Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
2.1.2 Kegunaan
1. Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam bentuk
sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk
sediaan obat long – acting yang diinjeksikan secara intramuskular.
2. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan
pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan basis
suppositoria.
3. Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk pada
shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit – dan sediaan perawatan rambut.
4. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau
dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril)
(FI IV, hal 8)
2.1.3 Keuntungan dan kekurangan
Keuntungan :
Untuk hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan; penampilan sediaan yang
jernih dan elegan; pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus
pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan pori
tidak terganggu; mudah dicuci dengan air; pelepasan obatnya baik; kemampuan
penyebarannya pada kulit baik.
Kekurangan :
Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan
penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan
temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan
surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk mencapai
kejernihan yang tinggi.
Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat menyebabkan pedih pada
wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena pemaparan cahaya matahari,
alkohol akan menguap dengan cepat dan meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah
sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.
B. Bahan tambahan
1. Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel
mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba. Dalam
pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent.
Beberapa contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent :
Tragakan : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,05 % w/v
Na alginate : metil hidroksi benzoat 0,1- 0,2 % w/v, atau klorokresol 0,1 % w/v atau
asam benzoat 0,2 % w/v
Pektin : asam benzoat 0,2 % w/v atau metil hidroksi benzoat 0,12 % w/v atau
klorokresol 0,1-0,2 % w/v
Starch glyserin : metil hidroksi benzoat 0,1-0,2 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v
MC : fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau benzalkonium klorida 0,02% w/v
Na CMC : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,02 % w/v
Polivinil alkohol : klorheksidin asetat 0,02 % w/v
Pada umumnya pengawet dibutuhkan oleh sediaan yang mengandung air. Biasanya
digunkan pelarut air yang mengandung metilparaben 0,075% dan propilparaben 0,025%
sebagai pengawet.
2. Penambahan Bahan higroskopis
Bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol, propilenglikol dan sorbitol
dengan konsentrasi 10-20 %
3. Chelating agent
Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam berat. Contohnya
EDTA
Modifikasi formulasi
Minyak atsiri bunga lavender 2ml
Alkohol 70% 5%
Carbomer 940 0,5 %
TEA 2 tetes
Metil paraben 0,2 %
Gliserin 1 %
Aquades ad 100 ml
No. Nama Bahan Penimbangan Fungsi
1. Minyak atsiri 2 ml Bahan aktif
2. Alkohol 70 % 5/100 x 100 = 5 ml Pelarut organik
3. Carbomer 940 0,5/100 x 100 = 0,5 g Basis
4. TEA 2 tetes Alkilazying agent
5. Methyl paraben 0,2/100 x 100 = 0,2 g Pengawet
6. Gliceryn 1/100 x 100 = 1 ml Emolient
7. Aquades 100 – (5+2+0,5+0,2+1) = 87,25 ml Pelarut
Cara pembuatan :
1. Disiapkan mortir dan stamper
2. Ditimbang carbomer 940 sebanyak 0,5 g. Setelah carbomer 940 ditimbang, ditaburkan
diatas aquades sebanyak 20 ml.
3. Carbomer 940 yang sduah ditaburkan, diaduk cepat di dalam mortir sampai terbentuk masa
gel dan ditambah TEA sebanyak 2 tetes.
4. Ditimbang metyl paraben sebanyak 0,2 g
5. Diukur alkohol 70 % sebanyak 5 ml.
6. Metyl paraben dilarutkan dalam alkohol 70 % sebanyak 5 ml, dimasukkan ke dalam mortir,
diaduk sampai homogen.
7. Diukur gliserin sebanyak 1 ml. Timbang minyak atsiri bunga lavender 2 ml. Larutkan
dalam gliserin.
8. Minyak atsiri bunga lavender yang sudah larut dimasukkan ke dalam mortir, dicampur
sampai homogen, dipindahkan ke dalam beaker glaas yang sudah dikalibrasi. Ditambag
aquades sampai 100 ml, diaduk sampai homogen.
2.3 Perbedaan formulasi dari sediaan salep, krim, lotion dan gel
SO = yield value
m = massa kerucut dan fasa gerak (g)
g = percepatan gravitasi
p = dalamnya penetrasi (cm)
n = konstanta material mendekati 2
Yield value antara 100-1000 dines/cm2 menunjukkan kemampuan untuk mudah tersebar. Nilai dibawah
ini menunjukkan sediaan terlalu lunak dan mudah mengalir., diatas nilai ini menunjukkan terlalu keras
dan tidak dapat tersebar.
Dilakukan uji dipercepat dengan :
Agitasi atau sentrifugasi (Mekanik)
Sediaan disentrifugasi dengan kecepatan tinggi (sekitar 30000 RPM). Amati apakah terjadi
pemisahan atau tidak (Lachman hal 1081)
Manipulasi suhu
Gel dioleskan pada kaca objek dan dipanaskan pada suhu 30, 40, 50, 60, 70 C. Amati dengan
bantuan indicator (seperti sudan merah) mulai suhu berapa terjadi pemisahan, makin tinggi suhu
bearti makin stabil)
B. Evaluasi kimia
C. Evaluasi biologi
Uji penetapan potensi antibiuotik (lihat lampiran FI IV hal 891)
Uji sterilitas (lihat Lampiran FI IV Hal 855)