You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker adalah salah satu penyakit yang ditakuti dan merupakan

penyebab utama kematian seluruh Indonesia. Pada tahun 2015, terhitung

sekitar 8,8 juta kematian disebabkan oleh kanker. Kanker payudara merupakan

penyebab utama kematian kelima yaitu sebanyak 571.000 kematian (WHO,

2017).
Menurut data Global Burden Cancer (GLOBOCAN) International

Agency For Research On Cancer (2012) terdapat 14.067.894 kasus baru

kanker di seluruh dunia. Berdasarkan estimasi persentase kasus baru akibat

kanker pada penduduk di dunia menunjukkan bahwa kanker payudara

menduduki urutan pertama yaitu sebesar 43,3% yang di ikuti oleh kanker

prostat 30,7% dan kanker paru 23,1%. Sementara itu, jika di tinjau dari

estimasi persentase kematian akibat kanker pada perempuan, kanker payudara

masih menduduki urutan pertama yaitu sebesar 12,9%. (Kemenkes RI,2015).


Di Indonesia, kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan

prevalensi tertinggi pada tahun 2013 setelah kanker serviks, yaitu sebesar

0,5‰, data prevalensi dan estimasi menunjukkan bahwa jumlah penderita

kanker servik dan kanker payudara menurut provinsi, D.I Yogyakarta

merupakan provinsi dengan prevalensi kanker payudara tertinggi yaitu 2,4‰

dengan estimasi 4.323 orang sedangkan di provinsi Aceh, prevalensi kanker

payudara adalah 0,6‰ dengan estimasi 1.868 orang (Kemenkes RI, 2015).

1
2

Kanker payudara merupakan jenis penyakit heterogen yang disebabkan

oleh interaksi dua faktor, yakni faktor turunan dan lingkungan yang

menyebabkan perubahan akumulasi genetik yang progresif pada sel kanker

payudara (Devita, 2008). Kanker payudara pada stadium awal, jika diraba

umumnya tidak menemukan adanya benjolan yang jelas pada payudara,

namun sering merasakan ketidaknyamanan pada daerah tersebut (American

Cancer Society, 2016).


Salah satu penatalaksanaan pada pasien kanker payudara adalah

dengan cara kemoterapi. Kemoterapi merupakan pengobatan anti kanker yang

bertujuan untuk membunuh sel-sel kanker yang masih tersisa di dalam tubuh

dan tidak bisa dijangkau oleh tindakan pembedahan, mencegah rekurensi

kanker dan mencegah metastasis (terutama mikrometastasis) (Devita, 2008).

Kemoterapi dilakukan dengan penggunaan obat-obatan khusus untuk

mematikan sel-sel kanker yang dapat diberikan melalui injeksi, pil atau sirup

yang di minum dan krim yang dioleskan pada kulit (Yudissanta, 2012).

Pemberian kemoterapi dilakukan menggunakan sistem siklus, dalam satu

siklus biasanya memiliki interval 14 hari dan 21 hari, jumlah total pemberian

tergantung pada jenis kanker dan derajat kanker tersebut (Otto, 2005).
Efek samping kemoterapi yang sering muncul adalah terjadinya

immunodefisiensi, mual, rambut rontok, dan kehilangan nafsu makan (Devita,

2008). Efek lain yang dapat dirasakan klien yaitu nyeri kronik dan rasa tidak

nyaman yang timbul sebagai akibat dari penyakit yang mendasarinya,

prosedur pemeriksaan diagnostik ataupun banyaknya pengobatan kanker yang

harus digunakan. Nyeri kronik merupakan penyebab utama ketidakmampuan


3

fisik dan psikologis sehingga memunculkan masalah seperti ketidakmampuan

melakukan aktifitas sehari-hari yang sederhana, disfungsi seksual, dan isolasi

sosial dari keluarga dan teman-teman (Smeltzer & Bare, 2002).


Berbagai efek yang menyertai kemoterapi dapat menyebabkan stres

pada klien, dimana stres dapat memunculkan perasaan cemas dan depresi

(Smeltzer & Bare, 2002). Menurut Konginan (2008), faktor resiko yang

mempengaruhi terjadinya stres pada pasien kanker diantaranya stadium lanjut,

pengendalian nyeri dan keluhan yang tidak baik, riwayat depresi sebelumnya,

alkoholik, gangguan endokrin, gangguan neurologik, dan obat-obatan salah

satunya kemoterapi.
Beberapa penelitian yang terkait tentang stres pada pasien kanker

payudara yang menjalani kemoterapi seperti penelitian yang dilakukan oleh

Bintang (2012) menunjukkan pasien kanker yang menjalani kemoterapi di

rumah sakit Kota Bandung mengalami kecemasan sedang (34,28%),

mengalami kecemasan berat (12,86%), mengalami kecemasan sangat berat

(4,28%), mengalami stres sedang (11,43%), mengalami stres berat (2,86%),

mengalami depresi sedang (11,43%), mengalami depresi berat (8,57%) dan

mengalami depresi sangat berat (2,86%). Begitu juga dengan hasil penelitian

Oetami (2014) menunjukkan dampak psikologis pengobatan kanker payudara

yaitu mengalami ketidakberdayaan berupa gangguan emosi seperti menangis

(68,0%), kecemasan berupa kekhawatiran memikirkan dampat pengobatan

(84,0%), tidak merasa malu menderita kanker payudara (72,0%), tidak merasa

harga diri menurun berupa pesimis dalam menjalani kehidupan (80,0%), tidak
4

mengalami stres (64,0%), dan tidak mengalami reaksi amarah berupa tidak

suka melaksanakan pengobatan (64,0%).


Berdasarkan review artikel yang dilakukan oleh Malik (2013), tentang

prevalensi depresi dan kecemasan dari 17 penelitian, hasil menunjukkan

bahwa prevalensi depresi dan kecemasan yang tertinggi pada pasien kanker

payudara. Penghindaran umumnya dilakukan oleh sebagian besar pasien

kanker payudara pada periode rehabilitatif serta strategi penanganan (p=0,01)

dan menyalahkan diri sendiri biasanya digunakan untuk strategi penanganan

pasien kanker payudara yang menerima penanganan kemoterapi (p=0,013).

Serta penelitian Ching (2010) kecemasan pada pasien dengan kanker payudara

yang menjalani kemoterapi yang paling tinggi terjadi sebelum di lakukan

pemasangan infus kemoterapi pertama dan mayoritas kecemasan terjadi pada

pasien yang menjalani mastektomi dari pada pasien yang menjalani terapi

konservasi payudara.
Berdasarkan data dari RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun

2016 terdapat 1.119 penderita kanker payudara yang berkunjung ke ruang

Thursina 2 untuk menjalani kemoterapi, dan pada tahun 2017 jumlah penderita

kanker payudara yang berkunjung ke ruang Thursina 2 ditinjau dari kunjungan

perbulannya yaitu pada bulan Januari sebanyak 98 orang, Februari sebanyak

97 orang, Maret sebanyak 128 orang dan April sebanyak 128 orang.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti

dengan metode wawancara pada 5 orang pasien kanker payudara yang sedang

menjalani kemoterapi, dimana pasien mengatakan selama menjalani

kemoterapi pasien mengalami perubahan-perubahan fisik seperti rambut

rontok, kuku mulai menghitam, kulit menjadi kering dan mulai tampak hitam,
5

sering buang air kecil, kadang kadang denyut jantung terasa menjadi cepat,

adanya nyeri dada, pola tidur tidak teratur dan sering bangun pada malam hari,

pasien juga mengatakan lebih sensitif dan mudah tersinggung. Pasien juga

mengatakan khawatir dengan kondisi penyakitnya akan bertambah parah, dan

kondisi tubuhnya yang tidak lagi seperti orang lain yang normal, kadang ada

perasaan cemas, perasaan tidak dibutuhkan lagi, pasien juga mengatakan

bahwa dengan keadaannya seperti ini maka akan membebankan keluarganya

baik dari psikologis maupun material karena harus bolak balik untuk

melakukan kemoterapi setiap bulannya.

B. Perumusan Masalah
Manajemen stres pada pasien kanker payudara dilakukan agar pasien

dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan pasien dapat

meningkatkan kualitas hidupnya. Berdasarkan fenomena yang terdapat di

ruang rawat inap RSUD Banda Aceh banyak pasien dengan kanker payudara

yang mengalami stress dalam menjalani kemoterapi, dengan demikian peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat stres pada pasien kanker

payudara yang menjalani kemoterapi. Sehingga berdasarkan latar belakang

diatas yang menjadi perumusan masalah pada penelitian ini adalah

“Bagaimana Gambaran Tingkat Stres Pada Pasien Kanker Payudara

Yang Menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah Banda

Aceh”

C. Tujuan Penelitian
6

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat stres pada pasien kanker

payudara yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah Banda

Aceh.

D. Manfaat Penelitian
1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan untuk memberikan penjelasan secara lebih konprehensif

tentang konsep stres pada pasien kanker payudara yang menjalani

kemoterapi yang dapat dijadikan sebagai data dan informasi penting dan

juga menjadi referensi tambahan bagi para pengelola rumah sakit serta

bagi mahasiswa yang memiliki minat terhadap kajian dan pembahasan

tentang konsep stres pada pasien kanker payudara yang menjalani

kemoterapi
2. Pemecahan Masalah Praktik Keperawatan di Lapangan
Dengan hasil penelitian ini diharapkan insitusi pelayanan kesehatan

mampu memenuhi kebutuhan pasien dan memberikan tindakan

keperawatan terkait masalah yang dialami pasien yang menjalani

kemoterapi.

3. Pengembangan Metodologi Keperawatan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk peneliti

selanjutnya terkait dengan tingkat stress pasien kanker payudara yang

menjalani kemoterapi.

You might also like