Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat berasal dari saluran pernapasan
itu sendiri dari jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari saluran pernapasan, sel
kanker dapat berasal dari sel bronkus, alveolus, atau dari sel-sel yang memproduksi
mucus yang mengalami degenerasi maligna. Karena pertumbuhan suatu proses
keganasan selalu cepat dan bersifat infasif, proses kanker tersebut selalu sudah
mengenai saluran pernapasan, sel-sel penghasil mucus, maupun jaringan ikat
(Danusantoso, 2013 : 311).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan,
terutama asap rokok (Suryo, 2010 : 27).
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi
primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah bersifat
epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus (Muttaqin, 2008: 198).
Seperti umumnya kanker yang lain penyebab yang pasti daripada kanker paru
belum diketahui,tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama di samping adanya faktor lain seperti
kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain (Sudoyo, 2007 : 1005).
Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru
sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Lombard dan Doering (1928), telah
melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok dibandingkan dengan yang
tidak merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari
dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan
menderita kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa penelitian mengatakan
bahwa perokok pasif pun akan beresiko terkena kanker paru. Anak-anak yang
terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena resiko kanker
paru dua kali lipat di bandingkan dengan yang tidak terpapar, dan perempuan yang
hidup dengan suami/pasangan perokok juga terkena resiko kanker paru 2-3 kali lipat.
Diperkirakan 25% kanker paru dari bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif.
Insiden kanker paru pada perempuan di USA dalam 10 tahun terakhir ini juga naik
menjadi 5% per tahun,antara lain karena meningkatnya jumlah perempuan perokok
atau sebagai perokok pasif. Efek rokok bukan saja mengakibatkan kanker paru, tapi
dapat juga menimbulkan kanker pada organ lain seperti mulut, laring dan esofagus
(Sudoyo, 2007 : 1005).
Laporan dari NCl (National Cancer Institute) di USA tahun 1992 menyatakan
kanker pada organ lain seperti ginjal, vesika urinaria,ovarium, uterus, kolon, rektum,
hati, penis dan lain-lain lebih tinggi pada pasien yang merokok daripada yang bukan
perokok. (Sudoyo, 2007 : 1005).
Genetik. Terdapat perubahan /mutasi beberapa gen yang berperanan dalam kanker
paru, yakni: proto oncogen, Tumor supressor gene, Gene encoding enzyme
Teori Onkogenesis. Terjadinya kanker paru didasari dari tampilnya gen supresor
tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor
dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/inS) sebagian
susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam
anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah programmed cell death)
Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru
berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang otonom.
Rokok selain sebagai inisiator juga merupakan promotor dan progresor, dan rokok
diketahui sangat berkaitan (terbesar) dengan terjadinya kanker paru. Dengan
demikian kanker merupakan penyakit genetik yang pada permulaan terbatas pada sel
sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya bahkan mengenai organ
lain.
Beberapa faktor resiko kanker paru menurut Arif Muttaqin (2008: 198-199) tersebut
yaitu :
a. Merokok
Kanker paru beresiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat dibandingkan
dengan bukan perokok. Peningkatan faktor resiko ini berkaitan dengan riwayat
jumlah merokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari
dikali jumlah tahun merokok) serta faktor saat mulai merokok (semakin muda
individu mulai merokok, semakin besar resiko terjadinya kanker paru). Faktor lain
yang juga dipertimbangkan termasuk didalamnya jenis rokok yang diisap (kandungan
tar, rokok filter, dan kretek).
b. Polusi udara
e. Faktor herediter
Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari penderita kanker paru
memiliki resiko yang lebih besar mengalami penyakit yang sama. Walaupun
demikian masih belum diketahui dengan pasti apakah hal ini benar-benar herediter
atau karena faktor-faktor familial.
Menurut Tim CancerHelps (2010 : 64) Kanker paru terdiri atas dua jenis
yaitu, Small Cell Lung Cancer (SCLC) dan Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC).
Lebih dari 80% kasus kanker paru merupakan NSCLC dengan subkategori
adenokarsinoma, karsinoma, squamosa dan karsinoma sel besar.
Kanker paru jenis ini terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1. Karsinoma squamosa merupakan jenis kanker yang paling umum terjadi.proses ini
berkembang di dalam sel yang menggarisi saluran udara. NSCLC merupakan jenis
kanker yang sering terjadi. Penyebab utamanya adalah rokok.
2. Adenokarsinoma merupakan jenis kanker paru yang berkembang dari sel – sel
yang memproduksi lender atau dahak di permukaan saluran udara. jenis ini lebih
umum terjadi.
3. Karsinoma sel besar merupakan salah satu jenis sel kanker paru yang apabila
dilihat di bawah mikroskop bentuk bundar besar. Sering juga di sebut undiferentiated
carcinoma.
b. Small Cell Lung (SCLC)
- Nyeri dada
- Dispnea karena efusi pleura
- Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
- Sindrom vena cava superior
- Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
- Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
- Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis
servikalis
Gejala penyakit metastasis :
a. Pembedahan
c. Radioterapi
Efek samping radiasi, termasuk diantaranya: problem kulit, mual, muntah, dan
kelelahan. Radiasi pada dada dapat juga menyebabkan kerusakan paru-paru dan
kesulitan bernapas atau menelan. Efek samping dari terapi radiasi pada (kanker paru
yang telah menyebar ke) otak biasanya menjadi serius setelah1 atau 2 tahun
pengobatan, yang mencakup: kehilangan memori, sakit kepala, masalah dengan
pemikiran, dan kurang gairah seksual.
d. Target Terapi
1. Erlotinib (Tarceva)
Sel-sel kanker ditutupi oleh protein yang disebut EGFR (Epidermal Growth
Factor Receptor) yang membantu sel-sel kanker untuk membelah. Tarceva bekerja
dengan tidak mengizinkan EGFR untuk menginstruksikan sel-sel kanker untuk
tumbuh. Tarceva dapat diberikan pada pasien NSCLC untuk memperpanjang harapan
hidupnya. Tarceva bekerja lebih baik pada pasien bukan perokok atau wanita usia
lebih muda (sebelum menopause). Dan mudah dikonsumsi setiap hari karena
berbentuk pil.
2. Bevacizumab (Avastin)
Menurut Arif Muttaqin (2008: 202) pemeriksaan diagnostik pada kanker paru
meliputi :
a. Pemeriksaan radiologi
Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada sangat
penting dan mungkin merupakan petunjuk awal untuk mendeteksi adanya karsinoma
bronkogenik meskipun dapat juga ditemukan pada banyak keadaan lainnya.
Penggunaan CT scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam
membedakan lesi-lesi yang dicurigai.
b. Bronkhoskopi
Bronkhoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik dalam
mendiagnosis karsinoma sel skuomosa yang biasanya terletak didaerah sentral paru.
Pelaksanaan bronkhoskopi yang paling sering adalah menggunakan bronkhoskopi
serat optik. Tindakan ini bertujuan sebagai tindakan diagnostik, caranya dengan
mengambil sampel langsung ketempat lesi untuk dilakukan pemeriksaan sitologi.
c. Sitologi
a. Terapi Oksigen
Jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigenvia masker atau nasal
kanula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak terlalu jelas
hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk
memperbaiki dispnea dan kecemasan.
b. Terapi Obat
Jika klien mengalami bronkospasme, dokter dapat memberikan obat golongan
bronkodilator (seperti pada klien asma) dan kortikosteroid untuk mengurangi
bronkospasme, inflamasi, dan edema.
c. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker, terutama pada
small-cell lung cancer karena metastasis. Kemoterapi dapat juga digunakan
bersamaan dengan terapi bedah. Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk
menangani kanker, termasuk kombinasi dari obat berikut :
Cyclophosphamide, Deoxorubicin, Methotrexate, dan Procarbazine.
Etoposide dan Cisplatin
Mitomycin, Vinblastine dan Cisplatin.
d. Imunoterapi
Banyak klien kanker paru yang mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi (Cytokin)
biasa diberikan.
e. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut ini:
Klien tumor paru yang operable tetapi resiko jika dilakukan pembedahan.
Klien adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable yang mengalami pembesaran
kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.
Klien kanker bronkhus dengan oat cell.
Klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumoektomi.
Dosis umum 5.000-6.000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu.
Pengobatan dilakukan dalam 5 kali seminggu dengan dosis 180-200 rad/hari.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah sebagai berikut :
Esofagitis, hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah pengobatan.
Pneumonitis, pada rontgent terlihat bayangan eksudat di daerah penyinaran.
f. Terapi Laser
g.Torakosentesis dan Pleurodesis
Efusi pleura dapat menjadi masalah bagi klien kanker paru.
Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura viseralis dan parietalis serta obstruksi
kelenjar limfe mediastinal.
Tujuan akhir dari terapi ini adalah mengeluarkan dan mencegah akumulasi cairan.
2.Pembedahan (Surgical Management)
Prognosis kanker paru tetap sangat buruk. Angka ketahanan hidup 5 tahun (5
year survival rate ) tetap sangat rendah,yakni masih sekitar ataupun malahan dapat
kurang dari 15%. Sebab kematian ialah akibat metastasis. Ke organ-organ lain atau
akibat komplikasi pulmoner secara langsung (Danusantoso, 2013 : 320).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata :
Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 50 th
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Btn. Taborong Permai
Tanggal Masuk RS : 05 November 2015
Diagnosa Medis : Ca. Paru
2. Keluhan utama :
Sesak napas dan nyeri dada
3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien masuk ke Rumah Sakit tanggal 5 November 2015 akibat mengalami penyakit
Ca. Paru. Klien datang ke RS Pelamonia diantar oleh keluarganya melalui IGD, pada
tanggal 5 November 2015, dengan keluhan sesak napas, nyeri dada, batuk, tidak
nafsu makan, penurunan berat badan, dan cepat letih.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan atau obat-obatan, hanya
saja tidak terlalu suka sayuran. + 1 tahun yang lalu klien pernah terkena penyakit
bronkitis sampai diopname. Klien pernah mengalami kecelakaan motor namun tidak
fatal. Keluarga klien mengatakan bahwa klien hampir setiap hari mengkonsumsi
daging, jarang makan sayur, dan klien mempunyai riwayat peminum / alkohol dan
merokok, klien biasa merokok kurang lebih 1 bungkus rokok perharinya, klien mulai
merokok sejak umur 18 tahun.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien menjelaskan anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
keturunan yang umumnya menyerang, seperti DM, Asma, Hipertensi.
4. Basic Promoting physiology of Health
1. Aktifitas dan latihan
Pekerjaan Tn. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat di
rumah sambil merokok dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga.
Saat sakit, klien hanya bisa berbaring di tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien
dibantu oleh keluarganya.
2. Tidur dan istirahat
Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk tidur malam
karena klien jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur. Saat sakit
lama tidur klien hanya 5 jam dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang
kesulitan tidur di rumah sakit karena sesak dan nyeri dada yang dialami klien saat
bernapas, klien tampak lemah, gelisah dan terlihat pucat.
3. Kenyamanan dan nyeri
Klien merasakan nyeri pada dada dalam 2 bulan belakangan ini. Nyeri akan lebih
terasa menyakitkan jika beraktifitas dan akan berkurang saat klien beristirahat.
4. Nutrisi
Sebelum sakit, frekuensi makan Tn. A tidak teratur dikarenakan kesibukan jam kerja
yang mengakibatkan sering telat makan. Berat badan klien 66 kg. Berat badan dalam
1 bulan terakhir turun drastis menjadi 55 kg. Jenis makanan yang paling sering
dikonsumsi klien yaitu daging dan makanan cepat saji (sate & gulai). Klien tidak
suka sayuran, dan tidak memiliki pantangan terhadap makanan apapun. Saat sakit,
klien hanya mengkonsumsi nasi lembek, sayuran hijau, buah tapi jarang habis karena
klien mual, tidak nafsu makan, & klien tidak makan yang pedas & berminyak..
5. Cairan, elektrolit, dan asam basa
Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi minum
klien + 2-3 gelas/hari. Turgor kulit tidak elastis. Klien mendapat support IV Line
jenis RL 20 tetes/menit
6. Oksigenasi
Klien mengalami sesak, nyeri dada saat bernafas, klien batuk, klien merokok kurang
lebih 1 bungkus per harinya.
7. Eliminasi fekal/bowel
Frekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari. Feses berwani kuning,
konsistensi padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan tidak ada keluhan.
Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, baru 1x selama dirawat di RS,
feses berwarna kehitaman, konsistensi keras.
8. Eliminasi urin
Frekuensi BAK klien 5x sehari. Klien mengalami perubahan pola berkemih. Klien
tidak menggunakan kateter, kebutuhan pemenuhan ADL dengan bantuan keluarga.
9. Sensori, persepsi, dan kognitif
Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut sensori,
persepsi, dan kognitif
5. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Keadaan Umum
Kesadaran klien composmentis, Vital Sign TD 130/90 mmHg, Nadi 112x/menit,
Respirasi 36x/menit, Suhu 390 C
b. Aktivitas/ istirahat
c. Sirkulasi
Gejala : Terdapat sindrom vena kava superior (cubbing finger), terjadi aritmia,
Takikardi, Jari tabuh.
d. Integritas Ego
Gejala : perasaan takut, menolak kondisi yang berat atau potensial keganasan
f. Makanan / Cairan
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan,
kesulitan menelan, haus atau peningkatan masukan cairan.
Tanda : kurus, kerempeng atau penampilan kurang bobot, edema wajah atau leher,
dada, punggung ( obstruksi vena kava), edema wajah atau periordital (
ketikaseimbangan hormonal, kalsinoma sel kecil )
g. Nyeri
Gejala : Nyeri dada(tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap
lanjut) dimana dapat atau tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi, nyeri bahu
atau tangan( khususnya pada sel besar atau adenokalsioma), nyeri tulang atau sendi:
erosi kapilago sekunder terhadap peningkatan hormone pertumbuhan ( sel besar atau
adenokarsinoma), nyeri abdomen hilang timbul.
h. Pernafasan
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan produksi sputum,
napas pendek, pekerja yang terpajan polutan, debu industry, serak, paralisis pita
suara, riwayat merokok
i. Keamanan
j. Seksualitas
Tanda : Dinekomastia(perubahan horman neopplastik, karsinoma sel besar),
Amenorea/Impoten(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
k. Penyuluhan/pembelajaran
DO :
Klien sesak
Respirasi 36 x/mnt, cepat
dan dangkal.
2. DS : Gangguan pertukaran
gas
- Pasien mengelu sesak Obstruksi jalan nafas oleh
dan nyeri saat bernafas sekresi dan spasme
DO : bronkus
- Gelisah,
- Nilai GDA tidak normal,
Kerusakan alveoli
-
Perubahan TTV
Bronkiektasis/Aktelektasis
O:
4. DS : Perubahan nutrisi
kurang dari
- Mengatakan nafsu Sesak Psikologis
kebutuhan
makan menurun dan terasa
mual
DO:
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
KH:
3. Observasi ferfusi 3. Menunjukan
- Tidak bingung daerah akral dan sianosis hipoksemia sistemik
dan gelisah ( daun telinga, bibir,
lidah dan membran lidah
- TTV normal
)
- Tidak sesak
4. Lakukan tindakan 4. Jalan nafas
- Nilai GDA untuk memperbaiki jalan lengket/kolaps
normal nafas. menurunkan jumlah
alveoli yang berfungsi
Secara negatif
mempengaruhi
pertukaran gas.
5. Meningkatkan
5. Tinggikan
ekspansi dada
kepala/tempat tidur
maksimal, membuat
sesuai dengan kebutuhan.
mudah bernafas
meningkatkan
kenyamanan.
6. Takikardia,
6. Kaji TTV
disritmia dan perubahan
tekanan darah dapat
menunjukkan efek
hipoksemia sistemik
pada fungsi jantung
5. Evaluasi keefektifan
5. Memberikan obat
pemberian obat
berdasarkan aturan.
6. Berikan tindakan 6. Meningkatkan
kenyamanan, ubah relaksasi dan pengalihan
posisi, dll. perhatian..
Dengan KH:
2. Berikan penjelasan 2. Meningkatkan
- Berat badan tentang pentingnya pengetahuan dan
bertambah dan. makanan yang adekuat kepatuhan untuk
dan bergizi menjalankan program
- Menunjukan
diet sesuai atura
perubahan pola
makan. 3. Pertimbangan
3. Pastikan pola diet
keinginan individu
pasien yang disukai/tidak
dapat memperbaiki
disukai
masukan diet.
4. Awasi 4. Mengukur
pemasukan/pengeluaran kefektifan nutrisi dan
dan berat badan secara dukungan cairan.
periodic
6. Akumulasi partikel
6. Pertahankan higiene
makanan di mulut
mulut
menambah rasa
ketidaknyamanan pada
mulut dan menurunkan
nafsu makan
7. Kolaborasi dengan
7. Meninkatkan
Ahli gizi dalam
kemampuan asupan
pemberian makanan
sesuai dengan
kemampuan klien
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada
pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada
wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab
paling umum kematian akibat kanker pada wanita.
2. Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru
paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok.
3.Asap rokok merupakan penyebab utama terjadinya Ca. paru.
4.Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang ditemui pada
penderita kanker paru adalah Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat, dahak
berdarah, berubah warna dan makin banyak, napas sesak dan pendek-pendek, sakit
kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas, kehilangan selara makan
atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
5.Kemoterapi, pembedahan dan radioterapi merupakan tindakan yang dapat dilakukan
sebagai bentuk pengendalian dari Ca. Paru
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya.
DAFTAR PUSTAKA
Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Danusantoso Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran
Sudoyo Aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta
Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Tim CancerHelps. 2010. Stop Kanker “KANKER BUKAN LAGI VONIS MATI”
Panduan Deteksi Dini dan Pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker. Jakarta.
Penerbit AgroMedia Pustaka.