1) Masalah kesehatan yang pernah dialami
Pada umumnya klien didapatkan riwayat mengalami
hipertensi, riwayat sakit diabetes melitus, atau penyakit
jantung dan beberapa faktor resiko yaitu kebiasaan
merokok, minum alkohol dan menggunakan obat-obatan.
(2) Masalah kesehatan keluarga
Biasanya mempunyai riwayat keluarga herediter atau
keturunan yaitu adanya keluarga yang mempunyai darah
tinggi, diabetes melitus, atau riwayat yang sama dengan
stroke.
e) Kegiatan sehari-hari
(1) Biologis
Pola makan umumnya mengalami hambatan dengan
melemahnya kekuatan mengunyah dan menelan, pola tidur
umumnya mengalami penambahan kuantitas karena
berbaring yang lama. Pola BAK umumnya mengalami
inkontinensia karena melemahnya syaraf dan otot-otot
panggul dan BAB umumnya mengalami konstipasi
(2) Psikologis
Emosi anggota keluarga dengan stroke umumnya tidak
stabil berhubungan dengan kemampuan diri dan harga diri
(3) Sosial
Hubungan dengan anggota keluarga lain dan orang lain
akan mengalami hambatan karena adanya gangguan
komunikasi varbal akibat kelumpuhan
(4) Spiritual
Pelaksanaan ibadah umumnya mengalami gangguan karena
kelumpuhan
(5) Pemeriksaan fisik
(a) Keadaan umum
Adanya kelemahan otot atau kelumpuhan anggota gerak
(b) Kesadaran
Dapat dikaji penurunan kesadaran
(c) Tanda-tanda vital
Nadi lemah dan cepat, suhu normal atau tinggi, tekanan
darah meningkat, pernapasan cepat dan terlihat sesak
(d) Sistem cardiovaskuler
Biasanya ditemukan bunyi jantung mur-mur dan aritmia
(e) Sistem penafasan
Kadang-kadang ditemukan ronchi
(f) Sistem integumen
Adanya gangguan integritas kulit, decubitus yang
diakibatkan karena tirah baring yang lama tanpa
perubahan posisi
(g) Sistem pencernaan
Terdapat gangguan proses menelan, aspirasi terjadi ,
sulit mengunyah sehingga dibantu dengan NGT
(h) Sistem muskulokeletal
Biasanya ditemukan hipotonik flacidity, hpertonik
(kontaktur) dan ROM persendian terbatas
(i) Sistem reproduksi
Penurunan libido
(j) Sistem persyarafan (fungi syaraf kranial)
Nervus I ( olfaktorius )
Klien yang mengalami stroke akan mengalami
penurunan fungsi penciuman
Nervus II ( optikus )
Akan mengalami penurunan fungsi penglihatan
Nervus III, IV, VI ( okulomotorius, trochleris, abdusen )
Akan mengalami penurunan refleks pupil, paralisis
semua otot ejktra okuler, gangguan konvergensi dan
akomodasi, mata tidak dapat digerakan ke lateral
Nervus VII ( fasialis )
Mengakibatkan penurunan ekspresi wajah dan
melemahnya penuruna kelpoak mata
Nervus IX, X ( Glosofaringeus, Vagus )
Akan mengalami hilangnya fungsi pengecapan dan
gangguan menelan
Nervus XI ( asesorius )
Terdapatnya kekakuan otot sternomastoides
Nervus XII ( Hipoglosus )
Didapatkan jatuhnya lidah ke satu sisi

2. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki
sehingga dapat diketahui kesenjangan/masalah apakah masalah itu
masalah keperawatan ataupun masalah kesehatan yang dihadapi oleh
keluarga (Nasrul Effendi, 1998; 87)
Didalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan
dalam melihat perkembangan keluarga, yaitu ; (Nasrul Effendi, 1998 :
48)
i. Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga,
meliputi : keadaan fisik, mental sosial anggota keluarga, gizi dan
status imunisasi anggota keluarga, kehamilan dan keluarga
berencana.
ii. Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, meliputi : ventilasi,
penerangan, kebersihan, konstruksi, luas rumah dibandingkan
dengan jumlah anggota keluarga, sumber air minum, jamban
keluarga, pembuangan air limbah, pemanfaatan pekarangan yang
ada dan sebagainya.
iii. Karakteristik keluarga, meliputi : sifat-sifat keluarga, dinamika
keluarga, komunikasi keluarga, komunikasi dalam keluarga,
interaksi antar anggota keluarga, kebiasaan dan nilai-nilai yang
berlaku dalam keluarga.
b. Perumusan Masalah
Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,
seorang perawat selalu mengacu kepada tipologi masalah kesehatan
dan keperawatan serta berbagai alasan dari ketidakmampuan keluarga
dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang perawat dalam
mengenal dan menganalisa situasi dan kondisi disuatu keluarga untuk
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan pada keluarga adalah
sebagai berikut (Salvicio G. Bailon dan Aracelis Maglaya, 1989 : 41 )

Tipologi masalah kesehatan keluarga ada tiga kelompok masalah


besar, yaitu :
a. Ancaman kesehatan adalah keadaan-keadaan yang dapat
memungkinkan terjadinya penyakit, kecelakaan dan kegagalan
dalam mencapai potensi kesehatan. Yang termasuk kedalam
penyakit ancaman adalah penyakit keturunan, penyakit
menular, jumlah anggota keluarga terlalu besar tidak sesuai
dengan kemampuan dan sumber daya keluarga, keturunan atau
kelebihan gizi, keadaan yang dapat menimbulkan stress,
sanitasi lingkungan yang buruk, kebiasaan-kebiasaan yang
dapat merugikan kesehatan lingkungan, sifat kepribadian yang
melekat, riwayat persalinan sulit, mamainkan peran yang tidak
sesuai, imunisasi anak yang tidak lengkap.
b. Kurang atau tidak sehat adalah kegagalan dalam memanfaatkan
kesehatan. Yang termasuk didalamnya adalah keadaan sakit
pada sesudah atau sebelum didiagnosa, kegagalan dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak.
c. Keluarga mandiri adalah kemampuan keluarga dalam mengenal
masalah, memutuskan tindakan untuk mengatasi masalah dan
kemampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
masalah kesehatan.
Pengkajian fungsi perawatan keluarga
Dalam perumusan masalah didapat kesimpulan yang menjadi
etiologi dari setiap masalah yang muncul
a) Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga,
disebabkan karena : kurangnya pengetahuan, rasa takut akibat
masalah kesehatan yang diketahui, sikap dan falsafah hidup.
b) Ketidakmauan keluarga dalam mengambil keputusan dalam
melakukan tindakan yang tepat, disebabkan karena :
i. Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya
masalah.
ii. Masalah kesehatan tidak begitu menonjol.
iii. Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah.
iv. Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan.
v. Ketidakcocokkan pendapat dari anggota keluarga.
vi. Tidak tahu tentang fasilitas yang ada.
vii. Takut akibat dari tindakan.
viii. Sikap negatif terhadap masalah kesehatan.
c) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit
disebabkan karena : tidak mengetahui keadaan penyakit, tidak
seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga.
c. Menegakkan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menetapkan atau
menentukan masalah dari hasil pengumpulan dan analisa data (situasi
dan kondisi di suatu keluarga).
d. Prioritas Masalah
Setelah data dianalisa, perawat menyadari bahwa keluarga
menghadapi beberapa masalah kesehatan dan masalah keperawatan
yang tidak dapat ditangani secara bersamaan sekaligus, oleh karena itu
perlu disusun suatu prioritas masalah untuk menentukan tingkatan
permasalahan yang ditemukan, dimana intervensi yang diberikan
mengacu pada urutan prioritas masalah tersebut, dengan melihat
sumber daya keluarga maupun sumber daya perawat.
Untuk menetukan prioritas masalah kesehatan perlu disusun skala
prioritas seperti berikut ini (Nasrul Effendi, 1998 : 53)
Tabel 1
Skala Untuk Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga Sesuai Dengan Prioritas
KRITERIA SKOR BOBOT
1. Sifat Masalah
 Tidak/kurang sehat 3
 Ancaman kesehatan 2 1
 Krisis 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
 Dengan mudah 2
 Hanya sebagian 1 2
 Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah
 Tinggi 3
 Cukup 2 1
 Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
 Masalah berat harus 2
ditangani 1 1
 Ada masalah/tidak perlu
segera ditangani 0
 Masalah tidak dirasakan

Sumber : Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya.

Skoring :
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot

Skor
X Bobot
Angka tertinggi
3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria. Skor tertinggi adalah 5, sama
dengan seluruh bobot.
3. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang
sistematis dan logis yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan
secara terus menerus, dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasi (Nasrul Effendi, 1998 : 54).
Perencanaan keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi
masalah pasca stroke adalah sebagai berikut :
i. perubahan perfusi jaringan
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan Ketidaktahuan
keluarga mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga dengan
gangguan pefusi jaringan
1) Tujuan Umum
Perubahan perfusi jaringan tidak terjadi
2) Tujuan Khusus
keluarga mengenal masalah kesehatan pada klien dengan gangguan
pefusi jaringan dengan kriteria:
a) Keluarga dapat menjelaskan tentang penyakit, penyebab dan
tanda-tanda gangguan perfusi jaringan
b) Keluarga dapat membandingkan keadaan keluarga yang
mengalami masalah kesehatan dengan keadaan normal.
3) Intervensi
a) Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang pengertian,
penyebab dan tanda-tanda perubahan perfusi jaringan.
b) Bantu keluarga melihat kondisi yang terjadi pada anggota
keluarga dengan perubahan perfusi jaringan dibandingkan
dengan keadaan normal.
c) Kembangkan sikap positif yang membangun terhadap masalah
perubahan perfusi jaringan.
4) Kriteria Evaluasi
a) Secara verbal keluraga dapat menjelaskan tentang pengertian
dan tanda-tanda gangguan perfusi jaringan.
b) Secara verbal keluarga mengatakan bahwa salah satu anggota
keluarga mengalami gangguan kesehatan.
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan Ketidakmauan
keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah
pada anggota keluarga dengan gangguan perfusi jaringan
1) Tujuan Umum
Perubahan perfusi jaringan tidak terjadi Keluarga mampu
mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat dalam
perawatan .
2) Tujuan Khusus Keluarga mampu mengambil keputusan dalam
melakukan tindakan yang tepat dalam perawatan dengan kriteria
a) Keluarga dapat menjelaskan akibat dari perubahan perfusi
jaringan.
b) Keluarga dapat memilih alternatif tindakan dalam mengatasi
perubahan perfusi jaringan.
c) Keluarga memutuskan untuk mengatasi gangguan perubahan
perfusi jaringan.
3) Intervensi
a) Jelaskan kepada keluarga tentang akibat dari perubahan perfusi
jaringan.
b) Diskusikan kepada keluarga tentang akibat bila keluarga tidak
mengambil keputusan untuk mengatasi gangguan perfusi
jaringan.
c) Berikan alternatif yang dapat dilakukan keluarga untuk
mengatasi gangguan perfusi jaringan.
4) Kriteria Evaluasi
a) Secara verbal keluarga dapat menjelaskan akibat dari
perubahan perfusi jaringan.
b) Secara verbal keluarga dapat memilih alternatif tindakan untuk
mengatasi gangguan perfusi jaringan.
c) Secara verbal keluarga memutuskan untuk mengatasi
perubahan perfusi jaringan.
c. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan perubahan perfusi
jaringan.
1) Tujuan Umum
Keluarga mampu melakukan perawatan pada anggita keluarga
dengan perubahan perfusi jaringan.
2) Tujuan Khusus
a) Keluarga dapat menjelaskan cara merawat anggota keluarga
dengan perubahan perfusi jaringan.
b) Keluarga dapat melaksanakan perawatan anggota keluarga
dengan perubahan perfusi jaringan.
c) Intervensi
a) Jelaskan pada keluarga tentang perawatan anggota keluarga
dengan perubahan perfusi jaringan.
d) Jelaskan kepada keluarga tentang cara pencegahan dengan
perubahan perfusi jaringan.
3) Kriteria Evaluasi
a) Secara verbal keluarga dapat menjelaskan cara merawat
anggota keluarga dengan perubahan perfusi jaringan.
b) Secara psikomotor keluarga dapat melaksanakan perawatan
pada anggota keluarga dengan perubahan perfusi jaringan.
ii. Gangguan mobilisasi fisik
a. gangguan mobilisasi fisik berhubunagn dengan ketidaktahuan
keluarga mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga
dengan gangguan mobilisasi fisik
1) Tujuan Umum
Gangguan mobilisasi fisik teratasi
2) Tujuan Khusus
pengetahuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
meningkat dengan kriteria :
1. Keluarga mampu menjelaskan pengertian dari mobilisasi
2. Keluarga mampu menyebutkan tujuan mobilisasi
3. Keluarga mampu menyebutkan kembali jenis-jenis mobilisasi
4. Keluarga mampu menjelaskan kembali teknik-teknik dari
mobilisasi aktif dan pasif
1) Intervensi
a) Jelaskan pengertian dari mobilisasi
b) Jelaskan tujuan mobilisasi
c) Jelaskan jenis-jenis mobilisasi
d). Jelaskan teknik-teknik dari mobilisasi aktif dan pasif
2) Kriteria Evaluasi
a. Secara verbal keluarga dapat menjelaskan kembali pengertian
dari mobilisasi
b. Secara verbal keluarga dapat menjelaskan kembali tujuan
mobilisasi
c. Secara verbal keluarga dapat menjelaskan kembali jenis-jenis
mobilisasi
d. Secara verbal keluarga dapat menjelaskan kembali teknik-
teknik dari mobilisasi aktif dan pasif
b. gangguan mobilisasi fisik berhubunagn dengan ketidakmauan
keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi masalah l masalah
kesehatan pada anggota keluarga dengan gangguan mobilisasi fisik
1) Tujuan Umum
Gangguan mobilisasi fisik teratasi
2) Tujuan Khusus
a) Keluarga mampu menjelaskan kembali pentingnya mobilisasi
b) Keluarga dapat menyebutkan akibat dari gangguan mobilisasi
fisik
c) Keluarga mengatakan secara verbal akan melakukan perawatan
tentang mobilisasi pada klien
d) Keluarga dapat membuat keputusan tentang penanganan
masalah kesehatan
3) Intervensi
a) Jelaskan pentingnya mobilisasi
b) Jelaskan akibat dari gangguan mobilisasi fisik
4) Kriteria Evaluasi
a) Secara verbal keluarga dapat menjelaskan kembali pentingnya
mobilisasi
b) Secara verbal keluarga dapat menjelaskan akibat dari gangguan
mobilisasi fisik
c. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan gangguan mobilisasi
fisik
1) Tujuan Umum
Gangguan mobilisasi fisik teratasi
2) Tujuan khusus
Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan gangguan
mobilisasi fisik dengan kriteria :
a) Keluarga mampu menjelaskan kembali cara mobilisasi dengan
benar
b) Keluarga mampu melakukan mobilisasi secara mandiri
c) Keluarga mampu memotivasi klien dalam melakukan moilisasi
d) Keluarga dapat menentukan jadwal untuk melakukan
mobilisasi
e) Keluarga dapat menentukan jadwal perubahan posisi baring
klien
f) Keluarga dapat menggali dan memanfaatkan sumber daya dan
fasilitas yang di perlukan dalam perawatan

iii. gangguan komunikasi verbal


a. gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
mengenal masalah gangguan komunikasi verbal
1) Tujuan Umum
Gangguan komunikasi verbal teratasi
2) Tujuan Khusus
1. Keluarga dapat menjelaskan pengertian gangguan komunikasi verbal
2. Keluarga dapat menjelaskan penyebab gangguan komunikasi verbal
3. Keluarga dapat menerima kadaan anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan
3) Kriteria evaluasi
Secara verbal keluarga dapat menybutkan kembali pengertian dan penyebab
gangguan komunikai verbal
4) Intervensi
a. Berikan penyuluhan tentang pengertia dan penyebab
b. Kaji ulang pengetahuan keluarga setelah dibeikan penyuluhan
c. Beri reinforcement bila jawaban benar

b. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmaun keluarga


mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi
masalah
1) Tujuan Umum
Keluarga mau mengambil keputusan dan tindakan yang tepat untuk
mengatasi gangguan komunikasi verbal
2) Tujuan Khusus
a) Keluarga dapat menyebutkan kembali akibat yang ditimbulkan dari
gangguan komunikasi verbal
b) Keluarga dapat menyebutkan alternatif-alternatif untuk mengatasi
gangguan komunikasi verbal
c) Keluarga dapat mengambik keputusan /tindakan yang tepat pada
anggota keluarga dengan gangguan komunikasi verbal
3) Kriteria evaluasi
a) Secara verbal keluarga dapat menyebutkan akibat dari gangguan
komunikasi verbal
b) Secara verbal keluarga dapat menyebutkan alternatif-alternatif untuk
memecahkan masalah gangguan komunikasi verbal
c) Secara aktif keluarga memutuskan tindakan yang diambil untuk
mengatasi gangguan komunikasi verbal
4) Intervensi
a) Beri penyuluhan kepada keluarga tentang akibat gangguan komunikasi
verbal
b) Kaji ulang pengetahuan keluarga setelah diberikan penyuluhan
c) Beri reinforcement bila jawaban benar
d) Diskusikan akibat gangguan komunikasi verbal
e) Jelaskan pada keluarga alternatif yang dapat dilakukan untuk
mengatasi gangguan komunikasi verbal
f) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mengambil keputusan

c. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


merawat anggota keluarga yang sakit
1) Tujuan Umum
Keluarga merawat anggota keluarga dengan gangguan komunikasi verbal
2) Tujuan Khusus
a) Keluarga dapat menjelaskan cara mengatasi gangguan komunikasi
verbal
b) Keluarga dapat menjelaskan cara merawat anggota keluarga yang
sakit dengan gangguan komunikasi verbal
c) Keluarga dapat mendomenstrasikan cara berkomunikasi
3) Kriteria Evaluasi
a) Keluarga dapat menjelaskan kembali cara mengarasi gangguan
komunikasi verbal
b) Keluarga dapat memberikan perawatan kepada anggota keluarga
yang menderita gangguan komunikasi verbal
4) Intervensi
a) Jelaskan pada keluarga tentang cara-cara melakukan komunikasi pada
penderita gangguan komunikasi verbal
b) Demonstrasikan cara berkomunikasi pada penderita gangguan
komunikasi verbal

iv. Kurang Perawatan Diri


a. Gangguan ADL berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal
masalah ADL
1) Tujuan Umum
Keluarga mampu memahami mengenai perawatan diri bagi klien stroke
2) Tujuan Khusus
1. Keluarga dapat menjelaskan mengenai pentingnya perawatan diri
2. Keluarga mau melakukan cara-cara perawatan bagi klien stroke
3) Kriteria evaluasi
a. Keluarga dapat menjelaskan kembali mengenai pentingnya perawatan
diri
b. Keluarga mau melakukan cara-cara perawatan diri
b. Gangguan ADL berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kurangnya perawatan diri
1) Tujuan Umum
Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
kurangnya perawatan diri
2) Tujuan Khusus
a) Keluarga dapat mengetahui pentingnya perawatan diri
b) Keluarga dapat menggunakan fasilitas yang ada di dalam rumah
untuk mengatasi masalah
c) Keluarga dapat mengambil keputusan untuk mengatasi masalah

3) Kriteria evaluasi
a) Keluarga dapat menjelaskan mengenai pentingnya perawatan diri
b) Keluarga mau menggunakan fasilitas yang ada dirumah untuk
mengatasi masalah
c) Keluarga mampu mengambil keputusan
4) Intervensi
a) Jelaskan pada keluarga mengenai pentingnya perawatan diri
b) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan

3. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan
kepada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. (Nasrul Effendi,
1998 : 59).
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap proses keperawatan keluarga
dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat
keluarga mengadakan perbaikan perilaku kesehatan.
Kegagalan dalam melaksanakan tindakan keperawatan dan kesehatan
dalam memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak
faktor, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan.
b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh.
c. Tidak mau menghadapi situasi.
d. Memepertahankan suatu pola tingkah laku karena suatu kebiasaan.
e. Adat istiadat yang berlaku.
f. Kegagalan dalam mengaitkan tindakan dengan sasaran.
g. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan.
Faktor lain yang bersumber dari perawat adalah :
 Menggunakan pola pendekatan yang tetap (kaku, kurang luwes).
 Kurang memberikan penghargaan dan perhatian terhadap faktor-faktor
sosial budaya.
 Perawat kurang ahli dalam mengambil tindakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
terhadap keluarga, yaitu : (Nasrul Effendi, 1995 : 209)
a. Sumber daya keluarga (keuangan).
b. Tingkat pendidikan keluarga.
c. Adat istiadat yang berlaku.
d. Respon dan penerimaan keluarga.
e. Sarana dan prasarana yang ada opada keluarga.

4. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan telah tercapai
atau sampai manakah tujuan tersebut tercapai. Kriteria dan standar adalah
dua istilah yang berhubungan dengan evaluasi (Salvicion G. Bailon dan
Aracelis Maglaya, 1989 : 96).
Kriteria adalah gambaran tentang faktor-faktor tidak tetap yang dapat
memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai.
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Kasus
1. Pengumpulan Data
a. Pengkajian Keluarga
1) Data Umum
Nama Puskesmas : Puskesmas Sukajadi
Tanggal pengkajian : Selasa 12 Mei 2015
Nama kepala keluarga : Ny. I
Umur : 76 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Status Marital : Cerai mati
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku/Bangsa : Sunda/ Indonesia
Alamat : Jl. Karang Tineung Dalam RT 03/ RW 03
Kelurahan Cipedes Desa Sukajadi

2) Daftar Anggota Keluarga


No. Nama Hubungan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Keadaan
Anggota Keluarga Kesehatan
Keluarga
1 Ny. I P 76 SD Tidak Islam Stroke
bekerja

3) Data Khusus Keluarga


a) Tipe Keluarga Inti
Keluarga Ny. I termasuk dalam type keluarga single adult
living alone/ single adult family, dimana dalam keluarga terdiri
dari seseorang yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)
b) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga Ny I termasuk ke dalam tahap
VIII, yaitu tahap perkembangan keluarga berada dalam tahap
keluarga lansia. Dalam keluarga, Ny. I hanya hidup sendiri dan
usianya sudah termasuk kedalam kategori lansia.
c) Tugas Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Tahap perkembangan dan tugas keluarga Ny. I yang masih
belum terpenuhi yaitu mempersiapkan diri untuk menghadapi
berbagai penyakit atau kelainan degeneratif.

4) Keadaan Biologis Keluarga


a) Keadaan Kesehatan
Dalam keluarga Ny. I ada yang menderita penyakit stroke
sejak Desember tahun 2014 yaitu Ny. I sendiri. Klien hanya
tinggal sendiri dan tidak ada anggota keluarga lain. Namun
menurut klien dalam anggota keluargaya tidak ada yang
menderita penyakit stroke seperti yang dialami oleh klien.
Klien pernah berobat ke balai pengobatan untuk memeriksakan
kesehatannya diantar oleh tetangga yang sampai saat ini masih
mengurus klien. Klien mengeluh ekstrimitas bagian kirinya
tidak dapat digerakkan sehingga klien tidak dapat beraktivitas
seperti biasanya. Klien hanya bisa berbaring dan segala
kebutuhannya dibantu oleh tetangga.
b) Kebersihan Keluarga
Kebiasaan dalam membersihkan diri anggota keluarga Ny. I
seperti mandi dengan cara diseka sebanyak 2 kali sehari
dengan menggunakan waslap basah, menggosok gigi 1 kali
sehari, kebiasaan mencuci rambut jika terasa gatal saja.
Kebersihan badan dan pakaian anggota keluarga kurang.
c) Penyakit yang Sering Diderita
Penyakit yang sering diderita oleh Ny. I adalah batuk dan pilek
biasa.
d) Penyakit Kronis / Menular
Dalam keluarga Ny. I tidak ada yang mengalami penyakit
kronis dan menular.
e) Kecacatan Anggota Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kecacatan.
f) Pola Makan
Frekuensi makan keluarga Ny. I dalam sehari sebanyak 2-3
kali, jenisnya nasi, sayuran dan lauk pauk, serta tidak ada
pantangan makanan.
g) Pola Istirahat
Klien tidur dengan jam yang tidak menentu. Klien dapat tidur
selama 8-9 jam/ hari.
h) Reproduksi / Akseptor KB
Keluarga Ny. I sudah tidak menjadi akseptor KB.

5) Psikologis Keluarga
a) Keadaan Emosi / Mental
Keadaan emosi Ny. I tampak stabil, tetapi klien merasa sedih
jika ada yang berpikiran buruk terhadapnya.
b) Koping Keluarga
Bila timbul suatu masalah, biasanya Ny. I menceritakan
kepada tetangga yang merawatnya.
c) Kebiasaan Buruk
Ny. I tidak memiliki kebiasaan buruk seperti merokok.
d) Rekreasi
Klien mengatakan semenjak sakit klien tidak pernah berjalan-
jalan disekitar rumah seperti sebelum sakit. Klien tidak
menggunakan tv.
e) Pola Komunikasi Keluarga
Komunikasi Ny. I dengan tetangga cukup baik, berkomunikasi
sehari-hari dengan bahasa sunda dan terkadang menggunakan
bahasa Indonesia.
f) Pengambil Keputusan
Dalam hal pengambilan keputusan, Ny. I selalu mengambil
keputusan sendiri dibantu oleh tetangga yang merawatnya.

6) Sosial Ekonomi Keluarga


a) Hubungan dengan Orang lain
Hubungan dengan orang lain cukup baik terbukti dengan
keluarga klien mau berkomunikasi dan berinteraksi dengan
tetangganya yang datang menjenguk.
b) Kegiatan Organisasi Sosial
Klien sudah tidak mengikuti kegiatan organisasi sosial di
lingkungannya.
c) Keadaan Ekonomi
Saat ini klien tidak bekerja. Tetangga yang merawat klien lah
yang mengurus urusan ekonomi klien.

7) Spiritual Kultural Keluarga


a) Keadaan Beribadah
Kien beragama Islam dan hanya menjalankan ibadah shalat 5
waktu jika diingatkan saja.
b) Keyakinan Tentang Kesehatan
Klien mengatakan sehat itu penting dan beranggapan bahwa
penyakit yang diderita oleh klien bukan hukuman dari Tuhan.
Klien ingin penyakit yang dideritanya bisa cepat sembuh.
c) Nilai dan Norma
Nilai dan norma sama dengan nilai dan norma yang ada di
masyarakat, tidak ada yang bertentangan dengan kesehatan.
d) Adat yang Mempengaruhi Kesehatan
Tidak ada adat yang bertentangan dengan kesehatan.

8) Lingkungan Rumah
a) Kebersihan dan Kerapihan
Keadaan di luar maupun di dalam rumah kurang bersih dan
rapih. Lantai rumah di tegel semen. Kerapihan kurang,
terdapat barang-barang yang tidak di tempatkan pada
tempatnya dan terlihat berantakan.
b) Penerangan
Penerangan di dalam rumah kurang, sinar matahari di siang
hari kurang masuk, rumah tampak gelap. Pada malam hari
penerangan menggunakan cahaya lampu listrik.
c) Ventilasi
Ventilasi rumah kurang, jendela yang terdapat di rumah
berjumlah 1 buah dan jarang dibuka, pertukaran udara terjadi
bila pintu depan di buka, rumah tampak terlihat pengap, secara
keseluruhan ventilasi kurang.
d) Jamban
Jamban / WC yang digunakan oleh keluarga Ny. I adalah
milik sendiri dan terletak diluar rumah. Air limbah mengalir
keselokan melalui paralon, keadaan jamban bersih.
e) Sumber Air Bersih dan Minum
Sumber air bersih untuk keperluan mandi dan mencuci didapat
dari sumur yang terdapat di belakang rumah klien, sedangkan
untuk air minum yang digunakan keluarga Ny. I berasal dari
air yang dimasak. Keadaan air baik, tidak berbau, tidak berasa,
tidak berwarna dan tidak keruh.
f) Pemanfaatan Halaman
Keluarga Ny. I tidak memiliki halaman rumah.
g) Pembuangan Air Kotor
Menurut keluarga air limbah / kotoran bekas cucian atau mandi
dan kotoran tinja dibuang melalui septik tank yang dialirkan
menuju selokan yang mengalir di belakang rumah Ny. I
h) Pembuangan Sampah
Keluarga Ny. I biasa membuang sampah dengan dikumpulkan
dulu di kantong plastik dan kemudian di bawa oleh petugas
pengangkut sampah untuk dibuang ke tempat penampungan
sampah.

9) Genogram
10) Denah Rumah

b. Pengkajian Individu
1) Identitas
Nam : Ny. I
Umur : 76 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Status Marital : Cerai mati
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku/Bangsa : Sunda/ Indonesia
Alamat : Jl. Karang Tineung Dalam RT 03/ RW 03
Kelurahan Cipedes Desa Sukajadi

2) Alasan ke Puskesmas Dikunjungi


Tetangga yang merawat Ny.I mengatakan bahwa klien hanya
dibawa ke puskesmas 1 kali semenjak sakit karena tidak sanggup.
3) Riwayat Kesehatan
a) Masalah Kesehatan yang Pernah Dialami
Ny. I menderita stroke sejak Desember tahun 2014 setelah
terjatuh di kamar mandi. Saat itu Ny. I dibawa oleh tetangga
untuk diperiksa karena Ny. I tidak dapat menggerakkan dengan
bebas ekstrimitas bagian kiri. Setelah mendapatkan dua macam
obat yang tetangga ketahui salah satunya yaitu obat darah
tinggi, Ny. I pulang dan melakukan pengobatan di rumah,
namun setelah beberapa hari kemudian keadaanya tidak ada
perubahan. Ny. I juga mengakui memili penyakit gastritis yang
sudah lama di derita namun jarang kambuh.
b) Masalah Kesehatan Keluarga (Keturunan)
Ny. I mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang
menderita penyakit sama sepertinya dan tidak mengetahui
riwayat kesehatan anggota keluarganya yang lain.

4) Kebiasaan Sehari-hari
a) Biologis
(1) Pola Makan
Frekuensi makan keluarga Ny. I dalam sehari sebanyak 2-
3 kali dalam sehari, jenisnya nasi, sayuran dan lauk pauk,
serta tidak ada pantangan makanan.
(2) Pola Minum
Ny. I minum 7-8 gelas sehari, jenis minuman air putih
atau teh tawar.
(3) Pola Tidur
Klien tidur dengan jam yang tidak menentu. Klien dapat
tidur selama 8-9 jam/ hari.
(4) BAB / BAK
Menurut Ny. I, dirinya BAB sekali dalam sehari dengan
konsistensi lunak, warna kuning dan baunya khas, tidak
ada gangguan dalam BAB, begitu juga dengan BAK yang
rata-rata 5-6 kali sehari dengan warna kuning jernih, tidak
ada keluhan dalam proses pengeluarannya. Ny. I
menggunakan pempers.
(5) Aktifitas Sehari-hari
Ny. I hanya dapat berbaring dan tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari seperti sebelum sakit.
(6) Rekreasi
Klien mengatakan semenjak sakit klien tidak pernah
berjalan-jalan disekitar rumah seperti sebelum sakit. Klien
tidak menggunakan tv.

b) Psikologis
(1) Keadaan Emosi
Ny. I tampak tenang. Klien dapat menerima keadaan
sakitnya. Namun klien terkadang mengeluh karena tidak
dapat melakukan aktivitas seperti sebelum sakit.

c) Sosial
(1) Hubungan Antar Keluarga
Ny. I tinggal sendiri di dalam rumahnya.
(2) Hubungan Dengan Orang Lain
Hubungan Ny. I dengan tetangga sekitar baik terutama
dengan tetangga yang berdekatan dengan rumahnya,
sesekali tetangga lainnya datang untuk menjenguk klien.

d) Spiritual / Kultural
(1) Pelaksanaan Ibadah
Kien beragama Islam dan hanya menjalankan ibadah
shalat 5 waktu jika diingatkan saja.
(2) Keyakinan Tentang Kesehatan
Klien mengatakan sehat itu penting dan beranggapan
bahwa penyakit yang diderita oleh klien bukan hukuman
dari Tuhan. Klien ingin penyakit yang dideritanya bisa
cepat sembuh.

5) Pemeriksaan Fisik
No Aspek yang Dinilai Ny. I
1 Keadaan umum Sedang sakit
Kesadaran Compos mentis

Tanda-tanda vital
Tensi 100/70 mmHg
Nadi 80 x/menit
Pernafasan 20 x/menit
Suhu 36,5 ºC

2. Pemeriksaan fisik dan kebersihan


perorangan
Kepala :
Kulit kepala Bersih tidak lengket, tidak ada lesi dan
benjolan

Rambut Rambut sudah beruban, penyebaran merata


dan tidak mudah dicabut

Bentuk Simetris
Mata :
Bentuk Simetris

Konjungtiva Warna merah muda


Sklera Warna putih

Reflek pupil +/+

Fungsi penglihatan Kurang baik, pandangan mulai tidak jelas,


klien tidak memakai alat bantu melihat

Gerakan bola mata Dapat digerakan ke segala arah


Telinga :
Bentuk Simetris

Warna Sama dengan warna kulit sekitar

Kelenturan dan kebersihan Daun telinga teraba elastis tidak ada lesi dan
tidak ada nyeri tekan

Fungsi pendengaran Kurang baik, terbukti dengan Ny. I mampu


menjawab semua pertanyaan dengan baik
dan benar jika suara penanya dekat dengan
telinga klien
Hidung :
Bentuk Simetris, tidak ada sekret, septum berada
ditengah

Fungsi Penciuman Baik, terbukti Ny. I dapat membedakan bau


minyak kayu putih dengan mata tertutup, tes
kepatenan kedua hidung sama
Mulut :
Bentuk Simetris, bibir lembab,warna merah muda,
mukosa mulut bersih, tidak terjadi
pembesaran tonsil

Fungsi menelan Baik, tidak ada keluhan dalam menelan

Leher : Simetris, KGB tidak teraba, tidak teraba


Bentuk pembesaran kelenjar tiroid, tidak terlihat
pembesaran JVP

Pergerakan Dapat digerakkan ke segala arah


Dada :
Bentuk Simetris, warna kulit sama dengan daerah
sekitar, tidak ada lesi dan benjolan serta
tidak ada nyeri tekan

Bunyi nafas Vesikuler di semua area paru

Vokal Fremitus Fibrasi teraba sama di kedua paru

Ekspansi paru Simetris

Jantung S1 dan S2 terdengar murni regular


Abdomen :
Bentuk Cembung, tidak ada nyeri tekan dan nyeri
lepas, hati dan ginjal tidak teraba

Punggung Tidak ada lesi atau benjolan


Integumen :
Warna Sawo matang

Keadaan Bersih

Turgor Kembali dalam 2 detik

Tekstur Kasar

Sensasi Dapat membedakan sensasi tajam dan


tumpul
Ekstremitas :
Atas Bentuk tangan simetris, terdapat kekakuan
pada jari-jari tangan kiri. Bagian kiri tidak
bisa digerakkan secara bebas, tidak ada
edema dan benjolan, CRT kurang dari 3
detik, kekuatan otot 5 0

Bawah Bentuk simetris, bagian kiri tidak bisa


digerakkan secara bebas, tidak terdapat
edema pada kaki, warna kulit sawo matang,
CRT <3 detik,

kekuatan otot 5 2
c. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1 DS :
- Klien mengeluh tidak dapat Gangguan Ketidakmampuan
menggerakkan secara bebas tubuh mobilitas fisik keluarga Ny. I
bagian kirinya pada Ny. I di mengenal masalah
- Ny. I mengeluh tidak dapat keluarga Ny.I gangguan mobilitas
melaukan aktivitas seperti sebelum fisik akibat stroke
sakit dan hanya dapat berbaring saja pada Ny. I
- Ny. I mengatakan mengalami stroke
sejak Desember tahun 2015, pada
saat terkena stroke klien mengalami
anggota gerak sebelah kiri
mengalami kelemahan
- Klien mengeluh sering pegal
- Tetangga yang merawat Ny. I
mengatakan bahwa Ny. I hanya
pernah dibawa ke puskesmas 1 kali

DO:
- Pemeriksaan kekuatan motorik
5 0
5 2
- Ny. I tampak hanya berbaring saja di
kasur dan tetap berada di posisi yang
sama
- TD 100/70 mmHg

2. Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas


Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah gangguan mobilitas fisik akibat
stroke pada Ny. I
3 Pengkajian Keluarga Mandiri
Masalah Masalah Kriteria Keluarga Mandiri Kategori
Tanggal
kesehatan keperawatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 masalah
12 Mei Stroke Gangguan
2015 mobilitas fisik   -  - - - - - - (KM I)
Keterangan :
- : tidak bisa menjawab/melakukan
 : bisa menjawab/melakukan
Kesimpulan : Keluarga Ny. I termasuk kedalam kategori Keluarga Mandiri I (KM
I)

4. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No Kriteria Hasil Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
1 Ketidakmampuan Tujuan Umum:
keluarga mengenal Setelah dilakukan 3x 1. Diskusi dengan keluarga
masalah gangguan kunjungan pada keluarga tentang pengertian, penyebab,
mobilitas fisik akibat Ny. I maka keluarga Ny. I tanda dan gejala stroke
stroke pada Ny. I memahami tentang cara dengan menggunakan lembar
memelihara kesehatan leaflet

Tujuan Khusus : 2. Motivasi keluarga untuk


Setelah diberikan penjelasan menyebutkan kembali
selama 15 menit keluarga pengertian, penyebab dan
mampu mengenal masalah tanda gejala stroke
kesehatan dengan
menyebutkan pengertian, 3. Demonstrasikan latihan ROM
penyebab dan tanda gejala pasif/aktif
penyakit stroke dan cara
perawatan 4. Minta keluarga atau Ny. I
untuk mengulangi gerakan
Kriteria : dengan bantuan leaflet
Respon verbal keluarga
Standar : 5. Beri pujian yang positif atas
1. Sroke adalah gangguan usaha yang dilakukan
fungsi otak, yang keluarga
berlangsung dengan
cepat. Berlangsung
lebih dari 24 jam atau
berakhir dengan maut
tanpa ditemukannya
penyebab selain
daripada gangguan pada
pembuluh darah.
2. Menyebutkan penyebab
stoke yaitu penyempitan
atau sumbatan
pembuluh darah otak,
perdarahan serebri dan
4 faktor risiko antara
lain hipertensi, Diabetes
Mellitus, kolesterol
tinggi dan kegemukan.
3. Menyebutkan 2 dari 5
tanda dan gejala stroke
yaitu kelemahan salah
satu sisi tubuh, kesulitan
bicara
5. Implementasi

Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan

You might also like