You are on page 1of 82

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

MEREKAM EKG
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/4
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.pd)


Pengertian Tindakan yang dilakukan untuk sandapan kontraksi
jantung.
Tujuan 1. Mengetahui kondisi kontraksi jantung, meliputi : irama,
kompleks QRS, Q patologis, ST elevasi / depresi, dll.
2. Mempersiapakan pasien untuk tindakan operasi.
3. Menentukan pengobatan jantung berikutnya.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Alat EKG set
2. Elektroda jelly
3. Kancing elektroda
4. Tissue
5. Bengkok
Prosedur B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
1. Memberitahu dan menjelaskan maksud dan
tujuan.
2. Menyiapkan / mengatur pasien senyaman
mungkin.
3. Barang – barang logam yang dipakai pasien
dilepas.
4. Mengatur lingkungan aman dan nyaman.
1
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEREKAM EKG
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/4
Uraian Bobot
C. Pelaksaan 60
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
bekerja.
2. Membuka dan melonggarkan pakaian
bagian atas bila pasien memakai jam tangan,
gelang dan logam lain dilepas.
3. Menggoleskan jelly EKG pada permukaan
elektroda bila tidak ada jelly yang
digunakan kapas basah.
4. Memasang manset elektroda pada kedua
pergelanggan kaki dan tangan.
Prosedur 5. Menghidupkan monitor EKG.
6. Menyambungkan kabel EKG pada kedua
tangan dan kaki untuk rekam ekstermitas
lead (I, II, III, AVR, AVL, AVF) dengan
cara :
a. Warna merah pada tangan kanan
b. Warna hijau pada kaki kiri
c. Warna hitam pada kaki kanan
d. Warna kuning pada tangan kiri
7. Memasang elektroda dada untuk recam
precardial lead :
a. VI : Interkosta empat garis sternum
b. V2 : Interkosta empat sternum kiri

2
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEREKAM EKG
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/4
Uraian Bobot
c. V3 : pertengahan antara V2- V4
d. V4 : Interkosta lima mid klavikula kiri
e. V5 : sejajar V4 pada axilla sebelah
depan kiri
f. V6 : Sejajar V4 pada axilla
8. Melakukan kalibrasi 10mm dengan
kecepatan 25 mili volt / detik.
9. Membuat rekaman secara berurutan sesuai
dengan pemilihan lead yang terdapat
Prosedur mesin EKG.
10. Melakukan kalibrasi kembali setelah
perekaman kembali.
11. Memberikan identitas pasien pada hasil
rekaman : nama, umur, tanggal, dan jam
rekaman serta nomor lead dan nomor
rekam medik.
12. Merapikan pasien.
13. Membereskan alat dang mengembalikan
alat.
14. Mendokumentasikan
Hasil 1. Pasien tenang 10
2. Hasil perekaman dapat dibaca
Sumber rujukan 1. Brunner and suddarth,s.2002.Keperawatan Bedah Edisi
8. Jakarta : EGC.
2. Tim penulis Poltekes Kemenkes, 2011. Penuntun
Ketrampilan Kritis II Untuk Mahasiswa D- 3
Keperwatan . Jakarta Salemba Medika.
3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEREKAM EKG
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 4/4

Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70

Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

4
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH VENA

PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman


KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/3
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Tindakan pengambilan darah vena menggunakan
disposable spuit.
Tujuan Untuk sampel atau bahan pemeriksaan laboratorium.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Kom berisi kapas steril
2. Disposable spuit 3cc
3. Handscoon
4. Perlak dan alas
5. Torniquet
6. Tabung / botol steril
7. EDTA / reagen bila perlu
Prosedur 8. Label nama pasien, no register, tanggal,
ruangan, jenis pemeriksaan
9. Bengkok
10. Blanko permintaan darah/pemeriksaan
laboratorium
B.Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
1. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan.
2. Menjaga privasi pasien.
3. Buat informed concent

5
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH VENA

PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman


KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/3
Uraian Bobot
C. Pelaksanaan 60
1. Berikan label pada tabung steril/ disposable
spuit yang akan diisi darah vena.
2. Mengatur posisi pasien.
3. Mendekatkan alat – alat kedekat pasien.
4. Perawat mencuci tangan dan memakai
handscoon.
5. Memasang perlak alas dibawah tempat yang
akan ditusuk.
6. Menentukan pembuluh darah yang akan
ditusuk.
Prosedur 7. Memasang torniquet.
8. Mengoleskan kapas alkohol pada permukaan
kulit vena yang akan ditusuk dengan
gerakan melingkar keluar.
9. Mengulang 2 – 3 kali / sampai bersih dan
tunggu sampai kering.
10.Melakukan penusukan pada pembuluh
darah vena dengan disposable spuit dan
jarum menghadap ke atas.
11.Melakukan inspirasi, bila keluar darah
berarti penusukan benar.
12. Melakukan penghisapan darah sesuai yang
diinginkan.
13. Melepas torniquet.

6
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH VENA

PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman


KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/3
Uraian Bobot
14. Menarik spuit dan menekan daerah
tusukan dengan kapas alkohol.
15. Masukkan darah ke dalam tabung steril
Prosedur
yang sudah disediakan
16. Memberitahu pasien kalau tindakan sudah
selesai.
16. Merapikan pasien dan membereskan alat.
17. Melepas handscoon dan mencuci tangan.
1. Dokumentasi tindakan
Hasil 2. Evaluasi hasil tindakan dan respon pasien
3. Pengambilan darah berhasil.
Sumber RSUD dr. Saiful Anwar, 2009, SOP, Malang
rujukan

Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70

Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

7
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/3
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah
arteri, lokasi pengambilan darah yaitu arteri radialis, arteri
brachialis,arteri femoralis.
Tujuan 1. Untuk menilai keseimbangan asam basa dalam tubuh.
2. Untuk menilai kadar oksigenasi dalam darah.
3. Untuk menilai kadar karbondioksida dalam darah.
4. Untuk menilai keseimbangan gas, ion-ion dalam darah.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
Baki berisi:
1. Skor
2. Bak instrument berisi: Handscoon, spuit
3cc,tutup karet
3. Heparin
Prosedur 4. Kapas alkohol dalam tempatnya
5. Label dan blangko lab
6. Perlak dan alas
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
1. Memberitahu maksud dan tujuan.
2. Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan.
3. Mengatur lingkungan yang aman dan
nyaman.
8
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/3
Uraian Bobot
C. Pelaksanaan 60
1. Mencuci tangan.
2. Alat-alat dibawa kedekat pasien.
3. Memakai scort & handscoon.
4. Membasahi dinding spuit 3cc dengan heparin.
5. Menentukan tempat pengambilan darah
arteri, pasang perlak dan alas.
6. Mendesifektan area yang akan di injeksi
dengan kapas alkohol.
7. Dengan tangan kiri yang sudah didesinfeksi
raba arteri.
Prosedur 8. Melakukan penusukan dengan lubang jarum
di atas dengan sudut 90o, darah akan mengisi
sendiri dalam spuit, isi spuit sampai 2cc.
9. Menarik jarum secara tepat dan bekas
tusukan ditekan dengan kapas alkohol ± 5
menit.
10. Jika dalam spuit ada udara segera keluarkan
dan tutup ujung jarum dengan karet.
11. Memberi label nama, register, pemeriksaan
yang diinginkan.
12. Jika tidak segera dikirim ke laboratorium,
masukkan dalam kulkas dengan suhu 4-8oc.
13. Penderita dirapikan dan alat dibereskan.

9
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/3
Uraian Bobot
14. Perawat mencuci tangan.
15. Mengirim darah dengan blangko permintaan
ke laboratorium.
Hasil Darah di ambil tepat pada arteri 10
Sumber rujukan 1. Brunner and suddarth,s.2002.Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8.Jakarta:EGC.
2. Johnson,Joyce Young,Jean Smith.2010.Buku Saku
Prosedur Klinis Keperawatan Edisi 5.Jakarta.EGC.
3. Kidd,Pamela S,Patty,Julia.2011.Pedoman Keperawatan
Emergensi Edisi 2.Jakarta.EGC.

Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70

Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

10
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
FISIOTERAPI DADA
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/7
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.pd)


Pengertian Suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas perkusi/
clapping, vibrasi dan drainase postural.
A. Clapping/ perkusi
Adalah pukulan kuat pada kulit dengan tangan dibentuk
seperti mangkuk
B. Vibrasi
Adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh
tangan yang diletakkan datar pada dinding dada klien
C. Drainase postural
Pengaliran sekresi dari berbagai segmen paru dengan
gravitasi
Tujuan A. Clapping/perkusi
1. Secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat
pada dinding bronkus
2. Sebagai mobilisasi sekret
B. Vibrasi
Untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan
melepaskan mukus kental serta kering dilakukan secara
bergantian dengan perkusi
C. Drainase postural
Untuk membantu mengalirkan sekret dengan efektif dari
paru-paru ke saluran pernafasan utama, sehingga dapat
dikeluarkan dengan batuk efektif atau suction.

11
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
FISIOTERAPI DADA
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/7
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Stetoskop
2. Handuk ( kalau perlu)
3. Peniti (kalau perlu)
4. Bantal (2 atau 3 buah)
5. Papan pengatur posisi (Untuk drainase
postural)
6. Tissu
7. Gelas berisi air minum
8. Sputum pot berisi cairan desinfektan
9. Bengkok berisi cairan desinfektan
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
1. Menjelaskan maksud dan tujuan
Prosedur
2. Menutup sketsel
3. Mengatur lingkungan yang aman dan
nyaman
C. Pelaksanaan 60
1. Memakai skort
2. Membawa alat-alat ke dekat pasien
3. Lakukan auskultasi thorak pada semua
dinding paru
4. Mencuci tangan
b. Clapping :
1) Membantu pasien dalam posisi
duduk atau posisi tidur miring ke
kiri / kanan
2) Tutup area yang akan dilakukan
12
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
FISIOTERAPI DADA
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/7
Uraian Bobot
clapping dengan handuk atau
pakaian untuk mengurangi
ketidaknyamanan.
3) Anjurkan pasien untuk tarik napas
dalam dan lambat untuk
meningkatkan relaksasi.
4) Jari dan ibu jari berhimpitan dan
fleksi membentuk mangkuk.
5) Secara bergantian, lakukan fleksi
dan ekstensi pergelangan tangan
secara cepat untuk menepuk dada.
6) Clapping pada setiap bagian
Prosedur segmen paru selama 1 -2 menit.
7) Clapping tidak boleh dilakukan
pada daerah dengan struktur yang
mudah cedera, seperti mamae,
sternum, kolumna spinalis.
8) Bersihkan alat-alat dan
kembalikan pada tempatnya.
9) Perawat cuci tangan.
b. Vibrasi :
1) Letakkan tangan, telapak tangan
menghadap ke bawah di area
dada yang akan didrainase, satu
tangan di atas tangan yang lain
dengan jari – jari menempel
bersama dan ekstensi.
13
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
FISIOTERAPI DADA
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 4/7
Uraian Bobot
Cara yang lain, tangan bisa
diletakkan secara bersebelahan.
1) Anjurkan pasien inspirasi dalam dan
ekspirasi secara lambat lewat
hidung atau pursed lip breathing.
2) Selama ekspirasi, tegangkan seluruh
otot tangan dan lengan dan gunakan
hampir semua tumit tangan,
getarkan (kejutkan) tangan,
gerakkan kearah bawah. Hentikan
getaran jika pasien inspirasi.
Prosedur 3) Vibrasi selama 5 kali ekspirasi pada
segmen paru yang terdapat sekret.
4) Setelah setiap kali vibrasi, anjurkan
pasien batuk dan keluarkan sekret
ke dalam sputum.
5) Prosedur ini dilakukan beberapa kali
sampai lendir bersih dan pasien
merasa lega.
6) Rapikan pasien dan lingkungannya.
7) Membersihkan alat dan
mengembalikan pada tempatnya.
8) Perawat mencuci tangan.
9) Menulis dalam catatan perawatan

14
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
FISIOTERAPI DADA
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 5/7
Uraian Bobot
mengenai prosedur yang telah
ditentukan.
c. Drainase Postural
1) Pilih area tersumbat yang akan
didrainase berdasarkan pada
pengkajian semua bidang paru, data
klinis, dan gambaran foto dada (k/p).
2) Baringkan pasien dalam posisi untuk
mendrainase area yang tersumbat
(area pertama yang dipilih dapat
bervariasi dari satu pasien ke pasien
lain). Bantu pasien memilih posisi
Prosedur sesuai kebutuhan. Ajarkan pasien
memposisikan postur dan lengan
serta kaki yang tepat. Letakkan
bantal sebagai penyangga dan
kenyamanan.
2) Minta pasien mempertahankan
posisi selama 10-15 menit (Pada
pasien anak-anak dilakukan selama
3-5 menit).
3) Selama 10-15 menit drainase pada
posisi ini, lakukan perkusi vibrasi
dada di atas area yang didrainase.
4) Setelah drainase pada posisi
pertama, minta pasien duduk dan
batuk.
15
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
FISIOTERAPI DADA
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 6/7
Uraian Bobot
Tampung sekresi yang dikeluarkan
dalam sputum pot. Jika pasien tidak
dapat batuk, harus dilakukan
penghisapan.
5) Minta pasien istirahat sebentar, jika
perlu.
6) Minta pasien minum sedikit air.
7) Ulangi langkah 2 hingga 7 sampai
semua area tersumbat yang dipilih
Prosedur telah terdrainase.
5. Setiap tindakan tidak lebih dari 30 – 60
menit.
6. Ulangi auskultasi thorak pada semua
bidang paru.
7. Perawat mencuci tangan.
8. Menulis dalam catatan perawatan
mengenai prosedur yang telah
ditentukan.
Catatan:
Posisi untuk drainase postural sesuai area yang
tersumbat.
1. Pasien merasa nyaman 10
Hasil 2. Sekret lepas dari dindingnya
3. Saluran nafas bersih

16
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
FISIOTERAPI DADA
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 7/7
1. Kusyati, Eni. 2006.Ketrampilan dan Prosedur
Laboratorium. Jakarta: EGC.
2. Potter, Perry, Peterson. 2005.Buku Saku
Sumber rujukan Ketrampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta: EGC.
3. Kozier,B. 2000.Fundamental Of Nursing. Jakarta:
EGC.

Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70

Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

17
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SUCTION
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/4
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Merupakan proses pengeluaran cairan atau lendir mulut,
hidung atau trakea pada klien yang tidak dapat mengeluarkan
sekret secara spontan.
Indikasi 1. Klien dengan retensi sputum.
2. Klien dengan ventilator atau dengan endotracheal tube
(ETT).
3. Klien dengan trakeostomi.
Kontraindikasi 1. Klien dengan TIK meningkat.
2. Klien dengan udema paru.
Tujuan 1. Mempertahankan jalan napas.
2. Membersihkan sekret pada klien yang tidak dapat batuk
secara adekuat.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Alat penghisap sesuai dengan yang ada.
2. Botol penghisap sebagai penampung
Prosedur sekret yang berisi cairan aseptic (1/10
bagian botol) dan tertutup rapat.
3. Slang penghisap sebaiknya tembus
pandang agar warna sekret dapat terlihat.
4. Ember kecil yang berisi cairan aseptik

18
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SUCTION
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/4
Uraian Bobot
untuk merendam kateter penghisap yang
tidak dipakai lagi.
5. Bak instrumen berisi :
a. Kateter penghisap steril.
b. Sarung tangan steril atau pinset
anatomi steril.
c. Satu buah kom berisi aquadest steril
untuk membilas.
d. Spatel lidah yang terbungkus kain
kassa.
6. Aquadest steril.
7. Korentang dalam tempatnya.
8. Perlak dan alas.
Prosedur
9. Tempat sampah / bengkok / tas kresek.
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
1. Memberitahu maksud dan tujuan
dilakukan tindakan.
2. Menciptakan lingkungan yang tenang
dan aman.
3. Bila pasien sadar, siapkan dalam posisi
setengah duduk dengan nyaman. Bila
pasien tidak sadar :
a. Posisi miring
b. Kepala ekstensi agar penghisap
berjalan lancar.
4. Mengkaji adanya tanda dan gejala yang
mengindikasikan adanya penumpukan
19
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SUCTION
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/4
Uraian Bobot
sekret pada jalan napas bagian atas,
seperti bunyi cegukan, gelisah, muntah,
(vomitus), pengeluaran air liur berlebih.
C. Pelaksanaan 60
1. Mencuci tangan.
2. Alat-alat didekatkan pada pasien
3. Memasang perlak dan alas di atas dada
pasien
4. Mengambil kom dengan korentang
5. Menuangkan aquadest ke dalam kom
6. Perawat memakai handscoon
7. Hidupkan sumber penghisap dengan
tekanan sesuai kebutuhan.
Prosedur
8. Memasukkan catheter penghisap steril
dalam keadaan vacum.
9. Membuka catheter sambil ditarik
dengan keadaan memutar (alat). Untuk
suction yang manual, hisap sambil
ditarik dan diputar.
10. Membilas dengan aquades steril
yang sudah tersedia.
11. Mengulangi hisapan bila diperlukan.
12. Membereskan alat.
13. Perawat mencuci tangan.
Catatan :
1. Tulis keluaran cairan.
2. Bagi yang memakai EET : masukkan
20
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SUCTION
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 4/4
Uraian Bobot
kateter lewat ETT.
Prosedur 3. Selama dan sesudah tindakan dilaksanakan
pengawasan keadaan umum (warna kulit,
pernafasan, denyut nadi).
Hasil 1. Jalan napas bebas dari lendir / suara 10
nafas bersih.
2. Pasien merasa nyaman dan merasa tidak
sakit.
3. Tidak terjadi hipoksia.
Sumber rujukan 1. Brunner and suddarth,s.2002.Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8.Jakarta.EGC.
2. Johnson,Joyce Young, Jean Smith.2010. Buku
Saku Prosedur Klinis Keperawatan Edisi 5.
Jakarta.EGC.
3. Kidd,Pamela S, Patty, Julia. 2011.Pedoman
Keperawatan Emergensi Edisi 2.Jakarta.EGC.

Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70

Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

21
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN TRAKEOSTOMI
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/5
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Membersihkan lubang trachea dari sekret.
Tujuan 1. Memfasilitasi proses penyembuhan trakeostomi.
2. Meminimalkan trauma atau nekrosis trakea.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Kateter penghisap.
2. Handscoon non steril dan steril (masing-masing 2
buah).
3. Cucing 2 buah.
4. Masker.
5. Skort.
6. Kassa steril.
Prosedur
7. Korentang.
8. Cairan peroksida.
9. Spuit 5-10 cm.
10. Pinset anatomi 2 buah.
11. Sikat pembersih slang.
12. Balutan.
13. Gunting verban.
14. NaCl 0,9 % steril dalam kom untuk irigasi.

22
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN TRAKEOSTOMI
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/5
Uraian Bobot
15. Bag yang dapat mengembang sendiri milik
pasien resusitator tangan ) / resusitasi set.
16. Tabung oksigen.
17. Mesin penghisap / suction.
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
1. Memperkenalkan diri.
2. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan.
3. Mengatur posisi.
4. Ada respon dari pasien.
5. Mengatur lingkungan aman dan nyaman.
C. Pelaksanaan 60
1. Jelaskan prosedur pada pasien.
2. Mencuci tangan.
Prosedur
3. Memakai handscoon non steril.
4. Membuka set perawatan trakeostomi.
5. Mempertahankan sterilitas alat.
6. Membuka botol NaCl dan peroksida, mengisi
cucing pertama dengan peroksida dan cucing
kedua dengan NaCl.
7. Melepas handscoon non steril dan memakai
dengan yang steril.
8. Mengambil kassa dan menggunakan untuk
memutar kanula bagian dalam berlawanan arah
dengan jarum jam sampai kaitan lepas.
9. Dengan perlahan keluarkan kanula dengan
gerakan melengkung ke bawah.
10. Letakkan kanula didalam waskom berisi larutan
23
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN TRAKEOSTOMI
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/5
Uraian Bobot
peroksida.
11. Membuang kassa yang terpasang ditrakea.
12. Membuka bungkus kateter dan melakukan
penghisapan pada kanula bagian luar
trakeostomi.
13. Meminta klien napas dalam atau gunakan
ambubag untuk memberikan oksigen.
14. Membuka sambungan slang kateter penghisap
dari slang mesin penghisap dan buka handscoon,
tarik dan putar slang kateter penghisap. Buang.
15. Membuka balutan trakeostomi.
16. Menggunakan kassa, bersihkan sekret disekitar
Prosedur
slang trakeostomi.
17. Melepas dan membuang handscoon.
18. Memakai handscoon steril.
19. Mengambil kanul bagian dalam dan sikat
perlahan dengan sikat pembersih.
20. Masukkan kanul bagian dalam larutan peroksida,
kemudian dibilas didalam larutan NaCl.
21. Menempatkan kanul di kassa steril dan
keringkan, menggunakan sikat kering yang lebih
bersih untuk membersihkan sisa cairan.
22. Masukkan kanul bagian dalam ke kanul bagian
luar (pertahankan sterilitas kanul bagian dalam)
dengan gerakan melengkung ke bawah serta

24
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN TRAKEOSTOMI
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 4/5
Uraian Bobot
putar kanul bagian dalam dari satu sisi ke sisi
lain dengan jari.
23. Stabilkan lempeng leher dengan tangan lain dan
putar kanula bagian dalam searah jarum jam
sampai terkunci dan bagian dot dalam posisi
sejajar.
24. Melepas dan membuang handscoon steril dan
Prosedur memakai handscoon non steril.
25. Mengikat tali trakeostomi dan lilitkan ikatan ke
belakang leher klien, memotong kelebihan tali.
26. Memberi balutan pada slang trakeostomi dengan
kassa yang dibentuk huruf “V”.
27. Mengatur klien ke posisi yang nyaman.
28. Membereskan alat-alat.
29. Mencuci tangan.
30. Catat prosedur tindakan pada list pasien.
1. Jalan nafas bersih. 10
Hasil
2. Pasien tidak terjadi hipoksia.
1. Brunner and suddarth,s.2002.Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8.Jakarta.EGC.
2. Johnson,dkk. 2010. Buku Saku Prosedur Klinis
Sumber rujukan
Keperawatan Edisi 5. Jakarta. EGC.
3. Kozier.Erb.2009. Buku Ajar Poraktik Keperawatan Klinis
Edisi 5. Jakarta. EGC.

25
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN TRAKEOSTOMI
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 5/5

Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70

Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

26
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
NEBULIZER
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/4
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Suatu tindakan pengasapan dengan air dan atau dengan obat
mukolitik atau bronchodilator dan mengalirkannya kedalam
paru-paru ketika pasien menghirup napas baik melalui hidung
maupun melalui cuff selang.
Indikasi 1. Klien dalam masa pasca ekstubasi.
2. Klien dengan status asmatikus.
3. Klien dengan laring edema.
4. Klien dengan sputum yang kental.
5. Klien yang akan melakukan fisioterapi dada.
6. Klien yang menggunakan ventilator.
Tujuan 1. Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab.
2. Untuk mengencerkan secret dengan jalan memancarkan butir-
butir air melalui jalan nafas.
3. Menurunkan edema mucosa jalan nafas.
4. Pemberian obat-obat aerosol.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Nebulizer set
2. Masker
Prosedur 3. Obat-obatan untuk terapi aerosol (bila
diperlukan)
4. Stetoskop
5. Aquades
6. Tissue
27
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
NEBULIZER
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/4
Uraian Bobot
7. Bengkok
8. Handscoon
9. Scort
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
1. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
kepada keluarga.
2. Mengatur posisi pasien duduk atau semi
fowler yang nyaman.
C. Pelaksanaan 60
1. Mendekatkan alat-alat pada pasien.
2. Perawat mencuci tangan.
3. Bila ada dan diperlukan obat aerosol:
memasukkan obat dan dosis sesuai dengan
Prosedur
pesan dokter dalam status pasien.
4. Hubungkan nebulizer dengan listrik
kemudian hidupkan.
5. Waktu dan kelembaban diset dulu, kemudian 60
baru diberikan pada pasien.
6. Sebelum nebulizer diberikan, auskultasikan
dulu suara suara nafas pasien.
7. Oksigen tetap terpasang lewat hidung atau
lewat cuff tracheostomy.
8. Pada pasien tracheostomy dianjurkan
bernafas lewat mulut, dengan cara
menghisapnya: uap diisap lewat muut dan
dikeluarkan melalui hidung, untuk
tracheostomy cukup pengasapan pada cuff
28
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
NEBULIZER
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/4
Uraian Bobot
slang tracheostomy.
9. Bila sadar, setiap 10 kali nafas panjang,
pasien dianjurkan batuk dan mengeluarkan
dahaknya, kemudian secret ditampung
dalam bengkok yang sudah diberi
desinfektan.
10. Selama pemberian nebulizer dilakukan
clapping untuk mempermudah pengeluaran
secret (kalau tidak ada kontraindikasi).
11. Dengarkan suara nafas lagi.
12. Bila masih terdengar suara ronchi hal
Prosedur tersebut diatas diulang lagi.
13. Mulut pasien dibersihkan dengan tissue atau
cuff tracheostomy dibersihkan dengan kassa
atau tissue.
14. Alat-alat dibereskan.
15. Perawat cuci tangan.
Catatan:
1. Memperhatikan respon pasien selama pemberian
nebulizer
2. Observasi secret yang keluar: banyaknya, warna,
jumlah, karateristik.
3. Observasi tanda-tanda vital klien setelah
tindakan.
Hasil 1. Sesak berkurang. 10
2. Pasien tidak kelelahan.
3. Sekret menjadi encer.
29
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
NEBULIZER

PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman


KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 4/4
Sumber rujukan 1. Brunner and suddarth,s.2002.Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8.Jakarta:EGC.
2. Tim penulis Poltekes Kemenkes,2011.Penuntun Pratikum
Ketrampilan Kritis II Untuk Mahasiswa D-3
Keperawatan.Jakarta.Salemba Merdeka.

Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70

Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

30
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN WATER SEAL DRAINAGE (WSD)
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/3
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Membersihkan sistem drainage yang menggunakan water seal
untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura (rongga
pleura)
Tujuan 1. Membuang cairan, atau gas dari ruang pleura atau rongga
thoraks.
2. Memungkinkan reekspansi paru dan memulihkan fungsi
kardiopulmonal setelah pembedahan.
Indikasi 1. Hemotoraks, efusi pleura.
Pemasangan 2. Pnemotoraks.
3. Profilaksis pada pasien trauma dada.
4. Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator.
Kontraindikasi 1. Infeksi pada tempat pemasangan.
2. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. WSD set.
2. Stetoskop.
3. Tensi.
Prosedur
4. Set rawat luka :
a. Bak instrumen steril.
b. Pinset anatomi 1 buah.
c. Pinset chirurgi 2 buah.
d. Arteri klem 2 buah.
31
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN WATER SEAL DRAINAGE (WSD)
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/3
Uraian Bobot
e. Gunting lurus
f. Cucing 2 buah
g. Deppers
h. Lidi kapas
i. Kasa
j. Handscoon
5. Cairan NS
6. Verban
7. Plester dan gunting
8. Cairan desinfektan
9. Bengkok
10. Buku catatan
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
Prosedur
1. Memperkenalkan diri.
2. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan.
3. Mengatur lingkungan yang aman dan nyaman.
C. Pelaksanaan 60
1. Mencuci tangan.
2. Membawa alat-alat kedekat pasien.
3. Memakai handscoon.
4. Membuka plester dan balutan dengan
menggunakan pinset, menyiram luka dengan
cairan NS bila kasa sangat melekat pada luka
dan membuangnya pada bengkok.
5. Membersihkan bekas plester dengan alkohol.
6. Melepas handscoon kemudian memakai
handscoon baru.
32
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN WATER SEAL DRAINAGE (WSD)
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/3
Uraian Bobot
7. Membersihkan luka dengan kapas desinfektan
8. Meletakkan pinset yang sudah dipakai ke
dalam bengkok yang berisi larutan desinfektan.
9. Menutup luka dengan kasa steril secukupnya
dengan menggunakan pinset steril dan
Prosedur
mengusahakan serat kasa tidak melekat pada
luka.
10. Membalut dan memplester luka dengan rapi.
11. Merapikan pasien dan membereskan alat-alat.
12. Melepas handscoon dan mencuci tangan.
13. Mendokumentasikan.
Hasil 1. Drainase keluar dengan lancar. 10
2. TTV dalam batas normal.
3. Tanda-tanda infeksi tidak ada.
Sumber rujukan 1. Brunner and suddarth,s.2002.Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8.Jakarta.EGC.
2. Tim penulis Poltekes Kemenkes,2011. Penuntun
Prtaktikum Ketrampilan Kritis III Untuk Mahasiswa D-3
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.
Keterangan:
A = ≥ 86 C = 56 -70 E = ≤ 40
B = 71 - 85 D = 41 – 55
Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

33
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TRANSFUSI DARAH
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/4
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian  Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
pasien yang membutuhkan darah dengan cara memasukkan
darah melalui vena dengan menggunakan transfusi set.
 Transfusi darah adalah pemindahan darah atau suatu
komponen darah dari seseorang (donor) kepada orang lain
(resipien).
Indikasi 1. Kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma,
operasi, shock.
2. Tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah.
Tujuan 1. Memperbaiki volume sirkulasi darah.
2. Meningkatkan kemampuan darah membawa oksigen.
3. Meningkatkan imunitas tubuh.
4. Memperbaiki gangguan pembekuan darah.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
2. Abocath atau sejenisnya sesuai kebutuhan
Prosedur 3. Transfusi set
4. Cairan NaCl 0,9 %
5. Tourniquet (pembendung)
6. Kapas alkohol 70 % dalam tempatnya.
7. Termometer
34
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TRANSFUSI DARAH
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/4
Uraian Bobot
8. Tensimeter
9. Stetoskop
10. Kasa steril dan kapas lidi
11. Plester dan gunting
12. Bengkok
13. Standart infus / gantungan infus
14. Handscoen
15. Perlak dan alas
16. Skort
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
1. Menjelaskan maksud dan tujuan .
Prosedur 2. Mengatur lingkungan yang aman dan
nyaman.
C. Pelaksanaan 60
1. Memakai skort.
2. Membawa alat-alat ke dekat pasien.
3. Mencuci tangan.
4. Memakai handscoen.
5. Mengukur suhu tubuh bila suhu tubuh >
38o C perlu dilaporkan terlebih dahulu.
6. Sebelum memasukkan, terlebih dahulu
mengecek warna darah, identitas pasien,
jenis golongan darah, dan tanggal
kadaluarsa.
7. Menghangatkan darah sesuai suhu tubuh
pasien.

35
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TRANSFUSI DARAH
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/4
Uraian Bobot
8. Memasang infus (bila infus belum
terpasang).
9. Membuka pengatur tetesan untuk
mengalirkancairan NaCl 0,9 % ± 15 menit.
10. Mengganti cairan dengan darah yang
sudah disiapkan.
11. Mengatur tetesan sesuai yang ditentukan.
12. Mengawasi reaksi transfusi dan
mengobservasi tanda-tanda vital selama
Prosedur
pemakaian transfusi.
13. Bila transfusi akan dilanjutkan, melakukan
spool terlebih dahulu dengan NaCl 0,9 %.
14. Merapikan pasien dan membereskan alat-
alat.
15. Melepas handscoen dan mencuci tangan.
16. Mendokumentasikan.
Catatan:
1. Sediakan obat-obatan anti alergi beserta
spuitnya.
2. Catat tanggal, jam, dan jumlah pemberian.
Hasil 1. Jumlah darah yang hilang bisa terpenuhi. 10
2. Kadar Hb meningkat.
3. Tidak ada reaksi shock anafilaktik.

36
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TRANSFUSI DARAH
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 4/4
Sumber rujukan 1. Elly, Achmad, dkk. 2011.Penuntun Praktikum
Ketrampilan Kritis II. Jakarta: Salemba Medika.
2. Kozier, Barbara,Erb. 2009. Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC.
3. Perry, Peterson, Potter. 2005.Ketrampilan Dan Prosedur
Dasar Edisi 5. Jakarta: EGC.

Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70

Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

37
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEMASANG NGT (NASO GASTRIC TUBE)
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/5
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Tindakan pemberian nutrisi melalui pipa atau selang
kedalam lambung atau Naso Gastric Tube (NGT) pada
pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi per
oral karena adanya gangguan menelan.
Indikasi 1. Pasien tidak sadar/ koma.
2. Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas,
misalnya: stenosis, esophagus, tumor mulut / faring/
esophagus dan lain-lain.
3. Pasien yang muntah terus menerus.
4. Bayi dengan berat badan lahir rendah atau prematur.
5. Pasien perdarahan di lambung atau keracunan.
Tujuan 1. Memasukkan makanan cair atau obat-obatan cair.
2. Mengeluarkan cairan/ air atau isi lambung dan gas
yang terdapat dalam lambung.
3. Mengirigasi karena perdarahan atau keracunan dalam
lambung .
4. Mencegah atau mengurangi mual dan muntah setelah
pembedahan atau trauma.
5. Mengambil spesimen pada lambung untuk pemeriksaan
diagnostik.

38
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEMASANG NGT (NASO GASTRIC TUBE)
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/5
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Skort
2. Pipa lambung sesuai ukuran (Slang NGT)
3. Xylocain jelly
4. Stetoscope
5. Bengkok
6. Spuit 10 cc / sesuai kebutuhan
7. Perlak dan alas
8. Plester dan gunting
9. Spatel lidah
10. Lampu senter
Prosedur 11. Handscoen
12. Korentang steril
13. Klem arteri/ Penutup pipa lambung
14. Kom berisi air
15. Tissu/kassa
16. Sketsel
17. Kantong penampung (kalau perlu)
18. Pipa penyambung (kalau perlu)
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
1. Menjelaskan maksud dan tujuan
2. Mengatur posisi pasien sesuai dengan
kebutuhan
3. Mengatur lingkungan yang aman dan
nyaman

39
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEMASANG NGT (NASO GASTRIC TUBE)
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/5
Uraian Bobot
C. Pelaksanaan 60
1. Memakai skort.
2. Membawa alat-alat ke dekat pasien.
3. Mencuci tangan.
4. Mengatur posisi pasien dalam posisi
supinasi dengan kepala hiperekstensi.
5. Meletakkan perlak dan alas dibawah kepala
pasien.
6. Cek kondisi lubang hidung pasien,
perhatikan adanya sumbatan.
7. Memakai handscoen.
8. Menganjurkan pasien untuk rileks dan
Prosedur bernafas secara normal dengan menutup
salah satu hidung.
9. Mengukur panjang pipa lambung dari
pangkal hidung ke telinga bawah atau dari
vertek/ubun-ubun sampai ke prosesus
xipoideus lalu diberi tanda.
10. Menutup pangkal pipa NGT dengan klem
atau ditekuk.
11. Mengolesi ujung pipa dengan xylocain
jelly sepanjang 7-10 cm (sebelumnya pipa
direndam dengan air hangat).
12. Menutup pangkal selang NG tube dengan
klem atau ditekuk.
13. Memasukkan pipa melalui salah satu
lubang hidung secara perlahan-lahan,
40
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEMASANG NGT (NASO GASTRIC TUBE)
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 4/5
Uraian Bobot
dengan cara :
a. Mengatur posisi kepala sedikit ekstensi.
b. Bila pipa sudah masuk sampai dengan
nasofaring (± 3 – 4 cm) posisi kepala
fleksi/ menekuk leher dan menelan (bila
pasien kooperatif).
c. Bila pasien batuk-batuk/ mau muntah,
memasukkan pipa dihentikan dan
menganjurkan untuk menelan.
d. Pipa dimasukkan kembali setelah pasien
rileks.
e. Mengecek pipa apakah sudah masuk
Prosedur lambung dengan cara :
a. Menghisap cairan lambung dengan
spuit 10 cc, bila keluar sisa makanan
berarti pemasangan sudah betul.
b. Memasukkan udara 5 –
10cc dan mendengarkan suara dengan
menggunakan stetoskop pada perut
sebelah kiri kuadran atas, bila
terdengar suara hentakan udara (brus)
berarti pipa masuk ke dalam lambung.
Kemudian udara tersebut dikeluarkan
kembali.
c. Memasukkan pangkal pipa ke dalam
mangkok yang berisi air. Bila ada
gelembung udara, berarti masuk ke
41
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEMASANG NGT (NASO GASTRIC TUBE)
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 5/5
Uraian Bobot
dalam paru-paru. Bila tidak ada gelembung
udara, berarti masuk ke dalam lambung.
e. Menutup kembali pangkal pipa lambung
Prosedur agar udara tidak masuk.
14. Memfiksasi pipa dengan plester dan hindari
penekanan pada hidung, bila NGT dipasang
permenent.
15. Merapikan pasien dan membereskan alat-alat.
16. Melepas handscoen dan mencuci tangan.\
17. Mendokumentasikan.
Hasil 1. Dokumentasi tindakan 10
2. Evaluasi hasil tindakan dan respon pasien
3. NGT terpasang dengan benar
Sumber rujukan 1. Elly, Achmad,dkk. 2011.Penuntun Praktikum
Ketrampilan Kritis II. Jakarta: Salemba Medika.
2. Kozier, Barbara,Erb. 2009.Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC.
3. Perry, Peterson, Potter. 2005.Ketrampilan dan Prosedur
Dasar Edisi 5. Jakarta: EGC.
Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 – 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70
Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

42
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MELEPAS SLANG NGT (NASO GASTRIK TUBE)
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/3
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Tindakan melepas slang dari lambung atau Naso Gastrik Tube
(NGT) pada pasien yang telah mampu memenuhi kebutuhan
nutrisi per oral.
Pengkajian 1. Periksa adanya bising usus.
2. Tidak adanya mual atau muntah ketika slang di klem.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Bantalan disposable.
2. Tissu
3. Sarung tangan disposable
4. Spuit 50 cc
5. Kantong plastik disposable
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
Prosedur
1. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan.
2. Mengatur posisi pasien sesuai dengan
kebutuhan (posisi duduk jika kesehatan pasien
memungkinkan).
C. Pelaksanaan 60
1. Meletakkan bantalan disposable diatas dada
pasien untuk menampung semua tumpahan
mukosa sekresi lambung dari slang.
2. Perawat mencuci tangan.

43
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MELEPAS SLANG NGT (NASO GASTRIK TUBE)
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/3
Uraian Bobot
3. Melepaskan slang nasogastrik dari alat
penghisap, jika tersambung.
4. Melepaskan plester yang memfiksasi slang
ke hidung.
5. Perawat memakai sarung tangan
disposable.
6. Masukkan 50 cc udara ke slang.
7. Meminta pasien untuk mengambil nafas
dalam.
8. Klem slang dengan tangan.
9. Menarik slang dengan cepat dan lembut.
Prosedur 10. Meletakkan slang kedalam kantong
plastik.
11. Observasi keutuhan slang.
12. Memberikan perawatan mulut jika
diperlukan.
13. Merapikan pasien dan membereskan alat.
14. Perawat melepas sarung tangan dan
mencuci tangan.
15. Dokumentasi.
Catatan :
1. Catat pelepasan slang.
2. Kaji dan catat setiap drainase jika
tersambung dengan alat penghisap.
Hasil 1. NGT sudah terlepas. 10
2. Tidak ada mual muntah ketika slang dilepas.

44
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MELEPAS SLANG NGT (NASO GASTRIK TUBE)

PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman


KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/3
Sumber rujukan 1. Kozier, Barbara,Erb. 2009.Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC.
2. Perry, Peterson, Potter. 2005.Ketrampilan dan
Prosedur Dasar Edisi 5. Jakarta: EGC.

Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70

Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

45
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEMBERIKAN MAKANAN MELALUI PIPA LAMBUNG
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/3
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau
tidak mampu menelan dengan cara memberi makanan melalui
pipa lambung.
Indikasi 1. Pasien yang tidak bisa makan/ menelan melalui mulut.
2. Pasien tidak sadar (koma).
3. Pasien yang tidak mau makan terus-menerus sehingga
membahayakan jiwanya.
4. Bayi-bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Tujuan 1. Memenuhi/ mempertahankan status nutrisi pasien.
2. Mempertahankan keseimbangan asam-basa.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Corong/ gelas/ gelas ukur
2. Spuit sesuai kebutuhan (dewasa 50 cc dan bayi
10 cc)
Prosedur 3. Makanan cair/ obat yang sudah dihaluskan
4. Obat cair/ obat yang sudah dihaluskan
5. Air putih matang untuk membilas
6. Perlak dan alas
7. Bengkok
8. Skort
9. Handscoen
46
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEMBERIKAN MAKANAN MELALUI PIPA LAMBUNG
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/3
Uraian Bobot
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
1. Menjelaskan maksud dan tujuan .
2. Mengatur posisi pasien sesuai dengan
kebutuhan.
3. Mengatur lingkungan yang aman dan
nyaman.
C. Pelaksanaan 60
1. Memakai skort.
2. Membawa alat-alat ke dekat pasien.
3. Mencuci tangan.
4. Memakai handscoen.
5. Memasang perlak dan alas di bawah
Prosedur pangkal pipa lambung.
6. Memasukkan makanan ke dalam spuit/
gelas ukur.
7. Memasang corong/ spuit yang telah berisi
makanan pada pipa lambung, kemudian
makanan dimasukkan perlahan-lahan
sampai jatah porsi makan habis sambil
mengobservasi keadaan pasien.
8. Bila makan telah habis, membilas pipa
lambung dengan air putih matang sampai
bersih.
9. Pangkal pipa lambung ditekuk, mencabut
corong/ spuit dari pipa lambung.
10. Pangkal pipa lambung ditutup.
11. Merapikan pasien dan membereskan alat.
47
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEMBERIKAN MAKANAN MELALUI PIPA LAMBUNG
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/3
Uraian Bobot
12. Melepas handscoen dan mencuci tangan.
13. Mendokumentasikan.
Catatan :
1. Catat jumlah/minuman yang telah masuk.
Prosedur 2. Pemberian pada bayi, penghisap spuit dilepas
dulu. Cara pemberian seperti pada pemberian
dengan menggunakan corong dan pemberian
tidak boleh disemprotkan/ didorong (untuk
mencegah aspirasi).
3. Pemberian obat tidak boleh dicampur dengan
susu.
Hasil NGT terpasang dengan benar 10
Sumber rujukan 1. Elly, Achmad,dkk. 2011.Penuntun Praktikum
Ketrampilan Kritis II. Jakarta: Salemba
Medika.
2. Kozier, Barbara,Erb. 2009.Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC.
3. Perry, Peterson, Potter. 2005.Ketrampilan dan
Prosedur Dasar Edisi 5. Jakarta: EGC.
Keterangan:
A = ≥ 86 C = 56 – 70 E = ≤ 40
B = 71 - 85 D = 41 - 55
Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

48
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN COLOSTOMY
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/3
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma, dan
mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.
Tujuan 1. Menjaga kebersihan pasien.
2. Mencegah terjadinya infeksi.
3. Mencegah iritasi kulit sekitar stoma.
4. Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Bak intrumen steril
a. 2 pinset anatomi
b. 1 pinset chirurghie
c. Handscoon
d. Kapas steril
e. Kapas Nacl/sublimat/kapas basah
Prosedur 2. Bengkok
3. Kantong colostomy
4. Perlak dan alas
5. Air hangat di Waskom
6. Plester dan gunting
7. Salep k/p
8. Korentang
9. Skort
10. Bedpen
49
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN COLOSTOMY
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/3
Uraian Bobot
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
1. Menjelaskan maksud dan tujuan.
2. Memasang sampiran.
C. Pelaksanaan 60
1. Membawa alat-alat kedekat pasien.
2. Mencuci tangan dan memakai handscoon
3. Mengatur posisi pasien.
4. Memasang perlak dan alas.
5. Meletakkan bengkok diatas perlak dan didekatkan
ke tubuh pasien.
6. Menaikkan dan membuka pakaian pasien.
7. Perawat memakai handscoon.
8. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati
Prosedur
dengan menggunakan pinset dan tangan kiri
menekan kulit pasien.
9. Meletakkan colostomy bag kotor dalam bengkok.
10. Melakukan observasi terhadap kulit dan produk
stoma (warna konsistensi, dll).
11. Mengambil kapas hangat (air hangat) bersihkan
stoma menuju tepi stoma, ini dilakukan sampai
bersih.
12. Mengeringkan kulit sekitar colostomy dengan
hati-hati menggunakan kassa steril.
13. Memberikan salep (tipis-tipis) jika terdapat
iritasi pada kulit sekitar stoma.
14. Memasang colostomy bag dengan tepat.
15. Mengambil perlak dan alas.
50
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN COLOSTOMY
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/3
Uraian Bobot
16. Memakaikan pakaian pasien.
Prosedur 17. Membereskan aat-alat dan membuang kotoran.
18. Perawat melepas handscoon dan mencuci tangan
19. Mendokumentasikan.
1. Pasien merasa aman dan nyaman 10
Hasil 2. Pasie tidak merasa malu.
3. Stoma bersih.
4. Kantong colostomy tepat menempel sesuai dengan
kebutuhan.
1. Brunner and suddarth,s.2002.Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8.Jakarta:EGC.
2. Johnson, dkk.2010.Buku Saku Prosedur Klinis Keperawatan
Sumber
Edisi 5.Jakarta.EGC
Rujukan
3. .Tim penulis Poltekes Kemenkes,2011.Penuntun Pratikum
Ketrampilan Kritis II Untuk Mahasiswa D-3
Keperawatan.Jakarta.Salemba Medika.

Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70
Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

51
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KUMBAH LAMBUNG
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/3
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan
cairan ke dalam lambung.
Indikasi 1. Pasien dengan keracunan.
2. Pasien dengan perdarahan lambung.
Tujuan 1. Perdarahan Lambung.
2. Untuk pemeriksaan diagnostik.
3. Untuk mengeluarkan racun/ intoksikasi.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Air matang dalam tempatnya
2. Glass spuit 50cc
3. Ember penampung
4. Perlak dan alas
5. Bengkok
Prosedur 6. Skort
7. Handuk
8. Klem
9. Handscoen
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
1. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan.
2. Mengatur posisi pasien sesuai dengan
kebutuhan (posisi pasien miring tanpa
bantal).

52
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KUMBAH LAMBUNG
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/3
Uraian Bobot
3. Mengatur lingkungan yang aman dan
nyaman.
C. Pelaksanaan 60
1. Memakai skort.
2. Membawa alat-alat kedekat pasien.
3. Mencuci tangan.
4. Memakai handscoen.
5. Memasang perlak dan alas diatas dada.
6. Meletakkan bengkok didekat tempat tidur
7. Pipa lambung di klem.
8. Mengisi glass spuit dengan air matang
Prosedur ±50cc, kemudian memasukkan kedalam
pipa lambung.
9. Mengeluarkan cairan dari lambung dengan
cara mengalirkan pada ember penampung
atau menghisap dengan spuit.
10. Memasukkan dan mengeluarkan cairan
beberapa kali sampai relatif bersih.
11. Mengukur cairan yang masuk dan keluar.
12. Mengobservasi keadaan umum pasien.
13. Merapikan pasien dan membereskan alat-
alat.
14. Melepaskan handscoen dan mencuci
tangan.
15. Mendokumentasikan.

53
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KUMBAH LAMBUNG
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/3
Hasil 1. Lambung bersih dari racun/ perdarahan. 10
2. Spesimen untuk pemeriksaan diagnostik bisa
diambil.
Sumber rujukan 1. Perry, Peterson, Potter. 2005.Ketrampilan dan
Prosedur Dasar Edisi 5. Jakarta: EGC.
2. Kusyati, Eni, dkk. 2006.Ketrampilan dan Prosedur
Laboratorium. Jakarta: EGC.
3. Kozier, Barbara,Erb. 2009.Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC.

Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70

Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

54
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
IMPAKSI FEKAL
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/3
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Pengeluaran feses secara digital melibatkan penghancuran
massa feses yang mengalami impaksi dengan
menggunakan sebuah jari dan mengeluarkan feses tersebut
sedikit demi sedikit.
Indikasi 1. Pada pasien dengan disritmia.
2. Pasien tidak sadar.
3. Pasien Obstipasi.
Tujuan Untuk pengosongan usus secara teratur.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Selimut mandi
2. Bantalan disposable pelindung sprei.
3. Pispot
4. Tissu
Prosedur 5. Hansdcoon
6. Jelly
7. Sabun, air
8. Handuk besar
9. Lidocain (Jika perlu)
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
1. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan.
2. Menjaga privasi pasien.
55
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
IMPAKSI FEKAL
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/3
Uraian Bobot
3. Mengatur posisi pasien ke posisi lateral
kanan atau kiri, atau posisi sims.
C. Pelaksanaan 60
1. Perawat mencuci tangan dan memakai
hansdcoon.
2. Meletakkan bantalan pelindung sprei di
bawah pinggul pasien, dan atur sprei
teratas agar jatuh miring keatas pinggul,
sehingga hanya bokong yang terpajan.
3. Menempatkan pispot dan tissu di dekat
tempat tidur atau dikursi samping tempat
Prosedur tidur.
4. Melumasi jari telunjuk dengan jelly.
5. Masukkan jari telunjuk secara hati – hati
kedalam rektum, mengarah ke umbilikus
(minta pasien untuk menarik nafas dalam).
6. Masase area sekitar feses secara berhati –
hati.
7. Menarik feses ke arah anus, keluarkan
sedikit demi sedikit, dan buang feses
tersebut ke dalam pispot.
8. Mencuci area rektal dengan sabun dan air
serta keringkan dengan lembut.
9. Merapikan pasien dan membereskan alat.
10. Perawat melepas hansdcoon dan mencuci
tangan.

56
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
IMPAKSI FEKAL
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/3
Uraian Bobot
11. Dokumentasikan.

Prosedur Catatan :
Observasi adanya perdarahan, atau tanda – tanda
pucat, merasa ingin pingsan, nafas pendek,
berkeringat, atau perubahan denyut nadi, maka
akhiri kalau ada tanda – tanda diatas.
Hasil 1. Pasien merasa nyaman. 10
2. Feses pasien berhasil dikeluarkan.
Sumber 1. Kozier, Barbara,Erb. 2009.Buku Ajar Praktik
rujukan Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC.
2. Perry, Peterson, Potter. 2005.Ketrampilan dan Prosedur
Dasar Edisi 5. Jakarta: EGC.

Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70

Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

57
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
IRIGASI KANDUNG KEMIH
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/3
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Pembilasan atau pencucian kandung kemih dengan larutan
antiseptik yang telah ditetapkan.
Tujuan 1. Untuk mengobati infeksi kandung kemih.
2. Untuk mengeluarkan bekuan darah dari kandung kemih.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Handscoon 2 pasang (bersih dan steril)
2. Kateter tree way
3. Slang dan kantong drainase (jika belum
terpasang)
4. Klem slang drainase
5. Kapas antiseptik
Prosedur 6. Tempat steril
7. Larutan irigasi steril yang dihangatkan
atau memiliki suhu ruangan.
8. Slang infus
9. Tiang infus
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
1. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan.
2. Menjaga privasi pasien.

58
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
IRIGASI KANDUNG KEMIH
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/4
Uraian Bobot
C. Pelaksanaan 60
1. Perawat mencuci tangan dan memakai
handscoon.
2. Mengosongkan, mengukur, dan mencatat
jumlah serta tampilan urine yang ada di
dalam kantong urine.
3. Buang urine dan handscoon, ganti dengan
hansdcoon steril.
4. Hubungkan slang infus irigasi dengan
larutan irigasi dan bilas slang dengan
larutan, jaga agar ujungnya tetap steril.
5. Bersihkan port irigasi dengan kapas
Prosedur antiseptik.
6. Menghubungkan slang irigasi ke port
cairan pada kateter tiga cabang.
7. Menghubungkan kantong dan slang
drainase ke port drainase urine jika belum
dihubungkan.
8. Melepaskan hansdcoon dan mencuci
tangan.
9. Melakukan irigasi kandung kemih:
b. Untuk irigasi kontinu, buka klem
aliran pada slang drainase urine (jika
ada).
- Buka klem pengatur pada slang
irigasi dan atur kecepatan aliran
sebanyak 40 – 60 tetes per menit.
59
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
IRIGASI KANDUNG KEMIH
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/4
Uraian Bobot
- Mengkaji jumlah, warna, dan 60
kejernihan drainase.
c. Untuk irigasi intermitten, tentukan
apakah larutan perlu tetap di kandung
kemih selama waktu tertentu.
- Apabila larutan tetap berada di dalam
kandung kemih (irigasi atau
pemasukkan cairan ke kandung
kemih), tutup klem aliran ke slang
drainase urine.
- Apabila larutan sedang dimasukkan
untuk mengiritasi kateter, buka klem
Prosedur aliran pada slang drainase urine.
- Buka klem aliran pada slang irigasi
agar sejumlah larutan yang telah
diprogramkan masuk ke dalam
kandung kemih. Klem slang.
- Setelah larutan dipertahankan selama
waktu yang telah di tetapkan, buka
klem aliran pada slang drainase dan
biarkan kanding kemih kosong.
- Mengkaji jumlah, warna, dan
kejernihan drainase.
10. Mengkaji kenyamanan pasien.
11. Mengosongkan kantong drainase dan ukur
isinya.
12. Dokumentasikan.
60
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
IRIGASI KANDUNG KEMIH
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 4/4
Uraian Bobot

Prosedur Catatan :
Catat setiap kandungan drainase yang tidak
normal, seperti bekuan darah, nanah, cabikan
mukosa.
1. Kandung kemih pasien bersih.
Hasil
2. Pasien merasa nyaman.
Sumber 1. Kozier, Barbara,Erb. 2009.Buku Ajar Praktik
rujukan Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC.
2. Perry, Peterson, Potter. 2005.Ketrampilan dan
Prosedur Dasar Edisi 5. Jakarta: EGC.

Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70

Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

61
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
BLADDER TRAINING
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/3
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Melatih kemampuan bladder menahan urine dalam jumlah
maksimal dengan cara merangsang kontraksi bladder dan
spincter uri agar urine bisa keluar, memperpanjang waktu
pengosongan bladder.
Tujuan 1. Memperpanjang jarak keinginan kencing.
2. Memperlama waktu kunjungan ke toilet.
3. Meningkatkan jumlah urine yang bisa ditampung oleh
bladder.
Jenis bladder 1. Individu yang tidak memakai kateter melatih sendiri
training bladdernya dengan cara kegel exercise, menahan urine
dengan menarik nafas panjang dan menjadawalkan
kunjungan kekamar mandi minimal 4 jam.
2. Pasien yang memakai kateter urine.
Tujuan : Merangsang kontraksi bladder dan spincter urine
agar bisa keluar dengan kontrol pasien sendiri.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Pasien yang tidak memakai kateter, alat yang
dibutuhkan :
Prosedur
a. Kursi atau tempat duduk
2. Pada pasien yang memakai kateter, alat yang di
butuhkan :
a. Kateter set terpasang pada pasien.
62
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
BLADDER TRAINING
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/3
Uraian Bobot
b. Urine bag terpasang.
c. Karet pengikat atau klem.
B. PersiapanPasiendanLingkungan 10
1. Memperkenal diri
2. Memberitahukan dan menjelaskan tujuan
tindakan.
3. Mengatur lingkungan aman dan nyaman
C. Pelaksanaaan 60
1. Individu yang tidak memakai kateter,
pelaksanaanya :
a. Memberi tahu pasien untuk duduk santai
atau berbaring dengan santai.
b. Menganjurkan pasien untuk
Prosedur
melonggarkan pakaian.
c. Menghembuskan nafas dari mulut sambil
kontraksikan otot vagina, bokong dan
perut.
d. Melakukan kurang lebih 30 kali sampai
bladder terasa kencing hilang.
e. Melakukan secara teratur pagi- siang-
malam atau saat muncul keinginana
kencing.
2. Pada pasien yang memakai kateter,
pelaksanaanya :
a. Mengikat selang kateter selama 24 jam
b. Setelah 4 jam, tanyakan pada pasien
merasa ingin kencing?
63
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
BLADDER TRAINING
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/3
Uraian Bobot
Bila pasien ingin kencing, lepas
ikatan, biarkan urine turun ke urobag.
Prosedur c. Mengulangi tindakan diatas sampai 4
jam
d. Bila klien sudah bisa mengontrol
kencingnya, lepaskan kateter.
Hasil 1. Pasien bisa merasakan dan mengontrol 10
reflek kencing.
2. Jarak antara kencing dengan kencing
berikutnya kurang lebih 4 jam.
3. Jumlah urine keluar minimal 400 cc.
Sumber rujukan 1. Brunner and suddarth,s.2002.Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC
2. Jonhson, Jocye Young, Jean Smith. 2010. Buku
Saku Prosedur Keperawatan Edisi 5. Jakarta. EGC
3. Korzier. Erb. 2009. Buku Ajar Praktek
Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta. EGC
Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70
Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

64
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN TEKANAN INTRA OKULER (TIO)
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/2
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Menilai tekanan intraokuler atau tekanan bola mata.
Tujuan 1. Menilai tekanan bola mata.
2. Menentukan pengobatan selanjutnya.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Tonometri
2. Tetrakain tetes
3. Kapas
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
1. Memberitahu maksud dan tujuan.
2. Mangatur posisi (pasien tidur terlentang).
3. Menyiapkan lingkungan.
Prosedur C. Pelaksanaan 60
1. Mencuci tangan.
2. Mata ditetesi tetrakain.
3. Di tunggu sampai pasien tidak merasa pedas.
4. Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk
ibu jari.
5. Telapak tonometer diletakkan pada kornea.
6. Membaca skala tonometer.
7. Merapikan pasien.
8. Mencuci tangan.
9. Mencatat hasil pemeriksaan.
65
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN TEKANAN INTRA OKULER (TIO)

PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman


KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/2
Hasil 1. Pasien merasa nyaman. 10
2. Hasil tes pasien dapat diketahui.
Sumber rujukan 1. Brunner and suddarth,s.2002.Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8.Jakarta:EGC.
2. Kidd,Pamela S, Patty, Julia.2011.Pedoman
Keperawatan Emergensi Edisi 2.Jakarta:EGC
Olver, Jane, Lorraine. 2009. At a Glance Oftalmologi.
Jakarta : Erlangga.

Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70

Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

66
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MELAKSANAKAN AMBULASI DINI
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/5
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Melakukan aktivitas/gerakan segera mungkin, baik pada pasien
post operasi, paraplegia, fraktur, atau pasien dengan gangguan
pernafasan
Tujuan 1. Mencegah dekubitus dan mencegah pneumunia.
2. Mencegah gangguan GIT dan mencegah hemodinamik.
3. Mencegah kontraktur sendi dan mencegah atropi otot.
4. Mencegah gangguan neorologis dan mencegah timbulnya
cystistis.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Pasien post operasi :
a. Buku catatan
b. Arloji
2. Paraplegia inferior :
a. Kruk atau kursi roda
Prosedur
b. Buku catatan
3. Fraktur :
a. Kursi roda
b. Buku catatan
4. Pasien dengan gangguan pernafasan:
a. Buku catatan
b. Balon
67
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MELAKSANAKAN AMBULASI DINI
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/5
Uraian Bobot
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
1. Memberitahu dan menjelaskan kepada
keluarga maksud dan tujuan tindakan.
2. Pasien diatur sesuai kebutuhan.
C. Pelaksanaan 60
1. Pasien post operasi :
a. Kecil (ambulasi dilakukan langsung
setelah post operasi).
1. Perawat berdiri disisi tempat tidur.
2. Membantu pasien mengeser kakinya
kesamping tempat tidur.
3. Membantu pasien menggerak-gerakkan
kakinya atau diayun.
Prosedur
4. Membantu pasien turun dari tempat
tidur atau berdiri.
5. Hitung nadi, perhatikan respon pasien.
6. Membantu pasien berjalan pelan-pelan.
7. Amati respon pasien catat dalam
catatan perawat.
b. Sedang
1. Setelah sadar miring-miring.
2. 1 x 24 jam duduk.
3. 1 x 24 jam jalan.
4. Amati respon pasien catat dalam
catatan perawat.
c. Besar
1. Sesuai advis dokter.
68
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MELAKSANAKAN AMBULASI DINI
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/5
Uraian Bobot
2. Diperkenankan miring-miring saja 60
dengan bantuan perawat atau ssama
sekali tidak boleh.
3. Amati respon pasien catat dalam catatan
perawatan.
2. Paraplegia inferior :
a. Dilakukan perubahan posisi masing-
masing tiap 3 jam.
b. Bladder exercise.
c. Merangsang BAB.
d. Hidrasi (minum) sebanyak-banyaknya.
e. Pasien diawasi saat menggunakan alat
bantu (kursi roda).
Prosedur
f. Mengamati respon pasien catat dalam
catatan perawat.
3. Fraktur :
a. Ada 3 tahap :
1. NWB (Non Weight Beereng) atau
tanpa berat badan menggunakan 2 kruk
dengan jalan secara meloncat (1-2
minggu)
2. SWB (Semi Weight Beereng) = ½
berat badan menggunakan 2 kruk,
berjalan dimulai dari kaki yang sehat
dulu 1-2 minggu)
3. FWB (Full Weight Beereng) + berat
badan penuh menggunakan 1 kruk
69
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MELAKSANAKAN AMBULASI DINI
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 4/5
Uraian Bobot
pada anggotanya yang sakit berjalan biasa 60
langkah awal dari sehat (1-2 minggu).
b. Pasien diawasi saat menggunakan alat
bantu.
c. Amati respon pasien catat dalam catatan
perawat.
4. Pasien yang mengalami gangguan
pernafasan, dengan cara :
Prosedur
a. Partial (posisi tidur) yaitu ½ duduk (semi
fowler).
b. Meniup balon.
c. Clapping (ditepuk-tepuk).
d. Coughing (batuk-batuk).
e. Pasien diawasi saat menggunakan alat
bantu.
f. Amati respon pasien catat dalam catatan
perawat.
Hasil 1. Ambulasi dini dapat dilaksanakan dengan 10
benar.
2. Tidak ada komplikasi.
1. Brunner and suddarth,s.2002.Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8.Jakarta.EGC.
2. Johnson,Joyce Young, Jean Smith.2010. Buku Saku
Sumber Rujukan
Prosedur Klinis Keperawatan Edisi 5. Jakarta.EGC.
3. Kidd,Pamela S, Patty, Julia. 2011.Pedoman
Keperawatan Emergensi Edisi 2.Jakarta.EGC.

70
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MELAKSANAKAN AMBULASI DINI
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 5/5

Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70

Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

71
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEMBANTU PASIEN MENGGUNAKAN KRUK
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/4
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Membantu pasien menggunakan alat bantu mobilitas berupa
alat yang ditaruh didalam ketiak untuk menopang berat badan
saat kaki cedera atau menurunkan kekuatannya.
Tujuan 1. Membantu pasien mobilisasi.
2. Melatih kekuatan otot extremitas atas dan bawah.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Kruk kayu.
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
Menjelaskan maksud dan tujuan yang akan
dilakukan kepada pasien dan keluarga.
C. Pelaksanaan 60
1. Menginstuksikan pasien untuk menggunakan
Prosedur poros berdiri. Poros berdiri di bentuk bila
kruk di tempatkan 15 cm di samping tiap
kaki.
2. Mengajarkan pasien salah satu dari tempat
cara berjalan. Umumnya cara berjalan yang
diprogramkan telah didapat dari terapi fisik
atau dokter.
a. Empat titik atau empat titik langkah :
majukan kruk kanan, kemudian kaki kiri
72
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEMBANTU PASIEN MENGGUNAKAN KRUK
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/4
Uraian Bobot
kedepan, kemudian kruk kiri, kemudian 60
kaki kanan.
b. Tiga titik pilihan atau langkah tiga titik :
majukan kedua kruk dan ekstremitas yang
terkena pada saat yang bersamaan,
kemudian majukan ekstremitas yang tidak
terkena.
c. Langkah dua titik : pasien menggerakkan
masing-masing kruk pada waktu yang
bersamaan saat kaki yang berlawanan juga
bergerak sehingga gerakan kruknya sama
dengan gerakan tangan seperti berjalan
normal.
Prosedur
d. Langkah Swing – Through atau Swing – to
Gait : dengan berat badan pada kaki
penyokong, pasien meletakkan kruk satu
langkah di depan dan kemudian mengayun
pada atau melalui posisi tersebut saat pasien
menyokong berat badan.
3. Mengajarkan pasien naik dan turun tangga.
Naik Tangga :
a. Tempatkan pada posisi poros.
b. Pindahkan berat badan pada kruk.
c. Luaskan kaki yang tak sakit antara kruk
dan tangga.
d. Pindahkan berat badan dari kruk ke kaki
yang tak sakit.
73
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEMBANTU PASIEN MENGGUNAKAN KRUK
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/4
Uraian Bobot
e. Sejajarkan kruk pada tangga.
Turun Tangga :
a. Mulai menetapkan poros tubuh.
b. Pindahkan berat badan pada kaki yang
tak sakit.
c. Tempatkan kruk pada tangga dan mulai
memindahkan berat badan pada kruk,
gerakkan kaki yang sakit ke depan.
d. Sejajarkan kaki yang tak sakit pada
tangga dan kruk.
4. Mengajarkan pasien cara duduk di kursi dan
Prosedur
cara bangun dari kursi.
Duduk :
a. Pasien di posisikan ditengah – depan
kursi dengan aspek posterior tungkai
menyentuh kursi.
b. Pasien memegang kedua kruk di tangan
yang berlawanan dengan yang sakit. Bila
kedua kaki sakit, kruk dipegang pada
tangan pasien yang lebih kuat.
Pasien memegang tangan kursi dengan
tangan yang lain dan merendahkan tubuh
kursi.
Hasil 1. Mobilisasi bisa dilaksanakan dengan mudah. 10
2. Klien bisa menggunakan kruk dengan benar.
3. Klien tidak terjatuh saat menggunakan kruk.

74
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MEMBANTU PASIEN MENGGUNAKAN KRUK
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 4/4
1. Brunner and suddarth,s.2002.Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8.Jakarta.EGC.
2. Johnson,dkk. 2010. Buku Saku Prosedur Klinis
Sumber rujukan
Keperawatan Edisi 5. Jakarta. EGC.
3. Kozier.Erb.2009. Buku Ajar Poraktik Keperawatan
Klinis Edisi 5. Jakarta. EGC.

Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70

Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

75
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MENGAMBIL CORPUS ALIENUM PADA HIDUNG
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/2
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Tindakan yang dilakukan untuk mengambil benda asing yang
tidak sengaja terhirup masuk jalan nafas.
Tujuan 1. Membebaskan jalan nafas pasien.
2. Benda asing bisa keluar dari jalan nafas pasien (hidung).
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Spekulum hidung.
2. Nose pinset.
3. Ring haak.
4. Lampu periksa.
5. Tissue/kasa.
6. Handscoon.
Prosedur B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
1. Memberikan penjelasan pada pasien tindakan
yang akan dilakukan.
2. Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan.
3. Menyiapkan lingkungan aman dan nyaman.
C. Pelaksanaan 60
1. Perawat cuci tangan dan memakai handscoon.
2. Membuka hidung dengan spekulum hidung,
kemudian dilihat dengan lampu

76
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MENGAMBIL CORPUS ALIENUM PADA HIDUNG
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/2
Uraian Bobot
periksa.
3. Apabila corpus alienum kelihatan lalu
Prosedur diambil memakai ring haak atau nose pinset.
4. Kemudian dibersihkan dengan kasa.
5. Merapikan pasien dan membersihkan alat.
6. Perawat mencuci tangan.
1. Pasien tidak merasa kesakitan dan merasa 10
Hasil nyaman.
2. Corpus dapat diambil dengan baik.
1. Brunner and suddarth,s.2002.Keperawatan Medikal
Sumber rujukan Bedah Edisi 8.Jakarta:EGC.
2. Kidd,Pamela S, Patty, Julia.2011.Pedoman
Keperawatan Emergensi Edisi 2.Jakarta:EGC.

Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70

Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

77
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MENGAMBIL CORPUS ALIENUM PADA TELINGA
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/2
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Tindakan yang dilakukan untuk mengambil benda asing yang
masuk kedalam telinga.
Tujuan 1. Benda asing bisa keluar dari telinga pasien.
2. Mengembalikan fungsi pendengaran pasien.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Otoscope.
2. Ring hak.
3. Pank tang.
4. Our pinset.
5. Cairan NaCl 0,9 %.
6. Kapas.
7. Lampu periksa.
Prosedur 8. Handscoon.
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
1. Membersihkan penjelasan pada tindakan yang
akan dilakukan.
2. Bila anak kecil dipegang dengan kuat.
3. Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan.
4. Menyiapkan lingkungan aman dan nyaman.
C. Pelaksanaan 60
1. Perawat mencuci tangan dan memakai
handscoon.
78
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MENGAMBIL CORPUS ALIENUM PADA TELINGA
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/2
Uraian Bobot
2. Telingan pasien dilihat dengan otoscope.
3. Setelah kelihatan corpus alienum diambil
dengan hati-hati memakai serumen
hank/ring hak/pank tang.
Prosedur 4. Setelah corpus alienum diambil, telinga
dibersihkan dengan cairan NaCl 0,9 %
memakai spuit 20 cc.
5. Membersihkan telinga dengan kapas.
6. Merapikan pasien dan membereskan alat.
7. Perawat mencuci tangan.
1. Pasien tidak merasa kesakitan dan merasa 10
Hasil nyaman.
2. Corpus dapat diambil.
1. Brunner and suddarth,s.2002.Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8.Jakarta:EGC.
Sumber rujukan 2. Kidd,Pamela S, Patty, Julia.2011.Pedoman
Keperawatan Emergensi Edisi 2.Jakarta:EGC.
Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70

Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

79
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN IRIGASI TELINGA
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 1/3
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
Dekan,
1 April 2016

(Dr. Subardi Agan, M.Pd)


Pengertian Mencuci rongga telinga bagian luar dengan cairan yang
dialirkan untuk disemprotkan ke dalamnya.
Indikasi Irigasi telinga umumnya diprogramkan untuk pembuangan
impaksi serumen atau benda asing dari liang telinga luar
Kontraindikasi 1. Ruptur membran timpani.
2. Irigasi tidak boleh dilakukan bila klien mengalami
vertigo.
Tujuan 1. Membersihkan rongga telinga dan pus (nanah) kotoran
telinga atau benda asing.
2. Mencegah kehilangan keseimbangan.
3. Mencegah infeksi.
Uraian Bobot
A. Persiapan alat 20
1. Spuit 20 cc
2. Kom
3. Handscoon
Prosedur 4. Otoskope
5. Cotton Bud Secukupnya
6. Cairan NaCl 0,9 % hangat
7. Cairan H2O2 3% dalam tempatnya
8. Handuk
9. Bengkok

80
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN IRIGASI TELINGA
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 2/3
Uraian Bobot
B. Persiapan Pasien dan Lingkungan 10
2. Melakukan pendekatan pada pasien atau
keluarga.
3. Memberikan penjelasan pada tindakan
yang akan dilakukan.
4. Posisikan pasien duduk tegak dan kepala
dimiringkan kesisi yang berlawanan
dengan telinga yang akan debersihkan.
C. Pelaksanaan 60
1. Perawat cuci tangan dan memakai
handscoon.
2. Menetesi telinga pasien dengan H2O2 3 %
Prosedur
3. Tunggu sampai kotoran hancur atau larut
kira-kira 10-15 menit
4. Handuk dan bengkok diletakkan diatas
bahu,dibawah telinga yang akan
dibersihkan.
5. Spuit diisi cairan NaCl 0,9 % yang telah
dihangatkan
6. Dengan menggunakan tangan kiri perawat,
daun telinga ditarik keatas dan sedikit
kebelakang, pasien dianjurkan memegang
bengkok diatas bahu.
7. Semprot telinga pasien dengan cairan
NaCl 0,9 % hangat secara perlahan sampai

81
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN IRIGASI TELINGA
PRODI D III No. Dokumen No. Revisi Halaman
KEPERAWATAN Div 1.012/KMB/3 00 3/3
Uraian Bobot
telinga bersih.
8. Setelah bersih lubang telinga dibersihkan
dengan cotton bud.
9. Semprot telinga pasien dengan cairan
Prosedur NaCl 0,9 % hangat secara perlahan
sampai telinga bersih.
10. Setelah bersih lubang telinga dibersihkan
dengan cotton bud.
11. Merapikan pasien.
12. Perawat mencuci tangan.
Hasil 1. Pasien tenang dan nyaman. 10
2. Telinga pasien bersih.
Sumber rujukan 1. Brunner and suddarth,s.2002.Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8.Jakarta.EGC.
2. Kidd,Pamela S, Patty, Julia. 2011.Pedoman
Keperawatan Emergensi Edisi 2.Jakarta.EGC.

Keterangan:
A = ≥ 86 D = 41 – 55
B = 71 - 85 E = ≤ 40
C = 56 – 70

Nilai Tanggal Nama Pembimbing TT

82

You might also like