Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
3. Septi Sulianingrum
4. Sifa Fauziah
7. Zahrotunnisaa
PEKALONGAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Umum Sedangkan tujuan umum yang ingin dicapai dari penulisan
makalah ini, adalah :
1. Agar pembaca memahami tentang asuhan ibu bersalin pada kala II atau kala
pengeluaran janin dan menambah wawasannya.
2. Agar mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang luas lagi tentang
memberikan asuhan pada ibu bersalin kala II atau kala pengeluaran janin.
BAB II
PEMBAHASAN
F. Episiotomi
Episiotomi pada masa yang lalu, tindakan episiotomi dilakukan secara rutin
terutama pada primipara. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah trauma pada kepala
janin, mencegah kerusakan pada spinter ani serta lebih mudah untuk menjahitnya.
Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung
manfaat episiotomi (Enkim, Keirse, Renfew dan Nelson, 1995; Wooley, 1995).
Pada kenyataannya tindakan episiotomi dapat menyebabkan peningkatan jumlah
jumlah kehilangan darah ibu, bertambah dalam luka perineum bagian posterior,
meningkatkan kerusakan pada spinter ani dan peningkatan rasa nyeri pada hari-hari
pertama post partum
Episiotomi adalah suatu sayatan di dinding belakang vagina agar bukaan lebih
lebar sehingga bayi dapat keluar dengan lebih mudah. Dapat dimengerti jika kaum
wanita khawatir kalau-kalau sayatan atau robekan akan memengaruhi vagina dan
perineum (kulit antara vagina dan anus) sehingga kelak hubungan seksual akan
menyakitkan, atau area tersebut menjadi jelek, atau tidak memungkinkan penggunaan
tampon. Wanita yang pernah mengalami pelecehan seksualsering takut jika
mendengar penyayatan karena ini mengingatkan pada kerusakan yang pernah mereka
alami. (Kehamilan dan Melahirkan, Mary Nolan, 2003: 127)
Dianjurkan untuk melakukan episiotomi pada primigravida atau pada wanita dengan
perineum yang kaku. Episiotomi ini dilakukan bila perineum telah menipis dan kepala
janin tidak masuk kembali ke dalam vagina. Ketika kepala janin akan mengadakan
defleksi dengan suboksiput di bawah simfisis sebagai hipomoklion, sebaiknya tangan
kiri menahan bagian belakang kepala dengan maksud agar gerakan defleksi tidak
terlalu cepat. Dengan demikian, ruptura perinei dapat dihindarkan. Untuk mengawasi
perineum ini posisi miring (Sims position) lebih menguntungkan dibandingkan
dengan posisi biasa. Akan tetapi, bila perineum jelas telah tipis dan menunjukkan
akan timbul ruptura perinei, maka sebaiknya dilakukan episiotomi. Dikenal:
1. Episotomi mediana, dikerjakan pada garis tengah
2. Episiotomi mediolateral, dikerjakan pada garis tengah yang dekat muskulus
sfingter ani, dan diperluas ke sisi
3. Episiotomi lateral, yang sering terjadi perdarahan Keuntungan episiotomi
mediana ialah tidak menimbulkan perdarahan banyak dan penjahitan kembali
lebih mudah, sehingga sembuh per primam dan hampir tidak berbekas. Bahayanya
ialah dapat menimbulkan ruptura perinei totalis. Dalam hal ini muskulus sfingter
ani eksternus dan rektum ikut robek pula. Perawatan ruptura perinei totalis harus
dikerjakan serapi-rapinya, agar jangan sampai gagal dan timbul inkontinensia alvi.
G. Indikasi Episiotomi
1. Gawat janin. Untuk menolong keselamatan janin, maka persalinan harus segera
diakhiri.
2. Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distoksia bahu, akan
dilakukan ekstraksi forcep, ekstraksi vacuum
3. Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina
4. Perineum kaku dan pendek
5. Adanya rupture yang membakat pada perineum
6. Premature untuk mengurangi tekanan
H. Kontraindikasi episiotomi :
1. Bukan persalinan pervaginam
2. Kecenderungan perdarahan yang tidak terkontrol
3. Pasien menolak dilakukan intervensi operatif.
a. Saat episiotomi :
1) Kepala sudah kelihatan 3-4 cm waktu ibu mengedan
2) Saat pemasangan forsep
3) Sebelum melakukan ekstraksi pada letak sungsang.
b. Penanganan luka episiotomi :
1) Prinsip : Hemostasis dan perbaikan anatomi.
2) Cara : Mukosa dan submukosa dijahit jelujur dengan cutgut kromik 00. –
Otot dan fascia dijahit jelujur dengan cutgut kromik 00. - Kulit dan subkutis
dijahit terputus dengan seide / sutera 30.
3) Obat-obatan : Analgetik / antiinflamasi - Antibiotik bila perlu
4) Perawatan luka : Kompres dengan povidone iodine.
5) Informed consent : tidak perlu.
c. Kita mengenal 4 macan episiotomi :
1) Episiotomi medialis yang dibuat di garis tengah
2) Episiotomi mediolateralis dari garis tengah ke samping menjauhi anus
3) Episiotomi lateralis, 1-2 cm di atas commissural poeterior ke samping
d. Fungsi episiotomi :
1) perinei yang spontan bersifat luka loyak dengan dinding luka bergerigi.
Luka lurus dan tajam lebih mudah di jahit dan sembuh dengan sempurna.
2) Mengurangi tekanan kepala anak
3) Mempersingkat Episiotomi membuat luka yang lurus dengan pinggir yang
tajam, sedangkan rupture kala II
4) Episiotomi letralis dan mediolateralis mengurangi kemungkinan rupture
perinea totalis. Yang paling sering di pergunakan ialah :Episiotomi
medialis dan episiotomi mediolateralis
5) Episiotomi medialis :
a) Mudah di jahit
b) Anatomis maupun fungsionil sembuh dengan baik.
c) Nyeri dalam nifas tidak seberapa.
d) Dapat menjadi rupture perinea totalis.
6) Episiotomi Mediolateralis :
a) Lebih sulit di jahit
b) Anatomis maupun fungsionil penyembuhannya kurang sempurna
c) Nyeri pada hari pertama nifas
d) Jarang menjadi rupture perinea totalis. Karena episiotomi medialis
mungkin menjadi rupture perinea totalis maka dibuat episiotomi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Amniotomi adalah indikasi yang di lakukan jika ketuban belum pecah tetapi
serviks sudah membuka. Amniotomi adalah sebuah irisan bedah melalui perineum
yang dilakukan unuk memperlebar vagina dengan maksud untuk membantu proses
kelahiran bayi. Episiotomi adalah insisi perineum yang dimulai dari cincin vulva ke
bawah, menghindari anus dan muskulus spingter serta memotong fasia pervis,
muskulus konstrikter vagina, muskulus transversus perinei dan terkadang ikut
terpotong serat dari muskulus levator ani. Pembagian episiotomi:
1. Episotomi mediana, dikerjakan pada garis tengah
2. Episiotomi mediolateral, dikerjakan pada garis tengah yang dekat muskulus
sfingter ani, dan diperluas ke sisi
3. Episiotomi lateral, yang sering terjadi perdarahan
B. SARAN
Diharapkan Angka kematian Ibu dan anak dapat berkurang dan menambah sosialisasi
tentang kesehatan sehingga masyarakat berambah pengetahuan tentang masa
persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini, JNPK-KR, 2008: 145
2. Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin, Sumarah, dkk., 2009:108
3. Manajemen Komplikasi Kehamilan & Persalinan, Devi Yulianti, 2006:307
4. Ilmu Kebidanan, Hanifa Wiknjosastro, 2007: 195
5. fakultas kedokteran UNPAD, Obstetri fisiologi, 1983:294-296
6. Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial Persalinan, JNPK-KR, 2007: 147