You are on page 1of 4

BAB 1 Pendahuluan

Bab ini berisikan mengenai penjelasan umum tentang permasalahan yang akan dibahas
meliputi tujuan penulisan, metode penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika
penulisan.

BAB 2 Tinjauan Teori

Pada bab ini disajikan paparan teori dasar yang digunakan untuk analisis. Teori ini diambil
dari bahan bacaan mata kuliah Perilaku dan Budaya Organisasi, buku literatur, artikel ilmiah
terkait, maupun jurnal-jurnal dari PPM dan internet.

BAB 3 Profil Perusahaan

Bab 3 berisikan penjelasan tentang profil singkat perusahaan yang menjadi objek
penelitian, termasuk di dalamnya sejarah, visi, misi, nilai, produk dan pelayanan, profil,
sumber daya manusia, serta struktur organisasi.

BAB 4 Hasil dan Pembahasan

Bab ini akan menguraikan data hasil penelitian berikut hasil analisisnya dalam bentuk
naratif, grafik, maupun gambar. Hasil analisis akan dikaitkan dengan teori yang telah
dipaparkan di tinjauan teori.

BAB 5 Penutup – Simpulan dan Saran

Pada bagian ini berisikan simpulan dan saran dari hasil penulisan.

3
Bab 2
Tinjauan Teori

2.1. Teori Motivasi

Definisi motivasi menurut Robbins, 2017, halaman 247 adalah suatu proses yang
menggambarkan seberapa besar intensitas, arah, dan persistensi individu dalam upayanya
mencapai tujuan dalam hal ini tujuan organisasi. Ada 3 (tiga) elemen kunci dalam motivasi,
yaitu :

a. Intensitas : seberapa besar atau seberapa keras individu melakukan usahanya


b. Arah : apakah usaha yang dilakukan individu sesuai dengan tujuan organisasi
c. Persistensi: seberapa lama individu dapat memelihara tingkat usaha atau upayanya

Teori motivasi mulai berkembang pada awal tahun 1950-an dengan 3 (tiga) teori utama-nya
yaitu:

a. Teori 2 (Dua) Faktor

Teori yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg (Robbins, 2017, halaman 249) ini juga
dikenal dengan nama motivation-hygiene theory. Dalam penelitianya Herzberg menyelidiki
pertanyaan ”Apa yang diinginkan orang-orang dari pekerjaan mereka?” Dari hasil
pengklasifikasian respon, didapat kesimpulan bahwa jawaban yang diberikan responden
ketika mereka senang berbeda dengan jawaban responden ketika mereka merasa tidak
senang. Hal ini cukup membingungkan karena jawaban responden tidak konsisten dan
situasional. Herzberg menyimpulkan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan perbedaan
tersebut, yaitu :

i. Faktor Intrinsik, yaitu faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja, seperti
prestasi, pekerjaan itu sendiri, promosi, dan perkembangan. Faktor ini merupakan
faktor yang menjadi motivasi seseorang (motivation factor).
ii. Faktor Ekstrinsik, yaitu faktor ekstrinsik yang berhubungan dengan ketidakpuasan
kerja, seperti lingkungan kerja (gaji, suasana kerja, hubungan dengan atasan
maupun rekan sekerja dan lain-lain). Herzberg mengatakan bahwa faktor ini tidak
membentuk motivasi, sehingga apabila faktor ini ditingkatkan belum tentu akan
meningkatkan motivasi seseorang. Faktor ini biasanya dikenal dengan sebutan

4
faktor pemeliharaan (hygiene factor) Herzberg menyarankan kepada semua
pemimpin atau manajer apabila ingin memotivasi orang pada pekerjaanya maka,
harus menyingkirkan dulu faktor ketidakpuasan. Setelah itu barulah manajemen
menekankan faktor yang dapat memotivasi seperti pengakuan, tanggung jawab,
karir, prestasi dan lain lain.

a. Teori Kebutuhan Maslow

Teori kebutuhan Maslow menyatakan bahwa di setiap individu ada 5 (lima) tingkatan
kebutuhan dasar (yang disusun dari tingkat kepentingannya), yaitu:

i. Kebutuhan Fisiologis, contohnya adalah: sandang, pangan, papan, dan kebutuhan


biologis seperti seks.
ii. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan, contohnya adalah bebas dari penjajahan,
bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.
iii. Kebutuhan Sosial, contohnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan
cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
iv. Kebutuhan Penghargaan, contohnya adalah pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan
sebagainya.
v. Kebutuhan Aktualisasi Diri, yaitu merupakan kebutuhan dan keinginan untuk
bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya.

Menurut Maslow individu memiliki kecenderungan dominasi kepuasan pada setiap level di
kebutuhan di atas. Sehingga para atasan harus memahami di level tingkat mana kebutuhan
bawahannya dan fokus memberikan kepuasan pada level tingkat kebutuhan tersebut

b. Teori Kebutuhan McClelland

Teori ini dikembangkan oleh McClelland dan asosiasinya. Teori ini fokus pada 3 (tiga)
kebutuhan yang dapat menumbuhkan motivasi, yaitu:

i. Need for Achievement (nAch). Dorongan untuk melebihi atau mencapai


standarstandar yang telah ditetapkan, dan berusaha keras dalam rangka
keberhasilan. Mereka yang memiliki nAch tinggi cenderung memilih tugas dengan
tingkat kesulitan moderat (ideal peluangnya adalah 50%) dan menghindari situasi
dengan risiko rendah karena merasa tidak ada tantangan untuk mencapainya.

5
ii. Need for Affiliation (nAff). Mereka yang memiliki nAff tinggi akan berjuang untuk
memiliki hubungan yang baik dengan orang lain, berjuang untuk dapat diterima
orang lain. Mereka cenderung memperkuat norma-norma dalam kelompok kerja
mereka. Orang dengan nAff tinggi cenderung bekerja pada tempat yang
memungkinkan interaksi personal.
iii. Need for Power (nPow). merupakan kebutuhan untuk menguasai dan
mempengaruhi situasi dan orang lain agar menjadi dominan dan pengontrol.
Kebutuhan ini menyebabkan orang yang bersangkutan kurang memperdulikan
perasaan orang lain.

c. Teori Motivasi Kontemporer

Selain teori lama pada butir a, b, c di atas, saat ini berkembang teori-teori baru mengenai
motivasi yang dikenal teori motivasi kontemporer. Teori-teori ini umumnya mempunyai
kesamaan, yaitu menyandarkan teorinya pada data hasil penelitian yang valid. Berikut
beberapa teori motivasi kontemporer, yaitu :

d. Self Determination Theory (Teori Determinasi Diri)

Teori Determinasi Diri adalah teori motivasi yang komprehensif yang membedakan motivasi
intrinsik dengan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik ditetapkan sendiri oleh individu yang
tidak dicampuri oleh pengaruh dari luar dirinya. Sebaliknya, motivasi ekstrinsik bersifat
instrumental karena tindakan individu dilakukan dalam kendali pihak di luar diri individu.

e. Reinforcement Theory (Teori Penguatan)

Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan pemberian
kompensasi. Misalnya promosi seorang karyawan itu tergantung dari prestasi yang selalu
dapat dipertahankan. Sifat ketergantungan tersebut bertautan dengan hubungan antara
perilaku dengan kejadian yang mengikuti perilaku tersebut. Teori penguatan ini terdiri dari 2
jenis, yaitu :
a. Positive Reinforcement: adalah bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika
penguatan positif ditetapkan secara bersyarat.
b. Negative Reinforcement: adalah bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika
penguatan negatif ditetapkan secara bersyarat.

You might also like