You are on page 1of 14

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

DENGAN MISSED ABORTION

Oleh :

1. Ni Nyoman Astarini (P07124010007)


2. Ni luh Sukma Immagy (P07124010008)
3. Ni Putu Trismayanti (P07124010009)
4. Ni Putu Handriani (P07124010035)
5. Ni Putu Santhi Octhaviani (P07124010036)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
2012
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Abortus tertunda (missed abortion) yaitu keadaan dimana janin telah mati sebelum
minggu ke-20, tetapi tertanam di dalam rahim selama beberapa minggu (8 minggu atau
lebih) setelah janin mati (Fadlun, 2012). Saat terjadi kematian janin kadang – kadang
ada perdarahan per vaginam sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus iminens.
Selanjutnya rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorpsi air ketuban dan
maserasi janin.
Perdarahan dengan kehamilan muda disertai dengan hasil konsepsi telah mati
hingga 8 minggu lebih, dengan gejala dijumpai amenore, perdarahan sedikit yang
berulang pada permulaanya serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi
malahan tambah rendah, kalau tadinya ada gejala kehamilan belakang menghilang diiringi
dengan reaksi yang menjadi negative pada 2 – 3 minggu sesudah fetus mati, servik masih
tertutup dan ada darah sedikit, sekali-kali pasien merasa perutnya kosong.

B. Faktor predisposisi
Sama dengan etiologi abortus secara umum yaitu:
1. Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
3. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
4. Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

C. Patofisiologi
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian
embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang
terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus
dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau
cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung
dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam
cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses
pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan
pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat
namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada
dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering
menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 – 22,
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat
kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan
gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan
umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan diatas
jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan
intensitas beragam (Prawirohardjo, 2002).
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang
jelas (blighted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion), yaitu retensi
hasil konsepsi 4-8 minggu setelah kematian janin. Pertumbuhan uterus berhenti kemudian
tegresi. Denyut jantung janin tidak berdenyut pada auskulatasi ketika diperkirakan
berdasarkan tanggal. Tidak terasa ada gerakan janin lagi.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola krueta. Bentuk ini menjadi
mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi,
sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal
ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah mati dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi
yaitu janin mengering dan karena cairan amnion menjadi berkurang akibat diserap, ia
menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis
seperti kertas perkamen (fetus papiaesus).
Kemungkinan lain janin mati yang tidak segera dikeluarkan ialah terjadinya
maserasi, yaitu kulit terkelupas, tengkorang menjadi lembek, perut membesar karena
terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.

D. Gejala

Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali


merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila
kehamilan di atas 14 minggu sampai 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya
semakin mengecil dengan tanda – tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai
menghilang (payudara mengecil kembali). Kadangkala missed abortion juga diawali
dengan abortus iminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin
terhenti.
Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit (Mochtar, 1998).
Pada pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negative setelah 2-3 minggu dari
terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang
mengecil, kantong gestasi yang mengecil, dan bentuknya tidak beraturan disertai
gambaran fetus yang tidak ada tanda – tanda kehidupan. Bila missed abortion
berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan
pembekuan darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi
sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.

E. Komplikasi
Pada retensi janin mati yang sudah lama terutama pada kehamilan yang telah
mencapai trimester kedua plasenta dapat melekat erat pada dinding uterus sehingga
sangat sulit untuk dilakukan kuretase, dan juga terjadi gangguan pembekuan darah. Akan
terjadi perdarahan gusi, hidung atau dari tempat terjadinya trauma. Gangguan pembekuan
tersebut disebabkan oleh koagulopati konsumtif dan terjadi hipofibrionogenemia
sehingga pemerksaan studi koagulasi perlu dilakukan pada missed abortion.

F. Penatalaksanaan
Pengelolaan missed abortion perlu diutarakan kepada pasien dan keluarganya
secara baik karena risiko tindakan operasi dan kuretase ini dapat menimbulkan
komplikasi perdarahan atau tidak bersihnya evakuasi/kuretase dalam sekali tindakan.
Faktor mental penderita perlu diperhatikan, karena penderita umumnya merasa gelisah
setelah tahu kehamilannya tidak tumbuh atau mati. Pada umur kehamilan kurang dari 12
minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan secara langsung dengan melalukan dilatasi
dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan. Bila umur kehamilan di atas 12 minggu
atau kurang dari 20 minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan
untuk melakukan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan
kanalis servikalis. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian infuse
intravena cairan oksitosin dimulai dari dosis 10 unit dalam 500 cc dekstrose 5% tetesan
20 tetes permenit dan dapat diulangi sampai total oksitosin 50 unit dengan tetesan
dipertahankan untuk mencegah terjadinya retensi cairan tubuh. Jika tidak berhasil,
penderita diistirahatkan satu hari dan kemudian induksi diulangi biasanya maksimal 3
kali. Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil keluar dengan induksi ini dilanjutkan
dengan tindakan kuretase sebersih mungkin.
Pada decade belakangan ini banyak tulisan yang telah menggunakan prostaglandin
atau sintetisnya untuk melakukan induksi pada missed abortion. Salah satu cara yang
banyak disebutkan adalah dengan pemberian misoprostol secara sublingual sebanyak
400mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak enam jam. Dengan obat ini akan terjadi
pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi pembukaan ostium serviks sehingga tindakan
evakuasi dan kuretase dapat dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri. Kemungkinan
penyulit pada tindakan missed abortion ini lebih besar mengingat jaringan plasenta yang
menempel pada dinding uterus biasanya sudah lebih kuat. Apabila terdapat
hipofibrinogenemia perlu disiapkan transfusi darah segar atau fibrinogen. Pasca tindakan
kalau perlu dilakukan pemberian infuse intravena cairan oksitosin dan pemberian
antibiotika.
ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS MISSED ABORTION

A. Pengkajian / Pengumpulan Data


Pengkajian merupakan langkah pertama dalam manajemen kebidanan. Pengkajian
dilaksanakan secara umum meliputi aspek biopsikososial spiritual yang komprehensif,
data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber dari pasien, keluarga, tenaga kesehatan,
catatan medik,catatan perawatan dan hasil pemeriksaan penunjang.
1. Data Subjektif
a. Identitas pasien terdiri dari : nama pasien, umur, kebangsaan / suku,agama,
pendidikan, pekerjaan.
b. Anamnese terdiri dari :
1) Riwayat kehamilan ini terdiri dari HPHT, menarche, lamanya, banyaknya,
siklus, teratur atau tidak, konsistensi dan warna.
2) Tanda-tanda kehamilan (trimester I) terdiri dari test kehamilan (bila dilakukan)
tanggal hasil.
3) Pergerakan fetus dirasakan pertama kali, dan pergerakan fetus dalam 24 jam
terakhir.
4) Keluhan yang dirasakan.
5) Diet / makanan-makanan sehari-hari, perubahan makan yang dialami.
6) Pola eliminasi
7) Aktifitas sehari-hari : pola istirahat dan tidur, pekerjaan.
8) Imunisasi TT
c. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu terdiri dari : No,Tanggal
persalinan/ umur anak, tempat pertolongan, usia kehamilan, jenis kehamilan dan
persalinan, anak (jenis kelamin, BB, PB, keadaan bayi).
d. Riwayat kesehatan sekarang terdiri dari :
1) Keadaan dan riwayat kesehatan sekarang
2) Perilaku kesehatan.
e. Riwayat social
1) Apakah kehamilan ini direncanakan / diinginkan
2) Jenis kehamilan yang diharapkan
3) Status perkawinan, jumlah, lama perkawinan
4) Susunan keluarga yang tinggal serumah
5) Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas
f. Riwayat Obstetri
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan
1) Keadaan umum, kesadaran, keadaan emosional
2) Tanda vital : tekanan darah, suhu tubuh dan pernafasan
3) Tinggi badan, berat badan, kenaikan berat badan selamahamil
4) Pemeriksaan fisik :
a) Mata : kelompak mata, konjungtiva, sclera.
b) Mulut, gigi, lidah
c) Kelenjar thyroid, apakah ada pembesaran.
d) Kelenjar getah bening, paru-paru, payudara, pembesaran putting susu,
simetris, benjolan / tumor, pengeluaran, rasanyeri.
e) Ekstremitas atas dan bawah : oedema, kekuatan sendi,kemerahan, varices
dan patellah.
f) Abdomen :
Bekas luka operasi, konsistensi, benjolan, pembesaran lien / liver.
Tinggi fundus uteri, kontraksi, denyut jantung janin,
g) Anogenital terdiri dari : Infeksi perineum, luka perut, vulva, vagina, warna,
varices, pengeluaran pervaginaan, warna, konsistensi, jumlah kelenjar
bartolini, pembengkakan, rasa nyeri, anus, haemorhoid
h) Pemeriksaan dalam
i) Ukuran panggul : distansia kristarum, distansia spinarum,konjungata
eksterna, lingkaran panggul
b. Pemeriksaan Laboratorium
Darah : hemoglobin, golongan darah
Urine : protein, reduksi
c. Pemeriksaan penunjang: Tes urin, Ultra Sonografi (USG)

B. Analisa Data Dasar


Hasil dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakkan yang disebut
dengan diagnosa kebidanan.
-Kondisi pasien yang terkait dengan masalah
-Masalah utama dan penyebab utama masalah potensial
-Kebutuhan pasien

C. Deteksi Dini
1. Pada saat anamnesis, ibu mengeluh ada atau tidak perdarahan, buah dada mengecil,
biasanya tidak disertai rasa nyeri.
2. Pada saat pemeriksaan fisik, terdapat tanda dan gejala seperti : hilangkan tanda
kehamilan, tidak ada bunyi jantung, berat badan menurun, fundus uteri lebih kecil dari
umur kehamilan.
3. Pada saat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa tes urin, maka hasil akan negative
setelah 2-3 minggu janin mati. Pemeriksaan USG (kolaborasi dengan dokter) diperoleh
hasil bahwa janin tidak utuh dan membentuk gambaran kompleks.
4. Diagnosisnya:
a) Amenore
b) Perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya
c) Gejala-gejala kehamilan makin lama makin menghilang diiringi reaksi kehamilan
yang menjadi negatif pada 2 – 3 minggu setelah fetus mati.
d) Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit.
e) Sesekali pasien merasa perutnya dingin atau kosong.

D. Prediksi Berkaitan Komplikasi


Keadaan janin yang sudah mati, namun tetap berada dalam rahim dan tidak
dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih fetus yang meninggal ini dapat mengalami hal-hal
berikut: Keluar dengan sendirinya dalam 2 – 3 bulan setelah fetus mati, Diresorpsi
kembali sehingga hilang, Mengering dan menipis yang disebut fetus papyraceus. Jadi
mola karnosa, karena janin sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi dan air
ketubannya diresorpsi. Untuk memprediksi komplikasi tersebut maka perlu dilakukan
pengkajian data baik subjektif dan objektif serta didukung oleh pemeriksaan penunjang,
seperti: USG dan tes urin. Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus
diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan pembekuan darah oleh karena
hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan
kuretase.

E. Perencanaan
Dibuat untuk setiap permasalahan sesuai kebutuhan serta tindakan yang spesifik,
perencanaan harus dikembangkan pada pasien dan keluarga, rencana asuhan kebidanan
pada ibu hamil dengan missed abortion adalah sebagai berikut :
1. Mendiagnosa dan penanganan secara dini
Mendiagnosa apakah ibu mengalami missed abortion berdasarkan pengkajian data
yang telah dilakukan, baik data subjektif maupun objektif. Jika diagnose telah
ditegakan maka penanganan atau member asuhan secara komprehensif baik
penanganan awal, tindakan pengeluaran janin (kolaborasi atau rujuk) dan asuhan pasca
tindakan.
2. Jelaskan tentang kondisi ibu
Jelaskan tentang kondisi ibu pada ibu dan juga keluarga, perhatikan psikologis ibu dan
keluarga.
3. Rujuk ibu atau kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
Penanganan missed abortion seperti kuretase atau melakukan induksi bukanlah
wewenang bidan, maka bidan harus merujuk ke petugas yang lebih berwenang dan
kompeten seperti dokter spesialis kandungan, atau dengan melakukan kolaborasi
dengan melakukan tindakan delegasi dari dokter.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah disusun, beberapa
prinsip dalam melaksanakan tindakan kebidanan sebagai berikut :
1. Tindakan kebidanan ada yang dapat dikerjakan sendiri atau dibantu dan dilimpahkan
kepada pasien atau keluarga, kolaborasi dan dirujuk kepada tenaga kesehatan yang
lebih kompeten.
2. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan bidan tentang tindakan yang dilakukan.
3. Mencatat dan mengadakan konsultasi dan rujukan jika perlu.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan terkait kasus missed abortion adalah segera
merujuk ke rumah sakit atas pertimbangan bisa terjadi komplikasi plasenta yang melekat
terlalu erat sehingga perlu likakukan kuretase, pada umumnya kanalis servikaslis masih
menutup sehingga perlu dilakukan tindakan pematangan serviks untuk dilatasi.
Disamping karena tindakan penanganan missed abortion bukanlah wewenang bidan
secara mandiri. Bidan dapat memberikan dukungan pada ibu dan suami karena
kehilangan bayi yang didambakan oleh pasangan tersebut sangat berpengaruh pada
psikologisnya. Jika bidan bertugas di rumah sakit dimana ada dokter spesialis kandungan
bidan bisa berkolaborasi dengan dokter.

G. Menilai Keberhasilan Tindakan


Untuk mengukur keberhasilan akan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
asuhan perlu dilakukan evaluasi yang merupakan tahap akhir dalam proses manajemen
kebidanan dengan menggunakan data perkembangan meliputi subjektif dan objektif.
Dalam kasus missed abortion keberhasilan tindakan dinilai dari kondisi pasien pasca
tindakan yaitu kondisi pasien sesuai dengan yang diharapkan dimana psikologis ibu dan
keluarga bersedia menerima keadaan ibu dan tidak terjadi komplikasi maupun infeksi
pasca tindakan.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL “AS” UMUR 20 TAHUN
PRIMIGRAVIDA TRIMESTER II DENGAN PERDARAHAN PADA KEHAMILAN
MUDA DAN JANIN TIDAK BERKEMBANG
DI POS PRAKTEK TERPADU POLTEKKES DENPASAR

Tanggal Pengkajian : 28-8-2012


Waktu Pengkajian : 09.30 Wita

I. PENGKAJIAN DATA
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas Ibu Suami
Nama : “AS” : “TA”
Umur : 20 tahun : 20 tahun
Suku Bangsa : Bali : Bali
Agama : Hindu : Hindu
Pendidikan : SMA : SMA
Pekerjaan : Pegawai fotocopy : karyawan Kargo
Alamat Rumah/ Telepon : Jalan Ikan Tuna I no x/ 08199901xxx
Alasan Memeriksakan Diri : Memeriksakan kehamilan.
Keluhan utama : Ibu mengeluh kembali keluar bercak darah dari kemaluan,
merasa perutnya mengecil dan kadang-kadang merasa kosong.
2. Riwayat Menstruasi
Siklus Haid : 28 hari
Jumlah darah : 3 kali ganti pembalut Lama Haid : 4 hari
HPHT : 10 April 2012 (TP : 17 Januari 2013)
3. Riwayat Perkawinan
Ibu sudah menikah, sah, selama 5 bulan dan merupakan perkawinan yang pertama
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Ini merupakan kehamilan pertama ibu.
5. Riwayat Hamil ini
Keluhan:
TW I : Mual dan keluar bercak darah dari vagina sejak 2 minggu setelah USG
selama 2 hari kemudian sembuh kembali.
TW II : Keluar bercak merah dari vagina
Ichtisar pemeriksaan sebelumnya: Ibu melakukan ANC di Puskesmas sebanyak 2
kali. Imunisasi TT belum. Ibu sudah pernah melakukan USG di dokter spesialis
kandungan saat umur kehamilan 10 minggu dengan hasil sudah terbentuk kantong
kehamilan dan ada janin didalamnya dengan keadaan baik. Obat yang pernah
dikonsumsi ibu yaitu vitamin B6 dan multivitamin. Ibu belum merasakan gerakan
janin.
Perilaku yang membahayakan kehamilan:
Ibu perokok pasif (suami perokok aktif) dan suami biasa merokok dekat ibu, ibu
juga memelihara kucing sebagai binatang peliharaan dan senang bermain dengan
kucing tersebut.
6. Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh ibu/riwayat operasi
Ibu tidak pernah operasi serta tidak memiliki riwayat menderita penyakit
7. Riwayat penyakit keluarga yang pernah menderita sakit
Keturunan: Tidak ada
Menular : Tidak ada
8. Riwayat Ginekologi
Tidak ada
9. Riwayat Keluarga Berencana
Tidak Ada
10. Data Bio Psikososial dan Spiritual
Bernafas tidak ada keluhan. Ibu makan tiga kali sehari dengan porsi satu piring
nasi, semangkuk sayur, sepotong daging dan sepotong buah. Tidak ada pantangan
makan makanan tertentu. Ibu minum air sebanyak delapan gelas air putih sehari
dan susu sebanyak satu gelas per hari. Ibu selama hamil buang air kecil (BAK)
sebanyak enam kali sehari. Air kencing berwarna kuning jernih. Ibu buang air
besar (BAB) dua hari sekali dengan karakteristik lembek berwarna kekuningan.
Ibu tidur delapan jam per hari. Tidak pernah tidur siang karena sibuk bekerja.
Ini merupakan kehamilan ibu yang direncanakan dan diterima serta mendapat
dukungan dari suami, orang tua, mertua serta keluarga lainnya.

Pengetahuan Ibu:
1. Ibu belum mengetahui tanda bahaya selama kehamilan
2. Ibu belum mengetahui bahaya paparan asap rokok dan terlalu sering kontak
dengan binatang bagi kehamilan.

B. DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum: Baik Kesadaran: Compos Mentis
Berat Badan: 44 kg Tinggi Badan: 154 cm
BB sebelum hamil: 44 kg
BB pemeriksaan sebelumnya: 45 kg (tgl 28-6-2012)
Tekanan Darah: 110/70 mmHg Nadi: 84x/menit
o
Suhu: 36,7 C Pernafasan: 21x/menit
LILA: 24 cm Postur Tubuh: Normal
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bersih, rambut tidak rontok
Muka : Tidak ada kloasma, tidak ada oedema
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran
Hidung : Bersih, tidak ada pengeluaran
Mulut dan Gigi : Mukosa bibir lembab, tidak ada karies dentis, tidak ada
gusi berdarah
Leher : Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada
pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
Dada dan Aksila : Simetris, puting susu menonjol dan bersih, tidak ada
hiperpigmentasi pada areola, tidak ada massa dan
belum ada pengeluaran kolostrum.
Ekstermitas : Tungkai simetris, tidak ada odema dan reflek +/+

c. Pemeriksaan Khusus Obstetri


Abdomen
Inspeksi : Tidak ada pelebaran vena, tidak ada luka bekas operasi.
Tinggi Fundus Uteri : 2 jari atas simpisis
Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : DJJ tidak ada.
Ano Genital
Inspeksi : Terdapat pengeluaran darah sedikit berupa bercak merah di
celana.
Inspikulo vagina: Tidak dilakukan
Vaginal Toucher: Tidak ada bukaan

d. Pemeriksaan Penunjang
Pp tes negative. CTG/NST dan USG tidak dilakukan.

II. Assement
1. G1P0000 UK 19 minggu dengan missed abortion.
2. Ibu belum mengetahui tanda bahaya selama kehamilan.
3. Ibu belum mengetahui bahaya paparan asap rokok dan terlalu sering kontak dengan
binatang bagi kehamilan.

III. PENATALAKSANAAN
1. Memberikan KIE hasil pemeriksaan, ibu dan suami menerima hasil pemeriksaan.
2. Memberikan KIE mengenai tanda bahaya selama kehamilan seperti yang dialami
ibu, ibu dapat menyebutkan kembali.
3. Memberikan konseling mengenai kemungkinan ibu mengalami missed abortion,
penyebab dan penanggulangannya sehingga ibu perlu dirujuk ke rumah sakit, ibu
dan suami bersedia melakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit Sanglah.
4. Memberikan KIE bahaya paparan asap rokok dan kontak dengan binatang terhadap
kehamilan, ibu dan suami paham dan suami bersedia untuk tidak merokok dekat
ibu serta ibu bersedia mengurangi kotak dengan binatang.
5. Memberikan dukungan emosional pada ibu dan suami untuk tetap tenang dan tidak
cemas, ibu dan suami tenang dan berusaha menerima dengan lapang dada.
6. Melakukan persiapan rujukan, surat rujukan, biaya dan kendaraan telah siap, ibu
dan suami memilih untuk datang sendiri ke rumah sakit menggunakan kendaraan
pribadi.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, dkk. Alih bahasa Joko Suyono dan Andry Hartono. 1995. Obstetri William.
Jakarta: EGC.
Fadlun. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika.
Marwan, 2010. Perdarahan dalam Kehamilan. Aceh: Fakultas Kedokteran Universitas
Abulyatama.
Mochtam, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC .
Prawirohardjo, Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sastrawinata,Sulaeman.1981. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset.
Yeyeh Rukiah, Ai.2010.Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta: Trans Info
Media.

You might also like