Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Mala Dzikra Rahmat Alawi
P17335115017
Dosen Pembimbing:
Siska Tri Apriyoannita, S. Farm.
KEMENTRIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
2017
Gel Steril Fluocinolone Acetonide 0,025%
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui dan memahami sediaan gel Fluocinolone Acetonid 0,025%
cara pembuatan dan metode sterilisasi yang digunakan pada sediaan gel
Fluocinolone Acetonide 0,025%.
II. PENDAHULUAN
Steril adalah keadaan suatu zat yang bebas dari mikroba hidup baik yang
pathogen (menimbulkan penyakit) maupun yang apatogen (tidak menimbulkan
penyakit) baik dalam bentuk vegetative (siap untuk berkembang biak) maupun
dalam bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak dapat berkembang biak). Sterilisasi
adalah suatu proses untuk membuat ruang atau benda menjadi steril. Alasan obat
dibuat steril adalah karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan tubuh
dan jaringan tubuh lain yang pertahanannya terhadap zat asing tidak selengkap pada
saluran cerna atau gastrointestinal (Syamsuni, 2012). Bahan – bahan yang perlu
dilakukan proses sterilisasi adalah injeksi (infus intravena, Total Parenteral
Nutrition, Small Volume Parenteral), non injeksi (air, larutan irigasi urologi),
sediaan obat tetes mata (sediaan yang langsung bersentuhan dengan membrane
mukosa tubuh) pembalut, implant dan alat dan bahan yang digunakan untuk
endoskopi (Aulton, 2013).
Salah satu yang harus melalui proses sterilisasi adalah sediaan gel
Floucinolone Acetonide karena bekerja langsung dengan membrane mukosa Padma
mata. Sediaan yang digunakan pada mata merupakan sediaan hidung berupa larutan
atau suspensi dari alkaloid, garam – garam alkaloid, antibiotic atau bahan – bahan
lain yang ditujukan untuk penggunaan pada mata, yang diformulasi dengan
pertimbangan tonisitas, pH, viskositas, sterilisasi, bahan antimikroba dan
pengemasan yang baik (Agoes, 2012).
Gel steril sama halnya dengan sediaan gel pada umumnya. Perbedaannya
hanya terletak pada proses pembuatannya, dimana gel steril harus dibuat dalam
kondisi steril baik tempat, personil, alat, wadah dan bahannya itu sendiri. Gel steril
biasanya ditujukan untuk pengobatan mata atau luka terbuka yang cukup besar.
Pada pembuatan gel steril Fluocinolone Acetonide ini ditujukan untuk pengobatan
terhadap mata, baik karena alergi atau inflamasi (Sweetman, 2009).
IV. FORMULASI
1. Fluocinolone Acetonide
Pemerian Serbuk kristal berwarna putih atau hampir putih, bersifat
polimorfisme (Martindale 36th, hlm1531).
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, larut dalam alkohol anhidrat dan
aseton (Martindale 36th, hlm1531).
Stabilitas
Panas Meleleh pada suhu 210⁰C dengan dekomposisi (Clarke, 2003)
Hidrolisis Tidak ditemukan dalam pustaka : FI V, Martindale, USP,
Clarke.
Cahaya Harus terlindung dari cahaya (Martindale 36th, hlm1531).
pH pH 2,3 - 6 (Kenley dkk, 1987).
Penyimpanan Simpan pada tempat yang sejuk (suhu kurang dari 25 derajat
celsius), kering dan terlindung dari cahaya.
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : -
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : gel
Cara sterilisasi sediaan :
Dengan menggunakan metode aseptic
Kemasan :
Simpan pada tempat yang sejuk (suhu kurang dari 25 derajat celsius), kering dan
terlindung dari cahaya.
3. Gliserin
Pemerian Bening, tidak berwarna, tidak berbau, kental, bersifat
higroskopis, rasa manis 0,6 kali dari sukrosa (Handbook of
Pharmaceutical Exipients Ed 2009 hlm 283 - 285).
Kelarutan Agak sukar larut dalam aseton, praktis tidak larut dalam
benzen, praktis tidak larut dalam kloroform, larut dalam etanol
95%, 1 : 510 bagian eter, 1 : 11 bagian etil asetat, praktis tidak
larut dalam minyak, larut dalam air (Handbook of
Pharmaceutical Exipients Ed 2009 hlm 283 - 285).
Stabilitas Dapat terurai dengan akrolein beracun (Handbook of
Pharmaceutical Exipients Ed 2009 hlm 283 - 285).
Kegunaan Bahan pembasah
Inkompatibilitas Gliserin dapat meledak apabila dicampurkan dengan oksidator
kuat seperti kromium trioksida, kalium klorat atau kalium
permanganat (Handbook of Pharmaceutical Exipients Ed 2009
hlm 283 - 285).
Cara Sterilisasi Menggunakan metode sterilisasi dengan menggunakan mrtode
Bahan panas lembap alat yang digunakan adalah autoklaf pada suhu
121⁰C selama 15 menit dengan tekanan 15 Psi.
4. Benzalkonium klorida
Pemerian Putih atau putih kekuningan, tidak berbentuk serbuk, berbentuk
seperti gelatin (Handbook of Pharmaceutical Exipients Ed
2009 hlm 242).
Kelarutan Praktis tidak larut dalam eter, sangat larut dalma aseton, etanol
95%, metanol, propanol dan air (Handbook of Pharmaceutical
Exipients Ed 2009 hlm 242).
Stabilitas Dalam bentuk larutan stabil, dapat disterilisasi dengan
menggunakan autoklaf. Bersifat higroskopis dan harus
terlindung dari cahaya (Handbook of Pharmaceutical Exipients
Ed 2009 hlm 242).
Kegunaan Preservatif antimikroba
Inkompatibilitas Aluminum, surfaktan anionik, hidrogen peroksida,
hypromellose, iodida, kaolin, lanolin, sufaktan nonionik pada
konsentrasi tinggi, permanganat, tartrat, zink oksid, zink sulfat
Cara Sterilisasi Menggunakan metode sterilisasi dengan menggunakan mrtode
Bahan panas lembap alat yang digunakan adalah autoklaf pada suhu
121⁰C selama 15 menit dengan tekanan 15 Psi.
5. Na2EDTA
Pemerian Kristal putih serbuk tidak berwarna, rasa sedikit asam
(Handbook of Pharmaceutical Exipients Ed 2009 hlm 242).
Kelarutan Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, sedikit larut
dalam etanol 95%, larut dalam 1:11 air (Handbook of
Pharmaceutical Exipients Ed 2009 hlm 242).
Stabilitas Dapat kehilangan air dari bentuk kristalnya pada suhu di
atas 120oC (Handbook of Pharmaceutical Exipients Ed 2009
hlm 242).
Kegunaan Pengkelat, penambah efektivitas Benzalkonium Klorida
(Handbook of Pharmaceutical Exipients Ed 2009 hlm 242).
Inkompatibilitas Pengoksidator kuat, basa kuat (Handbook of Pharmaceutical
Exipients Ed 2009 hlm 242).
Cara Sterilisasi Radiasi, Sinar Gamma, Cobalt 60, 25 kGy
Bahan
VII. PENIMBANGAN
Dibuat 3 tube (@5 gram) = 3 x 5 gram = 15 gram
Dilebihkan 10% = 15 g + (10% x 15 g) = 16,5 g
Penimbangan dibuat 15 gram, sediaan dilebihkan sebanyak 10% dan basis gel
dilebihkan 20% berdasarkan pertimbangan isi minimum dan kehilangan bobot
selama proses produksi.
Kemurnian Fluocinolone Acetonide
Sediaan gel Fluocinolone Acetonide mengandung Fluocinolone Acetonide yang
tidak kurang dari 97% dan tidak lebih dari 102% (Kementerian Kesehatan RI,
2014).
Maka dalam sediaan, bahan aktif dilebihkan sebanyak 2,5%
Fluocinolone Acetonide = 0,025% + (2,5% . 0,025%) = 0,0256%
Perhitungan kelarutan :
1. Kelarutan Benzalkonium Klorida
Sangat larut dalam air
Butuh WFI = 1 x 0,0016 gram= 0,0016 ml ~ 2 ml
2. Kelarutan Na2EDTA
Larut dalam 11 bagian air
Butuh WFI = 11 x 0,0165 gram = 0,1815 ml ~ 3 ml
Perhitungan dosis :
Gel Fluocinolone Acetonide digunakan dengan cara dioleskan tipis – tipis sehari 1
– 2 kali (Sweetman, 2009).
VIII. STERILISASI
a. Alat
b. Wadah
No. Nama alat Jumlah Cara sterilisasi
1. Tube alumunium 3 Metode panas kering dengan
menggunakan oven pada suhu 170oC
selama 60 menit
2. Tutup plastic tube 3 Desinfeksi dengan menggunakan
alumunium alkohol 70% selama 24 jam.
c. Bahan
No. Nama bahan Jumlah (g) Cara sterilisasi
1. Fluocinolone Acetonide 0,0042 Panas kering, dengan menggunakan
oven pada suhu 170⁰C selama 1 jam
2. Benzalkonium klorida 0,0016 Panas lembab, autoklaf pada suhu
121⁰C, 15 menit, tekanan 15 psi
3. Na2EDTA 0,0165 Radiasi, Sinar Gamma, Cobalt 60, 25
kGy
4. Gliserin 0,495 Panas lembab, autoklaf pada suhu
121⁰C, 15 menit, tekanan 15 psi
5. CMC Na 1 Panas kering, dengan menggunakan
oven pada suhu 170⁰C selama 1 jam
6. WFI dapar fosfat Ad 20 Panas lembab, autoklaf pada suhu
121⁰C, 15 menit, tekanan 15 psi
IX. PROSEDUR PEMBUATAN
RUANG PROSEDUR
1. Semua alat dicuci bersih, dibilas dengan aquadest dan
dikeringkan.
2. Bagian mulut erlenmeyer, gelas ukur, vial, buret, pipet tetes,
gelas kimia ditutup/disumbat dengan alumunium foil atau
kertas perkamen.
3. Dilakukan sterilisasi dengan cara :
Gelas ukur 10 mL, pipet kaca, labu erlenmeyer 500 mL,
Grey Area
disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121⁰C
(Sterilisasi alat)
selama 15 menit pada tekanan 15 psi.
Batang pengaduk, gelas kimia, spatula, kaca arloji disterilisasi
dengan menggunakan oven pada suhu 170⁰C selama 1 jam.
Tutup karet pipet, filter holder didesinfeksi dengan cara
direndam dengan alkohol 70% selama 24 jam.
4. Setelah disterilisasi semua bahan dimasukkan ke dalam pass
box.
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam sediaan infus ditimbang
dengan menggunakan timbangan analitik yang sudah dikalibrasi :
1. Fluocinolone Acetonide ditimbang sebanyak 0,0042 gram
didalam kaca arloji steril, ditutup dengan alumunium foil atau
kertas perkamen diberi label nama dan jumlah bahan.
2. Benzalkonium klorida ditimbang sebanyak 0,0016 gram
didalam kaca arloji steril, ditutup dengan alumunium foil atau
kertas perkamen diberi label nama dan jumlah bahan.
3. Na2EDTA ditimbang sebanyak 0,0165 gram didalam kaca
arloji steril, ditutup dengan alumunium foil atau kertas
perkamen diberi label nama dan jumlah bahan.
4. CMC Na ditimbang sebanyak 1 gram didalam kaca arloji
Grey Area (Ruang
steril, ditutup dengan alumunium foil atau kertas perkamen
penimbangan)
diberi label nama dan jumlah bahan.
5. Gliserin ditimbang sebanyak 0,495 gram didalam kaca arloji
steril, ditutup dengan alumunium foil atau kertas perkamen
diberi label nama dan jumlah bahan.
6. Aqua pro injeksi diukur sebanyak 30 ml di dalam gelas ukur
steril 100 ml ditutup dengan menggunakan kertas perkamen,
diberi label nama dan jumlah bahan.
7. Lakukan sterilisasi Fluocinolone Acetonide, Gliserin, Aqua
pro injeksi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121⁰C
selama 15 menit tekanan 15 psi.
8. Setelah itu, bahan baku (zat aktif dan eksipien) yang telah di
sterilisasi dimasukkan ke White Area melalui transfer box.
1. Bahan-bahan diambil dari pas box. Bagi meja kerja menjadi3
White Area Grade bagian yaitu ruang bersih, ruang kerja dan ruang kotor.
A Background B Bersihkan meja kerja dengan menggunakan etanol 70%.
(Ruang 2. Siapkan alat dan bahan.
Pencampuran) 3. Kembangkan gelling agent yaitu Na CMC 1 gram dengan cara
di dispersikan di dalam Aqua pro injeksi sebanyak 19 ml di
dalam mortar. Diamkan selama 15 menit hingga CMC Na
mengembang lalu gerus sampai membentuk gel Na CMC.
4. Timbang basis gel sebanyak 13,088 gram dengan
menggunakan kaca arloji steril diatas timbangan analitik yang
telah dikalibrasi.
5. Fluocinolone Acetonide sebanyak 0,0042 gram dimasukkan
ke dalam mortar gerus sampai halus, tambahkan gliserin lalu
setengah dari gelling agent yang telah dibuat gerus sampai
homogen.
6. Benzalkonium klorida sebanyak 0,0016 gram dilarutkan di
dalam 2 ml Aqua pro injeksi, aduk sampai homogen.
Pengerjaan dilakukan pada gelas kimia 50 ml. Masukkan ke
dalam gelas kimia utama. Lakukan pembilasan sebanyak 2
kali masing – masing dilakukan dengan 2 ml Aqua pro injeksi.
7. Na2EDTA sebanyak 0,0165 gram dilarutkan di dalam 5 ml
WFI dapar fosfat, aduk sampai homogen. Pengerjaan
dilakukan pada gelas kimia 50 ml. Masukkan ke dalam gelas
kimia utama. Lakukan pembilasan sebanyak 2 kali masing –
masing dilakukan dengan 3 ml Aqua pro injeksi.
8. Campurkan larutan Benzalkonium Klorida dengan Na2EDTA
sampai homogen lalu ditambahkan ke dalam mortar yang telah
berisi bahan aktif dan gelling agent gerus sampai homogen.
9. Gelling agent ditambahkan ke dalam mortar sampai 80%
kemudian gerus sampai homogen.
10. Lakukan pengecekkan pH. Ditambahkan pH yaitu HCl 0,1 N
ata NaOH 0,1 N jika diperlukan.
11. Tambahkan gelling agent sampai 100% lalu digerus sampai
homogen.
12. Gel ditimbang diatas perkamen steril sebanyak 5,5 gram.
kertas perkamen digulung hingga menutupi semua sediaan
gel.
13. Gulungan kertas perkamen yang berisi gel kemudian
kemudian dimasukkan ke dalam tube steril dalam kondisi
ujung tube dengan pinset steril dan keluarkan kertas perkamen
dengan cara menarik kertas perkamen keluar.
14. Tube ditutup dengan melipat bagian belakang yang terbuka
dengan menggunakan pinset steril.
15. Sediaan yang telah ditutup ditransfer ke ruang sterilisasi
dengan menggunakan transfer box.
1. Setelah sterilisasi akhir, lakukan evaluasi sediaan.
Grey Area (Ruang
2. Sediaan diberi etiket dan brosur kemudian di kemas dalam
Evaluasi)
wadah sekunder.
X. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN
XI. PEMBAHASAN
Gel merupakan semi padat yang terdiri dari susupensi yang dibuat dari
partikel anorganik kecil atau molekul organik besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, digolongkan sebagai
sistem dua fase. Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi
relatif besar disebut magma (Agoes, 2009). Gel fasa tunggal dan jeli dapat
digambarkan sebagai jaringan 3 dimensi yang terbentuk dengan penambahan
makromolekul, seperti protein, polisakarida, dan makromolekul sintetik, terhadap
cairan yang sesuai. Dalam farmasi umumnya cairan berupa air dan larutan
hidroalkoholik (Zubaidah, dkk., 2010).
Gel steril sama halnya dengan sediaan gel pada umumnya. Perbedaannya
hanya terletak pada proses pembuatannya, dimana gel steril harus dibuat dalam
kondisi steril baik tempat, personil, alat, wadah dan bahannya itu sendiri. Gel steril
biasanya ditujukan untuk pengobatan mata atau luka terbuka yang cukup besar.
Pada pembuatan gel steril Fluocinolone Acetonide ini ditujukan untuk pengobatan
terhadap mata, baik karena alergi atau inflamasi (Sweetman, 2009).
Floucinolone Acetonide merupakan bahan yang praktis tidak larut dalam
air maka pada formulasi ditambahkan CMC Na sebanyak 5% sebagai bahan
pensuspensi. Selain itu, karena sediaan dibuat gel maka ditambahkan juga gelling
agent yang digunakan untuk membentuk massa gel. CMC Na sebanyak 5% juga
digunakan sebagai bahan pembentuk massa gel. Pemilihan CMC Na sebagai gelling
agent karena CMC Na merupakan basis hidrogel yang konsistensinya lebih baik
dan cara pembuatan nya pun lebih mudah dibandingkan dengan gelling agent
lainnya (Rowe, 2009).
Fluocinolone Acetonide stabil pada pH 2,3 – 6,0 (Kenley dkk, 1998).
Rentang pH adalah 2,7 sehingga tidak diperlukan dapar untuk menjaga stabilitas
pH sediaan. Sediaan gel Fluocinolone Acetonide digunakan secara multiple dose
dan mengandung fase air yang sangat banyak dimana air merupakan nutrisi untuk
mikroba tumbuh. Sehingga pada saat penyimpanan dapat terjadi kontaminan
mikroba. Pada formula ditambahkan pengawet yaitu Benzalkonium Kloida
sebanyak 0,01% untuk mencegah tumbuh berkembangnya mikroba dalam sediaan
selama penyimpanan (Rowe, 2009).
Benzalkonium Klorida adalah pengawet yang dapat ditingkatkan
aktivitasnya sebagai pengawet dengan penambahan Na2EDTA sebanyak 0,1%.
Maka pada formula ditambahkan Na2EDTA sebanyak 0,1% untuk meningkatkan
efektivitas pengawet. Na2EDTA juga berfungsi untuk mengkatalisis reaksi oksidasi
dan membentuk khelat atau chelating agent sehingga stabilitas sediaan dapat
dipertahankan (Rowe, 2009).
Fluocinolone Acetonide merupakan bahan yang praktis tidak larut dalam
air sehingga sudut kontak sediaan besar atau sediaan akan sulit terbasahi pada saat
dicampurkan dengan gelling agent atau bahan-bahan lain dalam formula. Pada
formula ditambahkan Gliserin sebanyak 3% untuk memperkecil sudut kontak,
bahan aktif menjadi mudah terbasahi dan lebih memudahkan selama proses
pembuatan. Gliserin juga berfungsi sebagai emollient sehingga dapat memberikan
rasa yang nyaman pada saat digunakan (Rowe, 2009).
Gel Floucinolone Acetonide merupakan gel yang digunakan untuk
inflamasi atau reaksi alergi pada mata. Sehingga semua sediaan yang digunakan
langsung ke membrane mukosa mata harus bebas dari mikroba viabel sehingga
semua bahan, alat dan ruangan yang digunakan harus steril atau bebas dari
kontaminan mikroba viabel. Fluocinolone Acetonide merupakan bahan yang tahan
pemanasan sehingga dapat disterilisasi dengan menggunakan metode panas kering,
alat yang digunakan adalah oven dengan suhu 170⁰C selama 1 jam. Bahan-bahan
yang terdapat dalam formula, diterilkan dengan menggunakan metode sterilisasi
yang sesuai (Clarkes, 2003).
Fluocinolone Acetonide dalam sediaan semi solid atau gel mengandung
Fluocinolone Acetonide yang tidak kurang dari 97% dan tidak lebih dari 102%
(Kementerian Kesehatan RI, 2014). Pada formula bahan aktif dilebihkan sebanyak
2,5%. Teknik sterilisasi yang dilakukan adalah teknik aseptik sehingga pada proses
pencampuran dilakukan di White Area Grade A Background B.
Dapat terjadi kehilangan bahan selama proses pembuatan, maka
ditambahkan sebanyak 10% untuk mencegah kehilangan bahan selama proses
pembuatan. Basis gel ditambahkan sebanyak 20%. Fluocinolone Acetonide
merupakan bahan yang tidak tahan terhadap cahaya. Maka pada penyimpanan harus
disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya matahari (Sweetman, 2009).
XII. KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan gel Fluocinolone Acetonide adalah
No. Nama Bahan Jumlah (%) Kegunaan
1. Fluocinolon 0,0256 Bahan Aktif
Acetonide
2. Benzalkonium 0,01 Pengawet
klorida
3. Na2EDTA 0,1 Pengekelat, meningkatkan kerja
Benzalkonium klorida
4. Gliserin 3 Humektan (Wetting agent)
5. CMC Na 5 Suspending agent
Gelling agent
6. Aqua pro injeksi Ad 100 Pembawa
Aulton, M.E., dan Taylor K.M.G., (2013), Aulton’s Pharmaceutics: The Design and
Manufacture of Medicines, Fourth Edition, Churcihill Livingstone Elsevier
Goodman dan Gilman. (2003). Dasar Farmakologi Terapi. Edisi 10. Vol. 2.
Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.
Lund, Walter. (1994). The Pharmaceutical Codex Twelfh Edition. London : The
Pharmaceutical Press.
Remington, Johnson HLM (2005). Remington The Science And Practice 21st
Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
Staf Pengajar Bagian Farmakologi FK UI, 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5
Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
Sweetman, Sean. C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference 36th ed.
London: The Pharmaceutical Press.
Tjay, T. H., & Rahardja, K.. (2007). Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya,Edisi keenam, Jakarta, PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia.
Lampiran 1
FLUOCINOLONE
GEL UNTUK MATA
FARMAKOLOGI
Fluocinolone Acetonide termasuk golongan Kortikosteroid yang memiliki
efek sebagai antiinflamasi lokal yang memiliki masa kerja yang pendek
atau pengobatan hanya jangka pendek.
INDIKASI
Fluocinolone Acetonide digunakan dala perawatan, control, pencegahan
dan perbaikan penyakit, dengan kondisi dan gejala mata kemerahan
karena reaksi alergi.
KONTRA INDIKASI
Diabetes militus, tukak peptikum, infeksi berat, hipertensi atau gangguan
system kardiovaskular lain yang patut diperhatikan.
EFEK SAMPING
Pengeringan kulit, kesulitan bernafas, pembengkakan mulut, jerawat,
perasaan terbakar dan perubahan warna kulit.
DOSIS
Digunakan dengan cara ioleskan tipis-tipis sehari 1 – 2 kali
KEMASAN
Isi 1 tube gel Fluocinolone Acetonide @10 gram
PENYIMPANAN
Simpan pada suhu kamar ( <25O C), dalam wadah tertutup rapat dan
terlindung dari paparan cahaya matahari.
PERINGATAN
Gel Fluociolone Acetonide ini hanya boleh digunakan selama 1 bulan
setelah obat tetes mata dibuka.
Dibuat oleh:
PT PharmafivePharma
Bandung – Indonesia