Professional Documents
Culture Documents
STUDI KASUS
Kelompok 3 (B2) :
B. Patofisiologi
Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi, etiologi, atau pasifiologi
SDM. Klasifikasi morfologi berdasarkan ukuran sel. Sel makrositik berukuran lebih
besar dari pada normal dan dihubungkan dengan defesiensi vutamin B12 atau folat. Sel
mikrositik berukuran lebih kecil dari pada normal dan dihubungkan dengan defesiensi
besi atau anomali genetik; konsentrasi besi mengalami penurunan (hipokoromik).
Anemia defesiensi besi dapat disebabkan asupan makanan yang tidak mencukupi,
absorbsi gastrointestinal yang tidak cukup, kebutuhan besi yang meningkat (mis. Pada
saat kehamilan ), kehilangan darah, dan penyakit kronik.
Anemia defesiensi vitamin B12 dan folat dapat disebabkan asupan makanan yang
tidak mencukupi, absorbsi yang menurun dan pemanfaatan yang tidak mencukupi.
Defesiensi faktor intrinsik dapat menyebabkan penurunan absorbsi vitamin B 12 (mis.
Anemia pernisiosa). Anemia defesiensi folat dapat disebabkaan hiperutilisasi karena
kehamilan, anemia hemolitik, mielofibrosis, keganasan, penyakit inflamasi kronis,
dialisis dialisis jangka panjang, atau pertumbuhan yang cepat. Obat-obatan dapat
menyebabkan anemia dengan menurunkan absorbsi folat(mis. Fenitoin), atau dengan
mempengaruhi jalur metabolisme (mis. metotreksat).
Anemia penyakit kronis merupkan penyakit anemia hipoproliferatif yang
berhubungan dengan proses infeksi atau inflamsi kronis, kerusakan jaringan, atau kondisi
yang melepaskan sitokin proinflamasi. Patogenesis berdasarkan waktu hidup SDM yang
pendek, rusaknya respon sumsum, dan gangguan metabolisme besi.
Pada anemia penyakit kritis, mekanisme pembentukan SDM dan homoestasis
berubah, karena untuk contohnya, kehilangan darah atau sitokin yang dapat
menumpulkan respon eritropoiesis dan menghambat produksi SDM.
Penurunan cadangan di sumsum tukang karena usia dapat membuat pasien lebih
tua yang rentan terhadap anemia yang disebakan oleh berbagai faktor minor dan penyakit
yang tidak diketahui (mis. defesiensi nutrisi) yang secara negatif menpengaruhi
erotropoiesis.
Anemia pada anak-anak seringkali karena abnormalitas hematologi primer.
Resiko anemia defesiensi besi meningkat karena pertumbuhan yang sangat cepat dan
defesiensi makanan.
Anemia hemolitik disebabkan penururnan waktu hidupm SDM karena destruksi
pada limpa atau sirkulasi. Etiologi yang paling umum adalah kerusakan mambran SDM,
perubahan kelarutan atau stabilitas hemoglobin (mis. sickle cell) (Sukandar, 2008).
C. Etiologi
Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
D. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda anemia bergantung pada derajat dan kecepatan terjadinya
anemia,juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala akan lebih ringan pada anemia yang
terjadi perlahan-lahan, karena ada kesempatan bagi mekanisme homeostatik untuk
menyesuaikan dengan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen.
Gejala anemia disebabkan oleh 2 faktor:
• Berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan
• Adanya hipovolemia (pada penderita dengan perdarahan akut dan masif )
Pasokan oksigen dapat dipertahankan pada keadaan istirahat dengan mekanisme
kompensasi peningkatan volume sekuncup, denyut jantung dan curah jantung pada kadar
Hb mencapai 5 g% (Ht 15%). Gejala timbul bila kadar Hb turun di bawah 5 g%, pada
kadar Hb lebih tinggi selama aktivitas atau ketika terjadi gangguan mekanisme
kompensasi jantung karena penyakit jantung yang mendasarinya.
Gejala utama adalah sesak napas saat beraktivitas, sesak pada saat istirahat,
fatigue, gejala dan tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi kuat, jantung berdebar, dan
roaring in the ears). Pada anemia yang lebih berat, dapat timbul letargi, konfusi, dan
komplikasi yang mengancam jiwa (gagal jantung, angina, aritmia dan/ atau infark
miokard). Anemia yang disebabkan perdarahan akut berhubungan dengan komplikasi
berkurangnya volume intraseluler dan ekstraseluler. Keadaan ini menimbulkan gejala
mudah lelah, lassitude (tidak bertenaga), dan kram otot. Gejala dapat berlanjut menjadi
postural dizzines, letargi, sinkop; pada keadaan berat, dapat terjadi hipotensi persisten,
syok, dan kematian.
F. Diagnosis
Diagnosis cepat adalah penting karena anemia sering merupakan tanda patologi yang
mendasari.
• Evaluasi awal dari anemia melibatkan jumlah sel darah lengkap (CBC), retikulosit
Indeks, dan pemeriksaan feses untuk darah samar. Gambar 33-2 menunjukkan luas,
algoritma umum untuk diagnosis anemia berdasarkan data laboratorium.
• Perubahan laboratorium awal dan paling sensitif untuk IDA menurun feritin
serum(Penyimpanan besi), yang harus ditafsirkan dalam hubungannya dengan transferin
menurun kejenuhan dan meningkatkan total kapasitas pengikat besi (TIBC). Hb,
hematokrit (Ht), dan indeks RBC biasanya tetap normal sampai tahap akhir IDA.
• Pada anemia makrositik, berarti volume corpuscular biasanya meningkat ke yang lebih
besar dari 100 fL. Vitamin B12 dan konsentrasi folat dapat diukur untuk membedakan
antara dua anemia defisiensi. A vitamin B12 nilai kurang dari 150 pg / mL (<111 pmol /
L), bersama-sama dengan smear perifer yang sesuai dan gejala klinis, adalah diagnostik
vitamin B12 anemia -deficiency. Konsentrasi folat RBC menurun (<150 ng / mL [<340
nmol / L]) tampaknya menjadi indikator yang lebih baik dari folat-kekurangan anemia
dibandingkan konsentrasi serum folat menurun (<3 ng / mL [<7 nmol / L]).
G. Tatalaksana Terapi
Tujuan
tama pengobatan terhadap pasien anemia adlah untuk mengurangi tanda-tanda dan
gejala, memperbaiki etiologi yang mendasarinya dan mencegah kambuhnya anemia
Non Farmakologi
1. Mencukupkan asupan nutrisi untuk menambah darah merah.
2. Diet protein/purin
3. Memperbanyak minum air putih dapat membantu membuang mengeluarkan purin
yang ada dalam tubuh.
4. Menghindari minuman beralkohol.
Farmakologi
Terapi besi oral dengan garam besi besi larut, yang tidak enterik berlapis dan tidak
lambat atau berkelanjutan-release, disarankan dengan dosis harian 200 mg elemental besi
dalam dua atau tiga dosis terbagi (Table 33–2).
Zat besi sangat kecil diserap tubuh dari sumber sayuran, produk biji-bijian, produk susu,
dan telur, dan sangat banyak terdapat pada daging, ikan, dan unggas. Mengelola besi
setidaknya 1 jam sebelum makanan karena makanan mengganggu penyerapan, tetapi
administrasi dengan makanan mungkin diperlukan untuk meningkatkan toleransi.
Pertimbangkan besi parenteral untuk pasien dengan malabsorpsi besi, intoleransi oral
terapi besi, atau ketidakpatuhan. pemberian parenteral, bagaimanapun, tidak
mempercepat timbulnya respon hematologi. Dosis pengganti tergantung pada etiologi
anemia dan konsentrasi Hb (Table 33–3).
besi dextran, natrium besi glukonat, ferumoxytol, dan besi sukrosa tersedia preparat besi
parenteral dengan khasiat yang sama tetapi ukuran molekul yang berbeda,
farmakokinetik, bioavailabilitas, dan profil efek samping (Table 33–4).
ANEMIA DEFISIENSI VITAMIN B12
Anemia defisiensi vitamin B12 ditangani dengan terapi penggantian. Cyanocobala- min
atau hydroxycobalamin, 800-1000 μg, diinjeksikan IM atau subkutan dalam selama 1-2
minggu sampai simtom hilang, diikuti 100-1000 μg sekali seminggu sampai nilai
hemoglobin dan hematocrit kembali normal. Setelahnya, 100-1000 μg tiap bulan
dinjeksikan seumur hidup.
Vitamin B12 oral jarang diindikasikan kecuali orang tersebut mempunyai defisiensi
nutrisi. Cobalamin oral bisa digunakan jika diberikan dosis sangat besar (1000 μg/hari)
untuk kompensasi atas absorpsi yang jelek karena kurangnya faktor intrinsik pada pasien
dengan anemia pernisiosa.
I. Penyelesaian Kasus
KASUS 3. Anemia
Identitas Pasien
Nama Pasien : Joko
Ruang : Anggrek B2
Umur : 60 tahun
Tanggal MRS : 18 Juni 2015
Tanggal KRS :-
Diagnosis : Anemia, Hematochezia
Keluhan Utama : Badan terasa lemas dan nyeri ulu hati kurang lebih selama 2 minggu,
BAB berwarna hitam kurang lebih 1 minggu, mual dan muntah selama 2 hari setelah minum
obat Montalin (herbal penurun asam urat)
Keluhan Tambahan : -
Tanda Vital
Para-meter Nilai normal/target Tanggal
19/4 20/4 21/ 22/ 23/4 24/4 25/4 26/4 29/4 30/4 01/5 02/5 03/5
4 4
130/80 mmHg 120/ 130/7 120 120 140/7 120/8 130/ 130/8 120/8 120/8 110/7 110/7 120/6
TD (mmHg)
80 0 /80 /80 0 0 80 0 0 0 0 0 0
Suhu (0 C) 36±0,5˚C 36,6 39 38 38,2 38,6 37 38 39,3 38,6 39,6 37,4 36,8 37
Pemeriksaan penunjang
Kultur Urin (25/4):
Kultur menunjukan tidak ada pertumbuhan kuman
Tes imunologi (30/4) : CT Malaria negatif
Tes imunologi (02/05): CT Malaria negatif
Profil Terapi Pasien
Nama obat Regimen Tanggal
19 20 21 22 23 24 25 26 29 30 01 02 03
Infus RL/NS 2:2 √ √ √ √ √ √
Dexanta syr 2x1C √ √ √ √ √ √ √ - - -
Pantoprazol 2x1 √ √ √ √ √ √ - - √ √ - √ √
SF 3x1 √ √ √ √ √ S
Sohobion 1x1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Asam Folat 3x1 √ √ √ √ √ √
Escovit 3x1 √ √ √ √
Inj Transamin 4x1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ S
Starquin 2x1 √ √ S
Pamol 2x1 √ √ √ √ √
Allopurinol 3x1 √ √ √ √ √ √ √ √ √
Clinimix/NS √ √
Transfusi PRC √ √ √ √ √ √
Cefor 3x1 √ √ √ √ √ S
Gentamicin inj 2x80 mg √ √ √ √
Novaldo k/p 2x1 √ √ √
Levocin 2x500mg √ √ √ √ 1x5
00
Ketesse 2x1 √
Salofalk 2x250 mg √ √
Cernevir drip √
Pertanyaan
Lakukan Analisa Problem Pengobatan dan saran pengatasannya menggunakan metode SOAP
II. DATA BASE PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Toni No Rek Medik :-
Tempt/tgl lahir: 58 Tahun Dokter yg merawat :-
Alamat :-
Ras :-
Pekerjaan :
Riwayat masuk RS :
Badan terasa lemas dan nyeri ulu hati kurang lebih selama 2 minggu, BAB berwarna hitam
kurang lebih 1 minggu, mual dan muntah selama 2 hari setelah minum obat muntalin (herbal
penurun asam urat)
Riwayat Keluarga/Sosial :
Bapak: Asma.
Riwayat Sosial
Kegiatan
Pola makan/diet Tidak
- Vegetarian
Merokok tidak
Riwayat Alergi :
Ciprofloxacin (baru diketahui selama dirawat tgl 24 April).
Keluhan/Tanda Umum
Tanggal Subyektif Obyektif
- - Badan terasa lemas dan Tabel di bawah ini
nyeri ulu hati kurang lebih
selama 2 minggu
- BAB berwarna hitam
kurang lebih 1 minggu
Kondisi Klinik
Kondisi klinik 19/4 20/4 21/4 22/4 23/4 24/4 25/4 26/4 29/4 30/4 01/5 02/5 03/5
Mual, muntah + + - - - - - - - - - - -
BAB hitam √ - - - Normal N N N N N N N N
Tanda Vital
Nyeri ulu hati + + - - - - - - - - - - -
Parameter Nilai Tanggal
Kondisi Umum (KU) Lemah Sedang Sedang Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sedang Sedang Sedang Sedang
normal/target 19/4 20/4 21/4 22/4 23/4 24/4 25/4 26/4 29/4 30/4 01/5 02/5 03/5
TD (mmHg) 130/80 mmHg 120/80 130/70 120/80 120/80 140/70 120/80 130/80 130/80 120/80 120/80 110/70 110/70 120/60
36±0,5˚C 36,6 39 38 38,2 38,6 37 38 39,3 38,6 39,6 37,4 36,8 37
Suhu (0 C)
Denyut nadi
60-80/mnt 88 88 88 88 98 118 98 94 90 82 85 85 88
(/mnt)
ASSESMENT
No Problem S. O Terapi Analisa DRP
2. Hematochezia BAB Hitam kurang Salofalk Untuk mengobati radang usus yang -
lebih selama 1 minggu menyebabkan terjadinya
pembengkakan & pendarahan
3 Gout As. Urat = 4,9 mg/dl Allopurinol Kadar asam urat pasien sudah -
( <7mg/dL) normal sehingga bisa dihentikan
kenaikan kembali kadar asam urat
dapat dicegah dengan terapi non
farmakologi
4. Infeksi WBC > 10,0x10/mL Cefor Menyebabkan kenaikan WBC -
sudah distop sejak tgl 2
5. Nyeri ulu Nyeri Ulu hati selama Dexanta syr Dexanta (antasida) mengurangi Interaksi Obat
hati 2 minggu efektivitas Fe
Pantaprazol Untuk mengurangi nyeri ulu hati -
pasien penggunaan tetap
dilanjutkan untuk meminimalisir
ESO
Ketesse perlu dihentikan pada pasien Reaksi ESO
dengan tukak lambung dan
perdarahan saluran cerna.
Care Plan
1. Penggunaan obat herbal muntalin karena menyebabkan ESO (mual dan muntah), selain itu obat ini juga berisi bahan kimia obat yang
menyebabkan pendarahan.
2. Penggunaan sohobion dilanjutkan karena untuk mengatasi anemia pasien.
3. Penggunan Starquin (ciprofloksasin) dihentikan karena pasien mengalami alergi obat tersebut.
4. Penggunaan obat Dexanta (antasida) dihentikan, karena mengurangi efektivitas Fe.
5. Penggunaan obat Pantoprazol tetap dilanjutkan karena untuk mengatasi nyeri ulu hati juga mual dan muntah pasien serta meminimalisir
adanya ES yang mungkin timbul karena penggunaan obat
6. Penggunaan allopurinol perlu dihentikan karena kadar asam urat pasien sudah kembali normal. Untuk pemeliharaan agar kadar asam urat
pasien tetap stabil (normal) dapat digunakan terapi non farmakologi
7. Penggunaan Pamol tetap digunakan karena pasien masih demam (suhu tubuh tgl 03/5 adalah 37oC).
8. Penggunaan amoxicilin dilanjutkan untuk mengatasi Hematochezia, selain itu juga perlu dilakukan kultur bakteri agar dapat mengetahui
jenis bakterinya.
9. Injeksi Gentamicin dihentikan karena hanya aktif terhadap bakteri gram negatif sedangkan WBC pasien tetap naik sehingga diperlukan
antibiotik dengan spektrum lebih luas.
10. Penggunaan obat Katesse (Deksketoprofen tremetamol) perlu dihentikan pada pasien dengan tukak lambung dan perdarahan saluran
cerna
11. Penggunaan obat Novaldo (Metamizol Na) perlu dihentikan pada pasien dengan tukak lambung dan perdarahan saluran cerna
12. Penggunaan Inj. Levocin tetap digunakan karena untuk mengobati infeksi bakteri karena memiliki spektrum yang luas sambil menunggu
kultur bakteri selanjutnya
13. Penggunaan Cernevit drip tetap diberikan karena untuk suplemen multivitamin harian pada pasien dengan menjaga daya tahan tubuh dan
menambah nutrisi agar pasein tidak lemas lagi.
14. Penggunaan Salofalk tetap digunakan karena untuk mengatasi peradangan usus yang menyebabkan terjadinya pembengkakan &
pendarahan
Terapi Non Farmakologi
1. Memperbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti yang terdapat pada sayuran. Zat besi yang tinggi akan
merangsang pembentukan hemoglobin yang tinggi , contoh sayuran yang banyak mengandung zat besi adalah misal bayam, seledri, kubis,
kol, kangkung, kentang manis.
2. Mengkonsumsi buah-buahan. Karena buah mengandung banyak sekali vitamin, mineral dan berbagai antioksidan yang berguna untuk
meningkatkan hemoglobin dalam darah. buah-buahan yang baik untuk penderita penyakit anemia adalah buah seperti apel, anggur,
semangka, aprikot, kismis dan buah pulm.
3. Mengkonsumsi daging dan seafood. Karena vitamin B12 dan asam folat banyak terdapat pada daging dan seafood. Orang yang menderita
anemia sangat memerlukan asupan vitamin B12 dan asam folat. Karena kedua zat tersebut mampu meningkatkan stamina ataupun sel
darah merah dalam tubuh penderita terebut.
4. Istirahat yang cukup
Monitoring
- Monitoring tanda vital seperti tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi
- Monitoring hasil laboratuorium seperti WBC, RBC, Hct, MCH, MCHC, platelet, PCT, asam urat, albumin, Cr
- Monitoring warna feses pasien, jika BAB pasien bercampur dengan darah segar maka menandakan pendarahan bagian bawah. Namun, jika
BAB hitam maka menandakan pendarahan bagian atas.
- Monitoring kepatuhan pasien dalam penggunaan obat
- Monitoring efek samping obat-obat yang digunakan pasien, terutama pada pemberian zat besi yang bisa menyebabkan gejala gangguan
gastrointestinal misalnya konstipasi, diare, rasa terbakar di ulu hati, nyeri abdomen dan mual.
- Monitoring gaya hidup, seperti diet makanan rendah garam, keadaan stress yang dapat berpengaruh terhadap ulkus peptik.
Daftar pustaka
Anonim. 2008. Informasi Obat Nasional Indonesia. Cetakan pertama. BPOM RI; Jakarta
Dipiro, Joseph T., Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 7th Edition. 2008. New York: Mc. Graw Hill Medical.
Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia volume 47 tahun 2012-2013
National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse, Urinary Tract Infections of Adults. USA: National Institute of Health, 2011.
Samirah, Darwati, Windarwati, Hardjoeno. 2006. Pola dan Sensitivitas Kuman di Penderita Infeksi Saluran Kemih. [jurnal]. Makassar : bagian
patologi klinik FK UNHAS / RS Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Sukandar,Y.Elin. 2013. ISO Farmakoterapi Buku 1. PT.ISFI Penerbitan; Jakarta Barat
Wells, Barbara G. Dkk. 2015. Pharmacotherapy Handbook. Ninth Edition. Mc Graw Hill Education. Page 490-499