You are on page 1of 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling sering
dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan,
melainkan juga kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum
banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih
minim mengenai penyakit kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia
sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-anak sulit menceritakan
masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat
diperlukan untuk mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan
mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan
dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke
dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah ditemukan masalah spesifik
atau terdapat faktor risiko.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang
penyakit retina blastoma ke masyarakat luas yang mana di negara Indonesia masih kurang di
perhatikan. Dan kami sebagai perawat perlu memahami dan mengetahui mengenai asuhan
keperawatan terhadap pasien dengan retino blastoma.

2. Rumusan Masalalah

1. Bagaimanakah konsep teori retino blastoma?


2. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan retinoblastoma?

3. Tujuan

Tujuan Umum:
Mengetahui secara umum mengenai penyakit retini blastoma serta asuhan
keperawatan yang tepat terhadap penyakit retino blastoma tersebut.
Tujuan khusus :

1. Mengetahui Pengertian dari penyakit retino blastoma.


2. Mengetahui etiologi dari penyakit retino blastoma.
3. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit retina blastoma.
4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retino blastoma.
5. Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien retino blastoma.
6. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien retino blastoma
7. Mengetahui Web Of Caution (WOC) dari penyakit Retinoblastoma
8. Manfaat
Kita yang nantinya sebagai tenaga kesehatan dapat mengetahui dan faham akan asuhan
keperawatan yang tepat untuk pasien retina blastoma,sehinggga didunia rumah sakit nanti
dapat menerapkan asuhan keperawatan ke pasien retino blastoma dengan tepat.

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik
retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia klien
saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral.
Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang
lain terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa
klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya
pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006 ).

2.2 Etiologi
Retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik. Namun dapat juga
diklasifikasikan menjadi dua subkelompok yag berbeda, yaitu bilateral atau unilateral dan
diturunkan atau tidak diturunkan. Kasus yang tidak diturunkan selalu unilateral, sedangkan
90 % kasus yang diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10%. Gen
retinoblastoma (RBI) diisolasi dari kromosom 13q14, yang berperan sebagai pengatur
pertumbuhan sel pada sel normal. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor,
yang sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata yang bersifat
somatic maupun kedua mata yang merupakan kelainan yang diturunkan secara autosom
dominant. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf
penglihatan/nervus optikus).

2.3 Manifestasi klinis


Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor
dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan
memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous seeding) yang
menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata ,
akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus
optikus ke otak, melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke
sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat
menonjol kebadan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris
tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikular dan submandibula
dan, hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.
Kanker retina ini pemicunya adalag faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan infeksi
virus. Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian
tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian
kelopak mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling.
Tapi apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat tanda-tanda berupa
mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada kondisi gelap
terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi penyakit
retinoblastoma.

2.4 Patofisiologi
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus
yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior
mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.

2
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus
optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh kesumsum
tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat
menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris
tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula
serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera , terutati.
2.5 Klasifikasi Stadium
Menurut Reese-Ellsworth, retino balastoma digolongkan menjadi
1. Golongan I
a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
b. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd,dan terdapat pada atau dibelakang ekuator
2. 2. Golongan II
a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
3. Golongan III
a. Beberapa lesi di depan ekuator
b. Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
4. Golongan IV
a. Tumor multiple sebagian besar > 10 dd
b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata
5. Golongan V
a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina
b. Penyebaran ke vitreous

Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan eksoftalmus kemudian
dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya. Menurut
Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan berdasarkan tempat utama dimana
retinoblastoma menyebar sebagai berikut :
1. Derajat I intraokular
a. tumor retina.
b. penyebaran ke lamina fibrosa.
c. penyebaran ke ueva.
2. Derajat II orbita
a. Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan biopsi.
b. Nervous optikus.
2.6 Penatalaksanaan
Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah pengobatan
local untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis ekstrokular,
regional, dan metastatic.
Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya masih terlindungi.
Gambaran seperti ini lebih banyak pada keluarga yang memiliki riwayat keluarga, karena
diagnosis biasanya lebih awal. Sementara 13% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua
matanya terambil atau keluar karena penyakit intraocular yang sudah lanjut, baik pada waktu
masuk atau setelah gagal pengobatan local.

Jenis terapi

1. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma. Pemasangan
bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelha prosedur ini, untuk meminimalkan efek

3
kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua tahun pertama kehidupan,
asimetri wajah akan terjadi karena hambatan pertumbuhan orbita. Bagaimanapun, jika mata
kontralateral juga terlibat cukup parah, pendekatan konservatif mungkin bisa diambil.
Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi ke rongga naterior, atau terjadi
rubeosis iridis, dan apabila terapi local tidak dapat dievaluasi karena katarak atau gagal untuk
mengikuti pasien secara lengkap atau teratur. Enuklasi dapat ditunda atau ditangguhkan pada
saat diagnosis tumor sudah menyebar ke ekstraokular. Massa orbita harus dihindari.
Pembedahan intraocular seperti vitrektomi, adalah kontraindikasi pada pasien retinoblastoma,
karena akan menaikkan relaps orbita.

2. External beam radiotherapy (EBRT)


Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi merupakan terapi
efektif lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar dengan dosis 40-45 Gy
dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah harus
dibawah anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada kerjasama yang erat
antara dokter ahli mata dan dokter radioterapi untuk memubuat perencanan. Keberhasilan
EBRT tidak hanya ukuran tumor, tetapi tergantung teknik dan lokasi. Gambaran regresi
setelah radiasi akan terlihat dengan fotokoagulasi. Efek samping jangka panjang dari
radioterapi harus diperhatikan. Seperti enuklease, dapat terjadi komplikasi hambatan
pertumbuhantulang orbita, yang akhirnya akan meyebabkan ganguan kosmetik. Hal yang
lebih penting adalah terjadi malignasi skunder.

3. Radioterapi plaque
Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang makin sering
digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu biasanya digunakan untuk tumoryang
ukurannya kecil sa,pai sedang yang tidak setuju dengan kryo atau fotokoagulasi, pada kasus
yang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini juga digunakan pada terapi awal, khusunya
setelah kemoterapi. Belum ada bukti bahwa cara ini menimbulkan malignansi sekunder.

4. Kryo atau fotokoagulasi


Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan dapat diambil.
Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali sampai kontrol lokal
terapi. Kryoterapi biasanya ditujukan unntuk tumorbagian depan dan dilakukan dengan
petanda kecil yang diletakkan di konjungtiva. Sementara fotokoagulasi secara umum
digunakan untuk tumor bagian belakang baik menggunakan laser argon atau xenon.
Fotokoagulasi tidak boleh diberikan pada tumor dekat makula atau diskus optikus, karena
bisa meninggalkan jaringan parut yang nantinya akan menyebabkan ambliopi. Kedua cara ini
tidak akan atau sedikit menyebabkan komplikasi jangka panjang.

5. Modalitas yang lebih baru


Pada beberapa tahun terakhir,banyak kelompok yang menggunakan kemoterapi sebagai
terapi awal untuk kasus interaokular, dengan tujuan untuk mengurabgi ukuran tumor dan
membuat tumor bisa diterapi secara lokal. Kemoterapi sudah dibuktikan tidak berguna untuk
kasus intraocular, tetapi dengan menggunakan obat yang lebih baru dan lebih bisa penetrasi
ke mata, obat ini muncul lagi. Pendekatan ini digunakan pada kasus-kasus yang tidak
dilakukan EBICT atau enukleasi, khususnya kasus yang telah lanjut. Carboplatin baaik
sendiri atau dikombinasi dengan vincristine dan VP16 atau VM26 setelah digunakan.
Sekarang kemoreduksi dilakukan sebagai terspi awal kasus retinoblastoma bilateral dan
mengancam fungsi mata.

4
6. Kemoterapi
Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian yang luas,
prospektif dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan pada sejumlah kecil pasien
dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga karena kurang diterimanya secra luas sistem
stadium yang dibandingkan dengan berbagai macam variasi. Sebagian besar penelitian
didasarkan pada gambaran factor risiko secara histopatologi.
Penentuan stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat penting untuk
menentukan risiko relaps. Banyak peneliti memberikan kemoterapi adjuvant untuk pasien-
pasien retinoblastoma intraokular dan memiliki faktor risiko potensial seperti nervus optikus
yang pendek (< 5 mm), tumor undifferentiated, atau invasi ke nervus optikus prelaminar.
Kemoterapi ingtratekal dan radiasi intracranial untuk mencegah penyebaran ke otak tidak
dianjurkan.
Apabila penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi awal dianjurkan. Obat
yang digunakan adalah carboplatin, cis;platin, etoposid, teniposid, sikofosfamid, ifosfamid,
vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir ini adalah dikombinasi dengan idarubisin. Meskipun
laporan terakhir menemukan bahwa invasi keluar orbita dan limfonodi preauricular
dihubungkan dengan keluaran yang buruk, sebagian besar pasien ini akan mencapai harapan
hidup yang panjang dengan pendekatan kombinasi kemoterapi, pembedahan, dan radiasi.
Meskipun remisi bisa dicapai oleh pasien dengan metastasis, biasanya mempunyai kehidupan
pendek. Hal ini biasanya dikaitkan dengan ekspresi yang belebihan p 170 glikoprotein pada
retinoblastoma, yang dihubungkan dengan multidrug resistance terhadap kemoterapi.

5
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
RETINO BLASTOMA
Kasus Retino Blastoma Pada Anak
Anak T umur 3 tahun di diagnosa retino blastoma pada mata kanannya setahun yang lalu.
Lima bulan yang lalu, mata kanan anak T di lakukan oprasi pengangkatan tumor . Saat ini
anak T masuk rumah sakit karena di mata kirinya terdapat bercak putih di mata tengahnya.
Matanya menonjol terdapat stabismus. Anak T mata kirinya visusnya 1/60 dan dari hasil
pemriksaan patologi anatomi d temukan metastase ke otak dan mata kiri. Dari keterangan
keluarga, ternyata nenek pasien pernah menderita kanker servix.
3.1 Pengkajian
Anamnesa:
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An.T
2. Tempat tgl lahir/usia : 3 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-Laki
4. A g a m a :-
5. Pendidikan :-
6. Alamat :-

7. Tgl masuk :-
8. Tgl pengkajian :-
9. Diagnosa medik : Retinoblastoma
B. Identitas Orang tua
1. Ayah
a. N a m a :-
b. U s i a :-
c. Pendidikan :-
d. Pekerjaan :-
e. A g a m a :-
f. Alamat :-

2. Ibu
a. N a m a :
b. U s i a :

6
c. Pendidikan :
d. Pekerjaan :
e. Agama :
f. Alamat :

C. Identitas Saudara Kandung


No N A M A USIA HUBUNGAN STATUS KESEHATAN

II. Riwayat Kesehatan


A. Riwayat Kesehatan Sekarang : Satu tahun yang lalu pasien mengalami retino
blastoma di mata sebelah kanan. Kemudian dilakukan tindakan operasi pengangkatan
mata. Saat ini di mata kiri pasien terdapat retino blastoma. Terdapat bintik putih pada
mata tepatnya pada retina, terjadi penonjolan,dan terdapat stabismus.
Keluhan Utama : Keluhan utama yang di rasakan pasien adanya penurunan fungsi
penglihatan

Keluhan Pada Saat Pengkajian : di mata kirinya terdapat bercak putih di mata
tengahnya. Matanya menonjol terdapat strabismus.

B. Riwayat Kesehatan Lalu


1. Prenatal care
a. Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di
Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu
b. Riwayat terkena radiasi : -
c. Riwayat berat badan selama hamil :
e. Riwayat Imunisasi TT : Satu kali
f. Golongan darah ibu ……-…….. Golongan darah ayah ……-……..
2. Natal

7
a, Tempat melahirkan : -
b. Jenis persalinan : -
c. Penolong persalinan : -
e. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah
melahirkan : -
3. Post natal
a. Kondisi bayi : APGAR:
b. Anak pada saat lahir tidak mengalami : -
c. Klien pernah mengalami penyakit :- pada umur : diberikan obat oleh :-
d. Riwayat kecelakaan : -

C. Riwayat Kesehatan Keluarga


Genogram

Ket :

D. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)


Reaksi setelah
No. Jenis immunisasi Waktu pemberian Frekuensi Frekuensi
pemberian
1.
2.
3.
4.
5.

E. Riwayat Tumbuh Kembang


1. Pertumbuhan Fisik
a. Berat badan : -
b. Tinggi badan :……-………. cm.
c. Waktu tumbuh gigi …-……..
2. Perkembangan tiap tahap usia anak saat
a. Berguling : -…………… bulan

8
b. Duduk : …………-… bulan
c. Merangkak : …-………… bulan
d. Berdiri : …………-… tahun
e. Berjalan : ……-……… tahun
f. Senyum kepada orang lain pertama kali : ……-……… tahun
g. Bicara pertama kali :………-……tahun dengan menyebutkan : ……
h. Berpakaian tanpa bantuan : ………-……
F. Riwayat Nutrisi
1. Pemberian ASI:
2. Pemberian susu formula
a. Alasan pemberian :-
b. Jumlah pemberian :-
c. Cara pemberian : -

Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

G. Riwayat Psikososial
1. Anak tinggal bersama : Orang tua di :
2. Lingkungan berada di :
3. Rumah dekat dengan : ............., tempat bermain .........
4. kamar klien :
5. Rumah ada tangga :
6. Hubungan antar anggota keluarga :
7. Pengasuh anak :
H. Riwayat Spiritual
1. Support sistem dalam keluarga :
2. Kegiatan keagamaan :
I. Reaksi Hospitalisasi
1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
a. Ibu membawa anaknya ke RS karena :
b. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak:
c. Perasaan orang tua saat ini :
d. Orang tua selalu berkunjung ke RS :

9
e. Yang akan tinggal dengan anak :
2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

J. Aktivitas sehari-hari
1. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Selera makan
b. Menu makan
c. Frekuensi
d. Pantangan makan
e. Cara makan

2. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Jenis minuman
b. Frekuensi minum
c. Kebutuhan cairan
d. Cara pemenuhan

3. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Tempat pembuangan
b. Frekuensi (waktu)
c. Konsistensi
d. Kesulitan
e. Obat pencahar

4. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Jam tidur
- Siang

10
- Malam
b. Pola tidur
c. Kebiasaan sebelum
tidur
d. Kesulitan tidur

5. Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Program olah raga
b. Jenis dan frekuensi
c. Kondisi setelah olah
raga

6. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Mandi
- Cara
- Frekuensi
- Alat mandi
b. Cuci rambut
- Frekuensi
- Cara
c. Gunting kuku
- Frekuensi
- Cara
d. Gosok gigi
- Frekuensi
- Cara

7. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Kegiatan sehari-hari
b. Pengaturan jadwal harian

11
c. Penggunaan alat Bantu
aktifitas
d. Kesulitan pergerakan
tubuh

8. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Perasaan saat sekolah
b. Waktu luang
c. Perasaan setelah
rekreasi
d. Waktu senggang klg
e. Kegiatan hari libur

K. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : composmentis
2. Kesadaran :
3. Tanda – tanda vital :
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Denyut nadi : 124 x / menit
o
c. Suhu : 38,3 C
d. Pernapasan :24 x/ menit
4. Berat Badan :-
5. Tinggi Badan :-
6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & Hygiene kepala :
a. Warna rambut :
b. Penyebaran :
c. Mudah rontok :
d. Kebersihan rambut :
Palpasi
Benjolan : ada / tidak ada :
Nyeri tekan : ada / tidak ada :
12
Tekstur rambut : kasar/halus :
7. Muka
Inspeksi
a. Simetris / tidak :
b. Bentuk wajah :
c. Gerakan abnormal :
d. Ekspresi wajah :
Palpasi
Nyeri tekan / tidak :
Data lain :
8. Mata
Inspeksi
a. Pelpebra : Edema / tidak
Radang / tidak
b. Sklera : Icterus / tidak
c. Conjungtiva : Radang / tidak
Anemis / tidak
d. Pupil : - Isokor / anisokor
- Myosis / midriasis
- Refleks pupil terhadap cahaya : (-)
e. Posisi mata :
Simetris / tidak :
f. Gerakan bola mata :
g. Penutupan kelopak mata : sebelah kiri tidak bisa menutup
h. Keadaan bulu mata : normal
i. Keadaan visus : 1/60
j. Penglihatan : - Kabur / tidak
- Diplopia / tidak
Palpasi
Tekanan bola mata :tidak normal
Data lain : tidak ada
9. Hidung & Sinus
Inspeksi
a. Posisi hidung : normal

13
b. Bentuk hidung : simetris
c. Keadaan septum : normal
d. Secret / cairan :
Data lain : tidak ada
10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga :simetris
b. Ukuran / bentuk telinga :
c. Aurikel :
d. Lubang telinga : Bersih / serumen / nanah
e. Pemakaian alat bantu : tidak ada
Palpasi
Nyeri tekan / tidak
Pemeriksaan uji pendengaran
a. Rinne : normal
b. Weber : normal
c. Swabach : normal
Pemeriksaan vestibuler : tidak ada
Data lain : tidak ada
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : baik
- Karang gigi / karies : tidak ada
- Pemakaian gigi palsu : tidak ada
b. Gusi
Merah / radang / tidak :
c. Lidah
Kotor / tidak :
d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak :
- Basah / kering / pecah :
- Mulut berbau / tidak :
- Kemampuan bicara : normal
14
Data lain : tidakn ada
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : merah
b. Nyeri tekan : tidak ada
c. Nyeri menelan : tidak ada
13. Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid : Membesar / tidak
Palpasi
a. Kelenjar thyroid : Teraba / tidak
b. Kaku kuduk / tidak :
c. Kelenjar limfe : Membesar atau tidak
Data lain : tidak ada
14. Thorax dan pernapasan
a. Bentuk dada : normal
b. Irama pernafasan : normal
c. Pengembangan di waktu bernapas : normal
d. Tipe pernapasan : normal
Data lain : tidak ada
Palpasi
a. Vokal fremitus : normal
b. Massa / nyeri : tidak ada
Auskultasi
a. Suara nafas :Vesikuler Bronchial/Bronchovesikuler
b. Suara tambahan : Ronchi / Wheezing / Rales
Perkusi
Redup / pekak / hypersonor / tympani
Data lain : tidak ada
15. Jantung
Palpasi
Ictus cordis : teraba
Perkusi
Pembesaran jantung : tidak ada

15
Auskultasi
a. BJ I : normal
b. BJ II : normal
c. BJ III : normal
d. Bunyi jantung tambahan : tidak ada
Data lain : tidak ada
16. Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit : tidak ada
b. Ada luka / tidak :
Auskultasi
Peristaltik :
Palpasi
a. Hepar :normal
b. Lien :tidak teraba
c. Nyeri tekan : tidak ada
Perkusi
a. Tympani : tidak ada
b. Redup :tidak ada
Data lain : tidak ada
17. Genitalia dan Anus : normal
18. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a. Motorik
- Pergerakan kanan / kiri :normal
- Pergerakan abnormal : tidak ada
- Kekuatan otot kanan / kiri : normal
- Tonus otot kanan / kiri : normal
- Koordinasi gerak : normal
b. Refleks
: normal
c. Sensori
- Nyeri : tidak ada
- Rangsang suhu :normal
16
- Rasa raba : normal

Ekstremitas bawah
a. Motorik
- Gaya berjalan : normal
- Kekuatan kanan / kiri :normal
- Tonus otot kanan / kiri : normal
b. Refleks
: normal
c. Sensori
- Nyeri : tidak ada
- Rangsang suhu : normal
- Rasa raba : normal
Data lain : tidak ada
19. Status Neurologi.
Saraf – saraf cranial
a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu :normal
b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : distorsi
penglihatan,strabismus,visus1/60
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
- Konstriksi pupil : (-)
- Gerakan kelopak mata :tidak bisa menutup
- Pergerakan bola mata : juling
- Pergerakan mata ke bawah & dalam :tidak normal
d. Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas / sensori :normal
- Refleks dagu :normal
- Refleks cornea :tidak normal
e. Nervus VII (Facialis)
- Gerakan mimik : normal
- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : normal
f. Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : normal

17
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
- Refleks menelan : normal
- Refleks muntah :normal
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang :normal
- Suara : normal
h. Nervus XI (Assesorius)
- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : normal
- Mengangkat bahu : normal
i. Nervus XII (Hypoglossus)
- Deviasi lidah : normal
Tanda – tanda peradangan selaput otak
a. Kaku kuduk :normal
b. Kernig Sign : normal
c. Refleks Brudzinski : normal
d. Refleks Lasequ :normal
Data lain : normal

XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun )


Dengan menggunakan DDST
1. Motorik kasar :anak bisa melambai tangan dan menendang
2. Motorik halus :anak bisa megang benang
3. Bahasa :indonesia
4. Personal social :menarik selama sakit

XII. Test Diagnostik


= Laboratorium

= Foto Rotgen, CT Scan, MRI, USG, EEG, ECG

XIII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)


18
3.2 Analisis Data
No Data Etiologi Masalah
1. Data Subjektif : Gangguan penerimaan Gangguan persepsi
sensori pada lapisan sensori penglihatan
 Pasien mengeluh buram fotoreseptor
saat melihat sesuatu. ↓
Data objektif : Ketajaman penglihatan
menurun
 Visus mata kiri 1/60

2. Data subjektif: Keterbatasan lapang Resiko cedera


pandang (trauma)
 Klien mengeluh ↓
pandanganya kabur Resiko tinggi cedera
Data objektif :

 Tajam penglihatan
menurun
3. Data subjektif : Retinoblastoma Nyeri Kronis

 Mengeluh nyeri di bagian
mata kiri Metastase lewat aliran darah
 Keluhan nyeri saat ↓
menggerakan mata Ke otak
Data objektif :

 Ekspresi meringis
 Sering menangis
 Bola mata menonjuol
4. Data subjektif : Perubahan penampilan Gangguan citra diri
setelah operasi
 Klien mengeluh malu ↓
 Klien mengeluh takut Malu
Data objektif : ↓
Gangguan citra diri
 Rasa percaya diri
berkurang
 Menutup diri
5. Data objektif : Pembatasan aktivitas Risiko keterlambatan
↓ perkembangan
 Kurang percaya diri Fungsi motorik terganggu
 Suka menyendiri ↓
Kurang percaya diri

Risiko keterlambatan
perkembangan

19
3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan persepsi sensorik penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan


sensori dari mata
2. Resiko tinggi cidera, berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang
3. Nyeri berhubungan dengan metastase ke otak, penekanan tumor ke arah otak.
4. d. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan penampilan pasca
operasi
5. Risiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan pembatasan aktivitas.

20
3.4 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Goal Statement (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
1. Gangguan  Mempertahankan lapang
persepsi ketajaman penglihatan tanpa
sensori kehilangan lebih lanjut.  Orientasikan pasien terhadap  Dengan
penglihatan  Tentukan ketajaman lingkungan, staf, orang lain di mengetahui
penglihatan, catat apakah satu areanya. ekspresi perasaan
atau kedua mata terlibat.  Letakkan barang yang pasien dapat
dibutuhkan/posisi bel pemanggil mempermudah
dalam jangkauan. tindakan
 Dorong klien untuk keperawatan
mengekspresikan perasaan selanjutnya
tentang kehilangan/kemungkinan
kehilangan penglihatan.
 Lakukan tindakan untuk
membantu pasien untuk
menangani keterbatasan
penglihatan, contoh, atur
perabot/mainan, perbaiki sinar
suram dan masalah penglihatan
malam
o Ketajaman penglihatan
dapat digunakan untuk
mengetahui gangguan
penglihatan yang terjadi
o Orientasi akan
mempercepat penyesuaian
diri pasien di lingkungan
baru
o Mempermudah

21
pengambilan barang jika
dibutuhkan
2. Nyeri akut  Rasa nyeri yang ri rasakan
pasien berkurang / hilang
o Tentukan riwayat  Berikan tindakan kenyamanan
nyeri, misalnya lokasi dasar (misalnya: reposisi) dan  Persetujuan klien
nyeri, frekuensi, aktifitas hiburan (misalnya: dan keluarga akan
durasi, dan intensitas mudik, telefisi). mempermudah
(skala 0 – 10) dan  Bicarakan dengan individu dan pelaksanaan
tindakan keluarga penggunaan terapi terapi
penghilangan yang distraksi, serta metode pereda
digunakan nyeri lainnya. Untuk selanjutnya klien
 Ajarkan tindakan pereda nyeri dapat melakukan tindakan
 Beri individu pereda rasa sakit pereda nyeri secara
yang optimal dengan analgesik mandiri
 Dengan mengetahui skala nyeri
penderita maka dapat ditentukan 
tindakan yang sesuai untuk
menghilangkan rasa nyeri
tersebut
 Tindakan kenyamanan dasar
dapat menurunkan rasa nyeri
3 Cemas  Kecemasan dapat segera
berhubungan teratasi.
dengan  Kaji tingkat ansietas, derajat
penyakit yang pengalaman nyeri/timbulnya
diderita klien. gejala tiba – tiba dan
pengetahuan kondisi saat ini.
 Berikan informasi yang
akurat dan jujur. Diskusikan
dengan keluarga bahwa
pengawasan dan pengobatan

22
dapat mencegah kehilangan
penglihatan tambahan.
 Dorong pasien untuk
mengakui masalah dan
mengekspresikan perasaan.
 Identifikasi sumber/orang
yang menolong.
 Untuk mempermudah
rencana tindakan
keperawatan yang akan
diberikan selanjutnya
 Kolaborasi dengan keluarga
pasien akan mempercepat
proses penyembuhan.
4 Resiko cidera  Resiko cedera berkurang.
trauma.  Orientasikan pasien klien
terhadap lingkungan, staf,
dan orang lain yang ada di  Dukungan
areanya. keluarga penting
 Anjurkan keluarga dalam proses
memberikan mainan yang penyembuhan
aman (tidak pecah), dan pasien
pertahankan pagar tempat
tidur.
 Arahkan semua alat mainan
yang dibutuhkan klien pada
tempat sentral pandangan
klien dan mudah untuk  Mempermudah
dijangkau. pengambilan
 Orientasi akan mempercepat mainan
penyesuaian diri pasien di
lingkungan baru

23
5 Risiko  Proses perkembangan klien
keterlambatan berjalan dengan normal.
perkembangan  Berikan kesempatan anak
mengambil keputusan dan
melibatkan orang tua dalam
perencanaan kegiatan.
o Melibatkan orang tua  Orang tua
berperan aktif dalam berperan penting
perawatan anak dalam tumbuh
o Lakukan pendekatan kembang anak
melalui metode  Cara paling mudah
permainan. dan efektif unuk
o Buat jadwal untuk anak-anak
prosedur terapi dan
latihan.
o Upaya meningkatkan
pola pikir klien

24
BAB 4
PENUTUP

Kesimpulan
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel batang)
atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada
anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina
embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral
bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom.
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara intensif dan perlunya
pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut tidak mengalami komplikasi. Dan
kita sebagai perawat harus mampu memberikan edukasi tentang gejala dini retinoblastoma
agar dapat segera diobati.

Daftar Pustaka

(Anonim Oktober 2010,09:00)


(Anonim) retinoblastoma.com/retinoblastoma/frameset1.htm
(07 Oktobebr 2010,10:00)
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
Voughan, Dale. 2000. Oftalmologi umum. Jakarta :widya medika.
Permono, Bambang, dkk. 2006. Buku ajar hematologi-onkologi anak. Jakarta:Badan Penerbit
IDAI.

25
Daftar Pustaka

(Anonim Oktober 2010,09:00)


(Anonim) retinoblastoma.com/retinoblastoma/frameset1.htm
(07 Oktobebr 2010,10:00)
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
Voughan, Dale. 2000. Oftalmologi umum. Jakarta :widya medika.
Permono, Bambang, dkk. 2006. Buku ajar hematologi-onkologi anak. Jakarta:Badan Penerbit
IDAI

26
27

You might also like