You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Manusia adalah spesies yang diciptakan oleh Tuhan dengan keingin-tahuan yang
sangat besar, yang kemudian mendorongnya untuk menemukan pengetahuan yang
kemudian dikenal dengan istilah “berfilsafat”. Namun seiring perkembangan ilmu
pengetahuan, filosofi dianggap sudah tidak mengimbangi kemajuan terkini dalam sains,
terutama fisika. Para ilmuwan telah menjadi pemegang obor penemuan dalam perjalanan
pencarian pengetahuan.
Albert Einstein tidak menciptakan sendiri transformasi koordinat yang dibutuhkan
untuk relativitas khusus. Dia tidak harus melakukannya, karena transformasi yang
dibutukan telah ada sebelumnya. Einstein menjadi seorang yang ahli dalam pekerjaannya
yang terdahulu dan menyesuaikan diri pada situasi yang baru, dan juga dengan
transformasi Lorentz seperti yang telah Planck gunakan pada 1900 untuk menyelesaikan
permasalahan bencana ultraviolet pada radiasi bendahitam, Einstein merancang solusi
untuk efek fotolistrik, dan dengan demikian dia telah mengembangkan teori foton untuk
cahaya.
Teori Relativitas Einstein adalah teori yang sangat terkenal, tetapi sangat sedikit
yang kita pahami. Utamanya, teori relativitas ini merujuk pada dua elemen berbeda yang
bersatu kedalam sebuah teori yang sama: relativitas umum dan relativitas khusus. Theori
relativtas khusus telah diperkenalkan dulu, dan kemudian berdasaratas kasus - kasus yang
lebih luas diperkenalkan teorir elativitas umum.
Bayangkanlah sebuah pesawat ruang angkasa --sebutlah namanya X--meluncur laju
menjauhi bumi dengan kecepatan 100.000 kilometer per detik. Kecepatan diukur oleh
pengamat, baik yang berada di pesawat ruang angkasa X maupun di bumi, dan
pengukuran mereka bersamaan. Sementara itu, sebuah pesawat ruang angkasa lain yang
bernama Y meluncur laju pada arah yang sama dengan pesawat ruang angkasa X tetapi
dengan kecepatan yang berlebih. Apabila pengamat di bumi mengukur kecepatan pesawat
ruang angkasa Y, mereka mengetahui bahwa pesawat itu melaju menjauhi bumi pada
kecepatan 180.000kilometer per detik. Pengamat di atas pesawat ruang angkasa Y akan
berkesimpulan serupa.

1
Fenomena tersebut dapat kita ketahui melalui teori relativitas. Lalu, bagaimana teori
tersebut dapat terungkap? Siapakah pencetusnya? Untuk itu, pada makalah ini akan
dibahas tentang sejarah “Teori Relativitas”.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana konsep teori relativitas khusus ?
2. Bagaimana penjabaran tentang teori relativitas umum serta pembuktian yang
mendukung teorinya ?
3. Bagaimana prinsip relativitas Einstein?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori relativitas khusus
2. Untuk mengetahui penjabaran tentang teori relativitas umum serta pembuktian yang
mendukung teorinya
3. Untuk mengetahui prinsip relativitas Einstein

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Relativitas Khusus


Teori relativitas khusus yang diperkenalkan Albert Einstein ialah tingkah laku
benda yang diposisikan dalam kerangka acuan inersia, umumnya hanya berlaku pada
kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya. Sedangkan Teori relativitas umum Einstein
ialah Teori yang lebih luas. Dimana dengan memasukkan gravitasi sebagai fenomena
geometris dalam sistem koordinat ruang dan waktu yang melengkung, juga dimasukkan
kerangka acuan noninersia (misalnya, percepatan).
Relativitas klasik (yang diperkenalkan pertama kali oleh Galileo Galilei dan
didefinisikan ulang oleh Sir Isaac Newton) mencakup transformasi sederhana diantara
benda yang bergerak dan seorang pengamat pada kerangka acuan lain yang diam
(inersia).
Permasalahan dengan relatifitas ini terjadi ketika diaplikasikan pada cahaya, pada
akhir 1800-an, untuk merambatkan gelombang melalui alam semesta terdapat substansi
yang dikenal dengan eter, yang mempunyai kerangka acuan. Eksperimen Michelson-
Morley, bagaimanapun juga telah gagal untuk mendeteksi gerak bumi relatif terhadap
eter, dan tidak ada seorangpun yang bisa menjelaskan fenomena ini. Ada sesuatu yang
salah dalam interpretasi klasik dari relatifitas jika diaplikasikan pada cahaya, kemudian
muncullah pemahaman baru yang lebih matang setelah Einstein datang untuk
menjelaskan fenomena ini.

2.2 Percobaan Michelson-Morley


Pada mulanya sesuai dengan teori gelombang dari Huygens bahwa gelombang
memerlukan medium rambatannya untuk mencapai suatu tempat dan setelah Maxwell
menyatakan bahwa cahaya tidak lain adalah gelombang elektromagnetik, maka para
pakar fisika abad ke-19 segera melakukan berbagai usaha untuk mempelajari sifat zat
perantara sebagai rambatan gelombangelektromagnetik. Para pakar mengajukan hipotesis

3
medium yang dinamakan eter yang terdapat meskipun di ruang hampa .
Pada tahun 1887, Michelsone dan Morley dua orang ilmuwan Fisika
berkebangsaan Amerika mengukur kelajuan eter dengan menggunakan interferometer.
Hakekat percobaan ini membandingkan kelajuan cahaya sejajar dan tegak lurus pada
gerak bumi mengelilingi matahari. Kitaikan eter itu diam di alam semesta ini diharapkan
ada kelajuan relatif eter terhadap bumi yang bergerak mengelilingi matahari. Percobaan
ini berdasarkan prinsip penjumlah vektor, dengan menggunakan penalaran gerak perahu
yang menyeberangi sungai sebagai berikut.

Gerak perahu menyeberangi sungai, perahu A bergerak tegak lurus arus sungai
dan perahu B sejajar dengan arus sungai
Perahu A bergerak menyeberangi sungai dalam lintasan tegak lurus sungai dan
perahu B bergerak dengan lintasan sejajar arus sungai. Dengan membandingkan waktu
yang diperlukan untuk menempuh jarak pulang pergi dalam lintasan tegak lurus arus
sungai dan waktu yang diperlukan untuk menempuh lintasan yang sejajar arus sungai
dalam jarak yang sama yaitu d seperti pada gambar diatas. Jika kecepatan perahu itu c,
dan kecepatan aliran sungai adalah v.

Kecepatan sesungguhnya perahu A menempuh lintasan adalah c 2  v 2 , sehingga


waktu yang diperlukan untuk menempuh lintasan A adalah :
d
2
2d c
tA  
c v
2 2
v2
1 2
c

4
tA
Apabila kecepatan perahu c diketahui dan t B dapat diukur, maka v dapat
dihitung.

2.3 Transformasi Galileo


Hendrik Antoon Lorentz (1853 – 1928) seorang fisikawan asal Belanda
mencoba mentransformasikan kuantitas elektromagnetik Maxwell dari suatu kerangka
acuan ke kerangka acuan yang lainnya yang bergerak relatif terhadap kerangka acuan
pertama. Rumusannya ini sekarang kita kenal dengan Transformasi Lorentz.
Transformasi Lorentz memberi akibat pada penciutan ruang dan waktu. Panjang sebuah
benda yang sedang bergerak akan berkurang jika diukur oleh pengamat yang diam relatif
terhadap benda yang bergerak tersebut. Namun demikian, Lorentz seperti halnya
Maxwell dan ilmuan fisika lainnya masih memiliki kepercayaan akan adanya eter hingga
kemudian Albert Einstein mengungkapkan Teori Relativitas Khususnya.
Transformasi Galileo hanya berlaku jika kecepatan-kecepatan yang digunakan
tidak bersifat relativistik, yaitu jauh lebih kecil dari kecepatan cahaya, c. Sebagai contoh,
pada persamaan 6 transformasi Galileo berlaku untuk kecepatan cahaya, karena cahaya
yang bergerak di S' dengan kecepatan ux' = c akan memiliki kecepatan c + v di S. Sesuai
dengan teori relativitas bahwa kecepatan cahaya di S juga adalah c. Sehingga, diperlukan
persamaan transformasi baru untuk bisa melibatkan kecepatan relativistik.
Berdasarkan teori relativitas, S' yang bergerak ke kanan relatif terhadap s ekivalen
dengan S yang bergerak ke kiri relatif terhadap S'.

5
Gambar 2.3 Kerangka acuan S bergerak ke kanan dengan kecepatan v relatif
terhadap kerangka S.
Berdasarkan Gambar 1, kita asumsikan transformasi bersifat linier dalam bentuk:

x = γ (x' + vt') .................................................. (1)


y = y' ................................................................(2)
z = z' ................................................................ (3)
Kita asumsikan bahwa y dan z tidak berubah karena diperkirakan tidak terjadi
kontraksi panjang pada arah ini.
Persamaan invers harus memiliki bentuk yang sama di mana v diganti dengan -v,
sehingga diperoleh:

x' = γ (x - vt) .................................................. (4)

Jika pulsa cahaya meninggalkan titik acuan S dan S' pada t = t' = 0, setelah waktu t
menempuh sumbu x sejauh x = ct (di S ), atau x' = ct' (di S').
Jadi, dari persamaannya
c.t = γ (ct' + vt') = γ (c + v) t' ............................. (5)
c.t' = γ (ct - vt) = γ (c - v) t ................................ (6)
dengan mensubstitusikan t' persamaan (6) ke persamaan (7) akan diperoleh:
c.t = γ (c + v) γ (c - v)(t/c) = γ2 (c2 - v2) t/c
Dengan mengalikan 1/t pada tiap ruas diperoleh nilai γ :

Untuk menentukan hubungan t dan t', kita gabungkan persamaan (1) dan (4),
sehingga diperoleh:

x' = γ (x - vt) = γ { γ (x' + vt') - vt}

6
Diperoleh nilai t = γ (t' + vx'/c2). Sehingga secara keseluruhan didapatkan:

yang menyatakan persamaan transformasi Lorentz.

2.4 Massa Relativistik


Pada subbab sebelumnya telah dijelaskan bahwa pengukuran waktu dan
pengukuran panjang adalah fungsi-fungsi dari kecepatan v. Lalu, bagaimana dengan
massanya? Menurut teori relativitas khusus bahwa massa relativistik m dari sebuah
partikel yang bergerak dengan laju v terhadap pengamat dinyatakan:

𝑚0
𝑚=
𝑚2
(√1 − )
𝑚2

Dengan m0 adalah massa diam, yaitu massa yang diukur bila partikel tersebut
berada dalam keadaan diam (v = 0) dalam suatu kerangka acuan, dan m disebut massa
relativistik partikel.

2.5 Momentum Relativistik


Momentum suatu partikel didefinisikan sebagai perkalian massa dan
kecepatannya. Berdasarkan hukum kekekalan momentum linier dalam relativitas umum,
maka didefinisikan kembali momentum sebuah partikel yang massa diamnya m0 dan
lajunya v adalah:

7
𝑚0 . 𝑚
𝑚 = 𝑚. 𝑚 =
𝑚2
(√1 − )
𝑚2

2.6 Energi Relativistik


Dalam mekanika klasik, usaha yang dilakukan oleh gaya yang bekerja pada partikel
sama dengan perubahan pada energi kinetik partikel tersebut. Sebagaimana dalam
mekanika klasik, kita akan mendefinisikan energi kinetik sebagai kerja yang dilakukan
oleh gaya dalam mempercepat partikel dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan
tertentu. Jadi,

𝑚 𝑚
𝑚𝑚
𝑚𝑚 = ∫ ∑ 𝑚. 𝑚𝑚 = ∫ ∑ 𝑚𝑚
𝑚=0 0 𝑚𝑚

𝑚 𝑚
𝑚0 . 𝑚
∫ 𝑚. 𝑚𝑚 = ∫ 𝑚𝑚( )
0 0 2
𝑚
(√1 − )
𝑚2

dengan v = ds/dt, jadi:


−3/2
2
𝑚0 . 𝑚 𝑚
𝑚( ) = 𝑚0 (√1 − ) 𝑚𝑚
2 𝑚2
𝑚
(√1 − )
𝑚2

Kemudian, persamaan tersebut disubstitusikan ke persamaan (2), maka diperoleh:


−3/2
𝑚
𝑚0 . 𝑚 𝑚
𝑚2
𝑚𝑚 = ∫ 𝑚𝑚( )= ∫ 𝑚0 (√1 − ) 𝑚𝑚𝑚
0 2 0 𝑚2
𝑚
(√1 − )
𝑚2

1
= 𝑚0 𝑚2 ( − 1)
2
√1 − 𝑚2
𝑚

8
Atau
𝑚0 𝑚2
𝑚𝑚 = − 𝑚0 𝑚2 …………….(3)
2
√1−𝑚2
𝑚

Suku kedua persamaan (3) tidak bergantung pada kecepatan dan disebut energi diam
partikel E0, yang merupakan perkalian massa diam dengan c2 .

E0 = m0 . c2

Jumlah energi kinetik dan energi diam disebut energi relativistik, yaitu :
𝑚 = 𝑚𝑚 + 𝑚0

𝑚0 𝑚2
=( − 𝑚0 𝑚2 ) + 𝑚0 𝑚2
2
√1 − 𝑚2
𝑚

𝑚0 𝑚2
= − 𝑚0 𝑚2
2
√1 − 𝑚2
𝑚

2.7 PenjabaranTeoriRelativitasUmumTentangGravitasi
Pada bentuk yang sederhana, dan menghilangan matematika yang kompleks,
Einstein menemukan hubungan antara kelengkungan ruang-waktu dengan kerapatan
massa-energi:
(Kelengkungan ruang-waktu) = (kerapatan massa-energi)
Persamaan tersebut menunjukkan hubungan secara langsung, proporsional terhadap
kontanta. Kontanta gravitasi G, berasal dari hukum Newton untuk gravitasi, sementara
ketergantungan terhadap kecepatan cahaya, c, adalah berasal dari teori relativitas khusus.
Dalam kasus nol (atau mendekati nol) (yaitu ruang hampa), ruang-waktu berbentuk datar.
Gravitasi klasik adalah kasus khusus untuk manifestasi gravitasi pada medan gravitasi
lemah, dimana bentuk c4 (denominator yang sangat besar) dan G (nilai yang sangat kecil)
membuat koreksi kelengkungan kecil.
9
Untuk analogi relativitas umum, pertimbangkan bahwa kamu membentangkan
sebuah seprai atau suatu lembaran yang datar dan elastik. Sekarang kamu meletakkan
sesuatu dengan berat yang bervariasi pada lembaran tersebut. Jika kita menempatkan
sesuatu yang sangat ringan maka bentuk seprai akan sedikit lebih turun sesuai dengan
berat benda tersebut. Tetapi jika kita meletakkan sesuatu yang berat, maka akan terjadi
kelengkungan yang lebih besar.
Asumsikan terdapat benda yang berat berada pada lembaran tersebut, dan kamu
meletakkan benda lain yang lebih ringan di dekatnya. Kelengkungan yang diciptakan oleh
benda yang lebih berat akan menyebabkan benda yang lebih ringan "terpeleset”
disepanjang kurva ke arah kurva tersebut, karena benda yang lebih ringan mencoba untuk
mencapai keseimbangan sampai pada akhirnya benda tersebut tidak bergerak lagi (dalam
kasus ini, tentu saja terdapat pertimbangan lain, misalnya bentuk dari benda tersebut,
sebuah bola akan menggelinding, sedangkan kubus akan terperosot, karena pengaruh
gesekan atau semacamnya).

2.8 Pembuktian Relativitas Umum


Semua temuan-temuan relativitas khusus juga mendukung relativitas umum,
karena teori-teori ini adalah konsisten. Relativitas umum juga menjelaskan semua
fenomena-fenomena mekanika klasik, yang juga konsisten. Selain itu, beberapa temuan
mendukung prediksi unik dari relaivitas umum:
a. Presisi dari perihelion Merkurius
b. Pembelokan gravitasi cahaya bintang
c. Pelebaran alam semesta (dalam bentuk konstanta kosmologis)
d. Delay dari gema radar
e. Radiasi Hawking dari black hole

2.9 Prinsip-Prinsip Fundamental dariRelativitas


Kita telah memastikan bahwa kelajuan eter terhadap bumi tidak mungkin diukur,
dan bahwa persamaan transformasi kecepatan Galileo gagal menjelaskan kasus yang
melibatkan cahaya. Einstein mengajukan sebuah teori yang benar-benar menghilangkan
kesulitan-kesulitan tersebut dan pada waktu yang bersamaan, sepenuhnya mengubah
anggapan kita mengenai ruang dan waktu. Ia mendasarkan teori khususnya mengenai

10
relativitas pada dua postulat:
1. Prinsip relativitas: Hukum-hukum fisika harus sama di dalam semua kerangka acuan
inersia.
2. Kelajuan cahaya selalu konstan: Kelajuan cahaya di dalam ruang hampa udara
memiliki nilai yang tetap, c = 3 x 108 m/s, di dalam semua kerangka inersia, tanpa
memperhatikan kelajuan pengamat maupun kelajuan sumber yang memancarkan
cahaya
Postulat pertama menegaskan bahwa semua hukum fisika – yang berhubungan
dengan mekanika, listrik serta magnet, optika, termodinamika, dan lain-lain – adalah
sama di dalam semua kerangka acuan yang bergerak dengan kelajuan konstan relatif
terhadap satu sama lain. Postulat ini merupakan generalisasi menyeluruh dari prinsip
relativitas Galileo, yan ghanya mengacu pada hukum-hukum mekanika. Dari sudut
pandang eksperimental, prinsip relativitas Einstein memiliki pengertian bahwa berbagai
jenis eksperimen (pengukuran kelajuan cahaya, sebagai contoh) yang dilakukan di dalam
laboratorium ang dia harus memberika hasil yangsama ketika dilakukan dalam
laboratorium bergerak denga kelajuan konstan relatif terhadap yang diam. Oleh karena
itu, tidak ada kerangka acuan inersia yang diutamakan, dan tidak mungkin bagi kita untuk
mendeteksi suatu gerakan mutlak.

Jika kita menerima teori relatvitas Einstein, maka kita harus menyimpulkan bahwa
gerak relatif menjadi tidak penting saat kita mengukur kelajuan cahaya. Pada saat yang
sama, kita akan memahami bahwa kita harus mengubah anggapan umum mengenai ruang
dan waktu serta harus siap menerima konsekuensi yang mengejutkan.

Pada saat kita menelah beberapa akibat dari relativtas ini, kita membatasi
pembahasan kita pada konsep keserentaka, selang waktu, dan panjang. Ketiganya berbeda
dalam mekanika relativistik dengan mekanika Newton. Sebagai contoh, dalam mekanika
relativistik, jarak antara dua titik dan selang waktu antara dua kejadian bergantung pada
kerangka acuan di mana keduanya diukur. Hal ini berarti, dalam mekanika relativistik,
tidak ada yang disebut dengan panjang mutlak atau selang waktu mutlak. Terleih juga,
kejadian-kejadian di tempat berbeda, yangdiamati terjadi pada saat bersamaan dalam satu
kerangka, belum tentu akan diamati terjadi serentak dalam kerangka lain yang begerak
secara beraturan relatif terhadap kerangka yang pertama.

11
a. Keserantakan dan relativitas waktu
Einstein merencanakan ekperimen pemikiran berikut ini untuk
mengilustrasikan gagasan relativitas. Sebuah gerbong mengangkut barang bergerak
dengan kelajuan seragam, dua kilatan petir menyambar ujung-ujungnya, kemudian
meninggalkan bekas tanda pada gerbong barang dan di atas tanah. Bekas tanda di
gerbong ditandai dengan A’ dan B’ sedankan di atas tanah ditandai dengan A dan B.
Seorang pengamat O’ di atas gerbong berada di tengah-tengah antara A’ dan B’, dan
seorang pengamat O berada di atas tanah di antara A dan B. Kejadian-kejadian yang
direkam oleh pengamat adalah sambaran dua kilatan petir pada gerbong barang.

Sinar-sinar chaya dipancarkan dari arah A dan B pada saat sambaran petir
mencapai pengamat O pada waktu yang sama. Pengamat ini menyadari bahwa
sinyal-sinyal tersebut berkelajuan sama serta menempuh jarak sama, dan dengan
yakin menyimpulkan bahwa kejadian A dan B terjadi secara bersamaan. Sekarang
perhatikan kejadian yang sama, seperti yang ditinjau oleh pengamat O’. Setelah
sinyal mencapai pengamat O, pengamat O’ telah bergerak. Dengan demikian, sinyal
O’ melihat sinyal dari B’ sebelum meliat sinyal dari A’. Menurut Einstein, dua
pengamat pasti mendapati bahwa cahaya merambat pada kelajuan yang sama. Oleh
karena itu, pengamat O’ menyimpulkan bahwa kilatnya menyambar bagian depan
gerbong seelum menyambar bagian belakangnya.

Eksperimen pemikiran ini dengan jelas mendemonstrasikan bahwa dua


kejadian yang terlihat serentak bagi pengamat O tampak tidak serentak bagi pengmat
O’. Dengan kata lain, dua kejadian yang terjadi secara serentak di dalam satu
kerangka acuan, secara umum tidak serentak di dalam kerangka kedua yang begerak
relatif terhadap kerangka pertama. Artinya, keserentakan bukanlah konsep mutlak,
melainkan bergantung pada keadaan gerak pengamatnya.

b. Pengembungan waktu
Kita dapat mengilustrasikan bahwa pengamat-pengamat di dalam keragka
inersia yang berbeda-beda dapat mengukur selang waktu yang bebeda antara sepasang
kejadian melalui anggapan bahwa kendaraan bergerak ke kanan dengan kelajuan v.
Sebuah cermin diletakkan di langit-langit kendaraan, seorang pengamat O’ yang diam
di dalam kerangka berada di dalam kendaraan sambil memegang senter sejauh d di
12
bawah cermin. Pada suatu saat, senter memancarkan pulsa cahaya yang arahanya
menghadap cermin (kejadian 1), dan pada saat lainnya setelah dipantulkan dari
cermin, pulsa sampai disenter kembali (kejadian 2). Pengamat O’ membawa sebuah
jam dan menggunakannya untuk mengukur selang waktu ∆𝑚𝑚 antara kedua kejadian
ini. (indeks p artinya proper, atau wajar). Oleh karena pulsa cahaya memiliki kelajuan
c, maka selang waktu yang dibutuhkan oleh pulsa untuk merambat dari O’ ke cermin
dan kembali lagi adalah

𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 2𝑚


∆𝑚𝑚 = =
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑚
Sekarang perhatikan pasangan kejadian yang sama yang ditinjau oleh
pengamat O di dalam kerangka kedua. Menurut pengamat ini, cermin dan senter
bergerak ke kanan dengan kelajuan v, dan akibatnya rangkaian kejadiannya tampak
benar-benar berbeda. Setelah cahaya dari senter mencapai cermin, cermin telah
bergerak ke kanan pada jarak 𝑚 ∆𝑚/2, di mana ∆𝑚 adalah selang waktu yang
dibutuhkan cahaya untuk merambat dari O’ ke cermin dan kembali lagi kendaraannya
bergerak, jika cahayanya mencapai cermin maka cahaya tersebut harus meninggalkan
senter pada suatu sudut yang dibentuk terhadap arah vertikal. Dengan
membandingkan 2 kejadiannya, kita lihat bahwa cahayana pasti merambat lebih jauh
di kejadian 2 daripada di 1. Perhatikan bahwa kedua pengamat tidak mengetahui
bahwa dirinya bergerak. Masing-masing berada pada keadaan diam di dalam
kerangka inersianya.

𝑚∆𝑚 2 𝑚∆𝑚 2
( ) = ( ) + 𝑚2
2 2
Kita cari ∆𝑚

2𝑚 2𝑚
∆𝑚 = =
√𝑚2 − 𝑚2
𝑚2
𝑚√1 −
𝑚2

Oleh karena ∆𝑚𝑚 = 2𝑚/𝑚, kita dapat merumuskan hasil ini sebagai rumus
penggembungan waktu

13
∆𝑚𝑚
∆𝑚 = = 𝑚∆𝑚𝑚
2
√1 − 𝑚2
𝑚

dimana

1
𝑚=
2
√1 − 𝑚2
𝑚

Oleh karena 𝑚 selalu lebih besar dari 1, hasil ini menyatakan bahwa selang
waktu ∆𝑚 yang diukur oleh pengamat yang bergerak relatif terhadap sebuah jam adalh
lebih panjang daripada selang waktu ∆𝑚𝑚 yang diukur oleh pengamat diam relatif
terhadap jam tersebut. Selang waktu ∆𝑚𝑚 disebut dengan selang waktu wajar (proper).
Secara umum, selang waktu wajara adalah selang waktu antara dua kejadian yang
diukur oleh seorang pengamat yang melihat kejadian-kejadian tersebut terjadi pada
titik yang sama di dalam ruang.

c. Paradoks anak kembar


Suatu akibat yang menarik dari penggembungan waktu disebut paradoks anak
kembar. Perhatikan sebuah eksperimen yang melibatkan sepasang anak kembar
bernama Speedo dan Goslo. Ketika mereka sama-sama berusia 20 tahun, Speedo si
petualang merencanakan perjalanan nekatnya ke Planet X, yang berjarak 20 tahun
cahaya dari Bumi. (perhatikan bahwa 1 tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh
cahaya di dalam ruang angkasa selama 1 tahun). Selanjutnya, pesawat antariksa
Speedo mampu mencapai kelajuan 0,95c. Pada saat ia kembali ke Bumi, Speedo
terkejut mendapati bahwa usia Goslo sudah bertambah 42 tahun dan sekarang sudah
berusia 62 tahun. Sementara itu, usia Speedo hanya bertambah 13 tahun.
Hanya Goslo, yang berada dalam kerangka inersia tunggal, dapat menerapkan
rumus penggembungan waktu yang sederhana untuk perjalanan Speedo. Dengan
demikian, Goslo mendapati bahwa jika usianya bertambah 42 tahun, usia Speedo
hanya bertambah (1 –v2/c2)-1/2 (42 tahun) = 13 tahun. Jadi, menurut Goslo, Speedo
menghabiskan waktu 6,5 tahun meluncur ke Planet X dan 6,5 tahun kembali lagi ke
Bumi sehingga jumlah waktu peluncuran adalah 13 tahun, sesuai dengan pernyataan

14
kita sebelumnya.

d. Efek doppler relativistik


Akibat penting dari penggembungan waktu adalah pergeseran frekuensi untuk
cahaya yang dipancarkan oleh atom-atom yang bergerak, dibandingkan dengan
cahaya yang dipancarkan oleh atom-atom yang bergerak, dibandingkan dengan
cahaya yang atom-atomnya diam. Pada kasus bunyi, gerakan dari sumber relatif
terhadap medium perambatan dapat dibedakan dari gerakan pengamat relatif terhadap
mediumnya. Gelombang cahaya haruslah dianlisis secara berbeda karena gelombang
cahaya tidak memerlukan medium untuk merambat dan karena tidak ada metode
untuk membedakan gerakan sumber cahaya dari gerakan pengamat.

Jika sumber cahaya dan pengamat saling mendekati dengan kelajuan relatif v,
√1+𝑚/𝑚
frekuensi fp yang diukur pengamat adalah𝑚𝑚 = 𝑚𝑚
√1−𝑚/𝑚

dimana fs adlah frekuensi sumber yang diukur pada kerangka diamnya.


Perhatikan bahwa persamaan pergeseran Doppler relativistik, tidak seperti persamaan
pergeseran Doppler untuk bunyi, hanya bergantung pada kelajuan relativ v dari
sumber dan pengamat serta berlaku untuk kelajuan relatif hingga sebesar c. Seperti
ang telah diperkirakan, prediksi persamaanya fp> fs ketika sumber dan pengamat
saling mendekat.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini adalah relativitas didasari pada postulat einstein
yang mengubah pemahaman klasik tentang relativitas. Pemahaman klasik tentang
relativitas didasari konsep Galileo.
Pada bentuk yang sederhana, dan menghilangan matematika yang kompleks,
Einstein menemukan hubungan antara kelengkungan ruang-waktu dengan kerapatan
massa-energi.
Untuk menentukan selang waktu antara dua kejadian yang terjadi pada tempat
yang sama dalam suatu kerangka acuan selalu lebih singkat daripada selang waktu antara
kejadian sama yang diukur dalam kerangka acuan lain yang kejadiannya terjadi pada
tempat yang berbeda dinamakan dilatasi waktu.Secara sistematis, dilatasi waktu dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝑚0
𝑚=
2
√1 − 𝑚2
𝑚

Dari persamaan tersebut jika suatu kejadian terjadi pada tempat yang sama dalam
16
suatu kerangka acuan disebut waktu patut 𝑚0. . Selang waktu t yang diukur dalam
kerangka sembarang lainnya selalu lebih lama dari waktu patut.
Untuk menentukan perbedaan pengukuran massa antara dua kejadian yang terjadi
pada tempat yang sama dinamakan dilatasi massa..Secara sistematis, dilatasi waktu dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝑚0
𝑚=
2
√1 − 𝑚2
𝑚

Dilatasi waktu dua pengamat yang saling bergerak dengan kelajuan konstan relatif
satu terhadap lainnya akan mengukur selang waktu berbeda diantara dua kejadian. Selang
waktu adalah jarak dibagi kelajuan. Karena kelajuan relatif pangamat satu terhadap
pengamat lainnya adalah sama menurut kedua pengamat itu, maka supaya selang waktu
berbeda jarak menurut kedua pengamat harus berbeda. ternyata panjang benda atau jarak
antara duat titik yang diukur oleh pengamat yang bergeak relatif terhadap benda selalu
lebih pendek daripada panjangyang diukur oleh pengamat yang diam terhadap benda.
Pemendekan ini dikenal dengan sebutan kontraksi panjang

Untuk kontraksi panjang dapat menggunakan persamaan berikut:

𝑚2
𝑚 = 𝑚0 √1 −
𝑚2

3.2 Saran
1. Sebaiknya menggunakan banyak referensi sebagai bahan untuk makalah agar materi
yang disajikan lebih lengkap.
2. Sebaiknya dalam penyusunan makalah menggunakan bahasa yang mudah dipahami

17
DAFTAR PUSTAKA

Beiser, Arthur. 1981. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.


Budiyanto, J. 2009. Fisika : Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Pusat
Jewett, Serway. 2004. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Salemba Teknika.
Krane, K.S. 1983. Modern Physics. New York: Jonh Willey and Sons.
Zemansky, Sears. 1981. Fisika untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

MAKALAH
“ RELATIVITAS ”

(makalah ini di buat untuk memenuhi tugas fisika semester genap)

18
Oleh :
Tia Widianti (XII IPA)

SMA NEGERI 1 PANGGARANGAN


Tahun ajaran 2013-2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil a’lamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang mana dengan rahmat
dan hidayah-nya lah kami telah dapat menyelesaikan makalah ini. Seiring dengan tujuan
memenuhi tugas fisika.
Makalah ini berisi ringkasan materi dan contoh-contoh soalnya, materinya yaitu
“ Tansformasi Lorentz, Kontraksi Panjang Lorentz, dan Dilatasi Waktu”. Uraian materi yang
disajikan kami dapatkan dari berbagai sumber, diantaranya Buku Fisika kelas XII, Buku
Kerja Siswa Fisika Kelas XII, Internet, dan lain-lain. Materi disajikan dalam bahasa yang
tepat, lugas, dan jelas sehingga mudah dipahami pembaca.
Kepada para pembaca kami ucapakan selamat belajar dan manfaatkanlah makalah ini
sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan mutunya, oleh

19
karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan.

Panggarangan, Januari 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Batasan Masalah.......................................................................................................2
1.4 Tujuan Penulisan......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Transformasi Lorentz...............................................................................................3
2.2 Kontraksi panjang lorentz......................................................................................12
2.3 Dilatasi waktu.........................................................................................................13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.............................................................................................................14

20
3.2 Saran.......................................................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Albert Einstein tidak menciptakan sendiri transformasi koordinat yang dibutuhkan
untuk relativitas khusus. Dia tidak harus melakukannya, karena transformasi yang dibutukan
telah ada sebelumnya. Einstein menjadi seorang yang ahli dalam pekerjaannya yang
terdahulu dan menyesuaikan diri pada situasi yang baru, dan juga dengan transformasi
Lorentz seperti yang telah Planck gunakan pada 1900 untuk menyelesaikan permasalahan
bencana ultraviolet pada radiasi benda hitam, Einstein merancang solusi untuk efek
fotolistrik, dan dengan demikian dia telah mengembangkan teori foton untuk cahaya.
Seorang Matematikawan dan fisikawan Hendrik Antoon Lorentz mengusulkan gagasan
“waktu lokal” untuk menjelaskan relatif simultanitas pada 1895, walaupun dia juga bekerja
secara terpisah pada transformasi yang sama untuk menjelaskan hasil “nol” pada percobaan
Michelson dan Morley. Dia mengenalkan transformasi koordinatnya pada 1899, dan
menambahkan dilatasi waktu pada 1904.
Transformasi Lorentz tersebut menggunakan sistem koordinat empat dimensi, yaitu
tiga koordinat ruang (x, y, dan z) dan satu koordinat waktu (t). Koordinat baru ditandai
dengan tanda apostrof diucapkan “abstain,” seperti x’ dibaca “x-abstain.”

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penulisan makalah ini, permasalahan yang akan dibahas dirumuskan sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan transformasi lorentz ?
2. Apa yang dimaksud dengan kontraksi panjang lorentz ?

21
3. Apa yang dimaksud dengan dilatasi waktu ?

1.3 Batasan Masalah


Untuk mempersempit ruang lingkup, maka terdapat batasan masalah yang perlu
didefinisikan dalam penulisan makalah ini. Penulisan difokuskan pada materi tentang
“Relativitas“, namun hanya membahas tentang transformasi lorentz, kontraksi panjang dan
dilatasi waktu.

1.4 Tujuan Penulisan


Dalam penulisan makalah ini, tujuan yang diharapkan dapat dicapai adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu transformasi lorentz.
2. Untuk mengetahui apa itu kontraksi panjang lorentz.
3. Untuk mengetahui apa itu dilatasi waktu.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Transformasi Lorentz


A. Penemu transformasi lorentz
Nama transformasi lorentz ini di ambil untuk menghormati Hendrik Antoon Lorentz seorang
pakar fisika yang berkebangsaan Belanda. Persamaan-persamaan ini pertama kali diusulkan
dalam bentuk yang sedikit berbeda oleh Lorentz pada 1904. Ia mengajukan persamaan-
persamaan ini untuk menjelaskan hasil nol dalam percobaan Michelson-Morley dan untuk
membuat persamaan-persamaan ini Maxwell mengambil bentuk yang sama untuk semua
kerangka acuan inersial. Setahun kemudian, Einstein menurunkan persamaan-persamaan ini
secara independen berdasarkan pada teori relativitas.
Hendrik Antoon Lorentz (1853-1928) ialah fisikawan Belanda yang memenangkan

22
Penghargaan Nobel dalam Fisika bersama dengan Pieter Zeeman pada 1902.
Dilahirkan di Arnhem, Belanda. Ia belajar di Universitas Leiden. Pada usia 19 tahun ia
kembali ke Arnhem dan mengajar di salah satu SMA di sana. Sambil mengajar, ia
menyiapkan tesis doktoral yang memperluas teori James Clerk Maxwell mengenai
elektromagnet yang meliputi rincian daripemantulan dan pembiasan cahaya.
Pada 1878 ia menjadi guru besar fisika teoretis di Leyden yang merupakan tempat kerja
pertamanya. Ia tinggal di sana selama 34 tahun, lalu pindah ke Haarlem. Lorentz meneruskan
pekerjaannya untuk menyederhanakan teori Maxwell dan memperkenalkan gagasan bahwa
medan elektromagnetikditimbulkan oleh muatan listrik pada tingkat atom. Ia mengemukakan
bahwa pemancaran cahaya oleh atom dan berbagai gejala optik dapat dirunut ke gerak dan
interaksi energi atom.
Pada 1896, salah satu mahasiswanya Pieter Zeeman menemukan bahwa garis spektral atom
dalam medan magnet akan terpecah menjadi beberapa komponen yang frekuensinya agak
berbeda. Hal tersebut membenarkan pekerjaan Lorentz, sehingga mereka berdua dianugerahi
Hadiah Nobel pada 1902.
Pada 1895, Lorentz mendapatkan seperangkat persamaan yang mentransformasikan kuantitas
elektromagnetik dari suatu kerangka acuan ke kerangka acuan lain yang bergerak relatif
terhadap yang pertama meski pentingnya penemuan itu baru disadari 10 tahun kemudian saat
Albert Einstein mengemukakan teori relativitas khususnya.
Lorentz (dan fisikawan Irlandia G.F. Fitzgerald secara independen) mengusulkan bahwa hasil
negatif eksperimen Michelson-Morley bisa dipahami jika panjang dalam arah gerak relatif
terhadap pengamat mengerut. Eksperimen selanjutnya memperlihatkan bahwa meski terjadi
pengerutan, hal itu bukan karena penyebab yang nyata dari hasil Michelson dan Edward
Morley. Penyebabnya ialah karena tiadanya 'eter' yang berlaku sebagai kerangka acuan
universal.
B. Pengertian transformasi lorentz
Transformasi yang sejenis dengan transformasi Galileo namun berlaku untuk kecepatan
yang sangat tinggi dinamakan transformasi Lorentz. Transformasi Lorentz ini akan menjadi
transformasi Galileo pada kecepatan rendah (lebih kecil dari kecepatan cahaya) dan dapat
menunjukan bahwa kecepatan cahaya tetap sama pada semua kerangka.

Jika adalah jarak antara kedua kerangka acuan maka , sehingga hubungan

23
transformasikoordinat menjadi
Apa akibatnya jika titik P bergerak dengan kecepatan v terhadap kerangka acuan S’ ? pada
saat , hubungan antara x dan x’ adalah
Pada saat , hubungan antara x dan x’ adalah
Jadi, selama selang waktu titik P dengan kecepatan
adalah kecepatan gerak titik P menurut pengamat yang berada pada kerangka acuan S’,
sehingga persamaan di atas dapat dituliskan :
...................... (1.1)
Perumusan itu tidak sesuai dengan rumus relativistik penjumlahan kecepatan dari Einstein.
Kesalahan dari perumusan di atas menurut Einstein adalah mengenai pengertian
tentang waktu. Selama ini kita selalu beranggapan bahwa selang waktu yang digunakan
dalam kerangka acuan S’. Suatu anggapan yang belum pernah dibuktikan.
Apabila t adalah selang waktu yang digunakan pengamat yang berada dalam kerangka
acuan S dan t’ selang waktu yang digunakan pengamat yang berada dalam kerangka acuan S’
maka hubungan transformasi itu dirumuskan.
........... (1.2)
Jika yang bergerak adalah kerangka acuan S terhadap kerangka acuan S’ maka hubungan
transformasinya adalah
........... (1.3)
Karena pengamatan melukisakan peristiwa yang sama maka persamaan (1.3) harus identik
dengan persamaan (1.2) sehingga :
Jadi,
........... (1.4)
Jika persamaan (1.4) disubstitusikan pada persamaan (1.2) atau persamaan (1.3), maka
diperoleh rumus transformasi lorentz, sebagai berikut :
........... (1.5)
y = y’
z = z’

Andaikan sebuah objek yang diamati bergerak dengan kecepatan v = (vx, vy, vz).
Untuk mencari kecepatan v’ = (v’x, v’y, v’z). Maka kita perlu menggunakan transformasi
kecepatan lorentz sebagai berikut :

24
Ketiga hubungan ini merupakan akibat langsung dari persamaan transformasi lorentz di
depan. Sebagai contoh, berikut akan diturunkan pernyataan transformasi bagi v’y, sedangkan
penurunan v’x dan v’z.

Contoh soal :
Dua buah roket saling mendekat sepanjang suatu garis lurus. Masing-masing roket bergerak
dengan laju 0,5c relatif terhadap seorang pengamat bebas di tengah keduanya. Dengan
kecepatan berapakah pengamat roket yang satu mengamati roket yang lain mendekatinya?
Pemecahan:
Misalkan O menyatakan pengamat bebas, dan O’ salah satu roketnya. Maka “peristiwa” yang
sedang mereka amati adalah mendekatnya roket kedua, seperti dalam diagram berikut.
Pengamat O melihat roket 2 bergerak dengan kecepatan Vx = -0,5c. Pengamat O’ (roket 1)
sedang bergerak relatif terhadap O dengan kecepatan u = 0,5c. Maka dengan menggunakan
persamaan transformasi bagi vx.
Perhatikan bahwa hasil ini ternyata lebih kecil daripada kecepatan relatif -0,5c – 0,5c = -c
yang diramailkan transformasi Galileo. Karena teori relativitas khusus mensyaratkan bahwa
nilai c adalah laju batas tertinggi bagi semua gerak relatif, maka kedua roket itu tidak pernah
akan bergerak dengan laju yang lebih besar daripada c, dam persyaratan ini dijamin oleh
bentuk transformasi kecepatan Lorentz. Sebagai contoh, jika sebagian gantinya 0,5c, laju
masing-masing roket adalah 0,999c, maka kita akan memperoleh.
Ketimbang -1,998c menurut transformasi galileo.

2.2 Kontraksi panjang lorentz


Pengukuran panjang seperti halnya pengukuran selang waktu juga dipengaruhi oleh
gerak relative. Panjang L benda yang bergerak terhadap pengamat kelihatannya lebih pendek
dari panjang Lo bila diukur dalam keadaan diam terhadap pengamat. Gejala ini dikenal
sebagi pengerutan Lorentz. Panjang Lo suatu benda dalam kerangka diamnya disebut sebagai
panjang proper.
Perhatikan sebatang tongkat berada dalam keadaan diam di S’ dengan satu ujung di
x2’ dan ujung lain di x1’. Panjang tongkat dalam kerangka ini ialah panjang propernya Lo=
x2’- x1’. Panjang tongkat dalam kerangka S didefinisikan sebagai L= x2- x1, dengan x2

25
merupakan posisi satu ujung pada suatu waktu t2 dan x1 dalam t1= t2 sebagaimana yang
diukur di kerangka S.
Pengukuran panjang dipengaruhi
oleh relativitas. Kita akan mengamati
sebuah tongkat yang terletak pada sumbu x_
dalam kerangka acuan S_ yang bergerak
dengan kecepatan v terhadap kerangka
acuan S seperti pada gambar 10.5.
Kedudukan tongkat terhadap S_ adalah x_1
dan x_2. Panjang batang terhadap kerangka
acuan S adalah L = x2 – x1 sedangkan
panjang batang terhadap kerangka acuan S_
adalah L0 = x_2 – x_1.
Rumus :
L = Panjang benda diukur oleh pengamat yang bergerak terhadap benda
Lo = Panjang benda diukur oleh pengamat yang diam terhadap benda
V = kecepatan relatif terhadap karengka acuan

2.3 Dilatasi waktu


Menurut Einstein, selang waktu yang diukur oleh pengamat yang diam tidak sama
dengan selang waktu yang diukur oleh pengamat yang bergerak terhadap suatu kejadian.
Ternyata waktu yang diukur oleh sebuah jam yang bergerak terhadap kejadian lebih besar
dibandingkan terhadap jam yang diam terhadap kejadian. Peristiwa ini disebut dilatasi waktu
(time dilation).
Pada peristiwa dilatasi waktu, waktu seolah-olah diperlambat.

Rumus :
Δt = selang waktu yang diukur oleh pengamat yang bergerak terhadap kejadian
Δt0 = selang waktu yang diukur oleh pengamat yang diam terhadap kejadian

BAB III

26
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari materi-materi yang telah dibahas dalam makalah ini dapat kita simpulkan bahwa
:
1. Transformasi yang sejenis dengan transformasi Galileo namun berlaku untuk kecepatan
yang sangat tinggi dinamakan transformasi Lorentz. Transformasi Lorentz ini akan menjadi
transformasi Galileo pada kecepatan rendah (lebih kecil dari kecepatan cahaya) dan dapat
menunjukan bahwa kecepatan cahaya tetap sama pada semua kerangka.
2. Pengukuran panjang seperti halnya pengukuran selang waktu juga dipengaruhi oleh
gerak relative. Panjang L benda yang bergerak terhadap pengamat kelihatannya lebih pendek
dari panjang Lo bila diukur dalam keadaan diam terhadap pengamat. Gejala ini dikenal
sebagi pengerutan Lorentz. Panjang Lo suatu benda dalam kerangka diamnya disebut sebagai
panjang proper.

3.2 Saran
Kepada para pembaca kami ucapakan selamat belajar dan manfaatkanlah makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan
mutunya, oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Kanginan, Marthen dkk. 2006. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XII, Jakarta : Erlangga
Sukaryadi, Siswanto. 2009. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XII, Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional

Internet :
Nasional.en.wikipedia.org/wiki/Lorentz_transformation
file.upi.edu/.../MODUL_VIII_Transformasi_Lorentmodul.pdf

27
perpustakaancyber.blogspot.com › Fisika
nulisbuku.com/books/view/transformasi-lorentz
tessamudbloods.blogspot.com/.../einstein-transformasi-lorentz_03.html
ml.scribd.com/doc/100404374/Transformasi-Lorentz
mafia.mafiaol.com/2013/03/transformasi-lorentz.html
yohans.wordpress.com/2009/12/28/transformasi-galileo-dan-lorentz/

28

You might also like