Professional Documents
Culture Documents
Nim: P07124318005
Pembantu Dekan III FKUB dr. M. Hanafi, MPH. dalam sambutannya mengatakan,
“ Kegiatan seminar ini merupakan suatu hal yang sangat strategis dalam hal
pengembangan prodi Kebidanan, sesuatu yang bermanfaat bagi program studi
Kebidanan maupun bangsa kita. Kalau bicara tentang tantangan global, maka ada
dua hal yang perlu diperhatikan yaitu : 1). Terkait dengan masalah-masalah
kesehatan khususnya yang terkait dengan profesi kebidanan, 2). Adanya pasar
bebas, tahun 2020 dimana sudah tidak lagi dengan adanya pasar bebas yang
Sumber daya Manusia (SDM) tenaga medis dari luar akan masuk dan berkiprah
di Indonesia. “
Identifikasinya: Dalam hal ini saya setuju untuk meningkatkan kembali kompetensi
bidan dengan di mulai dari kegiatan seminar ini merupakan suatu hal yang sangat
strategis dalam hal pengembangan prodi Kebidanan, sesuatu yang bermanfaat
bagi program studi Kebidanan maupun bangsa kita. Dimana kompetensi bidan
dapat di tingkatkan mulai dari saat seseorang memilih untuk kuliah di kebidanan.
Keinginan tersebut disampaikan Ketua AIPKIND Pusat Dra. Jumiarni Ilyas, M.Kes
dalam acara Indonesia Midwifery Curriculum Workshop. Acara tersebut
berlangsung di Airlangga Medical Education Center (AMEC) Fakultas Kedokteran,
Universitas Airlangga, beberapa waktu lalu.
Pada acara itu, Jumiarni menyampaikan, saat ini pihaknya sedang melakukan
transisi sistem kurikulum pendidikan bidan dari vokasi menjadi akademi profesi.
Mengingat, selama ini pendidikan bidan di Indonesia mayoritas berbentuk vokasi,
sementara pendidikan profesi baru dirintis pada tahun 2008.
Saat ini, tambah Jumiarni, jumlah bidan di Indonesia sebanyak 450 ribu dan
tersebar di seluruh tatanan pelayanan, baik di perkotaan sampai ke daerah.
Sebagai profesi yang bersifat otonom, Jumiarni merasa perlu memperjuangkan
transformasi kurikulum pendidikan bidan. Dengan begitu, tidak lagi terjadi
ketimpangan pendidikan serta menjadi mitra kerja yang saling dukung antara
bidan dengan dokter kandungan.
Saat ini, terang Jumiarni, pemerintah sedang gencar membuka lebih banyak lagi
pusat pendidikan profesi bidan di Indonesia dan jenjang pendidikan bidan sudah
diatur sama dengan tenaga kesehatan lain.
“Kami coba me-review kurikulum yang sudah ada, serta melihat tren kurikulum
global sekarang seperti apa,” ungkapnya.
Untuk itu, AIPKIND bekerjasama dengan UoN, Inggris untuk mendampingi proses
transformasi kurikulum pendidikan bidan. Menurutnya, UoN merupakan salah satu
institusi pendidikan bidan terbaik di Inggris dan dunia yang berpengalaman dalam
mengembangkan pendidikan bidan.
Regulasi yang menaungi profesi bidan disana juga cukup kuat. Dalam aturan
tersebut ditetapkan bahwa yang berwenang menangani persalinan hanya dokter
kandungan dan bidan. Sementara pasien diberi kebebasan memilih dengan siapa
ia akan melahirkan.
Di inggris, angka kematian Ibu dan Anak sangat sedikit. Yakni 26/100 ribu
kelahiran, atau 17 kali lebih tinggi kasus AKI di Indonesia. Mengenai hal tersebut,
Kim menyarankan, perlu dibuatkan aturan yang jelas agar bidan dapat bekerja
lebih baik, sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kejadian AKI di
Indonesia.
“Bidan berkualitas akan berpengaruh pada penurunan angka kematian ibu dan
anak,” pungkasnya.
Identifikasinya: Dalam hal ini untuk meningkatkan kualitas bidan dimana kita harus
memulai untuk meningkatkan atau menyempurnakan kurikulum pendidikan profesi
bidan di Indonesia. Besar harapan agar terlahir lebih banyak lagi bidan yang
mumpuni dan siap menjawab tantangan global. Dimana pendidikan profesi akan
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan analitis, mampu berpikir kritis,
termasuk dalam hal pengambilan keputusan. Sementara itu, vokasi hanya dibekali
kemampuan bekerja sesuai standar SOP yang telah baku. Dengan adanya
penataan pendidikan tenaga kesehatan, salah satunya pendidikan bidan, maka
dalam proses transisi kurikulum tersebut, kami harus melihat kompetensi, dan
menyesuaikan dengan aturan baru, kebijakan baru tentang pengembangan
kurikulum, serta tuntutan dari Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
Dimana kurikulum pendidikan bidan di Indonesia dapat setara dengan pendidikan
bidan yang berstandar WHO.