You are on page 1of 107

PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI DAN ANAK

A. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu memahami prosedur pemeriksaan fisik
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk prosedur pemeriksaan fisik
3. Mahasiswa mampu melakukan skill prosedur pemeriksaan fisik secara mandiri

B. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu praktikum : 1 x 100 menit
Panduan instrukstur : 1. 10 menit : persiapan dan pre test materi
2. 30 menit : mendemonstrasikan skill
pemeriksaan fisik
3. 30 menit : membimbing mahasiswa dalam
melatih kemampuan melakukan skill
pemeriksaan fisik
4. 10 menit : memberikan umpan balik
5. 20 menit : mengobservasi dan mengevaluasi
skill mandiri mahasiswa

Panduan Mahasiswa : 1. 10 menit : persiapan dan mengerjakan soal pre


test
2. 30 menit : mahasiswa mengamati demonstrasi
yang dilakukan oleh instruktur
3. 30 menit : mahasiswa melatih kemampuan dalam
melakukan skill pemeriksaan fisik
dibawah bimbingan instruktur
4. 10 menit : mahasiwa merespon umpan balik dari
instrukstur
5. 20 menit : mahasiswa melakukan skill
pemeriksaan fisik secara mandiri
dengan diobservasi dan dievaluasi oleh
instruktur

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 1


C. PERALATAN DAN BAHAN
1. Handscoen
2. Metline
3. Air dingin/hangat
4. Kapas
5. Kartu snellen/kartu E
6. Pen light
7. Speculum hidung
8. Tongue spatel
9. Hammer reflect
10. Lidi kapas
11. Lap dan tissue
12. Bantalan dispossibel
13. Tirai
14. Pakaian untuk anak
15. Sarung tangan,
16. Lubrikan
17. Timbangan BB
18. Alat pengukur tinggi badan
19. Pita ukur ( kertas)
20. Stetoskop
21. Sfigmomanometer
22. Manset anak
23. Termometer
24. Otoskop
25. Oftalmoskop
26. Penera waktu
27. Format pengkajian

D. DASAR TEORI
PEDOMAN UMUM PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK
1. Lakukan pemeriksaan dalam ruang yang menyenangkan dan tidak mengancam

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 2


a. Penerangan, dekorasi dg warna netral
b. Suhu
c. Penempatan alat
d. Gunakan mainan & permainan
e. Bila mungkin, dekorasi ruangan sesuai tingkat usia
f. Privasi
2. Berikan waktu bermain dan saling mengenal
a. Berbicara pada perawat
b. Kontak mata
c. Menerima peralatan yang ditawarkan
d. Touching
e. Duduk diatas meja pemeriksaan
3. Jika anak tidak siap
a. Bicara pada orang tua dulu, bertahap pada anak atau objek favorit
b. Beri anak pujian
c. Cerita lucu atau sulap sederhana
d. Berikan “teman” yang tidak mengancam (mis. Boneka tangan/jari ) untuk
“bicara”dengan anak
4. Bila anak menolak bekerjasama
a. Kaji alasan perilaku menolak bekerjasama
b. Hindari penjelasan yang panjang tentang prosedur pemeriksaan
c. Lakukan pemeriksaan secepat mungkin
d. Restrain
e. Minimalkan adanya gangguan/stimulasi
5. Mulailah dengan cara yang tidak mengancam,terutama untuk anak kecil atau yang
takut
a. Aktivitas bermain
b. Pendekatan “Simon say”
c. Teknik boneka kertas
6. Libatkan anak dan orangtua dalam proses pemeriksaan
a. Beri pilihan posisi duduk
b. Izinkan untuk memegang atau memainkan alat
c. Anjurkan untuk menggunakan alat tersebut pada boneka, keluarga atau perawat

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 3


d. Bila ada beberapa anak dalam keluarga yang akan diperiksa , mulailah dengan
anak yang paling kooperatif
e. Posisi aman dan nyaman
f. Lakukan pemeriksaan secara sistematis berdasarkan head to toe
g. Tenangkan anak sepanjang pemeriksaan
h. Diskusikan hasil temuan dg keluarga.
i. Puji anak untuk kerjasama selama pemeriksaan
j. Lakukan dengan pendekatan informal. contoh dengan menanyakan kegemaran
anak, memuji penampilan anak dll
k. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan secara sistematik (inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi) dapat juga dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi.
Pada bayi dan anak kecil diajurkan setelah inspeksi dilakukan auskultasi karena
bila menangis bising usus akan meningkat sehingga bising jantung akan sulit untuk
dinilai
l. Pemeriksaan yang menggunakan peralatan atau yang menyakiti anak sebaiknya
dilakukan terakhir.

INSPEKSI
- Bentuk, warna, kesimetrisan, bau
Bau Makna
Aseton / buah-buahan Asidosis diabetic
Ammonia Infeksi saluran perkemihan
Feses (nafas/area popok) Popok kotor, inkontinensia feses, obstruksi usus
Feses busuk Gastroenteritis, kistik fobrosis, sindrom malabsorbsi
Halitosis Hygiene mulut buruk, karies, abses gigi, sinusitis, infeksi
tenggorok
Bau apak Infeksi bawah balutan atau gips
Bau manis menyengat Infeksi pseudomonas

PALPASI
1. Dilakukan dengan jari dan telapak tangan untuk menentukan suhu, hidrasi, tekstur,
bentuk, gerakan, dan area nyeri tekan.
2. Hangatkan tangan sebelum memuliai palpasi
3. Jaga kuku tetap pendek

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 4


4. Daerah yang lunak dipalpasi terakhir.
5. Lakukan palpasi degnan ujung jari untuk pulsasi, ukuran, bnetuk, tekstur, dan hidrasi.
6. Lakukan palpasi dengan telapak tangan untuk vibrasi
7. Lakukan palpasi dengan pungung tangan untuk suhu
8. Gunakan percakapan atau permainan untuk membuat anak rileks, selama palpasi.
9. Anak yang mudah geli, diminta untuk menempatkan telapak tangannya di area yang
akan diperiksa, baru kemudian disusuil dengan menyelipkan tangan perawat di
bawahnya.

PERKUSI
Hasil : gelombang bunyi: intensitas, nada, durasi, dan kiualitas.
Dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung.
Kuku pemeriksa harus pendek.

AUSKULTASI
Dengan menggunakan stetoskop
Bell, digunakan untuk mendengarkan bunyi dengan nada rendah.
Diafragma digunakan untuk mendengarkan bunyi dengan nada tinggi
A. PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI
Pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan untuk menilai status kesehatannya. Waktu
pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan akan
pulang dari rumah sakit. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak
mudah kehilangan panas, atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang diperiksa.
b. Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang
memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
c. Lakukan prosedur yang mengganggu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada tahap
akhir.
d. Bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya
1. Keadaan Umum
Pemeriksaan fisik harus selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum yang
mencakup :
a. Postur
Fleksi kepala dan ekstremitas, dengan istirahat terlentang dan tengkurap
Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 5
b. Kesadaran
1) Komposmentis : Pasien sadar sepenuhnya dan memberi respon adekuat
terhadap semua stimulus yang diberikan
2) Apatik : Pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh terhadap keadaan
sekitarnya. Ia akan memberikan respon yang adekuat bila diberikan stimulus
3) Somnolen : Yakni takut kesadaran dimana pasien tampak mengantuk. Selalu
ingin tidur, ia tidak respon terhadap stimulus ringan, tetapi memberikan
respon terhadap stimulus yang agak keras, kemudian tertidur lagi
4) Sopor : Pasien tidak memberikan respon ringan ataupun sedang. Tetapi
masih memberi sedikit respon terhadap stimulus yang kuat. Reflek pupil
terhadap cahaya masih (+)
5) Koma : Pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun, refleks pupil
terhadap cahaya (-). Ini adalah takut kesadaran yang paling rendah
6) Delirium : Keadaan kesadaran yang menurun serta kacau, biasanya disertai
disorientasi. Iritatif & halusinasi.
c. Kesan status gizi
1) Secara klinis : Dengan inspeksi dan palpasi, inspeksi lihat proporsi tubhnya
kurus/gemuk. Palpasi dengan cara cubit tebal jaringan lemak subcutan
2) Dengan pemeriksaan fisik & antropometris (BB, TB, Lingkaran lengan atas,
tebal lipatan kulit, lingkar kepala, dada & perut).
2. Apgar Score
Pemeriksaan ini bertujuan menilai kemampuan laju jantung, kemampuan bernapas,
kekuatan tonus otot, kemampuan refieks dan warna kulit.
Cara:
1. Lakukan penilaian Apgar score dengan cara jumlahkan hasil penilaian tanda,
seperti laju jantung, kemampuan bernapas, kekuatan tonus otot, kemampuan
refleks dan warna kulit.
2. Tentukan hasil penilaian, sebagai berikut:
a. Adaptasi baik : skor 7-10
b. Asfiksia ringan-sedang : skor 4-6
c. Asfiksia berat : skor 0-3

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 6


3. Gestasional Age

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 7


4. Refleks

Refleks Rangsangan Reaksi bayi Perkembangan

Berkedip Cahaya, tiupan Menutup kedua mata Permanen


udara
Babinski Telapak kaki Jari kaki meregang, Menghilang setelah 9
ditepuk menarik kaki ke dalam bulan-1 tahun
Menggenggam Telapak tangan Menggenggam erat Melemah setelah 3
disentuh bulan
Menghilang stlah 1
tahun
Moro (kejut) Suara Kaget, melengkungkan Menghilang setelah 3
keras/benda puggung, meletakkan atau 4 bulan
jatuh kepala, mengepakkan
lengan dan kaki,
kemudian menutup
kembali lengan dan kaki
dengan cepat ke pusat
tubuh
Ujung saraf Pipi ditepuk/tepi Menoleh, membuka Menghilang setelah 3
mulut disentuh mulut, mulai menghisap atau 4 bulan
Melangkah Bayi diangkat Menggerakkan kaki Menghilang setelah 3
diatas seperti akan berjalan atau 4 bulan
permukaan
tanah dan kaki
direndahkan
menyentuh
tanah
Menghisap Objek Menghisap secara Menghilang setelah 3
menyentuh otomatis atau 4 bulan
mulut
Berenang Bayi Membuat gerakan Menghilang setelah 6
meletakkan berenang yang atau 7 bulan
wajah di air terkoordinasi

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 8


Tonic neck Bayi diletakkan Membentuk kepalan Menghilang setelah 2
di punggung dengan dua tangan dan bulan
biasanya menoleh ke
kanan (kadang disebut
pose pekelahi)

5. Tanda vital
Suhu : Aksila – 36,50C sampai 370C; menangis dapat sedikit meningkatkan suhu
tubuh
HR : Apikal – 120 sampai 140 denyut/menit; menangis akan meningkatkan
frekuensi jantung, tidur akan menurunkan frekuensi jantung
RR : 30 – 60 kali/menit; menangis akan meningkatkan frekuensi pernafasan, tidur
akan menurunkan frekuensi pernafasan

6. Antropometri
Tinggi badan
- Posisi recumben: < 24 s/d 36 bulan dihitung dari vertek s/d tumit
- Posisi berdiri: > 24-36 bulan
- new born: 48-53 cm => Normal
- 1 tahun= 1.5 X PB lahir
- selanjutnya 80+ 5N => N= umur
- referensi lain: 2-12 tahun: usia X 2,5 + 30 inc
Berat Badan
- Timbang bayi- anak dalam keadaan telanjang => lindungi bayi agar tidak jatuh
- hitung sampai 10 gr terdekat utk bayi dan 100 gr terdekat utk anak
- Rule of thumb:
> new born : 2500-4000 gr
> 4-5 bulan : 2 X BBL
> 12 bulan : 3 X BBL
> selanjutnya: 8 + 2N => N: umur
Lingkar kepala
- Ukur diatas alis dan pinna (telinga) melingkari oksipital kranium
- new born : 33-35 cm
- lingkar kepala > 2-3 cm = lingkar dada
- anak-anak: lingkar dada > 5-7 cm = lingkar dada
Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 9
=> maksimal pengukuran lingkar kepala s/d anak berusia 2 tahun
- 6-18 bulan : ubun-ubun besar menutup
- 2-3 bulan : ubun-ubun kecil menutup
Lingkar dada
Hitung keliling dada melalui garis putting saat ekspirasi- inspirasi diambil rata-rata
Lingkar Lengan

7. Kepala
Rambut
Distribusi, warna, tekstur dan kualitas rambut.
Kering, rapuh, kurang pigmen Kurang gizi
Batas tumbuh rambut memanjang hingga Kretinisme
tengah dahi
Alopesia Tinea kapitis, posisi menetap pada
satu sisi
Berkas rambut pada tulang belakang Spina bifida
Putih telur yang menempel dengan kuat pada Kutu kepala
tangkai rambut

Tengkorak Kepala
Lakukan penilaian pada bagian tersebut, diantaranya:
a. Maulage yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir asimetri
atau tidak.
b. Ada tidaknya caput succedaneum, yaitu edema pada kulit kepala, lunak dan
tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas, dan menyeberangi sutura dan akan
hilang dalam beberapa hari.
c. Ada tidaknya cephal haematum, yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak
tanpak pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum. Cirinya
konsistensi lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak
menyeberangi sutura dan apabila menyeberangi sutura kemungkinan mengalami
fraktur tulang tengkorak. Cephal haematum dapat hilang sempurna dalam waktu
2-6 bulan
d. Ada tidaknya perdarahan, yang terjadi karena pecahnya vena yang
menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak tegas

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 10


sehingga bentuk kepala tanpak asimetris, scring diraba terjadi fiuktuasi dan
edema.
e. Adanya fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari tangan. Fontanel
posterior akan dilihat proses penutupan setelah umur 2 bulan dan fontanel
anterior menutup saat usia 12-18 bulan. ukur lebar dan panjang fontanel ant.
Terbuka. Umur 9 – 12 bulan mempunyai ukuran panjang dan lebar dari 1 sampai
5 cm.

Temuan klinik
Lebih besar secara abnormal Hidrocephallus
Lebih kecil Dilahirkan oleh ibu yang mengkonsumsi kokain
Asimetris minor Molding
Oksiput datar Meletakkan anak pada posisi telentang terus menerus
Kepala tidak simetris Penutupan garis-garis sutura yang premature.
Fontanel menonjol Peningkatan TIK, oleh karena meningitis, trauma
kepala.
Fontanel yang kecil

8. Mata
Tentukan penilaian ada tidaknya kelainan, seperti:
a. Strabismus (koordinasi gerakan mata yang belum sempurna), dengan cara
menggoyang kepala secara perlahan-lahan sehingga mata bayi akan terbuka.
b. Kebutaan, seperti jarang berkedip atau sensitifitas terhadap cahaya berkurang.
c. Sindrom Down, ditemukan epicanthus melebar.
d. Glaukoma kongenital, terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea.
f. Katarak kongenital, apabila terlihat pupil yang berwarna putih
Periksa pelupuk mata bagian bawah, dan minta klien melihat ke atas
Periksa warna konjungtiva
Periksa warna sclera
Periksa warna, bentuk, dan ukuran iris
Periksa ukuran kesamaan, dan respon pupil terhadap cahaya

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 11


Temuan
Konjungtiva berwarna merah Infeksi
Konjungtiva bengkak Reaksi alergi
Konjungtiva pucat Anemia (anemis)
Sklera normal putih
Sklera kuning Ikterik (hpetitis, hiperbilirubinemia)
Sclera kebiru – biruan Osteogenesis imperfekta, glaucoma.

9. Hidung
a. Amati pola pernapasan, apabila bayi bernapas melalui mulut maka kemungkinan
bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral,
fraktur tulang hidung, atau ensefalokel yang menojol ke nasofaring. Sedangkan
pernapasan cuping hidung akan menujukkan gangguan pada paru.
b. Amati mukosa lubang hidung, apabila terdapat sekret mukopurulen dan berdarah
perlu, dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.

10. Mulut
a. Lakukan inspeksi adanya kista yang ada pada mukosa mulut.
b. Amati warna, kemampuan refieks menghisap. Apabila lidah menjulur keluar
dapat dinilai adanya kecacatan kongenital.
c. Amati adanya bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi bisanya disebut
sebagai Monilia albicans.
d. Amati gusi dan gigi, untuk menilai adanya pigmen.
e. Rooting refleks : bayi akan mencari benda yang diletakkan disekitar mulut dan
kemudian akan mengisapnya.
f. Dengan memakai sarung tangan, masukkan jari kelingking kedalam mulut, raba
palatum keras dan lunak apabila ada lubang berarti labio palato shizis,
kemudian taruh jari kelingking diatas lidah, hasil positif jika ada refleks
mengisap (Sucking Refleks).
11. Telinga
Bunyikan bel atau suara, apabila terjadi reflek terkejut maka pendengarannya baik,
kemudian apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi gangguan
pendengaran.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 12


12. Leher
a. Letakkan bayi posisi duduk ketika mengamati kontrol kepala.
b. Gerakkan kepala dan leher anak dengan ROM yang penuh dan anak yang lebih
tua diminta untuk menggerakkan kepala ke atas, samping, bawah.
c. Periksa leher akan adanya pembengkakan, lipatan kulit tabahan, distensi vena.
d. Palpasi area trakea : dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.
e. Palpasi area kelenjar tiroid : pemeriksa di belakang pasien, letakkan jari-jari
anda diatas kelenjar. Palpasi kelenjar tiroid saat anak menelan.
f. Amati pergerakan leher apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya maka
kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, seperti kelainan tiroid,
hemangioma, dan lain-lain.

1. Tonic neck refleks : kedua tangan ditarik, kepala akan mengimbangi.

2. Neck rigting refleks : posisi terlentang, kemudian t angan ditarik


kebelakang, pertama badan ikut berbalik diikuti dengan kepala.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 13


13. Dada, jantung, paru-paru
a. Lakukan inspeksi bentuk dada:
1) Apabila tidak simetris, kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis
diafragma atau hernia diafragmatika.
2) Pernapasan bayi normal pada umumnya dinding dada dan abdomen bergerak
secara bersamaan. Frekuensi pernapasan bayi normal antara 40-60 kali per
menit, perhitungannya harus satu menit penuh karena terdapat periodic
breathing di mana pola pernapasan pada neonatus terutama pada prematur
ada henti napas yang berlangsung 20 detik dan terjadi secara berkala.
b. Lakukan palpasi daerah dada, untuk menentukan ada tidaknya fraktur klavikula
dengan cara meraba ictus kordis dengan menentukan posisi jantung.
c. Lakukan auskultasi paru dan jantung dcngan menggunakan stetoskop untuk
menilai frekuensi, dan suara napas/jantung. Secara normal frekuensi denyut
jantung antara 120-160 kali per menit. Suara bising sering ditemukan pada bayi,
apabila ada suara bising usus pada daerah dada menunjukkan adanya hernia
diafragmatika.

14. Abdomen
a. Lakukan inspeksi bentuk abdomen. Apabila abdomen membuncit kemungkinan
disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut, dan adanya
kembung.
b. Lakukan auskultasi adanya bising usus.
c. Lakukan perabaan hati. Umumnya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan.
Limpa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri.
d. Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi telentang dan tungkai bayi dilipat
agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi. Batas bawah ginjal dapat
diraba setinggi umbilikus diantara garis tengah dan tepi perut. Bagian ginjal
dapat diraba sekitar 2-3 cm, adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan
oleh neoplasma, kelainan bawaan atau trombosis vena renalis.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 14


15. Punggung, pelvis dan ekstremitas
a. Punggung
1) Letakkan bayi dalam posisi tengkurap, raba sepanjang tulang bclakang untuk
mencari ada tidaknya kelainan, seperti skoliosis, meningokel, spina bifida,
dan lain-lain.
2) Susuri tulang belakang , apakah ada spina bivida okulta : ada lekukan pada
lumbo sacral, tanpa herniasi dan distribusi lanugo lebih banyak.

3) Spina bivida sistika : dengan herniasi, meningokel (berisi meningen dan


CSF-cerebrospinal fluid) dan mielomeningokel (meningen + CSF + saraf
spinal).
4) Dalam posisi bungkuk jika tulang belakang rata/simetris (scoliosis postueral)
sedangkan jika asimetris atau bahu tinggi sebelah dan vertebra bengkok
(scoliosis structural)
5) Amati pergerakan ekstremitas. Untuk mengetahui adanya kelemahan,
kelumpuhan, dan kelainan bentuk jari.
6) Grasping refleks : meletakkan jari pada tangan bayi, maka refleks akan
menggengam.
7) Palmar refleks : tekan pada telapak tangan, akan menggengam
8) CDH Congenital Dislocation of the Hip (CDH) at au dislokasi panggul
kongenit al adalah sat u fase dari berbagai ketidakstabilan pinggul pada
bayi : test gluteal, lipatan paha simetris kiri kanan.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 15


b. Pelvis
1) Ortholani test : lutut ditekuk sama tinggi/tidak

2) Barlow test : kedua lutut ditekuk dan regangkan ke samping akan


terdengar bunyi klik

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 16


c. Kaki
1) Talipes : kaki bengkok ke dalam.

2) Clubfoot : otot-otot kaki tidak sama panjang, kaki jatuh ke depan.

3) Refleks babinsky

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 17


4) Refleks Chaddok

5) Staping Refleks
Bayi diangkat diatas permukaan tanah dan kaki direndahkan menyentuh
tanah, bayi akan menggerakkan kaki seperti akan berjalan.

16. Genitalia
a. Lakukan inspeksi pada genitalia wanita, seperti keadaan labio minora, labio
mayora, lubang uretra dan lubang vagina.
b. Lakukan inspeksi pada genitalia laki-laki, seperti keadaan penis, ada tidaknya
hipospadia (defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penis), dan
epispadia (defek pada dorsum penis).

17. Anus dan rektum


a. Lakukan inspeksi pada anus dan rektum, untuk menilai adanya kelainan atresia
ani atau posisi anus.
b. Lakukan inspeksi ada tidaknya mekonium (umumnya keluar pada 24 jam)
apabila ditemukan dalam waktu 48 jam belum keluar maka kemungkinan adanya
mekonium plug syndrome, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan.

18. Kulit
a. Lakukan inspeksi ada tidaknya verniks kaseosa (zat yang bersifat seperti lemak
berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi
yang cukup bulan).

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 18


b. Lakukan inspeksi ada tidaknya lanugo (rambut halus yang terdapat pada
punggung bayi). Lanugo ini jumlahnya lebih banyak pada bayi kurang bulan dari
pada bayi cukup bulan. (Corry S Matondang dkk, 2000).

B. PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK


1. KEPALA
a. Bentuk kepala ; makrosefali atau mikrosefali
b. Tulang tengkorak :
1) Anencefali : tidak ada tulang tengkorak
2) Encefalokel : tidak menutupnya fontanel occipital
c. Fontanel anterior menutup : 18 bulan
d. Fontanel posterior : menutup 2 – 6 bulan
e. Caput succedeneum : berisi serosa, muncul 24 jam pertama dan hilang dalam 2
hari.
f. Cepal hematoma : berisi darah, muncul 24 – 48 jam dan hilang 2 – 3 minggu.
g. Distribusi rambut dan warna.
h. Jika rambut berwarna / kuning dan gampang tercabut merupakan indikasi
adanya gangguan nutrisi.
i. Ukuran lingkar kepala 33 – 34 atau < 49 dan diukur dari bagian frontal kebagian
occipital.
2. MUKA
a. Simetris kiri kanan
b. Tes nervus 7 ( facialis )
1) Sensoris : Menyentuhkan air dingin atau air hangat daerah maksilla,
mandibula dan menyebutkan apa yang dirasakan.
2) Motorik : pasien diminta mengerutkan dahi,kemudian menutupmata kuat-
kuat sementara jari-jari pemeriksa menahan kedua kelopak mata agar tetap
terbuka.
c. Tes nervus 5 (trigeminus)
1) Sensorik : menyentuhkan kapas pada daerah wajah dan apakah ia
merasakan sentuh tersebut
2) Motorik : menganjurkan klien untuk mengunyah dan pemeriksa meraba otot
masenter dan mandibula.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 19


d. Amati bentuk dan roman muka
e. Amati ekspresi muka, khususnya sekitar mata dan mulut
f. Amati kesimetrisan lipatan-lipatan nasolabial ketika anak menangis dan tertawa
g. Amati ukuran dan bentuk hidung
h. Amati nares eksternal terhadap pelebaran pengelupasan dan bau
i. Uji kepatenan nares dengan meletakkan diafragma statetoskop di bawah salah
satu lubang hidung sementara salah satu lubang yang lain ditutup.
j. Lakukan palpasi pada alis mata dan setiap sisi hidung

Temuan Klinik
Roman muka kasar, batas tumbuh rambut rendah Kretinisme
Dahi yang besar Hidrosephallus
Ketidaksimetrisan lipatan nasolabial Bell’s palsy
Pelebaran nares eksternal Distress pernapasan
Nyeri tekan daerah alis, dan sisi hidugn Sinusitis

Rongga Mulut
BIBIR: Warna, kesimetrisan, kelembaban, pembengkakan, lesi, fisura

Temuan
Kebiruan Sianosis
Pucat Anemia
Merah cerry Asidosis
Pecah-pecah Iklim, tergigit, pernapasan mulut, demam
Fisura pada sudut mulut Defisiensi riboflavin, niacin
Jatuh pada salah satu sisi Kerusakan nervus

Periksa batas tepi bukal, gusi, lidah dan palatum terhadap kelembaban, keutuhan, dan
perdarahan
Temuan

Lesi ulserasi warna putih Sariawan, trauma ringan, infeksi


virus atau iritasi local
Area keabu-abuan kecil dikelilingi garis Awal penyakit campak
merah pada bagian pipi dalam berhadapan

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 20


dengan molar keduanya bintik koplik
Bercak seperti dadih putih pada tepi gusi Sariawan, oleh karena proses
pengobatan dengan antibiotic
Pembengkakan gusi Terapi anticonvulsant

Lidah berwarna merah Defisiensi vitamin


Lidah berwarna abu-abu dan beralur Normal, alergi, demam

GIGI
a. Jumlah, jenis, keadaan, dan oklusi (gigi bertemu)
b. Untuk memperkirakan jumlha gigi yang harus ada pada anak berumur 2 tahun atau
lebih muda, kurangi umur anak dengan 6 bulan. Tanyakan pada anak diatas 5 tahun
atau lebih apakah giginya tanggal.
Temuan
Anak umur 30 bulan 20 gigi susu

Anak dengan gigi permanent lengkap 32 gigi

Bintik-bintik coklat/ hitam Karies

Tonsil kemerahan ditutupi eksudat Infeksi

Eksudat kental, berwarna abu-abu Difteri

Visualisasi adenoid Pembesaran tonsil

Deviasi uvula / tidak adanya gerakan Kerusakan nervus glassofaringeus

3. MATA
a. Simetris kanan kiri
b. Alis tumbuh umur 2-3 bulan
c. Kelopak mata :
1) Oedema
2) Ptosis : celah kelopak mata menyempit karena kelopak mat a atas turun.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 21


3) Enof : kelopak mata mnyempit karena kelopak mata atas dan bawah tertarik
ke belakang.
4) Exoptalmus : pelebaran celah kelopak mata, karena kelopak mata atas dan
bawah tertarik ke belakang.
d. Pemeriksaan nervus II (optikus), test konfrontasi dan ketajaman penglihatan.
e. Sebagai objek mempergunakan jari
f. Pemeriksa dan pasaien duduk berhadapan, mata yang akan diperiksa berhadapan
dengan mata pemeriksa, yang biasanya berlawanan, mata kiri dengan mata
kanan, pada garis ketinggian yang sama.
g. Jarak antara keduanya berkisar 60 - 100 cm.
Mata yang lain ditutup, obyek mulai digerakkkan oleh pemer iksa mula i
dari samping telinga, apabila obyek sudah tidak terlihat oleh pemeriksa maka
secara normal obyek tersebut dapat dillihat oleh pasien.
h. Anak dapat disuruh membaca atau diberikan Snellen Chart.
i. Pemeriksaan nervus III (Occulomotoris refleks cahaya)
1) Pen light dinyalakan mulai dari samping) atau, kemudian cahaya diarahkan
pada salah satu pupil yang akan diperiksa, maka akan ada rekasi miosis.
2) Apakah pupil isokor kiri atau kanan.
j. Pemeriksaan Nervus IV (Troclearis) pergerakan bola mata
Menganjurkan klien unt uk melihat ke at as dan ke bawah.
k. Pemeriksaan nervus VI (Abdusen)
Menganjurkan klien unt uk melihat ke kanan dan kekiri.
l. Pemeriksaan nervus V( Trigeminus) Refleks kornea
1) Tutup mata yang satu dengan penutup
2) Minta klien untuk melirik kearah laterosuperior (mata yang tidak diperiksa)
3) Sentuhkan pilinan kapas pada kornea, respon refleks berupa kedipan kedua
mata secara cepat.
4) Glaberal refleks: mengetuk dahi diantara kedua mata, hasil positif bila
tiap ketukan mengakibatkan kedua mata klien berkedip.
5) Doll eye refleks : bayi dipalingkan dan mata akan ikut ,tapi hanya berfokus
pada satu titik.
m. Periksa pelupuk mata bagian bawah, dan minta klien melihat ke atas
n. Periksa warna konjungtiva

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 22


o. Periksa warna sclera
p. Periksa warna, bentuk, dan ukuran iris
q. Periksa ukuran kesamaan, dan respon pupil terhadap cahaya

Temuan
Konjungtiva berwarna merah Infeksi
Konjungtiva bengkak Reaksi alergi
Konjungtiva pucat Anemia (anemis)
Sklera normal putih
Sklera kuning Ikterik (hpetitis, hiperbilirubinemia)
Sclera kebiru – biruan Osteogenesis imperfekta, glaucoma.

4. HIDUNG
a. Posisi hidung apakah simetris kiri kanan
b. Jembatan hidung apakah ada atau tidak ada, jika tidak ada diduga down
syndrome.
c. Cuping hidung masih keras pada umur < 40 hari
d. Pasase udara : gunakan kapas dan letakkan di depan hidung, dan apabila bulu
kapas bergerak, berarti bayi bernafas.
e. Gunakan speculum hidung untuk melihat pembuluh darah mukosa, secret,
polip,atau deviasi septum

f. Pemeriksaan nervus I ( Olfaktoris)


g. Tutup salah satu lubang hidung klien ,berikan bau bauan, lalu klien diminta
untuk menyebutkan bau apa. Tiap hidung diuji secara terpisah.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 23


5. MULUT
a. Bibir kering atau pecah – pecah
b. Periksa labio schizis
c. Periksa gigi dan gusi apakah ada perdarahan atau pembengkakan.
d. Tekan pangkal lidah dengan menggunakan spat el,hasil posit if bila
adarefleks muntah (Gags refleks)
e. Perhatikan uvula apakah simetris kiri dan kanan

f. Pemeriksaan nervus X ( VAGUS )


Tekan lidah dengan menggunakan spatel, dan anjurkan klien
u n t u k mengatakan “ AH “ dan perhatikan uvula apakah terangkat.
g. Pemeriksaan nervus VII ( facialis) sensoris
Tetesi bagian 2/3 anterior lidah dengan rasa asin, manis dan
pahit,kemudian menentukan zat apa yang dirasakan dan 1/3 bagian belakang
lidah untuk pemeriksaan Nervus IX.
h. Pemeriksaan Nervus XI Hipoglosus
M e n y u r u h pasien unt uk menjulurkan lidah lurus lurus kemudian
menarik dengan cepat dan disuruh menggerakkan lidah ke kiri dan kekanan
dan sement ara it u pemer iksa melakukan palpasi pada kedua pipi untuk
merasakan kekuatan lidah.
6. TELINGA
a. Simetris kiri dan kanan
b. Daun telinga dilipat, dan lama baru kembali ke posisi semula menunjukkan
tulang rawan masih lunak.
c. Canalis auditorious ditarik ke bawah kemudian ke belakang, untuk melihat
apakah ada serumen atau cairan.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 24


d. Pemeriksaan tes nervus VIII (Acustikus):
1) menggesekkan rambut, atau tes bisik.
2) Mendengarkan garpu tala (Tes Rinne,Weber)
3) Starter refleks : tepuk tangan dekat telinga, mata akan berkedip.

7. LEHER
a. Lipatan leher 2-3 kali lipat lebih pendek dari orang dewasa.
b. Periksa arteri karotis
c. Vena Jugularis
1) posisi pasien semifowler 45 dan dimiringkan, tekan daerah nodus krokoideus
maka akan tampak adanya vena.
2) Taruh mistar pada awal dan akhir pembesaran vena tersebut kemudian tarik
garis imajiner untuk menentukan panjangnya.

d. Raba tiroid : daerah tiroid ditekan,dan pasien disuruh untuk menelan, apakah ada
pembesaran atau tidak.
e. Pemeriksaan nervus XII (Asesoris)
Menganjurkan klien memalingkan kepala, lalu disuruh untuk menghadap kedepa
n, pemeriksa memberi tahanan terhadap kepala. Sambil meraba otot
sternokleidomasatodeus.
8. DADA
a. Bentuk dada apakah simetris kiri dan kanan
b. Bentuk dada barrel anterior – posterior dan tranversal hampir sama 1:1 dan
dewasa 1: 2
c. Suara tracheal : pada daerah trachea, intensitas tinggi, ICS 2

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 25


d. Suara bronchial : pada percabangan bronchus, pada saat udara masuk,
intensitas keras pada ICS 4-5
e. Suara broncho vesikuler : pada bronchus sebelum alveolus, intensitas
sedang ICS 5.
f. Suara vesikuler : pada seluruh bagian lateral paru, intensitas rendah
g. Wheezing terdengar pada saat inspirasi dan rales pada saat ekspirasi
h. Perkusi pada daerah paru suara yang ditimbulkan adalah sonor
i. Apeks jantung pada mid klavikula kiri intercostal 5
j. Batas jantung pada sternal kanan ICS 2 (bunyi katup aorta),sternal kiri ICS 2
(bunyi katup pulmonal), sternal kiri ICS 3-4 (bunyi katup tricuspid), sternal
kiri mid klavikula ICS 5 (bunyi katup mitral).
k. Perkusi pada daerah jantung adalah pekak.

9. ABDOMEN
a. Observasi adanya pembengkakan atau perdarahan.
b. Observasi distensi abdomen.
c. Terdengar suara peristaltic usus.
d. Palpasi pada daerah hati, teraba 1 – 2 cm dibawah costa, panjangnya pada garis
media clavikula 6 – 12 cm.
e. Palpasi pada daerah limpa pada kuadran kiri atas Perkusi pada daerah hati suara
yang ditimbulkan adakah pekak. Perkusi pada daerah lambung suara yang
ditimbulkan adalah timpani

10. PUNGGUNG
a. Periksa apakah ada skoliosis, lordosis, kifosis

11. TANGAN
a. Jumlah jari – jari polidaktil (> dari 5), sindaktil (jari – jari bersatu)
b. Pada anak kuku dikebawakan, dan tidak patah, kalau patah diduga kelainan
nutrisi.
c. Ujung jari halus

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 26


d. Kuku klubbing finger < 180 ,bila lebih 180 diduga kelainan system pernafasan

12. PELVIS
a. Tredelenburg test : berdiri angkat satu kaki, lihat posisi pelvis apakah simetris
kiri dan kanan.

b. Waddling gait : jalan seperti bebek.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 27


c. Thomas t est : lut ut kanan dit ekuk dan dir apat kan ke dada,sakit dan
lut ut kiri akan terangkat

13. LUTUT
a. Ballotemen patella : tekan mendorong kuat akan menimbulkan bunyi klik jika
ada cairan diantaranya
b. Mengurut kantong supra patella kebawah akan timbul tonjolan pada kedua sisi
tibia jika ada cairan diduga ada atritis.
c. Reflek patella, dan hamstring.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 28


14. KULIT
Inspeksi
warna dan pigmentasi

Coklat Menunjukkan penyakit Addison


Biru kemerahan Polisitemia
Merah Terpapar dingin, hipertermia, alcohol, inflamasi
Biru Sianosis perifer / sentral ( bibir, mulut, ujuang jari
/ kuku, badan sacara keseluruhan)
Kuning Ikterus ( hiperbilirubinemia)
Hepatitis, obstruksi saluran empedu.
Area kulit terbuka yang berwarna Penyakit ginjal kronik
kuning
Kekurangan warna, kulit, rambut, Albinisme
mata
Pucat Sinkop, demam, syok, anemia,

Palpasi
- hipertemi / hipotermi
Palpasi dan inspeksi untuk menentukan lesi
- lesi primer (muncul dari kulit normal)
macula (<1cm & rata), papula (<1cm, padat & menonjol), nodul (1-2 cm, masam
padat & lebih dalam dari nodul), tumor, wheal (bentol), vasikel (< 1cm, berisi
cairan), bula (lebih besar dari vesikel), pustule (vesikel yg berisi cairan eksudat)
- Lesi Sekunder ( perubahan dari primer)
Sisik, Krusta (residu serum, darah, eksudat yg mengering), Erosi (lesi basah), Ulkus,
fisura (retakan contoh pada kaki), Striae, petekia, ekimosis,

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 29


E. CHECK LIST PENILAIAN (TOOLS)
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
0 1 2
A. FASE ORIENTASI
1 Mengucapkan salam 1
2 Memperkenalkan diri 1
3 Menjelaskan tujuan 1
4 Menjelaskan prosedur 1
5 Mananyakan kesiapan pasien dan keluarga 1
B. FASE KERJA
1 Mencuci tangan 1
Mengajak pasien dan keluarga membaca
2 Basmalah/berdo'a 1
3 Menutup sampiran/ jendela 1
4 Memakai sarung tangan (Tergantung situasi/kasus) 1
5 Melakukan pemeriksaan KEPALA 2
6 Melakukan pemeriksaan MUKA 2
7 Melakukan pemeriksaan MATA 2
8 Melakukan pemeriksaan HIDUNG 2
9 Melakukan pemeriksaan MULUT 2
10 Melakukan pemeriksaan TELINGA 2
11 Melakukan pemeriksaan LEHER 2
12 Melakukan pemeriksaan DADA 2
13 Melakukan pemeriksaan ABDOMEN 2
14 Melakukan pemeriksaan PUNGGUNG 2
15 Melakukan pemeriksaan TANGAN 2
16 Melakukan pemeriksaan PELVIS 2
17 Melakukan pemeriksaan LUTUT 2
18 Melakukan pemeriksaan KAKI 2
19 Merapikan kembali alat-alat 1
20 Melepaskan sarung tangan 1
21 Merapikan pasien 1

22 Mencuci tangan 1
C. FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi 1
Mengajak pasien dan keluarga membaca
2 hamdalah/berdo'a 1

3 Menyampaikan rencana tindak lanjut 1


Berpamitan dan berterimakasih atas kerjasamanya
4 serta menyampaikan kontrak yang akan datang 1
Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 30
5 Dokumentasi 1
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1 Ketenangan selama melakukan tindakan 1
2 Melakukan komunikasi terapeutik 1
3 Menjaga keamanan pasien 1
4 Menjaga keamanan perawat 1

TOTAL SKORE

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 31


Pemeriksaan Antopometri

A. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu memahami prosedur tindakan Pemeriksaan Antropometri
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk tindakan pemeriksaan Antropometri
3. Mahasiswa mampu melakukan skill pemeriksaan Antropometri

B. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu praktikum : 1 x 100 menit
Panduan instrukstur : 1. 10 menit : persiapan dan pre test materi
6. 30 menit : mendemonstrasikan skill Anamnesa dan
pemeriksaan fisik kehamilan
7. 30 menit : membimbing mahasiswa dalam melatih
kemampuan melakukan skill Anamnesa
dan pemeriksaan fisik kehamilan
8. 10 menit : memberikan umpan balik
9. 20 menit : mengobservasi dan mengevaluasi skill
mandiri mahasiswa
Panduan Mahasiswa : 1. 10 menit : persiapan dan mengerjakan soal pre test
6. 30 menit : mahasiswa mengamati demonstrasi
yang dilakukan oleh instruktur
7. 30 menit : mahasiswa melatih kemampuan dalam
melakukan skill Anamnesa dan
pemeriksaan fisik kehamilan dibawah
bimbingan instruktur
8. 10 menit : mahasiwa merespon umpan balik dari
instrukstur
9. 20 menit : mahasiswa melakukan skill anamnesa
dan pemeriksaan fisik kehamilan secara
mandiri dengan diobservasi dan
dievaluasi oleh instruktur

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 32


C. DASAR TEORI
Pemeriksaan yang dilakukan pada bayi atau anak meliputi pemeriksaan lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar lengan, tinggi badan dan berat badan dengan tujuan:
1. Mengetahui tingkat pertumbuhan anak atau bayi
2. Mengetahui status gizi anak atau bayi
3. Mendeteksi jika ada kelainan tumbuh kembang sejak dini.

D. PERALATAN DAN BAHAN


1. Timbangan badan
2. Metline
3. Pengukur tinggi badan
4. Pita ukur
5. Bolpoint
6. Kertas
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi / verifikasi data bila ada
b. Mencuci tangan dengan sabun (usahakan sabun anti septik)
c. Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
a. Memberi salam kepada pasien,sapa nama pasien, menanyakan keadaan dan
memperkenalkan diri
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan atau kesiapan pasien / keluarga
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy
b.Mengajak pasien / keluarga berdo’a
c. Mengukur tinggi badan / panjang badan dengan posisi lutut tidak menekuk, dengan
posisi:
1) Recumben : < 24 s/d 36 bulan dihitung mulai dari vertex sampai dengan tumit
2) Berdiri : > 24 – 36 bulan
Dengan nilai normal :
1) New born : 48 – 53 cm
2) 1 tahun : 1,5 X PB lahir
3) > 1 tahun : 80 X 5N ⇒ (N : umur)
Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 33
Refrensi lain
a) 2 – 12 tahun : usia X 2,5 + 30 inc
b) 4 tahun : 2 X PB lahir
c) > 4 tahun : bertambah 5 cm / th, dan berhenti 17 – 19 th
d) 13 tahun : 3 X PB lahir
d.Mengukur lingkar kepala dengan cara di ukur mulai dari atas alis dan pinna melingkari
oksipital kranium, dengan nilai normal :
1) New born : 33 – 35 cm
2) Lingkar kepala > 2-3 cm : lingkar dada
3) Anak-anak : lingkar dada > 5-7 : lingkar dada
e.Melepaskan pakaian anak
f. Mengukur lingkar dada dengan teknik menghitung keliling dada yaitu melalui garis
putting pada saat inspirasi dan ekspirasi kemudian ambil rata-ratanya
g.Mengukur lingkar lengan dengan teknik mengukur panjang lengan atas kemudian
membagi dua hasil pengukuran, dari hasil tersebut letakkan metline mengelilingi
lengan. (pada anak usia 1 -5 tahun pengukuran lingkar lengan juga menunjukkan status
gizi)
1) <12,5 cm : gizi buruk (merah)
2) 12,5 -13,5cm : gizi kurang (kuning)
3) > 13,5 : gizi baik (hijau)
h.Menimbang anak
1) Timbang bayi atau anak dalam keadaan telanjang (lindungi bayi agar tidak jatuh)
2) Hitung sampai 10 gr terdekat untuk bayi dan 100 gr terdekat untuk anak
3) Rule of thumb:
a) New born : 2500 – 4000 gr
b) 4 – 5 bulan : 2 X BBL
c) 12 bulan : 3 X BBL
d) selanjutnya : 8 + 2N ⇒ (N : umur)
4. Tahap Terminasi
a. Merapikan pasien / bayi
b. Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan
c. Mengajak pasien / keluarga berdo’a
d. Merapikan alat
e. Menyampaikan Rencana Tindak Lanjut

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 34


f. Berpamitan dengan pasien / keluarga
g. Mencuci tangan
h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

F. CEKLIST PENILAIAN (TOOLS)


NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT SKORE
0 1 2
A FASE ORIENTASI
Mengucapkan Salam/menyapa nama pasien 1
Memperkenalka diri 1
Menjelaskan Tujuan 1
Menjelaskan Prosedur Tindakan 1
Meminta Ijin Pada Anak dan Orang Tua 1
B FASE KERJA
Mencuci Tangan 1
Menutup Sampiran dan Jendela 1
Mengajak Pasien dan Keluarga berdoa/ membaca 1
Basmalah
Mengukur Panjang / tinggi Badan Anak dengan 5
posisi lutut tidak menekuk
Mengukur lingkar kepala Anak 5
Melepaskan Pakaian Anak 2
Mengukur Lingkar Dada Anak 5
Mengukur Lingkar Lengan Atas Anak 5
Menimbang Anak 5
Memakaikan kembali pakaian Anak 2
Mencuci tangan 1
C FASE TERMINASI
Melakukan evaluasi 2
Mengaja pasien dan keluarga berdoa / membaca 1
hamdalah
Menyampaikan rencana Tindak lanjut 2
Berpamitan pada Pasien dan menyampaikan 1
kontrak yang akan datang
Dokumentasi 1
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
Ketenangan Selama Melakukan tindakan 1
Melakukan komunikasi terapiutik 1
Menjaga keamanan pasien 1
Menjaga keamanan perawat 1
TOTAL SKORE

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 35


Pemasangan Dan Pemberian Makan Melalui
Naso Gastric Tube (NGT) Pada Bayi
A. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu memahami prosedur tindakan pemasangan dan pemberian makan
melalui NGT pada bayi
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk tindakan pemasangan dan pemberian
makan melalui NGT pada bayi
3. Mahasiswa mampu melakukan skill pemasangan dan pemberian makan melalui NGT
pada bayi secara mandiri

B. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu praktikum : 1 x 100 menit

Panduan instrukstur : 1. 10 menit : persiapan dan pre test materi


2. 30 menit : mendemonstrasikan skill pemasangan
dan pemberian makan melalui NGT
pada bayi
3. 30 menit : membimbing mahasiswa dalam melatih
kemampuan melakukan
skillpemasangan dan pemberian makan
melalui NGT pada bayi
4. 10 menit : memberikan umpan balik
5. 20 menit : mengobservasi dan mengevaluasi skill
mandiri mahasiswa
Panduan Mahasiswa : 1. 10 menit : persiapan dan mengerjakan soal pre test
2. 30 menit : mahasiswa mengamati demonstrasi
yang dilakukan oleh instruktur
3. 30 menit : mahasiswa melatih kemampuan dalam
melakukan skill pemasangan dan
pemberian makan melalui NGT pada
bayi dibawah bimbingan instruktur
4. 10 menit : mahasiwa merespon umpan balik dari
instrukstur
5. 20 menit : mahasiswa melakukan skill pemasangan
dan pemberian makan melalui NGT
pada bayi secara mandiri dengan
diobservasi dan dievaluasi oleh
instruktur

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 36


C. PERALATAN DAN BAHAN
Memasang NGT
1. Selang NGT sesuai ukuran
2. Klem
3. Spuit 3 cc/5 cc
4. Stetoskop
5. Gelas berisi air matang
6. Plaster dan gunting
7. Kain kassa
8. Pelumas (jelly)
9. Perlak dan pengalas
10. Bengkok
11. Sarung tangan steril
12. Tongue spatel dan senter (jika diperlukan )
Memberi Makan Melalui NGT
1. Air matang
2. Makanan cair / obat
3. Corong/barel spuit
4. Spuit 5cc /10 cc
5. Klem
6. Tissue
7. Perlak dan Pengalas
8. Bengkok
9. Sarung tangan

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 37


D. DASAR TEORI

PENGGUNAAN KERTAS PH UNTUK MENENTUKAN POSISI NGT &


6.
KESIAPAN LAMBUNG UNTUK MENERIMA MAKANAN
7.

1. Periksa tanda dari posisi tube yang tidak tepat dan ukur posisi tube
2. Reposisi tube jika diperlukan
3. Aspirasi cairan lambung menggunakan syringe ukuran 20 ml secara lembut

Jika didapatkan aspirasi Tes menggunakan


sebanyak 0,5 – 1 ml kertas pH YA
TIDAK

YA
Dapat
JANGAN DIBERIKAN
pH 5,5 atau diberikan
MAKANAN
dibawahnya YA makanan
1. Jika memungkinkan posisikan
pasien miring.
2. Menggunakan syringe 20 atau 50 TIDAK
ml, masukan udara 1-5 ml dan
pH 5,5
aspirasi lagi.atau JANGAN DIBERIKAN
3. Jika tidak ada aspirasi, tunggu 15 – MAKANAN
30 menit dengan keadaan drainase 1. Tunggu 30 – 60 menit
tube terbuka dan letaknya lebih 2. Aspirasi kembali
rendah dari pasien
4. Aspirasi kembali
5. Juika tidak ada ada aspirasi, tarik YA
tube 1 – 2 cm, lalu aspirasi lagi.
Jika pH 5,5 atau
dibawahnya
Jika didapatkan aspirasi
sebanyak 0,5 – 1 ml

TIDAK

JANGAN DIBERIKAN MAKANAN


1. Konsultasikan dengan perawat ruangan yang lebih TIDAK

berpengalaman atau tim medis.


2. Pertimbangkan reposisi NGT dan atau periksa posisi NGT
menggunakan X-ray

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 38


E. Sumber:
National Patient Safety Agency in Patient Safety Alert (2005) dalam Davies, J.H., & Hassell,
L.L. (2007). Children in Intensive Care, a Survival Guide. Elsevier. Churchill Livingston.
Philadelphia.

F. PROSEDUR KETRAMPILAN
Memasang NGT/ OGT
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Mengidentifikasi pasien dengan benar.
d. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke dekat pasien.
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien, memperkenalkan diri.
b. Melakukan kontrak untuk tindakan yang akan dilakukan.
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
d. Menanyakan kesiapan dan meminta kerja sama pasien.
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien membaca Basmalah dan berdoa.
c. Tempatkan anak dalam posisi terlentang dengan kepala sedikit hiperfleksi
d. Memasang pengalas di atas dada.
e. Memakai sarung tangan.
f. Ukur selang Untuk memeperkirakan panjang pemasangan dan tandai titik dengan
plester kecil. Dengan metode pengukuran sebagai berikut:
1) Mengukur dari hidung ke daun telinga dan kemudian ke ujung prosesus xifoidius
atau
2) Mengukur dari hidung ke daun telinga dan kemudian ke titik tengah antara
prosesus xifoidius dan umbilicus (perhatikan jangan sampai selang menyentuh
permukaan terkontaminasi).

Tabel : Berat badan Panjang insersi (cm)


panjang insersi > 750 13
minimum yang
dianjurkan untuk 750 - 999 15
selang orogastrik 1000 - 1249 15
pada bayi dengan
1250 - 1499 17
BBLR
g. Menutup pangkal selang dengan spuit/klem (mencegah masuknya udara ke dalam
lambung karena dapat mengakibatkan pasien menjadi kembung).
h. Mengolesi ujung slang dengan pelumas larut air / air steril.
i. Melalui salah satu lubang hidung atau mulut sesuai ukuran panjang NGT/OGT yang
akan dipasang ditentukan:
Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 39
1) Jika menggunakan hidung, masukan selang di sepanjang dasar hidung dan arahkan
lurus ke belakang oksiput (untuk NGT).
2) Jika memasukkan selang melalui mulut (OGT) arahkan selang ke arah belakang
tenggorok
3) Jika anak mampu menelan sesuai perintah, sesuaikan pemasukan selang dengan
penelanan.
4) Jika bayi atau anak menunjukan tanda-tanda distress seperti gasping, batuk, atau
cyanosis, tarik selang secepatnya.
j. Memeriksa posisi selang dengan cara :
1) Periksa posisi NGT untuk memastikan berada di lambung dengan mengaspirasi
cairan lambung. Aspirasi sampel cairan lambung (>2 ml) bukan saja residu dari
selang. Teteskan cairan pada kertas pH, lihat reaksi keasaman cairan (pH 5,5 atau
dibawahnya) dan tulis pada catatan cairan. Jika cairan aspirasi lambung memiliki
pH diatas 5,5 atau tidak didapatkan cairan aspirasi lambung maka lakukan
tindakan sesuai flowchart (materi).
2) Jika ada keraguan terhadap letak selang NGT, konsultasikan hal tersebut dan
mungkin akan dilakukan radiografi. (tidak direkomendasikan untuk memasukkan
ujung NGT ke dalam gelas berisi air).
k. Menutup ujung NGT dengan spuit / klem atau disesuaikan dengan tujuan
pemasangan.
l. Stabilkan selang dengan menahannya atau memfiksasi menggunakan plester
hypoallergenic ke pipi, bukan ke dahi karena kemungkinan terjadi kerusakan pada
lubang hidung, ukur dan catat jumlah panjang selang yang di masukan dari hidung
atau mulut ke lubang bagian distal saat selang dipasang Untuk pertama kalinya,
periksa ulang pengukuran ini tiap kali sebelum pemberian makanan.
4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan.
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL
c. Merapikan pasien dan lingkungan.
d. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
e. Berpamitan dengan pasien dan menyampaikan kontrak yang akan datang.
f. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g. Mencuci tangan.
h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 40


Memberi Makan Melalui NGT/ OGT
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Mengidentifikasi pasien dengan benar.
d. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke dekat pasien.

2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien, memperkenalkan diri.
b. Melakukan kontrak untuk tindakan yang akan dilakukan.
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
d. Menanyakan kesiapan dan meminta kerja sama pasien.

3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien membaca Basmalah dan berdoa.
c. Memastikan kehangatan makanan cair/susu
d. Mengukur jumlah makanan cair yang akan diberikan sesuai kebutuhan pasien
e. Memasang pengalas di atas dada.
f. Memakai sarung tangan.
g. Jika mungkin gendong bayi / anak selama pemberian makan (untuk memberikan
kenyamanan kontak fisik selama prosedur) bila hal ini tidak mungkin, tempatkan bayi
atau anak pada posisi terlentang atau sedikit miring ke kanan dengan kepala dan dada
agak di tinggikan
1) Gunakan lipatan selimut di bawah kepala dan bahu untuk bayi dan bantal untuk
anak kecil.
2) Tinggikan kepel tempat tidur untuk anak yang lebih besar
3) Bila memungkin biarkan anak mengisap empeng selama pemberian makan untuk
memberikan hisapan dan kepuasan.
h. Memeriksa ulang ukuran panjang NGT/ OGT yang masuk pada bayi / anak
i. Memastikan letak NGT/ OGT dengan cara mengaspirasi isi lambung menggunakan
spuit. Jika posisi tidak tepat segera laporkan pada perawat yang bertanggung jawab
untuk dilepas.
j. Memasang klem pada selang NGT/ OGT.
k. Memasang corong/barel spuit pada pangkal NGT/ OGT dan memposisikan corong
diantara pasien dan perawat.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 41


l. Menuangkan air matang/steril (1-2 ml untuk selang kecil, 5-15 ml untuk selang yang
besar) ke corong/barel secara perlahan.
m. Buka klem untuk mengalirkan cairan ke dalam lambung, biarkan air mengalir ke
dalam lambung berdasarkan gravitasi.
n. Tutup kembali selang dengan klem sebelum air habis untuk mencegah masuknya
udara ke lambung.
o. Tuangkan makanan cair/susu yang telah diukur ke dalam corong/barel spuit.
p. Buka klem dan biarkan susu mengalir ke dalam lambung berdasarkan gravitasi.
Kecepatan aliran tidak boleh lebih dari 5 ml setiap 5 – 10 menit pada bayi prematur
dan bayi yang sangat kecil dan 10 ml/menit pada bayi yang lebih besar dan anak-
anak, untuk mencegah mual dan regurgitasi
q. Klem selang untuk mencegah hilangnya makanan.
r. Bilas selang dengan menuangkan air matang/steril (1-2 ml untuk selang kecil, 5-15 ml
atau lebih untuk selang yang besar).
s. Tutup kembali selang dengan klem sebelum air habis untuk mencegah masuknya
udara ke lambung.
t. Tempatkan anak pada posisi miring ke kanan atau tengkurap selama sedikitnya 1 jam
dengan cara yang sama pada pemberian makan (untuk meminimalkan kemungkinan
regurgitasi dan aspirasi) dan bila kondisi anak memungkinkan, sendawakan anak
setelah pemberian makan.
u. Membersihkan sisa makanan pada selang.
4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan.
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL
c. Merapikan pasien dan lingkungan.
d. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
e. Berpamitan dengan pasien dan menyampaikan kontrak yang akan datang.
f. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g. Mencuci tangan.
h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 42


G. CHECK LIST PENILAIAN (TOOLS)
TOOLS PEMASANGAN NGT
SKORE
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
0 1 2
Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi 1
2. Mencuci tangan 1
3. Mengidentifikasi pasien dengan benar 1
4. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke pasien 1
Tahap Orientasi
1. Salam, sapa, perkenalkan diri 1
2. Melakukan kontrak 1
3. Menjelaskan tujuan 1
4. Menjelaskan prosedur 1
5. Menanyakan kesiapan dan kerjasama pasien 1
Tahap Kerja
1. Menjaga privacy 1
2. Mengajak pasien membaca Basmalah 1
Memposisikan anak terlentang dengan kepala
3. 2
sedikit hiperfleksi
4. Memasang pengalas di atas dada. 1
5. Memakai sarung tangan. 2
Mengukur selang (dari hidung ke daun telinga
dan kemudian ke ujung prosesus xifoidius atau
6. dari hidung ke daun telinga dan kemudian ke titik 4
tengah antara prosesus xifoidius dan umbilicus)
dan tandai titik dengan plester kecil
7. Menutup pangkal selang dengan spuit/klem 3
Mengolesi ujung NGT/ OGT dengan pelumas
8. 2
berbahan dasar air/air steril
Memasukkan selang : Jika menggunakan salah
satu lubang hidung, masukan selang di sepanjang
9. 3
dasar hidung dan arahkan lurus ke belakang
oksiput; Jika memasukkan selang melalui mulut

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 43


arahkan selang ke arah belakang tenggorok
Minta anak menelan (jika mampu), masukkan
10. 2
perlahan sesuaikan dengan penelanan anak
Periksa posisi NGT/ OGT untuk memastikan
berada di lambung dengan mengaspirasi cairan
lambung (>2 ml) bukan saja residu dari selang.
Teteskan cairan pada kertas pH, lihat reaksi
11. keasaman cairan (pH 5,5 atau dibawahnya). Jika 3
cairan aspirasi lambung memiliki pH diatas 5,5
atau tidak didapatkan cairan aspirasi
lambung,lakukan tindakan sesuai flowchart
(materi).
12. Menutup ujung NGT/ OGT dengan spuit / klem 3
Melakukan fiksasi NGT/ OGT di depan hidung /
13. 2
pipi
Ukur dan catat jumlah panjang selang yang di
14. masukkan dari hidung atau mulut ke lubang 2
bagian distal
Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan 1
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 1
3. Mengajak pasien membaca Hamdalah 1
Berpamitan dan menyampaikan kontrak yg akan
4. 1
datang
5. Membereskan dan mengembalikan alat 1
6. Mencuci tangan 1
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
7. 1
keperawatan
Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan 1
2. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 1
3. Menggunakan tehnik komunikasi terapeutik 1

TOTAL SCORE

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 44


TOOLS MEMBERIKAN MAKAN MELALUI NGT
SKORE
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
0 1 2
Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi 1
2. Mencuci tangan 1
3. Mengidentifikasi pasien dengan benar 1
4. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke pasien 1
Tahap Orientasi
1. Salam, sapa, perkenalkan diri 1
2. Melakukan kontrak 1
3. Menjelaskan tujuan 1
4. Menjelaskan prosedur 1
5. Menanyakan kesiapan dan kerjasama pasien 1
Tahap Kerja
1. Menjaga privacy 1
2. Mengajak pasien membaca Basmalah 1
3. Memastikan kehangatan makanan cair/susu 1
Mengukur jumlah makanan cair yang akan
4. 2
diberikan
5. Memasang pengalas di atas dada. 1
6. Memakai sarung tangan. 1
Gendong bayi / anak, atau posisikan terlentang
7. atau sedikit miring ke kanan dengan kepala dan 2
dada agak di tinggikan
Memeriksa ulang ukuran panjang NGT/ OGT
8. 1
yang masuk pada bayi / anak
Memastikan letak NGT/ OGT dengan cara
9. 2
mengaspirasi isi lambung menggunakan spuit
10. Memasang klem pada selang NGT/ OGT 2
Memasang corong/barel spuit pada NGT/ OGT
11. dan memposisikan corong diantara pasien dan 2
perawat
12. Menuangkan air matang/steril (1-2 ml untuk 2

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 45


selang kecil, 5-15 ml untuk selang yang besar)
Buka klem untuk mengalirkan cairan ke dalam
13. lambung, biarkan alir mengalir sesuai gravitasi 2
dan tutup kembali sebelum air habis
Menuangkan makanan cair/susu ke dalam
14. 2
corong/barel
15. Buka klem dan tutup kembali sebelum susu habis 2
16. Bilas selang dengan air matang/steril 2
17. Tutup atau klem selang sebelum air habis 2
Tempatkan anak pada posisi miring ke kanan atau
18. tengkurap selama sedikitnya 1 jam, sendawakan 2
anak setelah pemberian makan
19. Membersihkan sisa makanan pada selang 1
Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan 1
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 1
3. Mengajak pasien membaca Hamdalah 1
Berpamitan dengan pasien dan menyampaikan
4. 1
kontrak yang akan dating
5. Membereskan dan mengembalikan alat 1
6. Mencuci tangan 1
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
7. 1
keperawatan
Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan 1
2. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 1
3. Menggunakan tehnik komunikasi terapeutik 1

TOTAL SCORE

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 46


Pemberian Foto Terapi

A. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu memahami prosedur tindakan pemberian fototerapi
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk tindakan pemberian fototerapi
3. Mahasiswa mampu melakukan skill pemberian fototerapi secara mandiri

B. RENCANA PEMBELAJARAN

Waktu praktikum : 1 x 100 menit

Panduan instrukstur : 1. 10 menit : persiapan dan pre test materi


2. 30 menit : mendemonstrasikan skill pemberian
fototerapi
3. 30 menit : membimbing mahasiswa dalam
melatih kemampuan melakukan
skillpemberian fototerapi
4. 10 menit : memberikan umpan balik
5. 20 menit : mengobservasi dan mengevaluasi
skill mandiri mahasiswa
Panduan Mahasiswa : 1. 10 menit : persiapan dan mengerjakan soal pre
test
2. 30 menit : mahasiswa mengamati demonstrasi
yang dilakukan oleh instruktur
3. 30 menit : mahasiswa melatih kemampuan
dalam melakukan skill pemberian
fototerapi dibawah bimbingan
instruktur
4. 10 menit : mahasiwa merespon umpan balik
dari instrukstur
5. 20 menit : mahasiswa melakukan skill
pemberian fototerapi secara mandiri
dengan diobservasi oleh instruktur

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 47


C. DASAR TEORI
Fototerapi adalah terapi sinar yang digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin serum
pada neonatus dengan hiperbilirubinemia jinak hingga moderat. Penggunaan fototerapi
biasanya diberikan pada neonatus dengan kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg%,
sebelum transfusi tukar, atau sesudah transfusi tukar.
Sumber cahaya untuk fototerapi dapat diperoleh dari sinar matahari, cahaya lampu neon,
cahaya lampu halogen. Efek fototerapi tidak bergantung pada berapa arah penyinaran,
tetapi pada jumlah energi cahaya yang dapat menyinari kulit neonatus.oleh karena itu posisi
pasien harus diubah dalam jangka waktu tertentu agar diperoleh hasil yang optimal.
a. Definisi fototerapi
Terapi sinar diberikan jika kadar bilirubin darah indirek lebih dari 10 mg%. Terapi
sinar sebenarnya berdasarkan dari pengalaman seorang perawat di Inggris pada bayi
yang ruangannya mendapatkan sinar matahari keadaan ikterus cepat menghilang.
kemudian dikembangkan hingga didapatkan alat untuk terapi sinar atau sering disebut
blue light.

b. Cara kerja fototerapi


Terapi sinar dapat menimbulkan dekomposisi bilirubin dari suatu senyawan
tetrapirol yang sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut dalam
air, dan dikeluarkan melalui urin, tinja sehingga kadar bilirubin menurun. Di samping
itu pada terapi sinar ditemukan pula peninggian konsentrasi bilirubin indirek dalam
cairan empedu, duodenum dan menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu
ke dalam usus sehingga peristaltik usus meningkat dan bilirubin akan keluar bersama
feses.

c. Alat untuk fototerapi


1) Sebuah kotak yang diperuntukkan 8-10 lampu neon @ 20 watt yang disusun secara
paralel.
2) Pleksiglas 0,5 inci yang melapisi bagian bawah kotak tersebut yang berfungsi
memblokade sinar ultraviolet.
3) Filter biru yang berfungsi membesarkan energi cahaya yang sampai pada bayi.
4) Alat-alat pengaman listrik.
5) Kaki tumpuan dan regulator untuk turun naiknya lampu.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 48


d. Pelaksaanaan pemberian fototerapi
1) Baringkan bayi telanjang, hanya genetalia yang ditutup (pakaian popok mini saja.
Maksudnya agar sinar dapat merata di seluruh tubuh.
2) Kedua mata ditutup dengan penutup yang tidak tembus cahaya. dapat dengan kain
kasa yang dilipat-lipat dan dilapisi dengan kertas film/ kertas/ kain hitam dan
dibalut. sebelumnya katupkan dahulu kelopak matanya (untuk mencegah
kerusakan retina).
3) Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah, telentang, tengkurap setiap 6 jam (bila
mungkin) agar sinar merata.
4) Pertahankan suhu bayi agar selalu 36,5-37o C, dan observasi suhu setiap 4-6 jam
sekali. Jika terjadi kenaikan suhu matikan sementara lampunya dan bayi diberikan
banyak minum. setelah 1 jam kontrol kembali suhunya. Jika tetap tinggi hubungi
dokter.
5) Perhatikan asupan cairan agar tidak terjadi dehidrasi dan meningkatkan suhu tubuh
bayi.
6) Pada waktu memberi minum bayi dikeluarkan, dipangku, penutup mata dibuka,
perhatikan apakah terjadi iritasi atau tidak.
7) Kadar bilirubin diperiksa setiap 8 jam setelah pemberian terapi 24 jam.
8) Bila kadar bilirubin telah turun menjadi 7,5 mg% atau kurang terapi dihentikan
walaupun belum 100 jam.
9) Jika setelah pemberian terapi 100 jam bilirubin tetap tinggi/ kadar bilirubin dalam
serum terus naik, coba lihat kembali apakah lampu belum melebihi 500 jam
digunakan. Selanjutnya hubungi dokter. mungkin perlu transfusi tukar.
10) Pada kasus ikterus karena hemolisis, kadar Hb diperiksa setiap hari.

e. Hal-hal yang perlu diperhatikan


1) Pasang kabel.
2) Kapan terapi dimulai dan kapan selesainya.
3) Hitung 100 jam sampai tanggal berapa. sebelum digunakan cek lampu apakah
lampu menyala semua.
4) Tempelkan pada alat terapi sinar penggunaan yang ke berapa kali pada bayi itu,
untuk memudahkan mengetahui kapan mencapai 500 jam penggunaan

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 49


f. Komplikasi fototerapi
1) Terjadi dehidrasi karena pengaruh sinar lampu dan mengakibatkan peningkatan
Insesible water loos (penguapan cairan). Pada BBLR kehilangan cairan dapat
meningkat 2-3 kali lebih besar.
2) Frekuensi defekasi sebagai akibat meningkatnya bilirubin indirek dalam cairan
empedu dan meningkatkan peristaltik usus.
3) Timbul kelainan kulit sementara pada daerah yang terkena sinar (berupa kulit
kemerahan) tetapi akan hilang jika terapi selesai.
4) Gangguan retina jika mata tidak ditutup.
5) Kenaikan suhu akibat lampu. Jika hal ini terjadi sebagian lampu dimatikan, terapi
diteruskan. Jika suhu terus naik lampu semua dimatikan sementara, bayi
dikompres dan diberikan ekstra minum.
6) Komplikasi pada gonad yang menurut dugaan dapat menimbulkan kelainan
(kemandulan) tetapi belum ada bukti.

D. DAFTAR PUSTAKA
John P. Cloherty, Ann R. Stark. Manual of neonatal care. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins. 1998. Hal: 175-197 Metabolisme bilirubin, pengertian, penilaian, dan
penatalaksanaan hiperbilirubinemia, serta prosedur pemberian fototerapi
Kthleen M, Carolyn L Swann. The Addison-wesley manual of pediatric nursing procedures.
california: Cumming Publishing Company. 1993. Hal: 284-287 Waktu, tujuan, peralatan,
dan prosedur pemberian fototerapi.

E. PERALATAN DAN BAHAN


1. Alat foto therapy
2. Kain kasa atau penutup mata, penutup alat reproduksi, terbuat dari kain berwarna gelap
dan di dalamnya diberi potongan film
3. Kain penutup tempat tidur.
4. Plester
5. Gunting
6. Closed bed
7. Termometer dan set pemeriksaan suhu

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 50


F. PROSEDUR KETRAMPILAN
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Mengidentifikasi pasien dengan benar.
d. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke dekat pasien.

2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien, memperkenalkan diri.
b. Melakukan kontrak untuk tindakan yang akan dilakukan.
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
d. Menanyakan kesiapan dan meminta kerja sama pasien.

3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien/keluarga membaca Basmalah dan berdoa.
c. Closed bed dipasang.
d. Tidurkan bayi di tempat tidur, kemudian buka semua pakaian pasien.
e. Mata ditutup dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan air agar lembab atau
dengan kain hitam untuk mencegah kerusakan retina. Penutup mata dilepas saat
pemberian minum dan kunjungan orang tua untuk memberikan rangsang visual pada
bayi. Pemantauan iritasi mata dilakukan tiap 6 jam dengan membuka penutup mata.
f. Kemaluan ditutup dengan kain hitam yang telah diisi dengan potongan film untuk
melindungi daerah kemaluan dari cahaya fototerapi.
g. Kain penutup tempat tidur dipasang.
h. Lampu foto therapy dinyalakan dan diarahkan ke tempat tidur bayi. Lampu yang
dipakai sebaiknya tidak digunakan lebih dari 500 jam untuk menghindarkan
turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu yang digunakan.
i. Posisi lampu diatur dengan jarak 20–30 cm di atas tubuh bayi untuk mendapatkan
energi yang optimal.
j. Observasi keadaan umum suhu bayi agar selalu 36,5-37o C tiap 4-6 jam atau
sewaktu-waktu bila perlu.
k. Ubah posisi bayi tiap 6-8 jam, agar tubuh mendapatkan penyinaran seluas mungkin.
l. Intake dan output bayi diukur dan dicatat untuk memantau tanda-tanda dehidrasi,
bila perlu konsumsi cairan ditingkatkan.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 51


m. Pada waktu memberi minum bayi dikeluarkan, dipangku, penutup mata dibuka,
perhatikan apakah terjadi iritasi atau tidak.
n. Kadar bilirubin diperiksa setiap 8 jam setelah pemberian terapi 24 jam.
o. Bila kadar bilirubin telah turun menjadi 7,5 mg% atau kurang terapi dihentikan
walaupun belum 100 jam.
p. Jika setelah pemberian terapi 100 jam bilirubin tetap tinggi/ kadar bilirubin dalam
serum terus naik, coba lihat kembali apakah lampu belum melebihi 500 jam
digunakan. Selanjutnya hubungi dokter. mungkin perlu transfusi tukar.
q. Pada kasus ikterus karena hemolisis, kadar Hb diperiksa setiap hari.
r. Catat lamanya terapi diberikan
4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan.
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL
c. Merapikan pasien dan lingkungan.
d. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
e. Berpamitan dengan pasien dan menyampaikan kontrak yang akan datang.
f. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g. Mencuci tangan.
h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

G. CHECK LIST PENILAIAN (TOOLS)


TOOLS PEMBERIAN FOTOTERAPI
SKORE
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
0 1 2
Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi 1
2. Mencuci tangan 1
3. Mengidentifikasi pasien dengan benar 1
4. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke pasien 1
Tahap Orientasi
1. Salam, sapa, perkenalkan diri 1
2. Melakukan kontrak 1
3. Menjelaskan tujuan 1
4. Menjelaskan prosedur 1

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 52


Menanyakan kesiapan dan kerjasama
5. 1
pasien/keluarga
Tahap Kerja
1. Menjaga privacy 1
2. Mengajak pasien/keluarga membaca Basmalah 1
3. Closed bed dipasang 2
Tidurkan bayi di tempat tidur, kemudian buka
4. 2
semua pakaian pasien
Mata ditutup dengan kain kasa yang telah
5. dibasahi dengan air agar lembab atau dengan kain 3
hitam
Kemaluan ditutup dengan kain hitam yang telah
6. 3
diisi dengan potongan film
7. Memasang Kain penutup tempat tidur dipasang 2
Menyalahkan Lampu foto therapy dan diarahkan
8. 2
ke tempat tidur bayi
Posisi lampu diatur dengan jarak 20–30 cm di
9. 3
atas tubuh bayi
Observasi keadaan umum bayi, ukur suhu agar
10. tetap 36,5 - 37°C, tiap 4-6 jam atau sewaktu 2
waktu bila perlu
Ubah posisi bayi tiap 6-8 jam, agar tubuh
11. 2
mendapatkan penyinaran seluas mungkin
Catat intake dan output cayi, dan pantau tanda2
12. 2
dehidrasi
Keluarkan bayi saat memberikan minum, pangku
bayi, buka penutup mata dan perhatikan adanya 2
iritasi
Bila kadar bilirubin sdh turun menjadi 7,5 mg% /
1
kurang, terapi berhenti walaupun belum 100 jam
Jika terapi sudah 100 jam bilirubin tetap tinggi,
1
cek lampu dan hub. dokter
Pada kassus ikterus karena hemolisis, perisa tiap
1
hari kadar Hb.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 53


Catat lamanya terapi diberikan
14. 1

Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan 1
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 1
3. Mengajak pasien membaca Hamdalah 1
Berpamitan dengan pasien dan menyampaikan
4. 1
kontrak yang akan datang
5. Membereskan dan mengembalikan alat 1
Mencuci tangan
6. 1

Mencatat kegiatan dalam lembar catatan


7. 1
keperawatan
Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan 1
2. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 1
3. Menggunakan tehnik komunikasi terapeutik 1

TOTAL SCORE

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 54


Perawatan BBLR dengan Metode Kanguru
(Kangaroo Mother Care)

A. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu memahami prosedur tindakan perawatan BBLR dengan Metode
Kanguru (Kangaroo Mother Care)
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk tindakan perawatan BBLR dengan
Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)
3. Mahasiswa mampu melakukan tindakan perawatan BBLR dengan Metode Kanguru
(Kangaroo Mother Care) secara mandiri

B. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu praktikum : 1 x 100 menit
Panduan instrukstur : 1. 10 menit : persiapan dan pre test materi
1. 30 menit : mendemonstrasikan tindakan
perawatan BBLR dengan Metode
Kanguru
2. 30 menit : membimbing mahasiswa dalam
melatih kemampuan melakukan
tindakan perawatan BBLR dengan
Metode Kanguru
3. 10 menit : memberikan umpan balik
4. 20 menit : mengobservasi dan mengevaluasi
tindakan mandiri mahasiswa

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 55


Panduan Mahasiswa : 1. 10 menit : persiapan dan mengerjakan soal pre
test
1. 30 menit : mahasiswa mengamati demonstrasi
yang dilakukan oleh instruktur
2. 30 menit : mahasiswa melatih kemampuan dalam
melakukan tindakan Perawatan BBLR
dengan Metode Kanguru dibawah
bimbingan instruktur
3. 10 menit : mahasiwa merespon umpan balik dari
instrukstur
4. 20 menit : mahasiswa melakukan tindakan
Perawatan BBLR dengan Metode
Kanguru secara mandiri dengan
diobservasi dan dievaluasi oleh
instruktur

C. DASAR TEORI
Kangaroo Mother Care/Perawatan Metode Kanguru (KMC) adalah perawatan BBLR yang
diilhami oleh cara seekor kanguru merawat anaknya yang selalu lahir prematur. Perawatan
Metode Kanguru (KMC) ini merupakan perawatan untuk bayi prematur/BBLR dengan cara
melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin contact).
Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan keselamatan
bayi yang lahir prematur maupun yang aterm.
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Rey dan Martinez di Bogota, sebagai salah satu
alternatif bagi perawatan bayi prematur yang telah melewati masa kritis, tetapi masih
memerlukan perawatan.
Hasil penelitian dan penerapan KMC menunjukkan bahwa metode ini sangat efektif untuk
mengontrol suhu tubuh bayi, pemberian ASI dan terjalinnya hubungan batin yang kuat
antara ibu dan bayi (bonding), tanpa memperhatikan tempat, berat badan, usia kehamilan
dan kondisi klinisnya.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 56


Kapan KMC dapat dimulai?
KMC dengan jangka waktu yang pendek (intermitten) dapat dimulai pada bayi-bayi yang
dalam proses penyembuhan tetapi masih memerlukan pengobatan medis (seperti infus,
tambahan oksigen dengan konsentrasi rendah). Namun untuk KMC yang terus menerus
(kontinue) kondisi bayi harus dalam keadaan stabil; bayi harus dapat bernafas alami tanpa
bantuan oksigen. Kemampuan minum seperti menghisap dan menelan bukan merupakan
persyaratan utama, karena KMC sudah dapat dimulai meskipun pemberian minumnya
dengan menggunakan pipa lambung.
Beberapa pertimbangan untuk memulai KMC :
1. Kemauan : ibu harus mempunyai kemauan untuk melaksanakan KMC
2. Harus tersedia waktu yang penuh untuk memberikan perawatan
3. Kesehatan umum : jika ibu menderita komplikasi selama melahirkan atau persalinan
atau dengan kata lain sakit, dia harus sembuh terlebih dahulu sebelum melaksanakan
KMC
4. Ibu dianjurkan untuk dapat selalu berada dekat dengan bayi
5. Ibu perlu mendapat dukungan dari keluarga

D. PERALATAN DAN BAHAN


1. Termometer
2. Kain penggendong
3. Panthom bayi

E. PROSEDUR KETRAMPILAN
Memulai KMC
Sarankan pada ibu agar membersihkan badan, menggunakan pakaian yang ringan dan
longgar sebelum prosedur dimulai. Gunakan ruangan yang cukup hangat untuk si bayi.
Anjurkan ibu untuk didampingi suami atau seorang teman untuk memberikan semangat dan
rasa aman.
Pada saat ibu memegang bayinya, berikan penjelasan setiap langkah dari KMC, dan
kemudian peragakan bagaimana caranya KMC selanjutnya biarkan ia melakukan semuanya
sendiri. Selalu jelaskan manfaat dan kebaikan dari setiap posisi dan berikan alasan kenapa
itu harus dilakukan.
1. Ukur suhu bayi dengan menggunakan termometer

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 57


2. Atur pakaian bayi (bayi hanya menggunakan popok/ celana/ diapers, kaos kaki dan
penutup kepala. Jika udara dingin bayi dapat mengenakan baju tanpa lengan dan
bagian depan baju bayi di buka/ tidak dikancingkan)
3. Posisi kanguru
Letakkan bayi diantara payudara dengan posisi tegak, dada bayi menempel ke dada
ibu (sebagaimana terlihat pada gambar)
Posisi bayi diamankan agar tidak ngeloyor dengan kain panjang atau pengikat lainnya.
Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dan dengan posisi sedikit tengadah
(ekstensi). Posisi kepala bayi seperti ini bertujuan untuk menjaga saluran nafas tetap
terbuka dan memberi peluang agar terjadi kontak mata antar ibu dan bayi. Pangkal
paha bayi haruslah dalam posisi fleksi dan melebar seperti dalam posisi “kodok”;
tangan pun harus dalam posisi fleksi (Lihat gambar)
Ikatkan kain dengan kuat agar saat ibu bangun dari duduk, bayi tidak tergelincir.
Pastikan juga bahwa ikatan yang kuat dari kain tersebut menutupi dada si bayi. Perut
bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya berada di sekitar epigastrium ibu. Dengan
cara ini bayi dapat melakukan pernafasan perut. Nafas ibu akan merangsang bayi.
4. Tunjukkan ibu bagaimana memasukkan dan mengeluarkan bayi dari ikatan (baju
kanguru) (lihat gambar)
a. Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan di belakang leher sampai punggung
bayi.
b. Topang bagian bawah rahang dengan ibu jari dan jari-jari lainnya agar kepala bayi
tidak tertekuk dan tidak menutupi saluran nafas ketika bayi berada pada posisi
tegak.
c. Tempatkan tangan lainnya di bawah pantat bayi.
Setelah mengatur posisi bayi, biarkan ibu beristirahat bersama bayinya. Tetap bersama
mereka dan periksalah posisi bayi. Jelaskan pula pada ibu bagaimana memantau si
bayi, apa yang harus dicermati. Motivasi ibu untuk bergerak.
5. Merawat bayi dalam posisi kanguru
Memandikan bayi setiap hari tidaklah diperlukan dan disarankan. Jika kebiasaan
setempat memerlukan mandi setiap hari dan hal itu tidak dapat dihindari maka
sebaiknya dilakukan sebentar dan dengan air yang cukup hangat (sekitar 37oC). Bayi
harus dikeringkan segera, lalu dibungkus dengan pakaian hangat, dan ditempatkan
kembali pada posisi kanguru secepat mungkin.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 58


Dalam KMC bayi tetap dapat memperoleh perawatan yang diperlukan, termasuk
minum. Mereka mungkin perlu dijauhkan dari kontak kulit langsung hanya pada saat :
mengganti popok, dibersihkan dan perawatan tali pusat; pemeriksaan klinis.
6. Lama dan jangka waktu penerapan KMC
Jangka waktu
Kontak kulit langsung sebaiknya dimulai secara bertahap, perlahan-lahan dari
perawatan konvensional ke KMC yang terus menerus. Kontak yang berlangsung
kurang dari 60 menit sebaiknya dihindari, karena pergantian yang sering akan
membuat bayi manjadi stres. Lamanya kontak kulit langsung ditingkatkan secara
bertahap sampai kalau memungkinkan dilakukan terus menerus.
Ketika ibu harus meninggalkan bayinya, maka bayi tersebut harus dibungkus dengan
baik dan ditempatkan di tempat yang hangat, jauh dari hembusan angin , diselimuti
dengan selimut hangat, atau jika tersedia ditempatkan dalam alat penghangat
(inkubator). Selama perpisahan ibu dan bayi, anggota keluarga yang lain (ayah, nenek
dll) dapat juga menolong melakukan kontak langsung dengan bayi dengan posisi
kanguru. (lihat gambar)
Lama kontak kulit
Selama ibu dan bayi merasa nyaman, kontak kulit langsung ibu – bayi dapat berlanjut
selama mungkin. Biasanya diteruskan hingga mencapai waktu tertentu (sampai berat
badan mencapai 2500 g). Setelah itu biasanya bayi sudah menunjukkan tanda-tanda
kurang nyaman dalam posisi kanguru. Bayi akan mulai menggeliat untuk
menunjukkan bahwa ia merasa kurang nyaman, menarik badannya keluar, menangis
dan menjadi rewel tiap kali si ibu mencoba melakukan kontak kulit. Pada saat inilah
secara berangsur-angsur bayi mulai dilepaskan dari KMC.
7. Mengawasi kondisi bayi
Suhu
Pengukuran suhu tubuh bayi masih diperlukan, tetapi tidak sesering pada bayi yang
dirawat dengan metode konvensional.
Ketika KMC dimulai, pengukuran suhu ketiak dilakukan setiap 6 jam sampai stabil,
terus menerus sampai 3 hari. Selanjutnya pengukuran hanya dilakukan 2 kali sehari.
Jika suhu tubuh dibawah 36,5oC hangatkan kembali bayi tersebut dengan selimut dan
pastikan ibu berada di tempat yang hangat. Ukur suhunya 1 jam kemudian dan
lanjutkan penghangatan sampai suhu menjadi normal. Jika suhu tidak kembali normal
dalam 3 jam, pantau kemungkinan bayi tersebut terinfeksi bakteri.
Pernafasan

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 59


Frekuensi pernafasan normal bayi prematur/BBLR berkisar antara 30 – 60 kali
permenit, nafas kadang-kadang diselingi periode apnu (tidak bernafas).
Namun demikian ibu harus waspada akan resiko apnu, ia harus dapat mengenalinya,
mencegahnya dengan segera dan meminta pertolongan jika merasa khawatir.
Yang harus dilakukan ibu bila terjadi apnu :
a. Ajari ibu untuk mengamati pola pernafasan bayi dan jelaskan variasi pernafasan
normal.
b. Jalaskan apa itu apnu dan pengar uhnya terhadap bayi.
c. Demonstrasikan pengaruh apnu dengan cara meminta ibu untuk menahan nafas
sebentar (kurang dari 20 detik) dan menahan nafas untuk jangka waktu yang agak
lama (20 detik atau lebih)
d. Jelaskan bila bayi berhenti bernafas selama 20 detik atau lebih, atau bayi menjadi
biru (pada wajah dan bibirnya), ini mungkin tanda penyakit serius.
e. Ajari ibu cara merangsang bayi dengan menggosok secara lembut punggung atau
kepalanya, sampai bayi mulai bernafas kembali. Jika tetap tidak bernafas, ibu
dapat memanggil petugas kesehatan.
8. Ajari ibu untuk mengenali tanda-tanda bahaya dan anjurkan padanya agar mencari
pertolongan ketika dirasa mengkhawatirkan. Tanda-tanda bahaya yang harus
diwaspadai antara lain :
a. Kesulitan bernafas – dada tertarik ke dalam, merintih.
b. Bernafas sangat cepat dan sangat lambat.
c. Serangan apnu sering dan lama.
d. Bayi terasa dingin; suhu bayi di bawah normal walaupun telah dilakukan
penghangatan.
e. Sulit minum; bayi tidak terbangun untuk minum, berhenti minum atau muntah-
muntah.
f. Kejang
g. Diare
h. Kulit menjadi kuning

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 60


Pakaian bayi
jika suhu dingin

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 61


F. CHECK LIST PENILAIAN (TOOLS)
SKORE
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
0 1 2
Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi 1
2. Mencuci tangan 1
3. Mengidentifikasi pasien dengan benar 1
4. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke pasien 1

Tahap Orientasi
1. Salam, sapa, perkenalkan diri 1
2. Melakukan kontrak 1
3. Menjelaskan tujuan 1
4. Menjelaskan prosedur 1
5. Menanyakan kesiapan dan kerjasama pasien 1
Tahap Kerja
1. Menjaga privacy 1
2. Mengajak pasien membaca Basmalah 1
3. Mengukur suhu 2
4. Mengatur pakaian bayi 3
Meletakkan bayi diantara payudara dengan posisi
5. tegak seperti katak, dada bayi menempel ke dada 8
ibu
6. Memalingkan kepala bayi ke arah kanan ayau kiri 8
Mengikat bayi pada ibu dengan kuat
7. menggunakan kain agar bayi tidak tergelincir. 8
Jaga agar perut bayi tidak tertekan
Tahap Terminasi
1. Menyampaikan evaluasi 1
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 1
3. Mengajak pasien membaca Hamdalah 1
Berpamitan dan menyampaikan kontrak yang
4. 1
akan datang
5. Membereskan dan mengembalikan alat 1

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 62


6. Mencuci tangan 1
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
7. 1
keperawatan
Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan 1
2. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 1
3. Menggunakan tehnik komunikasi terapeutik 1
TOTAL SCORE

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 63


Fisioterapi Dada dan Postural Drainage pada anak

A. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu memahami prosedur tindakan Fisioterapi Dada dan Postural
Drainage pada anak
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk tindakan Fisioterapi Dada dan Postural
Drainage pada anak
3. Mahasiswa mampu melakukan skill Fisioterapi Dada dan Postural Drainage pada anak
secara mandiri

B. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu praktikum : 1 x 100 menit
Panduan instrukstur : 1. 10 menit : persiapan dan pre test materi
2. 30 menit : mendemonstrasikan skill Fisioterapi
Dada dan Postural Drainage pada
anak
3. 30 menit : membimbing mahasiswa dalam
melatih kemampuan melakukan
skillFisioterapi Dada dan Postural
Drainage pada anak
4. 10 menit : memberikan umpan balik
5. 20 menit : mengobservasi dan mengevaluasi
skill mandiri mahasiswa

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 64


Panduan Mahasiswa : 1. 10 menit : persiapan dan mengerjakan soal pre
test
2. 30 menit : mahasiswa mengamati demonstrasi
yang dilakukan oleh instruktur
3. 30 menit : mahasiswa melatih kemampuan
dalam melakukan skill Fisioterapi
Dada dan Postural Drainage pada
anak dibawah bimbingan instruktur
4. 10 menit : mahasiwa merespon umpan balik
dari instrukstur
5. 20 menit : mahasiswa melakukan skill
Fisioterapi Dada dan Postural
Drainage pada anak secara mandiri
dengan diobservasi dan dievaluasi
oleh instruktur

C. PERALATAN DAN BAHAN


1. Fisioterapi Dada
a. Stetoskop
b. Kertas tissue
c. Bengkok
d. Perlak pengalas
e. Sputum pot berisi desinfektan
f. Air minum hangat
2. Postural Drainage
a. Bantal (2 Atau 3)
b. Papan pemiring/pendongak
c. Tissue wajah
d. Segelas air
e. Tempat sputum/sputum pot
f. Stetoskop

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 65


D. DASAR TEORI
PENDAHULUAN
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan drainase postural,
tepukan, dan vibrasi pada pasien yang mengalami gangguan sistem pernafasan. Tindakan
ini bertujuan meningkatkan efisiensi pola pernafasan dan membersihkan jalan nafas (Aziz,
2008).
Fisioterapi dada dilakukan dengan konsisten sesuai tingkat yang ditoleransi anak, dapat
dimonitor dengan oksimetri denyut berguna untuk mengeluarkan mukus atau sebagai
ekspektorasi (Muscari, 2005).
Menurut Badget (1984, dalam Lubis, 2005), fisioterapi dada sangat berguna bagi penderita
penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Walaupun caranya terlihat tidak
istimewa, tetapi sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi
pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu, sehingga dapat mengembalikan dan
memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkhus
serta untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret.
Dalam memberikan fisioterapi pada anak harus mengingat keadaan anatomi dan fisiologi,
sebagai contoh bayi belum mempunyai mekanisme batuk yang baik sehingga tidak dapat
membersihkan jalan nafas secara sempurna. Selain itu, perawat harus mendapatkan
kepercayaan dari anak, karena seringnya anak tidak kooperatif (Lubis, 2005).
Menurut Worjodiarjo (1985, dalam Lubis, 2005), fisioterapi dada terdiri dari usaha-usaha
yang bersifat pasif dan aktif, yang bersifat pasif seperti penyinaran, relaksasi, postural
drainage, perkusi, dan vibrasi. Sedangkan, yang bersifat aktif seperti latihan/pengendalian
batuk, latihan bernafas dan koreksi sikap yang dapat dilakukan pada anak agak besar.
Adapun, kontra indikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan
jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif. Sedangkan kontra indikasi relatif
seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan
kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.
Secara umum fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindakan keperawatan yang
terdiri atas perkusi, vibrasi, dan postural drainage.
a. Perkusi
Disebut juga clapping adalah pukulan kuat (bukan berarti sekuat-kuatnya) pada dinding
dada dan punggung yang diteruskan pada saluran nafas paru, dilakukan dengan
memakai telapak tangan, dan mengadduksikan jari dan jempol sehingga membentuk
seperti mangkok. Perhatikan gb.5.1

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 66


Gb.5.1
Pasien cenderung menyukai perkusi dengan teknik yang lambat karena dirasa lebih
santai, daripada perkusi dengan teknik yang lebih cepat.
Daerah-daerah klavikula, vertebra dan skapula harus dihindarkan dan juga daerah iga
bawah. Di daerah dada (breast) harus hati-hati terutama pada gadis remaja karena akan
menimbulkan ketidaknyamanan.
Tujuan :
Secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada dinding bronkhus.
Indikasi :
Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase, jadi semua
indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi.
Harus dilakukan hati-hati pada keadaan ;
1. Patah tulang rusuk
2. Emfisema subkutan daerah leher dan dada
3. Skin graf yang baru
4. Luka bakar, infeksi kulit
5. Emboli paru
6. Pneumotoraks tension yang tidak diobati
Secara umum hal-hal diatas dapat diabaikan bila pasien dalam keadaan kritis.
b. Vibrasi
Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang
diletakkan datar pada dinding dada klien. Secara umum dilakukan bersamaan dengan
perkusi, vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar
sedangkan perkusi melepaskan/melonggarkan sekret.
Vibrasi dilakukan hanya saat pasien mengeluarkan nafas. Setelah pasien bernafas
dalam, kompresi dan vibrasi dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai
akhir ekspirasi.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 67


Bila pasien tidak dapat bernafas dalam, dapat dibantu dengan IPPB ataupun ambubag.
Bila alat tidak ada, dapat mengikuti pola pernafasan pasien. Dengan kata lain, vibrasi
harus memperhatikan gerakan normal dada.
Vibrasi dilakukan dengan menegangkan seluruh otot-otot dari bahu sampai tangan.
Posisi dengan meletakkan tangan berlawanan pada dada atau tangan bertumpang tindih
pada dada yang dapat dilakukan 5-8 kali vibrasi per detik.
Tujuan :
Vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan
melepaskan mukus yang kental. Sering dilakukan bergantian dengan perkusi.
Kontraindikasi :
Patah tulang dan hemoptisis
c. Postural drainage
Postural drainage merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekret dari
berbagai segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang
terbaik untuk melakukannya yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam
sebelum tidur pada malam hari. Postural drainage harus lebih sering dilakukan ketika
klien demam (Asmadi, 2008). Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai
lokasi maka postural drainase dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan
kelainan parunya (Lihat lampiran gambar). Bila dilakukan pada beberapa posisi tidak
lebih dari 40 menit, tiap satu posisi 3-10 menit.
Postural drainase dengan perkusi adalah cara fisioterapi yang paling sering karena dapat
dipergunakan untuk semua umur. Sedangkan pada anak yang besar dapat digunakan
latihan pengendalian batuk dan latihan bernafas (Lubis, 2005).
Tujuan :
Untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran nafas dan mempercepat
pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis. Pada penderita dengan produksi
sputum yang banyak, postural drainage lebih efektif bila disertai dengan perkusi dan
vibrasi dada.
Indikasi :
1. Profilaksasis untuk mencegah penumpukan sekret, yaitu pada :
a. Pasien yang memakai ventilasi
b. Pasien dengan tirah baring lama
c. Pasien dengan produksi sputum meningkat, seperti pada fibrosis kistik atau
bronkiektasis
d. Pasien dengan batuk tidak efektif

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 68


2. Mobilisasi sekret yang tertahan :
a. Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret
b. Pasien dengan abses paru
c. Pasien dengan pneumonia
d. Pasien pre dan post operatif
e. Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk
Kontra indikasi :
1. Tension pneumotoraks
2. Hemoptisis
3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akut,
infark dan aritmia
4. Edema paru
5. Efusi pleura yang luas

Penilaian hasil terapi :


1. Pada auskultasi apakah suara pernafasan meningkat dan sama kiri-kanan
2. Pada inspeksi apakah kedua sisi dada bergerak sama
3. Apakah batuk telah produktif, apakah sekret sangat encer atau kental
4. Bagaimana perasaan pasien tentang pengobatan apakah ia merasa lelah, merasa
enakan, sakit
5. Bagaimana efek yang nampak pada vital sign, adakah temperatur dan nadi tekanan
darah
6. Apakah foto toraks ada perbaikan

Kriteria untuk tidak melanjutkan terapi :


1. Pasien tidak demam dalam 24 – 48 jam
2. Suara pernafasan normal atau relatif jelas
3. Foto toraks relatif jelas
4. Pasien mampu bernafas dalam dan batuk

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 69


LAMPIRAN

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 70


d. Segmen superior dari
kedua lobus bawah

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 71


Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 72
Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 73
f

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 74


Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 75
Reference
Aziz A. H., A. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Editor: Esty W. Jakarta : EGC, 2008
Muscari, Mary E. Panduan belajar : Keperawatan pediatrik. Editor Esty Wahyuningsih. Ed.3.
Jakarta : EGC, 2005
Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta ; Salemba Medika, 2008
Lubis, Helmi M., Fisioterapi pada penyakit paru anak. Sumatera : Bagian Ilmu kesehatan anak
FK USU, 2005

E. PROSEDUR KETRAMPILAN
Fisioterapi Dada
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Mengidentifikasi pasien dengan benar.
d. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke dekat pasien.

2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien, memperkenalkan diri.
b. Melakukan kontrak untuk tindakan yang akan dilakukan.
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
d. Menanyakan kesiapan dan meminta kerja sama pasien.

3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien membaca Basmalah dan berdoa.
c. Mengauskultasi pasien untuk mengetahui letak secret
d. Mengatur posisi pasien sesuai daerah gangguan paru

e. Memasang perlak pengalas dan bengkok ( di pangkuan ibu dengan posisi duduk )

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 76


f. Mengoles dan memijit daerah yang akan dilakukan prosedur dengan menggunakan
baby oil

g. Melakukan clapping dengan cara tangan perawat menepuk punggung pasien secara
benar

h. Melakukan vibrating pada area yang terdapat secret


i. Menampung lendir dalam sputum pot atau bengkok
j. Membersihkan mulut dengan tissue
k. Memberikan minum air hangat setelah dilakukan prosedur
l. Melakukan auskultasi paru untuk mengkaji ulang secret
m. Merapikan pasien
4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan.
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL
c. Merapikan pasien dan lingkungan.
d. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
e. Berpamitan dengan pasien dan menyampaikan kontrak yang akan datang.
f. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g. Mencuci tangan.
h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

Postural Drainage
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Mengidentifikasi pasien dengan benar.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 77


d. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke dekat pasien.

2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien, memperkenalkan diri.
b. Melakukan kontrak untuk tindakan yang akan dilakukan.
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
d. Menanyakan kesiapan dan meminta kerja sama pasien.

3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien membaca Basmalah dan berdoa.
c. Memilih area yang tersumbat yang akan didrainage berdasarkan pengkajian semua
bidang paru, data klinis dan gambaran foto dada.
d. Membaringkan pasien sesuai area yang akan di drainage.
e. Meminta pasien untuk mempertahankan posisi 10 – 15 menit.
f. Melakukan cupping, clupping dan vibrating selama 10 – 15 menit.
g. Setelah di drainage minta pasien duduk dan batuk kemudian tampung secret / dahak
yang dikeluarkan dalam sputum pot dan apabila pasien tidak dapat batuk maka harus
dilakukan penghisapan atau suction.
h. Meminta pasien istirahat sebentar bila perlu.
i. Meminta pasien untuk minum air.
j. Melakukan drainage pada semua area yang tersumbat selama 30 – 60 menit.
k. Mengulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.
l. Merapikan pasien.

4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan.
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL
c. Merapikan pasien dan lingkungan.
d. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
e. Berpamitan dengan pasien dan menyampaikan kontrak yang akan datang.
f. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g. Mencuci tangan.
h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 78


F. CHECK LIST PENILAIAN (TOOLS)
1. TOOLS FISIOTHERAPI DADA PADA ANAK
SKORE
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
0 1 2
Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi 1
2. Mencuci tangan 1
3. Mengidentifikasi pasien dengan benar 1
4. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke pasien 1
Tahap Orientasi
1. Salam, sapa, perkenalkan diri 1
2. Melakukan kontrak 1
3. Menjelaskan tujuan 1
4. Menjelaskan prosedur 1
5. Menanyakan kesiapan dan kerjasama pasien 1
Tahap Kerja
1. Menjaga privacy 1
2. Mengajak pasien membaca Basmalah 1
Mengauskultasi pasien untuk mengetahui letak
3. 4
secret
Mengatur posisi pasien sesuai daerah gangguan
4. 3
paru
Memasang perlak pengalas dan bengkok ( di
5. 1
pangkuan ibu dengan posisi duduk )
Mengoles dan memijit daerah yang akan
6. 3
dilakukan prosedur dengan baby oil
Melakukan clapping dengan cara tangan perawat
7. 4
menepuk punggung pasien secara benar
Melakukan vibrating pada area yang terdapat
8. 4
secret
Menampung lendir dalam sputum pot atau
9. 3
bengkok
10. Membersihkan mulut dengan tissue 1
11. Memberikan minum air hangat 1

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 79


Melakukan auskultasi paru untuk mengkaji ulang
12. 4
secret
13. Merapikan pasien 1
Tahap Terminasi
1. Menyampaikan hasil anamnesa/kesimpulan 1
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 1
3. Mengajak pasien membaca Hamdalah 1
Berpamitan dengan pasien dan menyampaikan
4. 1
kontrak yang akan datang
5. Membereskan dan mengembalikan alat 1
6. Mencuci tangan 1
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
7. 1
keperawatan
Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan 1
2. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 1
3. Menggunakan tehnik komunikasi terapeutik 1

TOTAL SCORE

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 80


2. TOOLS POSTURAL DRAINAGE
SKORE
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
0 1 2
Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi 1
2. Mencuci tangan 1
3. Mengidentifikasi pasien dengan benar 1
4. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke pasien 1
Tahap Orientasi
1. Salam, sapa, perkenalkan diri 1
2. Melakukan kontrak 1
3. Menjelaskan tujuan 1
4. Menjelaskan prosedur 1
5. Menanyakan kesiapan dan kerjasama pasien 1
Tahap Kerja
1. Menjaga privacy 1
2. Mengajak pasien membaca Basmalah 1
Memilih area yang tersumbat yang akan
3. didrainage berdasarkan pengkajian semua bidang 2
paru, data klinis dan gambaran foto dada.
Membaringkan pasien sesuai area yang akan di
4. 2
drainage.
Meminta pasien untuk mempertahankan posisi 10
5. 2
– 15 menit.
6. Melakukan cupping selama 10 – 15 menit 4
Melakukan clupping selama 10 – 15 menit 4
Melakukan vibratin g selama 10 – 15 menit 4
7. Minta pasien duduk kemudian minta untuk batuk 1
Tampung secret / dahak yang dikeluarkan dalam
8. 2
sputum pot
9. Meminta pasien istirahat sebentar bila perlu 1
10. Meminta pasien untuk minum air 1
Melakukan drainage pada semua area yang
11. 3
tersumbat selama 30 – 60 menit

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 81


Mengulangi pengkajian dada pada semua bidang
12. 2
paru
13. Merapikan pasien 1
Tahap Terminasi
1. Menyampaikan hasil anamnesa/kesimpulan 1
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 1
3. Mengajak pasien membaca Hamdalah 1
Berpamitan dengan pasien dan menyampaikan
4. 1
kontrak yang akan datang
5. Membereskan dan mengembalikan alat 1
6. Mencuci tangan 1

7. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan 1


keperawatan
Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan 1
2. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 1
3. Menggunakan tehnik komunikasi terapeutik 1

TOTAL SCORE

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 82


Water Tepid Sponge (WTS)

A. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu memahami prosedur tindakan Water Tepid Sponge (WTS)
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk tindakan Water Tepid Sponge (WTS)
3. Mahasiswa mampu melakukan skill Water Tepid Sponge (WTS) secara mandiri
B. RENCANA PEMBELAJARAN

Waktu praktikum : 1 x 100 menit

Panduan instrukstur : 1. 10 menit : persiapan dan pre test materi


2. 30 menit : mendemonstrasikan skill Water
Tepid Sponge (WTS)
3. 30 menit : membimbing mahasiswa dalam
melatih kemampuan melakukan
skillWater Tepid Sponge (WTS)
4. 10 menit : memberikan umpan balik
5. 30 menit : mengobservasi dan mengevaluasi
skill mandiri mahasiswa

Panduan Mahasiswa : 1. 10 menit : persiapan dan mengerjakan soal pre


test
2. 30 menit : mahasiswa mengamati demonstrasi
yang dilakukan oleh instruktur
3. 30 menit : mahasiswa melatih kemampuan
dalam melakukan skill Water Tepid
Sponge (WTS) dibawah bimbingan
instruktur
4. 10 menit : mahasiwa merespon umpan balik
dari instrukstur
5. 30 menit : mahasiswa melakukan skill Water
Tepid Sponge (WTS) secara mandiri
dengan diobservasi dan dievaluasi
oleh instruktur

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 83


C. PERALATAN DAN BAHAN
1. Perlak pengalas
2. Baskom berisi air hangat (320C – 370C)
3. Washlap
4. Selimut mandi
5. Handuk
6. Thermometer dan set pemeriksaan suhu
7. Sarung tangan
8. Botol berisi air hangat dan kantong/bantalan es

D. DASAR TEORI
PENDAHULUAN
Water tepid sponge merupakan prosedur perawatan pada anak sakit demam dengan
mengusap dan melap seluruh bagian tubuh anak dengan air hangat yang bertujuan untuk
mendorong darah ke permukaan tubuh sehingga darah dapat mengalir dengan lancar, dan
tindakan ini akan memberikan sinyal ke hipotalamus anterior yang akan merangsang sistem
effektor sehingga diharapkan terjadi penurunan suhu tubuh pada anak ( Craven, 2007;
Taylor, 2006).
Penelitian oleh Sharber (1997, dalam Joyce, 2006) menunjukkan bahwa pemberian
acetominophen dan antipiretik akan lebih efektif dalam menurunkan suhu tubuh dan
memberikan kenyamanan pada anak usia prasekolah dan sekolah, jika disertai dengan
tindakan water tapid sponge.
Penelitian oleh Kusnanto, dkk, (2008), water tapid sponge dengan suhu 370C lebih efektif
menurunkan suhu tubuh anak demam dibandingkan dengan water tapid sponge suhu 320C

MEKANISME TERJADINYA PENURUNAN SUHU TUBUH


Tindakan perawatan dengan water tapid sponge yang dilakukan pada daerah tubuh akan
mengakibatkan anak berkeringat. Water tapid sponge sendiri bertujuan untuk mendorong
darah ke permukaan tubuh sehingga darah dapat mengalir dengan lancar. Ketika suhu tubuh
meningkat dan dilakukan water tapid sponge, hipotalamus anterior memberi sinyal pada
kelenjar keringat untuk melepaskan keringat, sehingga akan terjadi penurunan suhu tubuh
dan mencapai keadaan normal kembali (Taylor, 2008).
Mekanisme water tapid sponge dalam menurunkan suhu tubuh (Potter dan Perry, 2005) :

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 84


Anak Demam
Water Tapid Sponge
Hipotalamus Anterior

Sinyal menurunkan set point

Vasodilatasi, berkeringat

Penurunan suhu tubuh pada anak

TUJUAN TINDAKAN WTS (Vij, 2007)


1. Membantu menurunkan suhu antara 102 – 102,80F
2. Menstimulasi sirkulasi darah
3. Menurunkan toksisitas
4. Nervousness and delirium
5. To soothe the nerves and promote sleep

INDIKASI TINDAKAN WTS (Taylor, 2006 & Schilling, 2009)


1. Anak dengan demam dan menggigil
2. Anak dengan peningkatan suhu tubuh yang sangat cepat dan tinggi
3. Bila pengobatan demam rutin gagal/tidak efektif menurunkan panas.

KONTRAINDIKASI TINDAKAN WTS (Kowalski, 2007)


1. Pasien dengan arteriosclerosis
2. Pasien dengan arthritis atau immunosuppesi
3. Bayi baru lahir

PERHATIAN KHUSUS (Schilling, 2009)


1. Jika pasien mendapat antipiretik, berikan 15-20 menit sebelum tindakan
2. Untuk mendapat suhu yang akurat, kaji suhu rektal jika tdk ada kontraindikasi
3. Jika hanya bisa dengan suhu mulut, gunakan termometer elektrik

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 85


KOMPLIKASI TINDAKAN WTS (Schilling, 2009)
Mempercepat penurunan suhu dapat memicu terjadinya kejang.

DOKUMENTASI (Schilling, 2009)


1. Catat tanggal, waktu, dan lama tindakan
2. Suhu air
3. Suhu, HR, RR pasien sebelum, selama, dan setelah tindakan
4. Komplikasi yang muncul, jika ada
5. Respon pasien dari tindakan

Reference

Craven, R.F., and Hirnle, C.J. Fundamentals of Nursing : Human Health and Function, 5th
ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2007

Taylor, C. “Managing Infants with Pyrexia,” Nursing Times 102(39):42-43, September-


October 2006.

Taylor, C.,et al. Fundamentals of Nursing : The Arte and Science of Nursing Care, 6th ed.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2008

Schilling, Juddith A., Lippincott’s Nursing procedures, 5th ed. Philadelphia : Lippincott
Williams & Walkins, 2009

Kusnanto, dkk. Efektifitas tepid sponge bath suhu 320C dan 370C dalam menurunkan suhu
anak demam. Surabaya : Jurnal Ners, 2008

Kowalski, Mary T., & Rosdahl, C. B. Textbook of Basic Nursing. Philadelphia : Lippincott
Williams & Walkins, 2007

Vij, Jitendar P., Basic Consept on Nursing Procedures. New Delhi : Jaypee Brothers
Medical Publishers, 2007

Joyce J. Fitzpatrick and Meredith Wallace (editors). Encyclopedia of Nursing research. 2nd
ed. USA : Maple-Vail Book, 2006

Potter, P.A., Perry A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Praktik.
Edisi 4. Volume 2. Alih bahasa : RenataKomalasari, dkk. Jakarta : EGC, 200

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 86


E. PROSEDUR KETRAMPILAN
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Mengidentifikasi pasien dengan benar.
d. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke dekat pasien.

2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien, memperkenalkan diri.
b. Melakukan kontrak untuk tindakan yang akan dilakukan.
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
d. Menanyakan kesiapan dan meminta kerja sama pasien.

3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien membaca Basmalah dan berdoa.
c. Memakai sarung tangan.
d. Memasang pengalas dibawah tubuh bayi.
e. Memasang selimut mandi.
f. Melepaskan pakaian bayi.
g. Mengkaji suhu, RR, HR bayi
h. Meletakkan botol air hangat di kaki (mengurangi sensasi panas) dan meletakkan
bantalan es di kepala (mencegah pusing dan kongesti nasal)
i. Mencelupkan washlap/handuk kecil ke baskom yang berisi air hangat, peras
sebelum mengusapkannya ke seluruh tubuh bayi.
j. Tempatkan waslap di axilla, lipat paha, lipat lutut, ganti ketika waslap kering.
k. Usap masing-masing ekstremitas 5 menit, kemudian dada dan abdomen 5 menit.
Balik pasien, usapkan punggung dan bokong 5-10 menit. Selimuti tubuh selain yang
sedang diusap.
l. Tambahkan air hangat ke baskom jika perlu
m. Cek suhu, HR, RR tiap 10 menit. Catat/informasikan ke dokter yang bertanggung
jawab jika suhu tidak turun selama 30 menit.
n. Menghentikan prosedur bila terjadi penurunan suhu tubuh (0.6-1)0C (karena suhu
akan turun dengan sendirinya secara normal)

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 87


o. Observasi adanya panas, menggigil, pucat, bercak/bintik-bintik, sianosis, perubahan
TTV (khususnya HR yang cepat, lemah, tdk teratur). Jika ada tanda tersebut,
hentikan tindakan, selimuti pasien, informasikan ke dokter yang bertanggungjawab.
p. Jika tidak ada masalah yang muncul, tindakan dilakukan sampai 30 menit.
q. Mengeringkan tubuh dengan cara menepuk setiap area sampai kering dengan
menggunakan handuk. Hindari mengeringkan dengan cara menggosok karena dapat
meningkatkan metabolisme sel dan memproduksi panas.
r. Pastikan pasien kering dan nyaman, pakaikan baju.
s. Melepas sarung tangan.
t. Merapikan pasien.

4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan (kaji suhu, HR, RR setelah tindakan)
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL (kaji suhu, HR, RR 30 menit setelah
tindakan untuk menentukan efektifitas WTS)
c. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
d. Berpamitan dengan pasien.
e. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
f. Mencuci tangan.
g. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 88


F. CHECK LIST PENILAIAN (TOOLS)
TOOLS WATER TEPID SPONGE (WTS)
SKORE
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
0 1 2
Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi 1
2. Mencuci tangan 1
3. Mengidentifikasi pasien dengan benar 1
4. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke pasien 1
Tahap Orientasi
1. Salam, sapa, perkenalkan diri 1
2. Melakukan kontrak 1
3. Menjelaskan tujuan 1
4. Menjelaskan prosedur 1
5. Menanyakan kesiapan dan kerjasama pasien 1
Tahap Kerja
1. Menjaga privacy 1
2. Mengajak pasien membaca Basmalah 1
3. Memakai sarung tangan 1
4. Memasang pengalas dibawah tubuh bayi 1,5
5. Memasang selimut mandi 1,5
6. Melepaskan pakaian bayi 1,5
7 Mengkaji Suhu, RR, HR Bayi 2
Meletakkan botol air Hangat di Kaki
(Mengurangi sensasi panas) dan Meletakan
8 2,5
Bantalan Es di kepala ( mencegah Pusing dan
kongesti nasal )
Mencelupkan washlap/handuk kecil ke baskom
9 yang berisi air hangat, peras lalu 2,5
mengusapkannya ke seluruh tubuh bayi
Tempatkan washlap di axila, lipat paha,lipat lutut
10 2,5
dan ganti ketika washlap kering.
Usap masing-masing ekstremitas selama 5 menit,
11 2,5
kemudian dada dan abdomen selama 5 menit,

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 89


kemudian balik pasien, mengusap punggung dan
bokong 5-10 menit. Selimuti tubuh selain yang di
usap
Tambahkan air hangat ke baskom jika perlu
12 1,5

Cek suhu,HR,RR tiap 10 menit. Catat dan hub.


13 1,5
Dokter jika suhu tidak turun selama 30 menit
Menghentikan prosedur atau tindakan bila suhu
14 1,5
tubuh sudah mendekati normal (disampaikan)
Observasi adanya panas, menggigil, pucat,
15 1,5
bercak/bintik-bintik,sianosis,perubahan ttv.
Mengeringkan tubuh dengan cara menepuk setiap
16 2
area sampai kering
Memastikan tubuh bayi/pasien benar-benar kering
17 1,5
dan pakaikan kembali baju
18 Melepas sarung tangan 1
Merapikan pasien
19 1

Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan 1
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 1
3. Mengajak pasien membaca Hamdalah 1
Berpamitan dengan pasien dan menyampaikan
4. 1
kontrak yang akan datang
5. Membereskan dan mengembalikan alat 1
6. Mencuci tangan 1
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
7. 1
keperawatan
Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan 1
2. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 1
3. Menggunakan tehnik komunikasi terapeutik 1

TOTAL SCORE

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 90


Penyimpanan Vaksin
Dan Pemberian Imunisasi Pada Bayi

A. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu memahami prosedur tindakan penyimpanan vaksin dan pemberian
imunisasi pada bayi
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk tindakan penyimpanan vaksin dan
pemberian imunisasi pada bayi
3. Mahasiswa mampu melakukan skill penyimpanan vaksin dan pemberian imunisasi pada
bayi secara mandiri

B. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu praktikum : 1 x 100 menit
Panduan instrukstur : 1. 10 menit : persiapan dan pre test materi
2. 30 menit : mendemonstrasikan skill penyimpanan
vaksin dan pemberian imunisasi pada
bayi
3. 30 menit : membimbing mahasiswa dalam
melatih kemampuan melakukan
skillpenyimpanan vaksin dan
pemberian imunisasi pada bayi
4. 10 menit : memberikan umpan balik
5. 30 menit : mengobservasi dan mengevaluasi
mandiri mahasiswa

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 91


Panduan Mahasiswa : 1. 10 menit : persiapan dan mengerjakan soal pretest
2. 30 menit : mahasiswa mengamati demonstrasi
yang dilakukan oleh instruktur
3. 30 menit : mahasiswa melatih kemampuan dalam
melakukan skill penyimpanan vaksin
dan pemberian imunisasi pada bayi
dibawah bimbingan instruktur
4. 10 menit : mahasiwa merespon umpan balik dari
instrukstur
5. 30 menit : mahasiswa melakukan skill
penyimpanan vaksin dan pemberian
imunisasi pada bayi secara mandiri
dengan diobservasi dan dievaluasi oleh
instruktur

C. PERALATAN DAN BAHAN


1. Vaksin Imunisasi ( BCG, DPT, Campak, Hepatitis, Polio)
2. Pelarut
3. Dispo / spuit 5cc dan 1cc
4. Needle
5. Safety Box
6. Kassa
7. Cool Pack / Kotak dingin
8. Kartu Imunisasi / KIA/KMS

D. DASAR TEORI
1. Pengertian
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga bila kelak terpapar tidak akan menderita penyakit tersebut
(Ditjen PP dan PL Dinkes RI, 2009). Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk
mencegah terjadinya penyakit tertentu (Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, 2009).
Imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus menerus harus
dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan, berdasarkan kelompok usia
sasaran dan tempat pelayanan (Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, 2009). Imunisasi
dasar adalah salah satu upaya untuk memberikan kekebalan pada anak agar terlindung

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 92


dari penyakit berbahaya seperti polio, campak, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B dan
tuberkulosis. Matondang dan Siregar (dalam Ranuh, et al, 2005) menjelaskan bahwa
tujuan imunisasi adalah untuk mencegah penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada cacar. Ditjen PB dan PL
Depkes RI (2009) menerangkan bahwa, tujuan utama imunisasi adalah menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I).
2. Tujuan Imunisasi
Membentuk daya tahan tubuh sehingga bayi/anak terhndar dari penyakit tertentu dan
kalau terkena penyakit tidak menyebabkan kecacatan atau kematian
3. Klasifikasi imunisasi
IMUNISASI PASIP
Memberi imunoglobulin (plasma manusia) / (plasma binatang). Pada penderita yg
diduga terinfeksi dgn mikroba.
Macam Imunoglobin :
Suplemen imunoglobin (manusia)  defisiensi imunoglobulin.
Imunoglobilin Spesifik ( manusia ) HBIG , RIG , TIG , VZIG CMVIG RSVIG
Imunoglobulin Spesifik ( binatang ) ADS, ATS, Rabies, Botulism.

IMUNISASI AKTIP
Memberikan antigen  proses infeksi buatan  reaksi imunologi spesifik  respon
Humoral, respon seluler dan sel memory.

4. IMUNISASI BCG (Bacillus Calmette Guerin)


Cahyono, dkk (2005) menjelaskan bahwa imunisasi BCG merupakan vaksin hidup yang
memberikan perlindungan terhadap penyakit TB. BCG mempunyai kemampuan klinis
untuk mencegah tuberculosis paru (berkisar dari 0 – 80%). Menurut Fine dan
Rodrigues, WHO (1990 dalam Wahab dan Julia 2002) menerangkan bahwa beberapa
penelitian menunjukkan bahwa kemampuan proteksi BCG berkurang jika telah ada
sensitisasi dengan mikobakteri lingkungan sebelumnya, tetapi data ini tidak konsisten.
Oleh karena itu, BCG dianjurkan untuk diberikan selama dalam masa inkubasi (dari
lahir sampai umur 2-3 bulan) atau dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu untuk
mengetahui apakah anak telah terinfeksi mikobakterium atau belum. Cahyono, dkk
(2010) menjelaskan bahwa vaksinasi BCG memberikan efek proteksi yang bervariasi

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 93


antara 50%-80% terhadap tuberkulosis. Vaksin tersebut menghasilkan efek proteksi
antara 6 sampai 12 minggu.
Cahyono, dkk (2010) menjelaskan bahwa imunisasi BCG diberikan pada bayi baru lahir
dan sebaiknya diberikan pada usia kurang dari 2 bulan. Vaksin tersebut juga dapat
diberikan pada anak usia 1-15 tahun yang belum divaksinasi (tidak ada catatan atau
tidak ada skar), imigran, komunitas traveling dan pekerja yang belum divaksinasi (tidak
ada catatan atau tidak ada skar).
Wahab dan Julia (2002) menjelaskan bahwa dosis yang diberikan untuk bayi kurang
dari 1 tahun adalah 0,05 ml dan untuk anak 0.10 ml. Imunisasi diberikan intrakutan di
daerah insersi muskulus deltoideus kanan. BCG tidak diberikan kepada penderita
dengan gangguan kekebalan (immunocompromised), seperti pada penderita leukemia,
penderita dalam pengobatan steroid jangka panjang dan penderita yang terinfeksi HIV.
Efek samping dari pemberian vaksin BCG adalah kemerahan dan bengkak di sekitar
tempat penyuntikan, nyeri, ulserasi, pembesaran kelenjar limfe regional, peradangan
dan bernanah, sakit kepala, demam, pembengkakan kelenjar, reaksi alergi berat dan
infeksi BCG (Cahyono, dkk., 2010).

5. IMUNISASI DPT
Wahab dan Julia (2002) menjelaskan, DPT merupakan vaksin yang mengandung tiga
elemen, yaitu toksoid corynebacterium diphtheria (difteri), bakteri bordetella pertussis
yang telah dimatikan (seluruh sel), dan toksoid clostridium tetani (tetanus).
a. Toksoid Difteri
Toksoid difteri adalah preparat toksin difteri yang diinaktifkan dengan formaldehid
dan diabsorbsi pada garam aluminium untuk menaikkan antigenesitasnya. Toksoid
ini melindungi tubuh terhadap kerja toksin. Orang yang telah diimunisasi dapat
terinfeksi strain difteri penghasil toksin tanpa mengalami manifestasi difteri
sistemik. Pada anak yang telah mendapatkan imunisasi lengkap, bila pun terjangkit
difteri, gejalanya akan jauh lebih ringan tanpa komplikasi yang berarti.
Toksoid difteri hampir selalu diberikan bersama dengan toksoid tetanus dan vaksin
pertusis sebagai bagian dari vaksin DPT pada seri imunisasi primer. DT diberikan
pada anak yang mempunyai kontra indikasi terhadap vaksin pertusis, sedangkan DT
digunakan di negara-negara yang pemberian boster (ulangan) toksoid ini
direkomendasikan seumur hidup.
Wong, et al (2009) menjelaskan bahwa vaksin difteri sering diberikan dalam bentuk:
(1) kombinasi dengan vaksin tetanus dan pertusis (DPTa) atau vaksin DPTa dan Hib

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 94


untuk anak yang usianya kurang 7 tahun; (2) kombinasi dengan vaksin konjugasi H.
Influenzae tipe B; (3) kombinasi dengan vaksin tetanus (DT) untuk anak usia kurang
dari 7 tahun yang memiliki kontraindikasi dalam mendapatkan vaksin pertusis; (4)
dosis lebih kecil (15% sampai 20% dari DPTa atau DT) dengan vaksin tetanus (Td)
untuk digunakan pada anak yang berusia 7 tahun atau lebih; atau (5) sebagai antigen
tunggal jika preparat antigen kombinasi tidak diindikasikan.
Cahyono, dkk, (2010) menjelaskan efek proteksi vaksin difteri sebesar 98,45%
setelah suntikan ketiga, namun kekebalan yang terbentuk setelah imunisasi dasar
hanya bertahan selama 10 tahun, sehingga perlu diberikan booster setiap 10 tahun
sekali.

b. Toksoid Tetanus (TT)


Toksoid tetanus adalah preparat toksin tetanus yang diinaktifkan dengan
formaldehid dan diabsorbsi pada garam aluminium untuk meningkatkan
antigenesitasnya. Wong, et al (2009) menjelaskan bahwa vaksin tetanus tersedia
dalam tiga bentuk yaitu vaksin tetanus toksoid, imunoglobulin tetanus (TIG) dan
antitoksin tetanus (biasanya dari serum kuda). TT merangsang pembentukan
antitoksin untuk menetralkan toksin tetanus. Antitoksin yang melewati plasenta ke
janin pasca imunisasi aktif pada ibu dapat mencegah kejadian tetanus neonatorum.
Cahyono, dkk, (2010) menjelaskan efek proteksi dari vaksin tetanus adalah 90%.
Efek samping dari pemberian vaksin tersebut biasanya bersifat ringan, berupa rasa
nyeri, kemerahan dan bengkak di tempat penyuntikan serta demam. Adapun reaksi
alergi berat jarang terjadi.

c. Vaksin Pertusis
Ada dua jenis vaksin pertusis, yaitu vaksin seluruh sel, yaitu vaksin yang
mengandung seluruh bakteri pertusis yang dimatikan dengan bahan kimia atau panas
dan vaksin aseluler. Vaksin pertusis efektif untuk mencegah penyakit serius, tetapi
dapat melindungi secara sempurna terhadap infeksi Bordetella pertussis. Vaksin
seluruh sel sering mengakibatkan reaksi lokal dan demam. Kadang-kadang dapat
menyebabkan reaksi imunologis, seperti ensefalopati, kejang dan episode hipotonik
hiporesponsif, serta menangis dan menjerit berkepanjangan lebih dari 3 jam.
Vaksin pertusis aseluler mengandung protein antigen pertusis murni yang
diekstraksi dari bakteri. Biasanya vaksin ini merupakan kombinasi dari antigen-
antigen berikut ini, yaitu toksoid pertusis (toksin pertusis yang telah dirusak

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 95


toksisitasnya), hemaglutinin filamentosa, aglutinogen, dan protein membran luar
seperti fimbrie. Kejadian efek samping sistemik maupun lokal, dua sampai empat
kali lebih jarang dengan vaksin aseluler ini dibandingkan dengan vaksin pertusis
seluruh sel. Keparahan efek samping juga jauh lebih ringan dengan vaksin aseluler
ini.
Pada satu tahun pertama kehidupan anak DPT diberikan sebanyak tiga kali yaitu
DPT pertama diberikan antara umur 2 bulan sampai 4 bulan, DPT kedua diberikan
antara umur 3 bulan sampai umur 5 bulan sedangkan DPT yang ketiga diberikan
antara umur 4 bulan sampai 6 bulan (Wahab & Julia, 2002; Pusat Promosi
Kesehatan Depkes RI, 2009; Cahyono, dkk, 2010). DPT diberikan secara
intramuskuler dengan dosis 0,5 cc (Hidayat, 2005).

6. IMUNISASI POLIOMIOLITIS.
Ada dua jenis vaksin poliomielitis, yaitu vaksin yang diberikan secara oral dan yang
dberikan secara suntikan. Vaksin poliomielitis oral mengandung tiga tipe virus polio
hidup yang dilemahkan. Karena harganya yang murah, mudah pemberiannya, dapat
menginduksi imunitas intestinal dan berpotensi menginfeksi secara sekunder kontak
rumah tangga dan komunitas, WHO (dalam Wahab dan Julia, 2002) merekomendasikan
pemberian vaksin polio trivalent sebagai vaksin pilihan untuk pemberantasan
poliomyelitis.
Pemberian vaksin tersebut untuk anak usia kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 4
kali. Adapun pemberiannya yaitu polio yang pertama diberikan antara saat lahir sampai
umur 1 bulan, polio yang kedua diberikan antara umur 2 bulan sampai umur 4 bulan,
polio yang ke tiga diberikan antara umur 3 bulan sampai umur 5 bulan, sedangkan polio
yang keempat diberikan antara umur 4 bulan samapi umur 6 bulan (Pusat Promosi
Kesehatan Depkes RI, 2009; Cahyono, dkk, 2010).

7. IMUNISASI CAMPAK
Vaksin campak adalah preparat virus hidup yang dilemahkan dan berasal dari
berbagai strain virus campak yang diisolasi pada tahun 1950. Vaksin campak harus
didinginkan pada suhu yang sesuai (2-80C) karena sinar matahar atau panas dapat
membunuh virus vaksin campak. Bila virus vaksin mati sebelum disuntikkan, vaksin
tersebut tidak akan mampu menginduksi respon imun. Cara pemberian imunisasi
campak melalui subkutan atau intamuskuler dengan dosis 0,5 cc (Hidayat, 2005).
Pemberian vaksin campak direkomendasikan usia 8-9 bulan. Pemberian imunisasi

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 96


campak ulangan dapat diberikan pada usia 6-7 tahun (kelas satu SD) (Pusat Promosi
Kesehatan Depkes RI, 2009).
Efek samping imunisasi campak diantaranya adalah demam tinggi (suhu lebih dari
39,40C) yang terjadi 8-10 hari setelah vaksinasi dan berlangsung selama sekitar 24-48
jam (insidens sekitar 2 %), dan ruam selama sekitar 1-2 hari (insidens sekitar 2 %). Efek
samping yang lebih berat, seperti ensefalitis, sangat jarang terjadi, kurang dari 1 setiap
1-3 juta dosis yang diberikan (Gold, 2000 dalam Wahab & Julia, 2002). Vaksin campak
tidak boleh diberikan pada penderita gangguan system imun berat, salah satu alasannya
dapat mengakibatkan pneumonia.

8. VAKSINASI HEPATITIS B
Ada dua tipe vaksin hepatitis B yang mengandung HBsAg (Hepatitis B Surface
Antigen/ antigen permukaan virus hepatitis B), yaitu vaksin yang berasal dari plasma
dan vaksin rekombinan. Kedua vaksin ini aman dan imunogenik walaupun diberikan
pada saat lahir karena antibody anti HBsAg tidak mengganggu respon terhadap vaksin.
Bayi dari ibu pengidap HBsAg-positif berespon kurang baik terhadap vaksin karena
vaksinasi sering baru diberikan setelah infeksi terjadi. Efektivitas vaksin untuk
mencegah pengidap Hepatitis B kronis pada bayi-bayi ini berkisar antara 75-95%.
Pemberian hepatitis B immunoglobulin (HBIg) pada saat lahir dapat sedikit
memperbaiki efektivitasnya. Tetapi HBIg tidak selalu tersedia di kebanyakan negara-
negara berkembang, disamping harganya yang relatif mahal (EPI WHO, 1995 dalam
Wahab & Julia, 2002).
Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir mengingat sekitar 33%
ibu melahirkan di negara berkembang adalah pengidap HGsAg positif dengan perkiraan
transmisi maternal 40% (IDAI, 1999 dalam Wahab & Julia, 2002)
Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI (2009) menjelaskan bahwa pemberian
imunisasi hepatitis B pada bayi yang berusia 0-7 hari satu kali dan dilanjutkan imunisasi
DPT/HB pada usia 2, 3 dan 4 bulan. Imunisasi tersebut diberikan dengan cara
intramuskuler dengan dosis 0,5 cc. Hadinegoro (2005, dalam Ranuh, et al 2005)
menjelaskan pemberian imunisasi hepatitis B berdasarkan status HBsAg ibu pada saat
melahirkan adalah sebagai berikut:
a. Bayi yang lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg-nya mendapatkan 5mcg
(0,5 ml)vaksin rekombinan atau 10 mcg (0,5 ml) vaksin asal plasma dalam waktu 12
jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 97


umur 6 bulan. Kalau kemudian diketahui ibu mengidap HBsAg positif maka segera
berikan 0,5 ml HBIg (sebelum anak berusia satu minggu)
b. Bayi yang lahir dari ibu HBsAg positif mendapatkan 0,5 ml immunoglobulin
hepatitis B (HBIg) dalam waktu 12 jam setelah lahir dan 5 mcg (0,5 ml) vaksin
rekombinan. Bila digunakan vaksin berasal dari plasma, diberikan 10 mcg (0,5 ml)
intramuskuler dan disuntikkan pada sisi yang berlainan. Dosis kedua diberikan pada
umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada umur 6 bulan
c. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif diberi dosis minimal 2,5 mcg (0,25
ml) vaksin rekombinan, sedangkan kalau digunakan vaksin berasal dari plasma,
diberikan dosis 10 mcg (0,5 ml) intramuskuler pada saat lahir sampai usia 2 bulan.
Dosis kedua diberikan pada umur 1-4 bulan, sedangkan dosis ketiga pada umur 6-18
bulan.
d. Ulangan imunisasi hepatitis B (Hep B4) diberikan pada umur 10-12 tahun.
Cahyono, dkk (2010) menjelaskan, pemeriksaan yang diperlukan untuk menilai
keberhasilan vaksinasi hepatitis B adalah dengan mengukur kadar anti-HBs antibodi
terhadap virus hepatitis B. Kadar anti-HBs < 10 tidak memberikan proteksi, kadar
anti-HBs 10-100 UI memberikan proteksi cukup kuat, kadar anti-HBs > 100 IU
memberikan proteksi yang kuat.
Pemberian imunisasi hepatitis B jarang menimbulkan efek samping yang serius.
Efek samping yang paling umum dari vaksin tersebut biasanya ringan dan cepat
hilang, misalnya rasa sakit pada tempat yang disuntik, sedikit demam dan rasa sakit
pada tulang sendi (Cahyono, dkk, 2010).

9. Kapan Imunisasi Tidak Boleh Diberikan


Keadaan-keadaan di mana imunisasi tidak dianjurkan :
1. BCG, tidak diberikan pada bayi yang menderita sakit kulit lama, sedang sakit TBC
dan panas tinggi.
2. DPT, tidak diberikan bila bayi sedang sakit parah, panas tinggi dan kejang.
3. Polio, tidak diberikan bila diare dan sakit parah.
4. Campak, tidak diberikan bila bayi sakit mendadak dan panas tinggi.

10. Keadaan-Keadaan Yang Timbul Setelah Imunisasi


Keadaan-keadaan yang timbul setelah imunisasi berbeda pada masing-masing
imunisasi, seperti yang diuraikan di bawah ini.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 98


1. BCG, dua minggu setelah imunisasi terjadi pembengkakan kecil dan merah di
tempat suntikan, seterusnya timbul bisul kecil dan menjadi luka parut.
2. DPT, umumnya bayi menderita panas sore hari setelah mendapatkan imunisasi,
tetapi akan turun dalam 1 - 2 hari. Di tempat suntikan merah dan bengkak serta
sakit, walaupun demikian tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri.
4. Campak, panas dan umumnya disertai kemerahan yang timbul 4 - 10 hari setelah
penyuntikan.

11. RANTAI DINGIN(Cold Chain)


Semua vaksin yang dipakai dalam praktek sehari harus disimpan dalam temperatur
tertentu agar mempunyai kemampuan menimbulkan kekebalan pada penerimanya,
apabila vaksin berada diluar temperatur yang dianjurkan akan mengurangi bahkan
merusak potensinya.

Vaksin 0-8º C 35-37ºC

DT 3-7 tahun 6 minggu

Pertusis 18-24 bulan Dibawah 50% 1 minggu

BCG

-Kristal 1 tahun Dibawah 20% dalam 3

- 14 hari

-Cair dipakai dalam 1 x kerja dipakai dalam 1x kerja

Campak

-Kristal 2 tahun 1 minggu

-Cair dipakai dalam 1 x kerja dipakai dalam 1x kerja

Polio 6-12 bulan 1-3 hari

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 99


E. PROSEDUR KETRAMPILAN
PENYIMPANAN VAKSIN

1. Di Puskesmas semua vaksin di simpan pada suhu 2 s/d 8°C (lemari ES)
2. Pendistribusian vaksin memakai vaksin carrier yang di isi 4 buah cool pack (kotak
dingin cair)
3. Hepatitis B (Injection) di Polindes di simpan pada suhu ruangan, terhindar dari sinar
matahari langsung

F. JADWAL

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 100


F. PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Mengidentifikasi pasien dengan benar.
d. Kaji riwayat kesehatan pasien
e. Menyiapkan vaksin dan alat yang diperlukan. Cek tanggal kadaluarsa, warna vaksin,
kekeruhan. Lakukan test kocok terlebih dahulu
f. Mendekatkan alat ke dekat pasien.

2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien, memperkenalkan diri.
b. Melakukan kontrak untuk tindakan yang akan dilakukan.
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
d. Menanyakan kesiapan dan meminta kerja sama pasien.

3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien membaca Basmalah dan berdoa.
c. ------------------
IMUNISASI BCG
Alat dan bahan :
1. Spuit tuberkulin dengan jarum ukuran 25-27 panjang 10 mm
2. Vial vaksin BCG kering dan gergaji ampul
3. Pelarut vaksin
4. Kapas lembab (dibasahi air matang)
5. Handscoon
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan bersih
3. Jelaskan prosedur kepada orang tua bayi tindakan imunisasi yang akan diberikan
4. Buka ampul vaksin BCG kering
5. Larutkan vaksin dengan pelarut vaksin yang tersedia kurang lebih 4cc
6. Isi spuit dengan vaksin sebanyak 0,05ml yang sudah dilarutkan
7. Atur posisi dan bersihkan lengan(daerah yang akan diinjeksi, yaitu 1/3 bagian
lengan atas) dengan kapas yang telah dibasahi

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 101


8. Tegangkan daerah yang akan diinjeksi
9. Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum pada sudut 10-15o intrakutan
10. Tarik spuit setelah vaksin habis dan jangan melakukan massase
11. Usap bekas injeksi dengan kapas bersih jika ada darah yang keluar
12. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
13. Catat respon yang terjadi, vaksin dikatakan berhasil jika timbul benjolan di
kulit. Kulit tampak pucat dan pori-pori jelas.

IMUNISASI POLIO
Alat dan bahan :
1. Vaksin polio dalam termos es
2. Pipet plastik
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilaksanakan
3. Ambil vaksin polio dalam termos es
4. Atur posisi bayi dalam posisi terlentang diatas pangkuan ibuny dan pegang
dengan hati-hati
5. Teteskan vaksin ke mulut sesuai jumlah dosis yang diprogramkan atau yang
dianjurkan yakni 2 tetes
6. Cuci tangan
7. Catat reaksi yang terjadi

IMUNISASI DPT/DT
Alat dan bahan :
1. Spuit disposible 1 cc atau 2,5cc dan jarumnya
2. Vaksin DPT dalam termos es
3. Kapas alkohol
4. Handscoon
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil vaksin DPT dengan spuit sesuai dengan program yakni 0,5 ml

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 102


5. Atur posisi bayi (bayi dpangku ibu, tangan kiri ibu merangkul bayi, menyangga
kepala bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri bayi. Tangan kanan bayi
melingkar ke belakang tubuh ibu dan tangan kanan ibu memegang kaki bayi
dengan kuat.
6. Lakukan disinfeksi 1/3 area tengah paha bagian luar (vantus lateralis) yang akan
diinjeksi dengan kapas alkohol atau bagian muskulus deltoid pada lengan atas.
7. Regangkan daerah yang akan diinjeksi
8. Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum ke intramuskular di daerah area
paha luar tersebut dengan mengarahkan jarum ke arah lutut dan bila dilakukan
pada muskulus deltoid, jarum diarahkan kearah bahu. Sudut suntikan yang
digunakan untuk injeksi tersebut adalah 450 sampai 600
9. Lepaskan jarum, tekan dan jangan dimasase
10. Lepaskan sarung tangan
11. Cuci tangan
12. Catat reaksi yang terjadi

IMUNISASI HEPATITIS B
Alat dan bahan :
1. Spuit disposible 1cc atau 2,5 cc dan jarumnya
2. Vaksin hepatitis dalam termos es
3. Kapas alkohol dalam tempatnya
4. Sarung tangan bersih
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil vaksin hepatitis menggunakan spuit sesuai program yakni 0,5ml
5. Atur posisi bayi (bayi dirangkul ibunya, tangan kiri ibu merangkul bayi,
menyangga kepala, bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri bayi. Tangan kanan
bayi melingkar ke badan ibu dan tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan
kuat).
6. Lakukan disinfeksi 1/3 area tengah paha bagian luar (vantus lateralis) yang akan
diinjeksi dengan kapas alkohol atau bagian muskulus deltoid pada lengan atas.
7. Regangkan area yang diinjeksi

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 103


8. Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum ke intramuskular di daerah area
paha luar tersebut dengan mengarahkan jarum ke arah lutut dan bila dilakukan
pada muskulus deltoid, jarum diarahkan kearah bahu. Sudut suntikan yang
digunakan untuk injeksi tersebut adalah 450 sampai 600
9. Lepaskan jarum, tekan dan jangan dimasase
10. Lepaskan sarung tangan
11. Cuci tangan
12. Catat reaksi yang terjadi

IMUNISASI CAMPAK
Alat dan bahan :
1. Spuit disposible 1cc atau 2,5 cc dan jarumnya
2. Vaksin campak dalam termos es
3. Kapas alkohol dalam tempatnya
4. Sarung tangan bersih
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil vaksin hepatitis menggunakan spuit sesuai program yakni 0,5ml
5. Atur posisi bayi (bayi dirangkul ibunya, lengan kanan bayi dijepit di ketiak
ibunya. Ibu menopang kepala bayi, tangan kiri ibu memegang tangan kiri bayi)
6. Lakukan desinfeksi 1/3 bagian lengan kanan atas
7. Regangkan daerah yang akan diinfeksi
8. Lakukan injeksi sub cutan atau intramuskuler.
9. Setelah vaksin habis, tarik spuit sambil menekan lokasi penyuntikkan dengan
kapas
10. Lepaskan sarung tangan
11. Cuci tangan
12. Catat reaksi yang terjadi
4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan.
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL
c. Merapikan pasien dan lingkungan.
d. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 104


e. Berpamitan dengan pasien dan menyampaikan kontrak yang akan datang.
f. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g. Mencuci tangan.
h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
G. CHECK LIST PENILAIAN (TOOLS)
TOOLS PENILAIAN IMUNISASI
SKORE
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
0 1 2
Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi 1
2. Mencuci tangan 1
3. Mengidentifikasi pasien dengan benar 1
4. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke pasien 1
Tahap Orientasi
1. Salam, sapa, perkenalkan diri 1
2. Melakukan kontrak 1
3. Menjelaskan tujuan 1
4. Menjelaskan prosedur 1
5. Menanyakan kesiapan dan kerjasama pasien 1
Tahap Kerja
1. Menjaga privacy 1
Memastikan vaksin dan spuit yang akan di
2. 2
gunakan
3. Melarutkan vaksin dengan cairan pelarut 5
Posisikan bayi dengan posisi terlentang, jika
memungkinkan bayi posisi miring dipangkuan
4. 7
ibu dengan lengan dibebaskan dari kain, dan kaki
dibebaskan dari kain
Bersihkan tempat yang akan diinjeksi dengan
5. 4
kassa yang dibasahi air bersih
6. Injeksikan vaksin sesuai dengan ketentuan 4
7. Merapikan kembali alat 3
8. Melepas sarung tangan 3
9. Merapikan kembali pasien 2

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 105


Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan 1
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 1
3. Mengajak pasien membaca Hamdalah 1
Berpamitan dengan pasien dan menyampaikan
4. 1
kontrak yang akan datang
5. Membereskan dan mengembalikan alat 1
6. Mencuci tangan 1
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
7. 1
keperawatan
Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan 1
2. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 1
3. Menggunakan tehnik komunikasi terapeutik 1

TOTAL SCORE

H. PUSTAKA
1. Hidayat, A.A.A. (2008). Buku saku praktikum keperawatan anak. Jakarta:EGC
2. Bari, A., dkk. (2002). Buku Panduan Praktis Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta,
YBPSP.
3. Cahyono, J.B., Lusi, R.A., Verawati, Sitorus, R., Utami, R.C.B. & Dameria, K. (2010).
Vaksinasi cara ampuh cegah penyakit infeksi. Yogyakarta: Kanisius.
4. Ditjen PP & PL Depkes RI. (2009). Petunjuk teknis pelaksanaan imunisasi di daerah
bencana.
5. Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI. (2009). Informasi dasar imunisasi rutin serta
kesehatan ibu dan anak bagi kader, petugas kesehatan dan organisasi kemasyarakatan.
Jakarta.
6. Ranuh, I.G.N., Suyitno,H., Hadinegoro, S.R.S. & Kartasasmita, C.B. (2005). Pedoman
imunisasi indonesia. Ed 2. Jakarta: Satgas Imunisasi IDAI.
7. Staf Pengajar IKA FKUI. (1995). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Vol. 3. Jakarta.
FKUI.
8. Wahab, A.S & Julia, M. (2002). Sistem imun, imunisasi & penyakit imun. Jakarta:
Widya Medika.

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Anak 106

You might also like