You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan mulut merupakan suatu hal penting bagi manusia terutama

dalam pergaulan sehari-hari. Berbagai masalah yang behubungan dengan

mulut sering terjadi dalam kehidupan manusia, diantaranya bau mulut dan

periodontal yang disebabkan oleh plak gigi (Pradewa, 2008).

Plak gigi adalah lengketan yang berisi bakteri dan produk-produknya

yang terbentuk pada permukaan gigi. Baktxceri yang berperan penting dalam

pembentukan plak gigi adalah streptococus mutans. Bakteri ini dapat

membentuk koloni yang elekat erat pada permukaan gigi dan mempunyai

kemampuan untuk memfermentasikan sukrosa menjadi asam, menurunkan pH

permukaan gigi dan menyebabkan mineralisasi gigi (Pradewa, 2008). Salah

satu cara untuk mengatasi terbentuknya plak gigi yaitu dengan

menggunakan obat kumur (mouthwash) yang mengandung bahan antibakteri.

Mouthwash (obat kumur) adalah formula berupa larutan, umumnya dalam

bentuk pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan

untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorok.

Menurut definisi yang lain,

mouthwash adalah larutan yang biasanya mengandung bahan penyegar

nafas, astringen, demulsen, atau surfaktan, atau antibakteri untuk


menyegarkan dan membersihkan saluran pernafasan yang pemakaiannya

dengan berkumur (Akarina,2011)

Bahan aktif formula mouthwash yang bersifat antibakteri dapat berasal

dari bahan kimia maupun bahan alam. Namun karena slogan “Back to Nature”

yang sering terdengar di masyarakat, maka bahan alam pun menjadi sorotan

yang sangat populer. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai

bahan aktif mouthwash adalah biji buah kakao (Theobroma kakao, L)

(Akarina, 2011).

Biji kakao mempunyai beberapa komponen aktif yang salah satunya

adalah polifenol. Kandungan polifenol pada biji kakao didominasi oleh

katekin dan epillogalokatekin. Polifenol merupakan senyawa yang berpotensi

sebagai antibakteri dan polifenol yang dikandung biji kakao ini dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans, yang merupakan

bakteri utama penyebab plak gigi (Purnamasari, 2010).

B. Tujuan
Untuk mengetahui cara memformulasikan sediaan moutswash pencegah

plak gigi ekstrak biji kakao yang memenuhi syarat uji evaluasi fisik.
BAB II

FORMULASI SEDIAAN

A. Master Formula

Formula
Bahan
F1(%) F2(%) F3(%) F4(%)
Ekstrak biji 6,25 6,25 6,25 6,25
kakao
Gliserin 0 15 20 25
Propilenglikol 10 10 10 10
Na Sakarin 0,1 0,1 0,1 0,1
Mentol 0,25 0,25 0,25 0,25
Aquadest 100 100 100 100
(Apryanti dkk, 2016)
B. Modifikasi Formula
Modifikasi Formula mouthwash ekstrak biji kakao tiap 100 gram

mengandung :

Bahan F Range (%) Fungsi


Ekstrak biji 6,25 - Zat Aktif
kakao
Gliserin 25 30% Humectan
Propilenglikol 10 10-80% Cosolvent
Na Sakarin 0,1 - Pemanis
Mentol 0,25 0,05-10,0% Pewangi
Aquadest 100 qs Pelarut

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rujukan Penelitian
Menurut Apriyanti Anastasia Dkk, ( 2017 ) dalam penelitiannya

“Formulasi Sediaan moutswash pencegah plak gigi ekstrak biji kakao

(Theobroma cacao L) Dan Uji Aktivitasnya efektifitas pada bakteri

streptococus mutans” penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan

mouthwash ekstrak biji kakao yang berkhasiat untuk mencegah plak gigi.

diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif

perawatan untuk mulut yang bersumber dari bahan alam dan dapat

memberikan informasi tentang pemanfaatan biji kakao dalam bentuk sediaan

mouthwash.
B. Tinjauan Umum Gigi dan Mulut
1. Struktur Gigi dan Mulut

Gambar 1. Rongga Mulut


(Supit, 2013)
Gambar 2. Bagian Gigi
(Supit, 2013)
2. Pengertian Kesehatan Gigi dan Mulut

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh

yang tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi

kesehatan tubuh keseluruhan. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh

yang berfungsi untuk mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk

muka, sehingga penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin

agar dapat bertahan lama dalam rongga mulut. (Tulenan dkk, 2014).

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari

kesehatan secara keseluruhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup

seseorang dan menjadi perhatian penting dalam pembangunan kesehatan

penduduk Indonesia maupun negara-negara berkembang lainnya. Masalah

kesehatan gigi dan mulut terbesar yang umum dihadapi yaitu plak gigi.

Plak gigi merupakan penyakit universal yang dapat terjadi pada semua

usia, ras, social-ekonomi, dan jenis kelamin. Berdasarkan data World

Health Organisation (WHO) tahun 2012, di seluruh dunia 60-90% anak-

anak sekolah dan hampir 100% orang dewasa memiliki plak gigi yang

sering menimbulkan rasa sakit serta dapat memengaruhi kualitas hidup.

(Rattu dkk, 2013)


Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem

pencernaan dalam tubuh manusia. (Worotitjan dkk, 2013). Hasil Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2010 Departemen Kesehatan RI

menunjukkan bahwa 63% penduduk Indonesia menderita penyakit gigi

dan mulut meliputi karies gigi dan penyakit jaringan penyangga.

Kesehatan gigi dan mulut sangat penting, peranannya cukup besar dalam

mempersiapkan zat makanan sebelum absorpsi nutrisi pada saluran

pencernaan, di samping fungsi estetis dan bicara. Berbagai penyakit

maupun kelainan gigi dan mulut dapat menggangu penampilan, fonetik

ataupun pengunyahan. (Supit, 2013)

C. Tinjauan Umum Plak Gigi

1. Pengetian Plak Gigi

Plak adalah lapisan tipis dari mikroorganisme, sisa makanan dan

bahan organik yang terbentuk di gigi, kadang-kadang juga ditemukan pada

gusi dan lidah. Plak merupakan agregat sejumlah besar dan berbagai

macam mikroorganisme pada permukaan gigi mulai erupsi dengan cepat

akan dilindungi lapisan tipis glikoprotein yang disebut aequired pellicle.

Glikoprotein di dalam air ludah akan diserap dengan spesifik pada

hidroksiaptit dan melekat erat pada permukaan gigi (Roeslan,2002).

Menurut Depkes (1995), plak adalah lapisan tipis yang tak

berwarna (transparan) tidak dapat dilihat dengan mata biasa, melekat pada

gigi dan membentuk koloni atau kumpulan yang terdiri dari air liur, sisa-

sisa makanan, jaringan mati, fibrinogen, mikroorganisme dan lain


sebagainya. Untuk melihat plak digunakan zat pewarna yaitu disclosing

solution.

Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada

permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam

suatu matriks interseluler dan akan terus terakumulasi bila tidak

dibersihkan secara adekuat. Akumulasi mikroorganisme ini tidak terjadi

secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan.

2. Penyebab terjadinya Plak Gigi (Sriyono (2005)

a. Lingkungan fisik meliputi :

1) Anatomi gigi dan posisi gigi


2) Anatomi jaringan sekitar gigi
3) Struktur permukaan gigi
4) Gesekan oleh makanan dan jaringan sekitar
5) Tindakan kebersihan mulut
b. Hadirnya nutrien yang meliputi :
1) Makanan atau diet
2) Cairan gusi
3) Sisa epitel dan leukosit
4) Saliva.

3. Mekanisme Pembentukan Plak

Pembentukan plak gigi terdiri atas tiga tahap yaitu pembentukan

pelikel, kolonisasi bakteri dan maturasi plak. Plak terbentuk ketika

pelikel, sisa makanan, dan bakteri bergabung, plak juga akan terlihat pada

permukaan gigi setelah satu sampai dua hari tanpa memperhitungkan

kebersihan mulut. Tahap pertama dari proses pembentukan plak pada gigi
adalah melekatnya pelikel pada email gigi. Pelikel adalah lapisan tipis dari

protein saliva yang melekat pada permukaan gigi hanya dalam beberapa

menit setelah dibersihkan. (Dally,1996 dalam Sriyono, 2005)

Pelikel melindungi email dari aktivitas asam dan berperan sebagai

perekat dua sisi. Sisi yang satu melekat pada permukaan gigi dan

menyediakan permukaan lengket pada sisi yang lainnya yang

memudahkan bakteri menempel pada gigi.

Dalam beberapa jam setelah pelikel terbentukbakteri mulai

menempel pada permukaan luar pelikel, bakteri terutama terdiri dari

bakteri cocci gram positif diantaranya streptococcus mutans, dan

streptococcus sanguins. Saat menempel bakteri-bakteri tersebut mulai

memproduksi substansi yang menstimulasi bakteri bebas untuk bergabung.

Bakteri akan terus berkembang biak dan terus menempel pada permukaan

pelikel, sehingga menghasilkan peningkatan massa dan ketebalan plak.

Semakin lama plak tidak dibersihkan semakin besar pula kemungkinan

plak menjadi pathogen yang potensial terhadap inang. Plak gigi yang

terakumulasi dapat terkalsifikasi dan menjadi kalkulus dengan komposisi

matang dan tingkat terparah dalam waktu 6 bulan. Kalkulus merupakan

massa yang keras dan lengket dan hanya dapat dihilangkan melalui

skeling(Dally,1996 dalam Sriyono, 2005)

Menurut Srigupta (2004) kekuatan fisiologis alami yang

membersihkan rongga mulut tidak mampu menghilangkan plak gigi.

Sehingga mengontrol plak merupakan cara untuk menghilangkan plak dan


mencegah akumulasinya. Inilah tingkatan utama dalam pencegahan

penyakit gusi dan karies.

4. Cara Membersikan Plak

Cara terbaik untuk menghilangkan plak adalah dengan menyikat

gigi (terutama di malam hari dan pagi hari), dengan pembersihan

interdental oleh benang gigi, tusuk gigi atau sikat antar gigi. (Sriyono,

2005)

Plak gigi hampir tidak terlihat karena warnanya keputihan, sama

dengan gigi. Plak dapat dibuat terlihat dengan cairan atau tablet pewarna

khusus (disclosing agent.). Bahan-bahan itu dapat membantu Anda

menemukan area yang perlu mendapatkan perhatian lebih saat

membersihkan gigi. Pada anak-anak, pewarna itu berguna untuk

memeriksa apakah mereka menyikat gigi dengan baik.

Ambillah satu tablet pewarna dan biarkan meleleh di lidah Anda.

Gerakkan lidah Anda ke permukaan gigi-gigi Anda. Berkumurlah sampai

air tidak lagi berwarna. Bagian di mana gigi Anda berubah warna adalah

tempat plak. Berikan perhatian lebih ke tempat-tempat itu saat anda

membersihkan gigi Anda.( Sriyono, 2005)

5. Pencegah Plak

Menurut Besford (1996) pencegahan plak gigi dapat dilakukan :

a. Secara mekanik yaitu dengan menyikat gigi dan pembersihan

interdental dengan menggunakan benang gigi (dental floss) .

b. Secara kimiawi yaitu kumur-kumur dengan cairan antiseptis.


c. Mengurangi konsumsi makanan manis dan lengket.

d. Memperbanyak konsumsi buah-buahan yang berair dan sayuran

berserat.

e. Pemeriksaan gigi secara berkala.

D. Tinjauan Umum Mouthwash

1. Pengertian Mouthwash

Mouthwash (obat kumur) adalah formula berupa larutan, umumnya

dalam bentuk pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan,

dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan

infeksi tenggorok. Menurut definisi yang lain, mouthwash adalah larutan

yang biasanya mengandung bahan penyegar nafas, astringen, demulsen,

atau surfaktan, atau antibakteri untuk menyegarkan dan membersihkan

saluran pernafasan yang pemakaiannya dengan berkumur (Akarina,2011)


Obat kumur (gargarisma/gargle) adalah sediaan berupa larutan,

umumnya pekat yang harus diencerkan terlebih dahulu sebelum

digunakan, dimaksudkan untuk digunakan pencegahan atau pengobatan

infeksi tenggorokan. Menurut Backer (1990), obat kumur adalah larutan

yang biasanya mengandung bahan penyegar nafas, astrigen, demulsen,

atau surfaktan atau antibakteri untuk menyegarkan dan pembersihan

saluran pernapasan yang pemakainnya dengan berkumur.


2. Fungsi Mouthwash
Fungsi mouthwash adalah membantu membunuh kuman dan

bakteri jahat penyebab plak dan mencegahnya membentuk plak kembali.

Bukan hanya sekedar memberi aroma harum pada rongga mulut saja. Plak,

kuman dan bakteri jahat dapat dibersihkan dengan cepat dan tuntas karena
adanya kandungan antiseptik di dalam mouthwash. Karena itu, sangat

penting untuk memperhatikan apakah ada kandungan antiseptik pada

mouthwash yang akan Anda gunakan.


Berdasarkan data kesehatan penggunaan mouthwash yang simultan

dengan rutinitas menyikat gigi memiliki efek yang baik bagi kesehatan

mulut.Antiseptik di dalam mouthwash dapat membantu membersihkan

kuman penyebab plak dan menghambat tumbuh kembangnya.( Farichah,

PDGI).
3. Syarat Mouthwash
a. memiliki kemampuan untuk membasmi bakteri yang ada di rongga

mulut .
b. tidak menyebabkan iritasi jaringan .
c. tidak menyebabkan perubahan pada indera perasa.
d. tidak mengganggu keseimbangan flora normal dalam rongga mulut .
e. tidak meningkatkan retensi mikroba dalam rongga mulut.
f. tidak menimbulkan noda pada gigi.
g. mudah didapat.
h. harga terjangkau
i. stabil dalam penyimpanan
E. Tinjauan Umum Biji Kakao

Gambar 3. Kakao
(Purseglove, 1968)
Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu tanaman

perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa

negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu

anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak

dibudidayakan, yang secara sistematika mempunyai urutan taksa sebagai

berikut(Purseglove, 1968) :
1. Divisio : Spermatophyta
2. Subdivisio : Angiospermae
3. Kelas : Dicotyledoneae
4. Ordo : Malvales
5. Familia : Sterculiaceae
6. Genus : Theobroma
7. Spesies :Theobroma cacao L.

Pada daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah

hutan hujan tropis di Amerika Selatan (purseglove, 1968), tumbuhnya selalu

terlindung pohon besar lain (Sunaryo, 1978). Selanjutnya menyebarkan

dengan penyebaran geografis abtara 20 LU – 20 LS, dengan batas penyebaran

yang memberikan keuntungan antara 10 LS dan 10 LU (Sunaryo dan

Situniorang, 1978). Daerah hutan hujan tropis merupakan daerah dengan sifat

ekologi yang paling cocok untuk tanaman kakao (Purseglove, 1968).

1. Morfologi Kakao
Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9 – 1,5 meter

akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket(jorquette). Jorket adalah

tempat percabangan dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas

hanya pada tanaman kakao (Anonymus, 2013)


Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada

dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak

putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang
ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga (oranye)

(Anonymus, 2013).
Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya

berselang-seling. Pada tipe criollo dan trinitario alur kelihatan jelas. Kulit

buahnya tebal tetapi lunak dan permukaannya kasar. Sebaliknya, pada tipe

forasero, permukaan kulit buah pada umumnya halus (rata), kulitnya tipis,

tetapi dan liat. Buah akan masak setelah berumur enam bulan. Pada saat

itu ukurannya beragam, dari panjang 10 hingga 30 cm, pada kultivar dan

faktor-faktor lingkungan selama perkembangan buah (Anonymus, 2013).


2. Kandungan Kimia Biji Kakao
Biji kakao mengandung senyawa Katekin yaitu Antioksidan kuat

yang terkandung dalam cokelat. Fungsi antioksidan adalah mencegah

penuaan dini yang bisa terjadi karena polusi ataupun radiasi. Biji kakao

mengandung flavanoid, tanin dan saponinBrotodjojo, 2008:8)


Biji kakao mempunyai beberapa komponen aktif yang salah

satunya adalah polifenol. Kandungan polifenol pada biji kakao didominasi

oleh katekin dan epillogalokatekin. Polifenol merupakan senyawa yang

berpotensi sebagai antibakteri dan polifenol yang dikandung biji kakao ini

dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans, yang

merupakan bakteri utama penyebab plak gigi (Purnamasari, 2010).


F. Uraian Bahan
BAB IV

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah gelas ukur (Pyrex), gelas

beker (Pyrex), Erlenmeyer (Pyrex), tabung reaksi (Pyrex), ayakan 65 mesh,

spatula, aluminium foil, batang pengaduk, corong gelas (Pyrex), corong pisah

(Pyrex), cawan petri (Pyrex), timbangan analitik, oven, blender, hot plate

(ACIS), cawan porselin, wadah sampo, klem dan statif, wadah,


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah ekstrak biji kakao,

gliserin, etanol 96%, propilenglikol, na sakarin, mentol dan aquadest.


B. Perhitungan Bahan

Bahan Perhitungan

Ekstrak biji 6,25


kakao
Gliserin 25
Propilenglikol 10
Na Sakarin 0,1
Mentol 0,25
Aquadest 100
C. Prosedur Kerja
1. Pengambilan Sampel
Buah diambil pada pukul 10 pagi di perkebunan kakao di desa

nohu-nohu sulawesi tenggara.


2. Pengolahan Sampel
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Buah yang diambil dibela lalu diambil isi biji kakaonya.
c. Disortasi basah dengan cara dibersihkan dari kotoran yang menempel

dan isi kakao yang rusak.


d. Dicuci sampel dengan air mengalir
e. Dirajang biji kakao menggunakan gunting stanliss dengan tujuan

untuk mempercepat proses pengeringan sampel.


f. Dikeringkan sampel di bawah sinar matahari ditutupi kain hitam
g. Disortasi kering sampel degan cara dipisahkan sampel yang rusak

akibat pengeringan atau dipisahkan sampel dari kotoran yang

menempel selama pengeringan sampel yang memiliki kadar air < 10%.
h. Ditimbang simplisia kering kemudian disimpan pada wadah kering

yang tertutup rapat.


3. Ekstraksi Maserasi
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang Simplisia biji kakao yang sudah dihaluskan sebanyak 250

gram.
c. Dimasukan kedalam bejanah yang berisi etanol 96% sebanyak 900 ml.

Sesekali sering di aduk untuk mempercepat ekstraksi.


d. Maserat dievaporasi dengan rotary evaporator sampel hingga

mendapatkan sampel ekstrak kental.


4. Cara Pembuatan Mouthwash
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang semua bahan
c. Dilarutkan natrium sakarin dengan propilenglikol campuran 1
d. Ekstrak biji kakao dilarutkan dengan beberapa aquadest.(campuran 2)
e. Campurkan campuran 1 dan campuran 2 aduk hingga homogen lalu

tambahakan gliserin aduk hingga homogen.


f. Kemudian tambhakan menthol yang telah di larutkan dengan beberapa

tetes etanol aduk hingga homogen.


g. Cukupkan volume ad 100 ml
h. Masukan kedalam wadah.

You might also like