Professional Documents
Culture Documents
DI RUANG ICU
Kelompok 7:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
LAPORAN SEMINAR KASUS
I. TEORI KASUS
A. Definisi
Trauma medulla spinalis adalah cidera pada kolumna vertebralis, otot ligamen,
diskus, dan gangguan pada medulla spinalis oleh berbagai keadaan akibat trauma pada
tulang belakang yang disebabkan karena jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan olahraga dan sebagainya. Trauma pada tulang belakang menyebabkan
ketidakseimbangan kolumna vertebralis (faktor pergeseran satu atau lebih tulang
belakang) atau injuri saraf yang aktual maupun potensial sehingga mengakibatkan
defisit neurologis (Muttaqin, 2008)
Trauma Medulla Spinalis adalah suatu fraktur vertebra yang mengakibatkan
disfungsi neurologis pada daerah servikal, thoracal dan lumbal yang menyebabkan
kelumpuhan extremitas bawah, disfungsi defekasi dan berkemih. ( Brunner and
Suddarth dalam Putra, 2012 ).
B. Etiologi
1. Kecelakaan lalu lintas/jalan raya adalah penyebab terbesar
2. Injury/jatuh dari ketinggian’
3. Kecelakaan karena olahraga, tersering karena menyelam pada air yang sangat
dangkal
4. Luka jejas, luka tajam dan luka tembak pada daerah vertebral
5. Pergerakkan yang berlebihan : hiperfleksi, hiperekstensi, rotasi berlebihan, stress
lateral, disfraksi, penekanan
6. Gangguan lain yang bisa menyebabkan trauma medulla spinalis seperti
spondiliasis servikal dengan meilopati yang menghasilkan saluran sempit dan
mengakibatkan cidera progresif pada medulla spinalis dan akar sarafnya, mielitis
akibat proses inflamasi infeksi maupun non infeksi, osteoporosis, tumor infiltrat
maupun kompresi dan penyakit vaskular.
Faktor resiko :
1. Jenis kelamin, Pria 80 % lebih beresiko daripada wanita
2. Usia 16-30 tahun, dengan alasan kecelakaan yang sering terjadi pada usia
tersebut
3. Olahraga, beberapa kegiatan olahraga juga dapat menyebabkan trauma
medulla spinalis, misalnya gulat, menyelam di air dangkal, berselancar,
roller-skating, in line skating, hocley
4. Memiliki kelainan tulang dan sendi
C. Klasifikasi
1. Berdasarkan Lokasi Cidera
Klasifikasi cedera medulla spinalis berdasarkan lokasi cedera, antara lain :
a. Cedera Cervikal
1) Lesi C1-C4
Pada lesi C1-C4, otot trapezius, sternomastoideus, dan otot
platisma masih berfungsi. Otot diafragma dan interkostal mengalami
paralisis dan tidak ada gerakan volunter (baik secara fisik maupun
fungsional). Di bawah transeksi spinal tersebut. Kehilangan sensori
pada tingkat C1-C3 meliputi oksipital, telinga dan beberapa daerah
wajah.
Pasien pada quadriplegia C1, C2 dan C3 membutuhkan
perhatian penuh karena ketergantungan terhadap ventilator mekanis.
Orang ini juga tergantung semua aktivitas kebutuhan sehari-harinya.
Quadriplegia pada C4 mungkin juga membutuhkan ventilator mekanis
tetapi dapat dilepas. Jadi penggunaannya secara intermitten saja.
2) Lesi C5
Bila segmenC5 medulla spinalis mengalami kerusakan, fungsi
diafragma rusak sekunder terhadap edema pascatrauma akut. Paralisis
intestinal dan dilatasi lambung dapat disertai dengan depresi
pernafasan. Quadriplegia pada C5 biasanya mengalami ketergantungan
dalam melakukan aktivitas seperti mandi, menyisir rambut, mencukur,
tetapi pasien mempunyai koordinasi tangan dan mulut yang lebih baik.
3) Lesi C6
Pada lesi segmen C6, distress pernafasan dapat terjadi karena
paralisis intestinal dan edema asenden dari medulla spinalis. Biasanya
akan terjadi gangguan pada otot bisep, triep, deltoid dan pemulihannya
tergantung pada perbaikan posisi lengan. Umumnya pasien masih
dapat melakukan aktivitas higiene secara mandiri, bahkan masih dapat
memakai dan melepaskan baju.
4) Lesi C7
Lesi medulla pada tingkat C7 memungkinkan otot diafragma
dan aksesoris untuk mengkompensasi otot abdomen dan interkostal.
Fleksi jari tangan biasanya berlebihan ketika kerja refleks kembali.
Quadriplegia C7 mempunyai potensi hidup mandiri tanpa perawatan
dan perhatian khusus. Pemindahan mandiri, seperti berpakaian dan
melepas pakaian melalui ekstrimitas atas dan bawah, makan, mandi,
pekerjaan rumah yang ringan dan memasak.
5) Lesi C8
Hipotensi postural bisa terjadi bila pasien ditinggikan pada
posisi duduk karena kehilangan control vasomotor. Hipotensi postural
dapat diminimalkan dengan pasien berubah secara bertahap dari
berbaring ke posisi duduk. Jari tangan pasien biasanya mencengkram.
Quadriplegia C8 harus mampu hidup mandiri, mandiri dalam
berpakaian, melepaskan pakaian, mengemudikan mobil, merawat
rumah, dan perawatan diri.
b. Cedera Torakal
1) Lesi T1-T5
Lesi pada region T1-T5 dapat menyebabkan pernafasan dengan
diafragmatik. Fungsi inspirasi paru meningkat sesuai tingkat
penurunan lesi pada toraks. Hipotensi postural biasanya muncul.
Timbul paralisis parsial dari otot adductor pollici, interoseus, dan otot
lumrikal tangan, seperti kehilangan sensori sentuhan, nyeri, dan suhu.
2) Lesi T6-T12
Lesi pada tingkat T6 menghilangkan semua refleks adomen.
Dari tingkat T6 ke bawah, segmen-segmen individual berfungsi, dan
pada tingkat 12, semua refleks abdominal ada. Ada paralisis spastik
pada tubuh bagian bawah. Pasien dengan lesi pada tingkat torakal
harus befungsi secara mandiri.
Batas atas kehilangan sensori pada lesi torakal adalah:
T2 Seluruh tubuh sampai sisi dalam dari lengan atas
T3 Aksilla
T5 Putting susu
T6 Prosesus xifoid
T7, T8 Margin kostal bawah
T10 Umbilikus
T12 Lipat paha
c. Cedera Lumbal
1) Lesi L1-L5
Kehilangan sensori lesi pada L1-l5 yaitu:
L1 Semua area ekstrimitas bawah, menyebar ke lipat paha &
bagian belakang dari bokong.
L2 Ekstrimitas bagian bawah kecuali sepertiga atas aspek anterior
paha
L3 Ekstrimitas bagian bawah dan daerah sadel.
L4 Sama dengan L3, kecuali aspek anterior paha.
L5 Aspek luar kaki dan pergelangan kaki serta ekstrimitas bawah
dan area sadel.
d. Cedera Sakral
1) Lesi S1-S6
Pada lesi yang mengenai S1-S5, mungkin terdapat beberapa perubahan
posisi dari telapak kaki. Dari S3-S5, tidak terdapat paralisis dari otot kaki.
Kehilangan sensasi meliputi area sadel, skrotum, dan glans penis,
perineum, area anal, dan sepertiga aspek posterior paha.
2. Berdasarkan Tingkat Keparahan
a. Klasifikasi Frankel :
Grade A : motoris (-), sensoris (-)
Grade B : motoris (-), sensoris (+)
Grade C : motoris (+) dengan ROM 2 atau 3, sensoris (+)
Grade D : motoris (+) dengan ROM 4, sensoris (+)
Grade E : motoris (+) normal, sensoris (+)
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Auhan Keperawatan dengan Gangguan Persarafan. Jakarta :
Salemba Medika
Identitas Klien
Nama : Tn. D
Umur : 34 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat Rumah : Tempursari
Diagnosa Medis : Trauma medulla spinalis, trauma cervikal
Riwayat Alergi :
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki riwayat alergi.
Masalah Keperawatan :
Hambatan mobilitas fisik
Review of System
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Stupor
Tanda-Tanda Vital :
TD : 118/63 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
Suhu : 36,5°C
Pernafasan : 30 x/mnt
Kebutuhan oksigen (6-8 x RR) x BB
= (6-8 x 30) x 47 = 8-11 lpm
Berat Badan : 47 Kg
Tinggi Badan : 162 cm
IMT : BB/TB2 = 47/1,622 = 18
Masalah Keperawatan:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Masalah Keperawatan :
Pengkajian Tambahan :
Masalah Keperawatan:
Resiko penurunan perfusi jaringan serebral
Masalah Keperawatan :
Sistem Perkemihan (Bladder-B4)
Frekuensi : Terpasang kateter
Jumlah : 2270/24 jam
Warna : Kuning
Bau : Khas urine
Kateter : Ya
Kandung Kemih, Distensi : Tidak
Nyeri Tekan : Tidak
Gangguan :-
Masalah Keperawatan :-
Sistem Integumen
Warna Kulit : Pucat (Akral dingin)
Turgor : Sedang
Edema : Ada Lokasi : Kedua kaki dan tangan
Lesi : Tidak
Rontok : Tidak
Luka Bakar : Tidak
Masalah Keperawatan:
Gangguan perfusi jaringan perifer
Personal Hyegiene
Mandi : 2 (diseka) x/hari
Sikat Gigi : tidak sikat gigi x/hari
Keramas : tidak keramas x/hari
Ganti Pakaian : tidak ganti pakaian x/hari
Menyisir Rambut : tidak disisir x/hari
Potong Kuku : tidak dipotong
Pengkajian Tambahan :
Gigi pasien kotor banyak lesi, rambut berminyak, pasien tidak memakai baju hanya
ditutupi kain
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
Hambatan mobilitas fisik
BGA
pH 7,402 7,31-7,41
Nyeri otot
Kekuatan otot
1 1
1 1
KATEGORI DATA
NO DATA DOMAIN/KELAS POTENSIAL
DIAGNOSA
1. Kedua kaki dan Domain 4/Kelas 2 Hambatan
tangan tidak dapat Mobilitas Fisik
digerakkan
ADL 4,4,4,4,4,4
2. Keletihan
3. Kelemahan umum
3. Akral dingin
4. Dispnea
5. Gelisah
6. Penurunan kesadaran
ANALISA DATA
NO DATA FAKTOR YANG DIAGNOSA
BERHUBUNGAN
1. DS : Keluarga pasien mengatakan Gangguan Hambatan Mobilitas
kedua tangan dan aki pasien tidak Muskoloskeletal Fisik
dapat digerakkan
DO :
- Kekuatan otot 1,1,1,1
- Trauma cervikal medula spinalis
- Pergerakan sendi terbatas
- ADL tk. 4
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. retensi sekret d.d. pasien mengatakan
sesak, pola napas tidak efektif, bunyi napas ronchi, terdapat sekret pada jalan
napas, RR 30x/menit
5. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d. edema d.d. edema pada kedua kaki dan
tangan, kulit pucat, akral dingin
6. Resiko penurunan perfusi jaringan serebral b.d. keterbasan ventrikel d.d pasien
mengatakan sesak, GCS 3-2-1, plegi, gelisah, RR = 30 x/menit
7-11-2018 06.00
1. Kaji suara napas
Hasil: suara napas ronchi dan
vesikuler
2. Observasi RR dan SPO2
Hasil: RR24x/menit, SpO2 98%
3. Respiratory : baging
Hasil: sesak berkurang, SpO2 98%
4. Suction
Hasil: sekret kuning keruh
5. Oksigenasi melalui NRB
Hasil: RR 24x/menit
S : Pasien mengatakan
tidak sesak
O:
RR = 23 x/mnt, SPO2
100%, tidak ada suara
napas tambahan
A: Tujuan tercapai
P: Hentikan intervensi