You are on page 1of 21

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pemahaman Siswa terhadap Stoikiometri

Tingkat pemahaman siswa kelas X MAN 2 Kota Batu dalam memahami

materi stoikiometri termasuk dalam kategori tinggi, yaitu sebesar 70,96%. Berikut

disajikan pembahasannya secara terperinci.

1. Hukum-hukum Dasar Kimia

Persentase siswa yang menjawab salah pada hukum-hukum dasar kimia

disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Persentase Siswa yang Menjawab Salah pada Hukum-hukum Dasar Kimia

No. Jawaban salah Persentase Alasan kesalahan


soal pada Soal
Hukum kekekalan massa
1 B-4 22,22% Massa zat hasil reaksi lebih kecil
D-3 24.07% Massa zat setelah direaksikan akan lebih
besar karena terbentuknya zat baru
2 A-4 18,52% Massa zat hasil reaksi lebih kecil
C-3 24.07% Massa zat setelah direaksikan akan lebih
besar karena terbentuknya zat baru
Hukum perbandingan tetap
3 A-2 33,33% Perbandingan massa unsur-unsur dalam
senyawa tidak selalu tetap
B-1 33,33% Perbandingan massa unsur-unsur dalam
senyawa tidak selalu tetap
C-4 3,70% Siswa kurang teliti dalam perhitungan
4 B-1 20,37% Perbandingan massa unsur-unsur dalam
senyawa tidak selalu tetap
Hukum perbandingan berganda
5 A-2 1,85% Apabila dalam senyawa massa salah satu
unsur tetap maka perbandingan massa unsur
yang lain merupakan bilangan bulat
B-4 1,85% Perbandingan massa sunsur dalam senyawa
berdasaran berat molekulnya

39
40

Lanjutan Tabel 4.1 Persentase Siswa yang Menjawab Salah pada Hukum-hukum
Dasar Kimia

No. Jawaban salah Persentase Alasan kesalahan


soal pada Soal
D-3 7,41% Perbandingan massa sunsur dalam senyawa
berdasaran massa molarnya
Hukum perbandingan volume
6 A-1 3,70% Volume zat hasil reaksi sama dengan
volume salah satu pereaksi tanpa
memperhatikan koefisien
C-4 1,85% Volume zat hasil reaksi sama dengan
volume salah satu pereaksi tanpa
memperhatikan koefisien
D-3 24,07% Volume total gas sebelum reaksi dan volum
total gas setelah reaksi adalah sama
7 B-2 24,07% Volume total gas sebelum reaksi dan volum
total gas setelah reaksi adalah sama
Hipotesis Avogadro
8 A-2 3,70% Siswa kurang teliti dalam perhitungan
B-3 1,85% Siswa kurang teliti dalam perhitungan
C-4 3,70% Siswa kurang teliti dalam perhitungan
9 B-1 1,85% Pada suhu dan tekanan yang sama senyawa-
senyawa dalam fasa gas juga memiliki
volume yang sama

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada hukum kekekalan massa didapatkan

bahwa siswa masih belum memahami makna dari hukum kekekalan massa

sehingga beranggapan bahwa massa sebelum dan sesudah reaksi tidaklah selalu

sama, bisa lebih kecil atau lebih besar dari massa sebelum reaksi. Siswa juga

belum memahami hukum perbandingan tetap sehingga perbandingan massa unsur

dalam senyawa tertentu tidaklah selalu tetap. Dalam hukum perbandingan

berganda 1,85% siswa menganggap bahwa apabila dalam senyawa massa salah

satu unsur tetap maka perbandingan massa unsur yang lain merupakan

perbandingan bilangan bulat tetapi bukan perbandingan yang paling sederhana.

Sebanyak 1,85% menganggap perbandingan massa unsur dalam senyawa

berdasarkan berat molekulnya dan 7,41% menganggap perbandingan massa unsur

dalam senyawa berdasarkan massa molar dari unsur-unsur tersebut. Dalam hukum
41

perbandingan volume siswa menganggap bahwa volume zat hasil reaksi sama

dengan volume salah satu zat yang bereaksi tanpa memperhatikan koefisiennya

dan juga memahami bahwa volume total gas sebelum bereaksi dan sesudah reaksi

adalah sama. Perhitungan hipotesis Avogadro siswa lebih banyak kurang teliti

dalam melakukan perhitungan dan 1,85% siswa menganggap bahwa volume gas

selalu sama pada suhu dan tekanan yang sama pula. Hal ini tidak sesuai dengan

bunyi dari hipotesis Avogadro bahwa pada suhu dan tekanan sama, gas-gas yang

volumenya sama mengandung jumlah molekul yang sama. Persentase pemahaman

siswa pada hukum-hukum dasar kimia disajikan Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Persentase Pemahaman Siswa pada Hukum-hukum Dasar Kimia

Aspek yang diukur Persentase Kriteria


Pemahaman hukum kekekalan massa 55,56% Cukup
Pemahaman hukum perbandingan tetap 54,63% Cukup
Pemahaman hukum perbandingan ganda 88,89% Sangat tinggi
Pemahaman hukum perbandingan volume 73,15% Tinggi
Pemahaman hipotesis avogadro 94,44% Sangat tinggi
Pemahaman hukum-hukum dasar kimia 73,84% Tinggi

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa maka tingkat pemahaman siswa kelas X

MAN 2 Kota Batu dalam hukum-hukum dasar kimia adalah sebesar 73,84%

dengan kriteria tinggi. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Norjana (2014) yang menunjukkan bahwa tingkat pemahaman

siswa pada hukum-hukum dasar adalah 48,15%. Perbedaan hasil penelitian dapat

disebabkan jangka waktu pelaksanaan tes yang dilakukan peneliti tidak lama dari

penyampaian materi tentang hukum-hukum dasar kimia.


42

2. Persamaan Reaksi Kimia

Persentase siswa yang menjawab salah pada persamaan reaksi kimia

disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Persentase Siswa yang Menjawab Salah pada Persamaan Reaksi Kimia

No. Jawaban salah Persentase Alasan kesalahan


soal pada Soal
1 A-1 1,85% Siswa salah dalam menentukan rumus
10 kimia senyawa dari nama senyawa yang
diberikan
B-2 37,04% Dalam persamaan reaksi kimia koefisien
reaksi sebelum dan sesudah reaksi harus
sama
11 B-1 1,85% Kesalahan dalam memberikan simbol fasa
D-4 1,85% Kesalahan dalam memberikan simbol fasa

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebanyak 1,85% salah dalam penentuan

rumus kimia senyawa, yaitu natrium oksida adalah NaO dan 37,04% menganggap

bahwa koefisien sebelum dan sesudah reaksi harus sama, hal ini tidak sesuai

karena dalam persamaan reaksi kimia jumlah atom sebelum dan sesudah reaksi

yang seharusnya harus sama jumlahnya. Dalam penentuan fasa, 1,85%

beranggapan bahwa logam besi disimbolkan dengan l yaitu logam dan 1,85%

beanggapan besi adalah logam sehingga padatan dan disimbolkan dengan p yaitu

padatan. Penelitian yang juga dilakukan oleh Muslimah (2013), menyatakan

bahwa hanya 15,6% siswa yang paham dalam penentuan simbol fasa dalam

persamaan reaksi. Sedangkan hasil penelitian ini didapatkan tingkat pemahaman

siswa MAN 2 Kota Batu dalam persamaan reaksi kimia adalah 78,70% dengan

kriteria tinggi. Perbedaan hasil penelitian dapat disebabkan jangka waktu

pelaksanaan tes yang dilakukan peneliti tidak lama dari penyampaian materi

tentang persamaan reaksi kimia.


43

3. Massa Atom Relatif dan Massa Molekul Relatif

Persentase siswa yang menjawab salah pada Ar dan Mr disajikan pada

Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Persentase Siswa yang menjawab Salah pada Ar dan Mr

No. Jawaban salah Persentase Alasan kesalahan


soal pada Soal
12 A-4 62,96% Massaatom relatif merupakan
perbandingan massa rata-rata atom
terhadap massa atom C-12
C-2 11,11% Massa atom relatif merupakan massa
rata-rata atom ditambah dengan massa
atom C-12

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa 62,96% siswa beranggapan bahwa massa

atom relatif Cl merupakan perbandingan massa rata-rata atom Cl terhadap massa

atom C-12 dan 11,11% siswa menganggap massa atom relatif Cl merupakan

massa rata-rata atom Cl ditambah dengan massa atom C-12. Seharusnya massa

1
atom relatif adalah perbandingan massa rata-rata atom terhadap massa satu
12

atom C-12. Soal nomor 13, yaitu penentuan massa molekul relatif semua siswa

menjawab dengan benar. Tingkat pemahaman siswa MAN 2 Kota Batu dalam

memahami materi massa atom relatif dan massa molekul relatif termasuk kategori

tinggi yaitu 62,70%. Hasil penelitian yang hampir sama juga dilakukan oleh

Muslimah (2013) yang menunjukkan bahwa pemahaman siswa di MAN 2 Kota

Batu 60,4% dalam pokok bahasan Ar dan Mr.

4. Konsep Mol

Persentase siswa yang menjawab salah pada konsep mol disajikan pada

Tabel 4.5.
44

Tabel 4.5 Persentase Siswa yang Menjawab Salah pada Konsep Mol

No. Jawaban Persentase Alasan kesalahan


soal salah
Hubungan mol dengan jumlah partikel
14 B-4 12,96% Jumlah atom tidak bergantung pada mol, sehingga
berapapun molnya tetap memiliki jumlah atom sebanyak
6,02 x 1023
15 D-1 12,96% Jumlah atom tidak bergantung pada mol, sehingga
berapapun molnya tetap memiliki jumlah atom sebanyak
6,02 x 1023
16 A-4 57,41% Senyawa ion tersusun atas molekul yang jumlahnya sama
dengan bilangan avogadro
C-2 5,56% Senyawa ion tersusun atas atom-atom yang masing-masing
jumlahnya sama dengan bilangan avogadro
D-1 25,93% Senyawa ion tersusun atas ion-ion dimana untuk setiap ion
penyusunnya bilangan Avogadro dibagi banyaknya ion
penyusun
17 A-3 25,93% Senyawa ion tersusun atas ion-ion dimana untuk setiap ion
penyusunnya bilangan Avogadro dibagi banyaknya ion
B-2 5,56% Senyawa ion tersusun atas atom-atom yang masing-masing
jumlahnya sama dengan bilangan avogadro
C-1 57,41% Senyawa ion tersusun atas molekul yang jumlahnya sama
dengan bilangan avogadro
Hubungan mol dengan massa
18 B-1 61,11% Gas oksigen dalam bentuk monoatomik sehingga
perhitungan massa molar adalah massa molar dari O
21 C-4 53,70% Perbandingan massa zat-zat yang bereaksi sebanding
dengan koefisien reaksi
Hubungan mol dengan volume
19 A-2 5,56% Pada keadaan standar volume molar adalah 24 L/mol
C-3 1,85% Pada keadaan standar volume molar adalah 2,4 L/mol
20 D-3 29,63% Volume gas yang terbentuk sama dengan volume pada
keadaan STP yaitu 22,4 liter
B-3 12,96% Siswa kurang teliti dalam perhitungan

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa identifikasi pemahaman pada konsep mol

dibagi menjadi 3, yaitu hubungan mol dengan jumlah partikel, hubungan mol

dengan massa, dan hubungan mol dengan volume. Soal no 14 dan 15 sebanyak

12,96% siswa beranggapan bahwa jumlah partikel tidak bergantung pada jumlah

mol, sehingga berapapun jumlah molnya jumlah partikel tetap sebanyak 6,023 x

1023. Pada soal no 16 siswa belum memahami penyusun dari senyawa NaCl

5,56% siswa beranggapan bahwa NaCl tersusun atas atom Na yang jumlahnya

adalah 6,023 x 1023 dan atom Cl yang jumlahnya juga 6,023 x 1023. Sebanyak
45

57,41% siswa menganggap NaCl tersusun atas 6,023 x 1023 molekul NaCl dan

25,93% siswa beranggapan bahwa NaCl tersusun atas 3,01 x 1023 ion Na+ dan

3,01 x 1023 ion Cl-. Seharusnya NaCl tersusun atas 6,023 x 1023 ion Na+ dan 6,023

x 1023 ion Cl-. Pemahaman siswa pada nomor 16 juga digunakan untuk

mengerjakan soal nomor 17. Soal nomor 17 siswa belum memahami penyusun

dari senyawa MgBr2, sebanyak 5,56% siswa beranggapan bahwa MgBr2 tersusun

atas atom Mg yang jumlahnya adalah 6,023 x 1023 dan atom Br yang jumlahnya

juga 6,023 x 1023. Sebanyak 57,41% siswa menganggap MgBr2 tersusun atas

6,023 x 1023 molekul MgBr2 dan 25,93% siswa beranggapan bahwa MgBr2

tersusun atas 3,01 x 1023 ion Mg2+ dan 3,01 x 1023 ion Br-. Seharusnya MgBr2

tersusun atas 6,023 x 1023 ion Mg2+ dan 2 x 6,023 x 1023 ion Br-.

Pada soal nomor 18 dan 21 tentang hubungan mol dengan massa, pada soal

nomor 18 sebanyak 61,11% beranggapan bahwa gas oksigen tidak dalam keadaan

molekul diatomik, sehingga dalam perhitungan massa molar adalah massa molar

dari O. Hal ini akan membuat perhitungan konversi dari massa ke mol tidak tepat

karena perhitungan massa molar yang salah. Soal nomor 21 sebanyak 53,70%

siswa menganggap bahwa dalam suatu reaksi kimia perbandingan massa

merupakan perbandingan koefisien sehingga siswa tidak mengkonversi dari massa

ke mol tetapi langsung mencari massa zat bereaksi dengan perbandingan

koefisien. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum memahami dengan baik

koefisien sebanding dengan mol untuk penyelesaian soal nomor 21 dilakukan

konversi dari massa ke mol terlebih dahulu, kemudian membandingkan mol

dengan koefisien reaksi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan

oleh BouJaoude & Barakat (2003:14) yang menyatakan dalam suatu persamaan
46

kimia siswa cenderung mengerjakan perbandingan massa merupakan

perbandingan koefisien, mereka tidak mengkonversi ke mol terlebih dahulu.

Soal nomor 19 dan 20 tentang hubungan mol dan volume, siswa belum

memahami dengan benar volume molar pada keadaan standar. Sebanyak 5,56%

menganggap volume molar pada keadaan STP adalah 24 L/mol sedangkan 1,85%

menganggap volume molar pada keadaan STP sebesar 2,4 L/mol. Siswa belum

memahami bahwa volume molar adalah volume tiap 1 mol gas pada T= 0oC dan

P= 1 atm adalah 22,4 L/mol. Pada soal nomor 20 sebanyak 29,63% beranggapan

bahwa volume gas yang terbentuk sama dengan volume molar pada keadaan STP

yaitu 22,4 L/mol, hal ini dikarenakan siswa kurang memahami bahwa volume

molar adalah volume gas tiap satu mol gas. Persentase pemahaman siswa pada

konsep mol disajikan dalam Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Persentase Pemahaman Siswa pada Konsep Mol

Aspek yang diukur Persentase Kriteria


Hubungan mol dengan jumlah partikel 61,73% Tinggi
Hubungan mol dengan massa 42,59% Cukup
Hubungan mol dengan volume 42,59% Cukup
Pemahaman konsep mol 53,94% Cukup

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebanyak 61,73% siswa dapat menentukan

hubungan mol dengan jumlah partikel dan sebanyak 42,59% siswa mampu

mengkonversi mol ke massa ataupun volum. Penelitian yang dilakukan oleh

Muslimah (2013) menunjukkan tingkat pemahaman pada konsep mol termasuk

kategori cukup (54,25%) hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh peneliti.
47

5. Massa Molar dan Volume Molar

Persentase siswa yang menjawab salah pada massa molar dan volume

molar disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Persentase Siswa yang Menjawab Salah pada Massa Molar dan Volume Molar

No. Jawaban Persentase Alasan kesalahan


soal salah
Massa molar
22 A-2 33,33% massa molar menyatakan jumlah mol
B-3 7,41% massa molar menyatakan jumlah partikel
D-4 33,33% massa molar merupakan perbandingan massa
1
rata-rata atom dengan massa atom C-12
12
23 A-1 57,41 Massa molar senyawa merupakan
penjumlahan massa molar unsur-unsur
pembentuk senyawa tanpa memperhatikan
banyaknya unsur dalam senyawa tersebut
Volume molar
24 A-4 9,26% Tekanan berbanding lurus dengan volume
C-2 12,96% Tekanan berbanding lurus dengan volume
25 A-4 9,26% Volume tidak dipengaruhi oleh jumlah mol
B-3 11,11% Volume berbanding terbalik dengan mol

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa siswa belum memahami tentang massa

molar dan volume molar. Pada soal nomor 22 dan 23 siswa belum memahami

bahwa massa molar memiliki satuan gram/mol. Soal nomor 24 dan 25 siswa

belum memahami hubungan antara tekanan, volume dan juga mol. Apabila siswa

telah memahami dengan benar tentang persamaan gas ideal, maka seharusnya

mereka juga akan memahami dengan benar hubungan antara tekanan, volume dan

mol. Persentase pemahaman siswa pada massa molar dan volume molar disajikan

dalam Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Persentase Pemahaman Siswa pada Massa Molar dan Volume Molar

Aspek yang diukur Persentase Kriteria


Massa molar 34,36% Rendah
Volume molar 78,70% Tinggi
48

Hasil penelitian yang dilakukan Norjana (2014) pada siswa kelas X IPA di

MAN 3 Malang menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa tinggi dalam

massa molar yaitu 76,67%, berbeda dengan hasil identifikasi siswa kelas X MAN

2 Kota Batu ini yang termasuk kategori rendah yaitu 34,36%. Berdasarkan hasil

wawancara dengan siswa, hal ini dikarenakan siswa kelas X di MAN 2 Kota Batu

tidak biasa menggunakan massa molar untuk perhitungan pada konsep mol. Siswa

selalu menggunakan Ar atau Mr sebagai konversi dari massa ke mol sehingga

siswa belum memahami konsep massa molar dengan benar.

6. Rumus Empiris dan Rumus Molekul

Persentase siswa yang menjawab salah pada rumus empiris dan rumus

molekul disajikan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Persentase Siswa yang Menjawab Salah pada Rumus Empiris dan Rumus Molekul

No. Jawaban Persentase Alasan kesalahan


soal salah
Rumus empiris
26 D-3 12,96% Rumus empiris menyatakan jenis-jenis unsur
penyusun senyawa
A-3 12,96% Rumus empiris menyatakan jenis-jenis unsur
27
penyusun senyawa
B-2 74,07% Rumus empiris merupakan perbandingan
terkecil dari mol tiap unsur penyusun
senyawa meskipun dalam bentuk desimal
D-1 1,85% Rumus empiris menyatakan massa atom
relatif dari unsur-unsur penyusunnya
Rumus molekul
28 A-2 38,89% Rumus molekul merupakan perbandingan
terkecil dari mol tiap unsur penyusun
senyawa meskipun dalam bentuk desimal
C-4 44,44% Rumus molekul menyatakan perbandingan
nomor atom dari unsur-unsur penyusunnya
D-3 3,70% Rumus molekul menyatakan massa atom
relatif dari unsur-unsur penyusunnya
29 C-2 37,04% Rumus molekul menyatakan perbandingan
nomor atom dari unsur-unsur penyusunnya
D-1 3,70% Rumus molekul menyatakan massa atom
relatif dari unsur-unsur penyusunnya
30 A-1 3,70% Siswa kurang teliti dalam perhitungan
B-3 7,41% Siswa kurang teliti dalam perhitungan
49

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa soal nomor 26 sebanyak 12,96% siswa

belum memahami bagaimana cara mencari rumus empiris apabila diketahui rumus

molekulnya dan pada soal nomor 27 siswa belum memahami benar bagaimana

menentukan rumus empiris dengan berdasarkan perbandingan mol dari masing-

masing unsur penyusunnya. Penentuan rumus molekul pada soal nomor 28, 29,

dan 30 siswa belum memahami bagaimana mencari rumus molekul apabila

diketahui mol ataupun apabila diketahui rumus empirisnya. Persentase

pemahaman siswa pada RE dan RM disajikan dalam Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Persentase Pemahaman Siswa pada RE dan RM

Aspek yang diukur Persentase Kriteria


Rumus empiris 49,07% Cukup
Rumus molekul 53,70% Cukup

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa kelas X MAN 2

Kota Batu pada pokok bahasan RE dan RM lebih tinggi dibandingkan dengan

penelitian yang dilakukan Muslimah (2013) pada siswa kelas X MAN 2 Kota

Batu yang menunjukkan, 44,1% siswa paham rumus empiris dan 40,6% siswa

paham mengenai rumus molekul. Perbedaan hasil penelitian dapat disebabkan

jangka waktu pelaksanaan tes yang dilakukan peneliti tidak lama dari

penyampaian materi tentang rumus empiris dan rumus molekul sehingga tidak

akan terjadi faktor lupa pada siswa.


50

7. Penentuan Kadar Zat

Persentase siswa yang menjawab salah pada penentuan kadar zat disajikan

pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Persentase Siswa yang Menjawab Salah pada Penentuan Kadar Zat

No. Jawaban Persentase Alasan kesalahan


soal salah
B-1 1,85% Penentuan kadar adalah dengan mengalikan
31
massa zat hasil analisis dengan 100%
B-4 3,70% Untuk menentukan persen komposisi
32
digunakan perbandingan massa unsur
A-4 7,41% Untuk menentukan persen komposisi
digunakan perbandingan massa unsur

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa pada soal nomor 31 sebanyak 1,85% siswa

belum memahami penentuan kadar apabila diketahui massa sampel dan massa

hasil analisis. Seharusnya adalah perbandingan antara massa hasil analisis dengan

massa sampel dalam bentuk persen. Sedangkan pada soal nomor 32 siswa belum

memahami bahwa untuk menentukan persen komposisi unsur adalah dengan

membandingkan Ar dengan Mr dari senyawa, sehingga pada soal nomor 32 dalam

beberapa senyawa natrium halida persen komposisi Na paling besar adalah pada

NaF karena semakin kecil Mr maka persen komposisi Na akan semakin besar.

Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata dari jumlah siswa yang menjawab benar

pada pokok bahasan penentuan kadar zat, didapatkan tingkat pemahaman siswa

MAN 2 Kota Batu terhadap penentuan kadar dalam kriteria sangat tinggi

(93,52%). Hasil penelitian yang juga dilakukan Muslimah (2013) menunjukkan

hasil yang berbeda yaitu 54,2% siswa paham penentuan kadar senyawa dalam zat.

Perbedaan hasil penelitian dapat disebabkan jangka waktu pelaksanaan tes yang
51

dilakukan peneliti tidak lama dari penyampaian materi tentang penentuan kadar

zat sehingga tidak akan terjadi faktor lupa pada siswa.

8. Pereaksi Pembatas

Persentase siswa yang menjawab salah pada pereaksi pembatas disajikan

pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Persentase Siswa yang Menjawab Salah pada Pereaksi Pembatas

No. Jawaban Persentase Alasan kesalahan


soal salah
33 B-1 1,85% Pereaksi pembatas adalah pereaksi yang di
akhir reaksi masih terdapat sisa
34 D-2 12,96% Siswa kurang teliti dalam perhitungan

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa soal nomor 33 sebanyak 1,85% siswa

belum memahami bahwa pereaksi pembatas pereaksi yang habis bereaksi

sehingga di akhir reaksi tidak terdapat sisa. Pada soal no 34 siswa kurang teliti

dalam melakukan perhitungan, dan soal nomor 35 semua siswa mampu

menyelesaikan dengan sangat baik. Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata dari

jumlah siswa yang menjawab benar pada pokok bahasan pereaksi pembatas,

didapatkan tingkat pemahaman siswa tentang pereaksi pembatas sangat tinggi

(95,06%). Penenlitian yang dilakukan oleh Muslimah (2013) menunjukkan hasil

yang berbeda yaitu hanya 41,3% siswa yang memahami pereaksi pembatas.

Perbedaan hasil penelitian dapat disebabkan jangka waktu pelaksanaan tes yang

dilakukan peneliti tidak lama dari penyampaian materi tentang pereaksi pembatas

sehingga tidak akan terjadi faktor lupa pada siswa.


52

B. Kesalahan Konsep Stoikiometri Siswa

Kesalahan konsep ditentukan berdasarkan keajegan jawaban siswa dalam

menggunakan suatu konsep untuk menyelesaikan soal-soal.

1. Kesalahan Konsep dalam Hukum-Hukum Dasar Kimia

Hasil identifikasi memaparkan bahwa 18,52% siswa beranggapan massa

zat hasil reaksi lebih kecil dari massa sebelum direaksikan. Pada soal nomor 1

siswa menganggap massa hasil reaksi akan lebih kecil dikarenakan pada

pembakaran akan dihasilkan abu sehingga massanya akan lebih kecil. Penelitian

yang dilakukan oleh Krisnawati (2013) di MAN 3 Malang juga menunjukkan

sebanyak 19,0% siswa menganggap senyawa yang berwujud logam atau padatan

akan memiliki massa yang lebih besar daripada hasil reaksinya yang berwujud

abu. Hal ini sesuai dengan kesalahan konsep yang juga terjadi pada saat tes

terbuka dan diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan. Petikan

wawancara yang dilakukan disajikan sebagai berikut.

Peneliti : “hukum kekekalan massa itu bunyinya gimana dek?”


Siswa : ”massa sebelum dan sesudah reaksi sama, mbak”
Peneliti : “lalu kenapa kamu menjawab bahwa massa zat hasil reaksi lebih
kecil dari jumlah massa pereaksinya?”
Siswa :” itu mbak, soalnya kan itu reaksi pembakaran jadi nanti
menghasilkan abu”
Peneliti : “bagaimana kamu bisa tau kalau reaksinya merupakan reaksi
pembakaran?”
Siswa : “ada oksigen mbk, setau saya kalo melibatkan oksigen berarti
reaksi pembakaran”
Peneliti : “apakah semua reaksi pembakaran akan menghasilkan abu?”
Siswa : “ya, mbak pasti semua yang dibakar pasti menjadi abu”
Peneliti : “mengapa lebih kecil massanya?”
Siswa : “kan magnesium itu logam mbk terus direaksikan sama oksigen”
yang gas hasilnya kan abu..abu kan tentunya massanya lebih
kecil daripada massa dari logam Mg”
53

Pada soal nomor 2 di dalam reaksi terbentuk gas hal ini membuat siswa

mengabaikan massa dari gas sehingga beranggapan massanya akan lebih kecil

dari massa sebelum direaksikan. Sebanyak 24,07% siswa beranggapan massa zat

setelah reaksi akan lebih besar dari massa sebelum direaksikan. Pada soal nomor 1

dan 2 siswa beranggapan karena terbentuk zat baru setelah direaksikan maka

massa akan bertambah dari semula. Hal ini tidak sesuai dengan hukum kekekalan

massa bahwa massa total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa

total zat-zat hasil reaksi dalam ruang tertutup, apabila siswa telah memahami

dengan baik hukum kekekalan massa ini maka tidak akan terjadi kesalahan konsep

seperti yang telah dipaparkan.

Dalam bunyi hukum perbandingan tetap, perbandingan massa unsur-unsur

penyusun senyawa adalah tertentu dan tetap seharusnya apabila siswa dapat

memahami maka tidak akan terjadi kesalahan konsep pada siswa. Terdapat

33,33% beranggapan bahwa perbandingan massa unsur pembentuk senyawa tidak

selalu tetap. Kesalahan konsep selanjutnya yang terjadi adalah pada hukum

perbandingan volume, sebanyak 24,07% beranggapan bahwa volume total gas

sebelum bereaksi sama dengan volume total gas setelah reaksi. Hal ini tentu tidak

sesuai dengan hukum perbandingan volume yang menyatakan bahwa volume gas-

gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi bila diukur pada suhu dan

tekanan yang sama berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana, siswa

tidak memahami perbandingan bilangan bulat dan sederhana yang dimaksud

adalah juga menunjukkan perbandingan koefisien. Penelitian yang dilakukan

Krisnawati (2013) juga menunjukkan sebanyak 23,8% siswa beranggapan volum

total sebelum reaksi sama dengan volum setelah reaksi dalam wujud gas.
54

2. Kesalahan Konsep dalam Konsep Mol

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tingkat pemahaman pada

siswa kelas X MAN 2 Kota Batu termasuk dalam kategori yang cukup yaitu

53,94% tetapi masih ditemukan banyak kesalahan konsep yang terjadi terutama

hubungan mol dengan jumlah partikel.

Berdasarkan hasil identifikasi didapatkan 12,96% siswa menganggap

bahwa jumlah partikel tidak bergantung pada jumlah mol. Hal ini juga terjadi pada

hasil penenlitian yang dilakukan Winarni, dkk (2013:57) yang menunjukkan

bahwa 4,54% siswa menganggap berapapun mol dalam suatu senyawa tetap

mempunyai jumlah molekul 6,023 x 1023. Kesalahan konsep ini juga terjadi pada

saat tes terbuka dan diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan. Petikan

wawancara yang dilakukan disajikan sebagai berikut.

Peneliti : “dek, kalau saya punya 1 mol Al, banyaknya atom Al berapa?”
Siswa : ”bilangan avogadronya mbak?”
Peneliti : “bilangan Avogadro berapa se?”
Siswa : “6,02 x 1023 ya mbak..”
Peneliti : “ya, berarti 1 mol Al jumlah atomnya 6,02 x 1023?”
Siswa : “ya mbak segitu”
Peneliti : “kalau 2 mol Al, banyaknya atomnya jadi berapa sekarang?”
Siswa : “setau saya tetap 6,02 x 1023 mbak berapapun molnya”
Peneliti : “kok bisa dek? Jadi molnya tidak pengaruh?”
Siswa : “iya mbak berapapun molnya jumlah atomnya tetap 6,02 x 1023”

Kesalahan konsep siswa disebabkan karena siswa belum memahami

dengan benar bahwa satu mol sebagai jumlah partikel yang jumlahnya sama

dengan jumlah partikel dalam 12 gram C-12 yaitu sebanyak 6,023 x 1023 dan juga

tidak memahami hubungan antara mol, jumlah partikel dan bilangan Avogadro

yaitu berdasarkan rumus berikut.


55

Jumlah partikel = mol zat x bilangan Avogadro

Pada soal nomor 16 dan 17, kesalahan konsep yang terjadi pada siswa

adalah menentukan penyusun senyawa ion dan menentukan jumlah partikel

penyusunnya. Pada soal nomor 16, siswa beranggapan bahwa NaCl tersusun atas

molekul-molekul yang jumlah molekulnya sebanyak 6,023 x 1023, siswa juga

beranggapan NaCl tersusun atas 6,023 x 1023 atom Na dan 6,023 x 1023 atom Cl,

juga terdapat yang berpikir bahwa NaCl tersusun atas 3,01 x 1023 ion Na+ dan

3,01 x 1023 ion Cl- yang didapat dari 6,023 x 1023 dibagi dengan 2. Kesalahan

konsep ini juga terjadi pada saat tes terbuka dan diperkuat dengan hasil

wawancara yang dilakukan. Petikan wawancara yang dilakukan disajikan sebagai

berikut.

Peneliti : “dek untuk mencari jumlah partikel dipengaruhi sama apa?”


Siswa : “mol nya sama bilangan Avogadro itu 6,02 x 1023”
Peneliti : “kalau 1 mol NaCl berarti berapa jumlah partikelnya
Siswa : “6,02 x 1023 mbak”
Peneliti : “terus kenapa kamu menjawab yang A kalau 3,01 x 1023 ion Na+
dan 3,01 x 1023 ion Cl-“
Siswa : “karena NaCl terurai jadi Na+dan Cl-, berarti kan harus
ditentukan untuk setiap ion Na+dan Cl- mbak”
Peneliti : “bagaimana caranya kamu mencari untuk setiap ionnya dek?”
Siswa : “kan kalau 1 mol NaCl 6,02 x 1023, kalau ion Na+dan Cl-berarti
6,02 x 1023 dibagi 2 mbak mangkanya diperoleh 3,01 x 1023 ion
Na+dan 3,01 x 1023 ion Cl-“
Peneliti : “jadi bilangan avogadronya kamu bagi dua, untuk mencari jumlah
masing-masing ionnya?”
Siswa : “ya, mbak”

Hal ini tentu tidak sesuai dengan NaCl tersusun atas 6,023 x 1023 ion Na+

dan 6,023 x 1023 ion Cl-. Berdasarkan sebaran jawaban siswa yang menjawab
56

salah pada soal nomor 16 dan 17, maka didapatkan kesalahan konsep yang terjadi

yaitu sebanyak 57,41% menganggap bahwa senyawa ion tersusun atas molekul-

molekul yang jumlahnya sama dengan bilangan Avogadro, sebanyak 5,56%

senyawa ion tersusun atas atom-atom yang masing-masing jumlahnya sama

dengan bilangan Avogadro, dan 25,93% senyawa ion tersusun atas ion-ion dimana

untuk setiap ion penyusunnya bilangan Avogadro dibagi banyaknya ion penyusun.

Menurut Ausubel (dalam Dahar, 1988:146), materi-materi pembelajaran

sebaiknya disusun berdasarkan hirarki konseptual selama proses pembelajaran.

Guru memiliki peran yang penting dalam penyusunan konsep pada siswa,

bagaimana guru dapat membangun konsep yang benar pada siswa harus dimulai

dengan pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran konsep yang runut.

Sehingga siswa akan mampu menerima konsep yang diberikan dengan baik

selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Kesalahan Konsep dalam Massa Molar dan Volume molar

Berdasarkan hasil identifikasi jawaban salah siswa didapatkan bahwa

33,33% kesalahan konsep siswa pada massa molar yang menganggap massa molar

tidak memiliki satuan. Siswa beranggapan bahwa massa molar sama dengan Ar

atau Mr yang merupakan merupakan perbandingan massa rata-rata atom terhadap

1
massa satu atom C-12 sehingga massa molar tidak memiliki satuan. Hal ini
12

bisa terjadi apabila belum memahami hubungan antara massa, mol, dan massa

molar. Apabila siswa telah memahami dengan baik seharusnya melalui rumus

massa = mol x massa molar, siswa dapat memahami bahwa massa molar memiliki

satuan gram/mol. Berdasarkan hasil waancara dengan siswa kesalahan konsep ini
57

terjadi karena pada saat mengenalkan konversi massa ke mol, tidak menggunakan

massa molar sebagai faktor konversi, tetapi menggunakan Ar ataupun Mr. Hal ini

menyebabkan siswa beranggapan bahwa massa molar dan Ar atau Mr adalah sama

baik dari segi bilangan ataupun satuannya. Kesalahan konsep ini juga terjadi pada

saat tes terbuka dan diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan. Petikan

wawancara yang dilakukan disajikan sebagai berikut.

Peneliti : “bagaimana mencari massa molar dek, kalau diketahui mol dan
gramnya seperti no 25?”
Siswa : “massa molar = massa/mol mbak”
Peneliti : “coba masukkan yang diketahui!”
Siswa : “massa molar = 10,09/ 0,5 = 20,18”
Peneliti : “satuannya apa? Atau tidak memiliki satuan?”
Siswa : “tidak memiliki satuan mbak”
Peneliti :”mengapa begitu dek?”
Siswa : “massa molar itu sama dengan Ar atau Mr mbak jadi gak
bersatuan”
Peneliti : “sama bagaimana? Sama nilainya atau sama tidak bersatuan?”
Siswa : “nilainya sama dan tidak bersatuan juga”
Peneliti : “jadi kalau massa molar neon tadi 20,18 berarrti Ar neon juga
20,18?”
Siswa : “iya mbak seperti itu”
Peneliti : “jadi apa berarti definisi dari massa molar sama dengan Ar dek?”
Siswa : “iya mbak, jadi perbandingan massa atom dengan 1/12 atom C
12”

Sebanyak 9,26% kesalahan konsep siswa adalah menganggap volume tidak

dipengaruhi oleh mol. Siswa belum memahami dengan baik bahwa volume molar

adalah volume gas tiap 1 mol gas, jadi apabila dalam keadaan standar maka
58

volume molar untuk 1 mol gas adalah 22,4 L/mol. Kesalahan konsep ini bisa

terjadi apabila siswa tidak memahami dengan benar tentang persamaan gas ideal.

4. Kesalahan Konsep dalam Rumus Empiris dan Rumus Molekul

Kesalahan konsep yang terjadi pada siswa adalah 12,96% menganggap

bahwa rumus empiris menyatakan jenis-jenis atom penyusun senyawa. Rumus

empiris adalah perbandingan bilangan bulat paling sederhana jenis-jenis atom

penyusunnya, apabila siswa memahami ini dengan baik maka tidak akan terjadi

kesalahan konsep tersebut. Penentuan rumus molekul pada soal nomor 28 dan 29

dipaparkan bahwa 37,04% menganggap rumus molekul merupakan perbandingan

nomor atom tiap unsur-unsur penyusunnya dan 3,70% menganggap rumus

molekul merupakan perbandingan massa atom relatif tiap unsur-unsur

penyusunnya. Kesalahan konsep pokok bahasan rumus molekul juga terjadi pada

saat tes terbuka dan diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan. Petikan

wawancara yang dilakukan disajikan sebagai berikut.

Peneliti : “rumus molekul apa dek?”


Siswa : “rumus yang dalam keadaan sebenarnya mbak”
Peneliti : “kalau misalkan soal no 33 bagaimana kamu menentukan rumus
molekulnya kalau diketahui rumus empirisnya?”
Siswa : “pakek nomor atomnya mbak, dibandingkan”
Peneliti : “coba tuliskan perbandingannya bagaimana?”
Siswa : “C6H1 karena no. atom C= 6 dan no. atom H= 1”

Kesalahan-kesalahan konsep yang terjadi pada siswa bisa diakibatkan

pemilihan metode pengajaran yang digunakan oleh guru. Pada pokok bahasan

hukum-hukum dasar kimia, persamaan reaksi kimia, massa atom relatif dan massa

molekul relatif, massa molar dan volum molar, konsep mol, rumus empiris dan
59

rumus molekul guru menggunakan metode ceramah sehingga tingkat pemahaman

siswa tiap pokok bahasan dalam kategori rendah ataupun cukup. Tetapi pada

pokok bahasan penentuan kadar zat dan pereaksi pembatas pengajaran yang

dilakukan menggunakan metode ceramah, diskusi, presentasi sehingga tingkat

pemahaman dalam kategori sangat tinggi. Menurut Toth & Kiss (dalam

Parchmann dkk, 2007:26), cara berpikir siswa dalam memecahkan persoalan

dalam stoikiometri tergantung pada bagaimana cara guru mengajar mereka. Cara

guru dalam mengajar pokok bahasan stoikiometri memiliki pengaruh yang besar

terhadap jalan berpikir siswa dalam memecahkan masalah stoikiometri. Oleh

karena itu, guru harus benar-benar mempersiapkan metode yang tepat sebelum

mengajar suatu pokok bahasan guna menghindari terjadinya kesalahan konsep

pada siswa.

You might also like