You are on page 1of 5

Asuransi Jiwa Kumpulan

Asuransi Jiwa Kumpulan atau group life insurance, ada juga yang menyebutnya dengan istilah
asuransi jiwa kolektif, adalah produk‐produk asuransi jiwa yang dipasarkan secara kolektif (bukan
orang per orang). Oleh karena sifatnya yang demikian itu, maka proses underwriting atau proses
seleksi risiko terhadap calon tertanggungnya juga dilakukan secara kolektif, misalnya dalam
menghitung usia calon tertanggung, didasarkan pada usia rata‐rata dari seluruh usia orang‐orang
yang dirinya akan dipertanggungkan. Misalnya dalam sebuah kelompok calon tertanggung dari
sebuah perusahaan kecil yang anggotanya 25 orang dan berusia : 20, 20, 23, 24, 25, 25, 25, 27, 27,
28, 30, 30, 30, 31, 32, 32, 32, 34, 35, 36, 38, 38, 39, 44, dan 48, maka usia yang dipakai dalam
perhitungan premi adalah :

20(2)+23+24+25(3)+27(2)+28+30(3)+31+32(3)+34+35+36+38(2)+39+46+48
25 = 775 / 25 = 31 ……. dan usia rerata yang dipergunakan dalam
menghitung premi untuk kelompok ini adalah 31 tahun.

Dalam prakteknya, ada pula perusahaan asuransi jiwa yang mempergunakan nilai median
sebagai dasar perhitungannya. Dalam kasus asuransi di atas, maka nilai yang dipergunakan adalah
= 30 tahun, karena nilai median dari 25 orang dalam kelompok tersebut adalah usia orang yang
ke13, yaitu 30 tahun. Tetapi jika nilai median itu terletak pada orang yang berusia 35 tahun, maka
35 tahun inilah yang akan dijadikan sebagai dasar perhitungan preminya.

Penggunaan metode perhitungan tersebut tergantung pada kebijakan Manajemen


Perusahaan, biasanya ditetapkan berdasarkan pada pengalaman yang telah dilaluinya secara
empirik dalam kegiatan operasionalnya.

Dikarenakan metode yang dipergunakan dalam menghitung mortalita, maka dalam


perhitungan premi asuransi kumpulan terjadi subsidi silang atau cross sub sidization antara mereka
yang berusia muda dengan mereka yang berusia lebih tua, dan juga antara mereka yang lebih
sehat dengan mereka yang kurang sehat, sehingga

proses underwriting lebih sederhana. Meskipun demikian, seorang Aktuaris yang telah berpengalaman
akan mampu menentukan tarif yang mendekati ketepatan perhitungan premi, sehingga tidak
merugikan atau menguntungkan perusahaan terlalu tinggi, sehingga tarif premi yang dihitung dan
ditetapkannya menjadi tidak kompetitif lagi, dan berdampak pada daya saing perusahaannya.

Kalau asuransi jiwa perorangan merupakan “retail business“, maka asuransi jiwa kumpulan
dikelompokkan dalam golongan “corporate business“ yang dipasarkan kepada kelompok‐kelompok
orang atau perusahaan, lembaga, institusi, atau organisasi, seperti asuransi‐asuransi kumpulan di
bawah ini :
Asuransi bagi Guru‐Guru di sebuah SMA di Jakarta
Asuransi bagi Para Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Kutai Asuransi bagi Para
Tenaga Honorer di Pemerintahan Kota Pontianak Asuransi bagi Para Pemegang KTP
di Kabupaten Bengkayang Asuransi bagi Anggota Credit Union Sejahtera Bersama di
Pontianak Asuransi bagi Anggota TNI yang akan ditugaskan ke PBB Asuransi bagi
Para Petugas Honorer Kebersihan Kota
Asuransi bagi Para Anggota Tim Kampanye Nasional Partai tertentu Dan lain
sebagainya.

Dalam jajaran bisnis asuransi kumpulan, hanya diterbitkan satu polis untuk setiap produk yang
disebut Polis Induk (Master Policy) atas nama pimpinan atau pejabat yang ditunjuk sebagai Pemegang
Polis, biasanya Direktur Utama Perusahaan, Pimpinan Lembaga atau Yayasan, Pimpinan Organisasi, dan
sejenisnya. Akan tetapi ada juga yang menunjuk pejabat lain dalam organisasi yang bersangkutan,
misalnya Bupati menetapkan Sekretaris Daerahnya sebagai pemegang polisnya. Sedangkan orang‐
orang yang atas dirinya dipertanggungkan disebut sebagai Peserta Asuransi (Participant). Bagi peserta
tersebut akan diterbitkan sertifikat atau Insurance Certificate atas nama masing‐masing, jika jumlah
pesertanya masih dalam jumlah yang layak menurut perusahaan yang menjual produk tersebut.
Untuk Asuransi Kumpulan yang jumlah Pesertanya sulit untuk diinventarisir, atau hanya didasarkan
pada angka perkiraan, biasanya diterbitkan “no name“ atau “un‐ named certificate“. Misalnya saja
dalam kasus asuransi masyarakat di salah satu Kabupaten di Indonesia, baik yang telah mempunyai KTP
maupun yang belum, jumlahnya didasarkan pada angka perkiraan mencapai 1,5 juta orang, Jumlah
populasi yang diperkirakan itulah yang dijadikan sebagai landasan dalam menghitung premi yang harus
dibayar kepada Penanggung (perusahaan asuransi). Sudah tentu dalam hal diterbitkan “no name
certificate“ tetap dibutuhkan selembar surat yang menunjukkan identitas bahwa seseorang yang
dinyatakan sebagai peserta dalam perjanjian asuransi kumpulan adalah benar‐benar anggota atau
warga masyarakat tersebut. Hal ini diperlukan pada saat mengajukan klaim atas asuransinya.

Produk‐produk asuransi jiwa perorangan (individual life insurance) maupun asuransi jiwa
kumpulan (group life insurance), keduanya dapat dipasarkan dalam berbagai bentuk asuransi jiwa
(life insurance products/plans) maupun produk asuransi

kesehatan (health insurance products/plans). Khusus mengenai asuransi kesehatan ini akan kita
bahas secara mendalam dalam bab tersendiri.

Dalam perkembangan industri perasuransian akhir‐akhir ini, asuransi jiwa dan kesehatan
dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) golongan besar sebagai berikut:
Asuransi jiwa (Life Insurance)
Kontrak annuitas (Annuity Contract)
Asuransi kesehatan (Health

Kontrak asuransi jiwa kumpulan, dalam terminologi aslinya disebut master group insurance
contract. Polis yang diterbitkan untuk sejumlah Peserta asuransi jiwa kumpulan ini hanya satu polis
untuk setiap kelompok, misalnya polis asuransi jiwa kumpulan untuk para karyawan PT. Pesona
Khayangan Estate, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perumahan (property
development) di kota Depok Jawa Barat. Akan tetapi, bukan berarti bahwa perusahaan asuransi jiwa
hanya boleh menerbitkan satu polis untuk PT. Pesona Kahayangan Estate. Ada kemungkinan
perusahaan asuransi jiwa yang menerbitkan polis untuk para karyawan PT. Pesona Kahayangan Estate
tersebut, menerbitkan polis asuransi jiwa kumpulan yang lain, bagi para Manager atau untuk para
Direktur di nasabah tersebut, meskipun individu yang ditunjuk sebagai Pemegang Polisnya sama,
misalnya Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary) atau salah seorang dari Anggota Direksi, atau
Presiden Direkturnya (Chief Executive Officer).

Di Indonesia, bisnis asuransi jiwa kumpulan yang juga sering disebut dengan istilah asuransi jiwa
kolektif ini, telah dimulai sejak tahun 1960‐an atau beberapa tahun sejak Indonesia merdeka. Dan sejak
tahun 1970‐an, setelah beberapa orang dari perusahaan asuransi jiwa dikirim untuk studi di luar negeri
antara lain ke Amerika Serikat, bisnis asuransi jiwa kumpulan ini mulai dikembangkan dan terus
tumbuh sampai dengan tahun 1997.

Dalam tahun 1997 yang lalu terjadilah Global Economic Crisis, dan Indonesia merupakan salah satu
negara yang terimbas petaka ekonomi ini. Sebagai dampak dari krisis ekonomi tersebut, banyak
perusahaan yang kemudian mengalami kebangkrutan dan tidak mampu lagi membayar premi asuransi
jiwa kumpulan bagi karyawannya. Ada perusahaan asuransi jiwa kemudian kehilangan lebih dari 1
(satu) juta peserta asuransinya, bahkan ada satu perusahaan yang kehilangan lebih dari 2 (dua) juta
orang pesertanya. Sayangnya, pencatatan data asuransi kumpulan di Indonesia tidak terlalu detail dan
cermat, sehingga sulit untuk melakukan kajian secara statistikal. Untuk keperluan analisis di masa yang
akan datang, nampaknya secara administratif cara pencatatan atau Recording Management System
dalam bidang asuransi kumpulan ini harus ditata kembali.

Terminologi yang dipergunakan untuk menyebutkan kelompok orang‐orang yang diasuransikan pada
asuransi jiwa kumpulan, di Amerika Serikat adalah Group Insureds. Sedangkan di Kanada, peserta asuransi
jiwa kumpulan ini disebut dengan istilah Group Life Insured, dan khusus bagi peserta asuransi kesehatan
kumpulan, disebut Group Person Insured, karena meskipun secara sederhana, kondisi kesehatan para
peserta asuransi akan di cek satu persatu. Oleh karena itu, untuk jenis asuransi kesehatan kumpulan yang
komprehensif pada umumnya jumlah pesertanya dibatasi, sepanjang dapat dilakukan underwriting
terhadap kondisi kesehatan yang diperlukan.
Asuransi jiwa kumpulan, pada dasarnya diperuntukkan bagi sekelompok orang yang tergabung dalam
organisasi yang jelas keanggotaannya. Misalnya saja bagi para Pegawai Negeri Sipil atau PNS di sebuah
kabupaten atau provinsi, dimana Bupati, Wali Kota atau Gubernur, atau dapat pula pejabat lainnya ditunjuk
untuk bertindak sebagai pemegang polis. Pemegang polis inilah yang nantinya akan bertindak mewakili
kelompok dalam organisasi yang akan menjadi peserta asuransi kumpulan. Jadi dalam asuransi jiwa
kumpulan, yang bertindak sebagai pemegang polis hanya satu orang yang mewakili para peserta
asuransinya, meskipun dalam asuransi jiwa tersebut pesertanya adalah seluruh anggota masyarakat, misal
jumlahnya mencapai 500.000 orang atau bahkan lebih. Meskipun pemegang polis asuransi jiwa kumpulan
hanya satu orang, namun dalam melakukan negosiasi kontraknya, dapat ditugaskan beberapa orang yang
benar‐benar profesional, misalnya untuk asuransi masyarakat, dapat ditunjuk Kepala Dinas Kependudukan
yang sangat menguasai tentang berbagai persoalan terkait, untuk produk asuransi kesehatan masyarakat,
dapat ditunjuk Kepala Dinas Kesehatan Daerah, yang benar‐benar memahami masalah kesehatan
penduduk daerah tersebut, dan sebagainya.

Kepada para peserta asuransi jiwa kumpulan, akan diterbitkan kartu identitas peserta yang dinamakan
kartu peserta yang pada umumnya akan diperlukan pada saat terjadinya klaim.

Asuransi jiwa kumpulan ini sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan, untuk menyiapkan santunan
bagi para karyawannya, yang sudah sering kita kenal dengan istilah “Employee Benefit“, dan karena
asuransi jiwa yang satu ini berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat yang cukup luas, maka di beberapa
negara diatur dengan undang‐undang yang berhubungan dengan masalah hubungan industrial atau
hubungan antara pengusaha dan karyawannya.

Dalam konteks cara pembayaran premi, asuransi jiwa kumpulan dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua)
golongan sebagai berikut:

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja


PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) melaksanakan 4 (empat) program yaitu program
Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK). Setiap institusi yang memperkerjakan tenaga kerja minimal 10 orang
atau lebih atau membayar upah satu juta rupiah setiap bulan wajib menjadi peserta program
Jamsostek. Khusus untuk JPK, suatu institusi diperbolehkan untuk tidak mengikuti program JPK dari
Jamsostek dengan syarat tenaga kerja mendapatkan jaminan minimal sama atau lebih baik dari
program JPK Jamsostek.

Ruang Lingkup JPK Jamsostek ini berupa pelayanan pada pemberi pelayanan yang ditunjuk pada
saat pekerja masih aktif bekerja dan tidak ada pelayanan bagi pekerja yang tidak bekerja atau yang
telah menjalani masa pensiun. Pelayanan yang dilakukan di luar pemberi pelayanan kesehatan yang
ditunjuk tidak diberikan santunan kecuali gawat darurat. Jaminan yang diberikan meliputi aspek
promotif, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan. Paket JPK Jamsostek meliputi:
Rawat jalan tingkat pertama
Rawat jalan tingkat lanjutan

Pelayanan rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat dan Daerah serta rumah sakit swasta yang ditunjuk .
Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan baik persalinan normal maupun
persalinan patologis dan atau gugur kandungan.
Penunjang diagnostik yang dipandang perlu oleh pelaksana pelayanan kesehatan yang
meliputi pemeriksaan laboratorium, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Pelayanan khusus yang meliputi kacamata, prothese gigi, alat bantu dengar, prothese anggota
gerak dan prothese mata.
Pelayanan gawat darurat yang merupakan pelayanan yang harus segera dilakukan untuk
menghindari hal yang fatal bagi penderita.

Besarnya premi bagi tenaga kerja lajang sebesar 3% dari upah dan untuk pekerja yang sudah berkeluarga
preminya sebesar 6% dari upahnya, dengan batasan maksimum upah yang digunakan sebesar satu juta
rupiah. Jumlah yang ditanggung dalam satu keluarga adalah suami/istri dan anak maksimum tiga orang.
Bagi tenaga kerja yang sudah berkeluarga jika memiliki upah sebesar tiga juta rupiah, maka besarnya premi
yang harus dibayar adalah sebesar 6% dari satu juta rupiah yaitu sebesar Rp. 60.000 setiap bulan. Semua
premi ditanggung oleh majikan atau perusahaan, dan tidak ada kontribusi dari tenaga kerja.

C. Produk‐Produk Asuransi Kesehatan


Di Indonesia, produk asuransi kesehatan dipasarkan oleh perusahaan asuransi jiwa maupun
asuransi umum dalam bentuk asuransi perorangan dan asuransi kumpulan atau kelompok atau
kolektif. Pada umumnya asuransi yang ditawarkan secara perorangan atau keluarga hanya asuransi
rawat inap sedangkan untuk asuransi kesehatan kumpulan dapat diperluas meliputi rawat jalan,
melahirkan, gigi dan kacamata.

Santunan Tunai Harian Rumah Sakit


Bentuk paling sederhana dari produk asuransi kesehatan adalah Santunan Tunai Harian Rumah
sakit atau dengan istilah HCP (Hospital Cash Plan) atau DHB (Daily Hospitalization Benefit). Produk ini
dipasarkan sebagai asuransi perorangan dengan jalur distribusi agen atau bancassurance. Perusahaan
asuransi akan membayar biaya perawatan sesuai yang tercantum dalam polis untuk setiap hari
perawatan di rumah sakit, tanpa memperhatikan biaya perawatan aktual yang dibayarkan tertanggung
kepada rumah sakit. Untuk asuransi perorangan tertanggung sekaligus sebagai pemegang polis.
Beberapa perusahaan asuransi membuat paket asuransi untuk satu keluarga dimana pemegang
polisnya adalah kepala keluarga biasanya suami dan para tertanggungnya adalah dirinya sendiri
ditambah istri dan anak. Jumlah harian bisanya dibatasi 60 hari atau 90 hari akan tetapi ada juga
perusahaan asuransi yang tidak memberikan batasan jumlah santunan harian dalam satu tahun.

2. Asuransi Perawatan di Rumah Sakit atau Asuransi Kesehatan rawat Inap


Dalam hal tertanggung menderita sakit, baik akibat suatu penyakit maupun suatu kecelakaan
maka biaya selama perawatan di rumah sakit sesuai kuitansi akan diganti dengan batasan maksimum
sebagaimana tercantum dalam polis. Biaya‐biaya yang dijamin oleh program asuransi kesehatan di
Indonesia adalah sebagai berikut:
Biaya kamar dan biaya makan per hari di rumah sakit. Manfaat dibatasi maksimum per hari sesuai
dengan kelas kamar yang menjadi hak tertanggung, sedangkan batasan dari jumlah hari per tahun
atau per perawatan dicantumkan dalam polis misalnya 60 hari atau 90 hari.
Biaya kunjungan dokter umum selama dirawat di rumah sakit. Manfaat ini dibatasi maksimum per hari
sesuai dengan manfaat yang menjadi hak tertanggung sebagaimana yang tercantum dalam polis.
Biaya kunjungan dokter spesialis.
Biaya pembedahan, yang meliputi :
Dokter bedah. Penggantian biaya untuk dokter bedah tergantung dari jenis operasi yang
dilakukan sesuai dengan yang ditetapkan pada daftar pembedahan dengan batas maksimum
santunan yang telah ditetapkan.
Kamar Bedah. Penggantian kamar bedah diberikan hanya sebatas santunan yang telah
ditetapkan untuk tertanggung dengan batas maksimum penggantian, biasanya 30% dari biaya
dokter bedah.
Anestesi. Penggantian biaya ahli anestesi diberikan hanya sebatas kelas santunan yang telah
ditetapkan untuk tertanggung dengan batasan penggantian, biasanya sebesar 25% dari biaya
dokter bedah.
Biaya obat‐obatan selama perawatan dan biaya penunjang diagnosa.
Biaya pengobatan untuk kejadian darurat akibat kecelakaan, termasuk perbaikan segera terhadap gigi
yang rusak akibat kecelakaan.
Biaya ambulan, biaya yang dibebankan kepada tertanggung oleh rumah sakit atau suatu institusi untuk
mengangkut pasien dari rumah ke rumah sakit atau sebaliknya, atau dari rumah sakit ke rumah
sakit lainnya pada saat diperlukan tindakan secara medis dengan batasan maksimum yang
dicantumkan dalam polis.

Biaya perawatan intensif, yang terdiri dari perawatan intensif umum (ICU) atau perawatan intensif
penyakit jantung (ICCU). Besarnya manfaat biasanya sampai maksimum jumlah hari atau
rupiah tertentu atau kombinasi keduanya sebagaimana ditetapkan dalam polisnya.

Asuransi kesehatan rawat inap ini bisa dipasarkan secara kumpulan atau perorangan. Untuk
asuransi kumpulan bisa diperluas rawat jalan, rawat gigi, melahirkan dan kacamata. Asuransi
kesehatan rawat inap juga bisa diperluas sampai ke jaminan kecelakaan. Bagi perusahaan asuransi
jiwa bisa diperluas dengan asuransi jiwa. Pada umumnya asuransi perorangan tidak diperluas
dengan rawat jalan, gigi, dan kacamata.

Variasi asuransi kesehatan atau asuransi biaya medis. Variasi menurut metode penyelesaian
klaim yaitu ganti rugi dan pelayanan, atau kombinasi dari dua model tersebut.

Ganti rugi (reimbursement). Dalam hal tertanggung dirawat di rumah sakit, maka semua biaya
ditanggung terlebih dahulu oleh tertanggung, baru kemudian ditagihkan ke perusahaan asuransi,
selanjutnya perusahaan asuransi melakukan verifikasi klaim dan membayar semua tagihan sesuai
batasan yang tercantum dalam polis.

Jaminan berupa pelayanan. Perusahaan asuransi mengadakan kontrak kerjasama dengan


pemberi pelayanan kesehatan (PPK) seperti poliklinik, rumah sakit dan apotik. Bagi peserta atau
tertanggung perusahaan asuransi, jika memerlukan perawatan maka langsung datang ke PPK
tanpa dipungut biaya, apabila datang ke PPK di luar yang telah ditentukan maka tertanggung
harus membayar sendiri bahkan ada perusahaan yang tidak memberikan ganti rugi. Kontrak
antara perusahaan asuransi dan PPK bisa dalam model kapitasi atau borongan dan juga bisa dalam
bentuk pembayaran sesuai jasa yang diberikan (fee for services). Rumah sakit pada umumnya
kurang senang dengan kontrak model kapitasi ini, sedangkan poliklinik banyak yang telah bersedia
bekerjasama dengan perusahaan asuransi dalam bentuk kapitasi.

Kombinasi ganti rugi dan pelayanan. Perusahaan asuransi di Indonesia telah mengembangkan
kombinasi antara sisitem berdasarkan ganti rugi dan dalam bentuk pelayanan. Misalnya untuk
rawat jalan menggunakan sistem pelayanan, sedangkan rawat inap dalam bentuk sistem klaim
ganti rugi. Perusahaan asuransi swasta lebih fleksibel dalam menerapkan sistem klaim jika
dibandingkan dengan asuransi sosial yang menerapkan konsep sistem klaim dalam bentuk mutlak
pelayanan dimana apabila tertanggung berobat di luar PPK yang ditunjuk, tidak mendapatkan
penggantian sama sekali kecuali dalam keadaan darurat.

Variasi Batasan Manfaat. Ditinjau dari sisi besarnya manfaat yang diberikan oleh perusahaan
asuransi dapat dibedakan secara per komponen unit pelayanan, per penyakit per tahun atau
sesuai dengan tagihan (as charged ).

You might also like