You are on page 1of 11

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN KALA II

(MELAKUKAN AMNIOTOMI DAN EPISIOTOMI)

Dosen Pengampu : Ida Baroroh, S.SiT

Disusun oleh :

1. Risqi Sekar Hariyanto

2. Septi Ayu Wilastari

3. Septi Sulianingrum

4. Sifa Fauziah

5. Siska Ayu Maharani

6. Siti Nur Haniyah

7. Zahrotunnisaa

AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN IBU

PEKALONGAN

2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian Ibu dan anak sudah berkembang, karena kurangnya


sosialisasi tentang kesehatan sehingga masyarakat sangat minim sekali dengan
pengetahuan tentang kesehatannya.
Rata-rata AKI di sebabkan oleh perdarahan pada persalinan yang abnormal,
pada persalinan ada yang di sebut Kala II Persalinan di sebut juga kala pengeluaran
yang merupakan peristiwa terpenting dalam proses persalinan karena objek yang di
keluarkan adalah objek utama yaitu bayi.
Indikasi amniotomi jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka
sepenuhnya. Dan episiotomi adalah pengguntingan pada perineum yang memudahkan
bayi untuk keluar melalui jalan lahir jika tedapat masalah pada perineum ibu.
Kala III persalinan merupakan kala dimana pengeluaran plasenta setelah bayi lahir,
dan di susul dengan kala IV dimana kala ini tentang pengawasan pada ibu dan bayi
setelah 1-2 jam postpartum. Pemberian asuhan pada bayi baru lahir juga tidak kalah
penting dengan Kala I, kala II, kala III, dan kala IV, karena untuk menilai apakah
bayi tersebut sehat dan dalam keadaan baik.

B. Tujuan Khusus Dalam makalah ini, adalah


:
1. Untuk memenuhi tugas perkuliahan dengan mata kuliah Asuhan Kebidanan II
(Persalinan).
2. Untuk memberikan pengetahuan luas tentang asuhan pada ibu bersalin kala II
atau kala pengeluaran janin.

C. Tujuan Umum Sedangkan tujuan umum yang ingin dicapai dari penulisan
makalah ini, adalah :
1. Agar pembaca memahami tentang asuhan ibu bersalin pada kala II atau kala
pengeluaran janin dan menambah wawasannya.
2. Agar mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang luas lagi tentang
memberikan asuhan pada ibu bersalin kala II atau kala pengeluaran janin.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Melakukan amniotomi dan Episiotomi


1. Amniotomi
Amniotomi adalah indikasi yang di lakukan jika ketuban belum pecah tetapi
serviks sudah membuka. Amniotomi adalah sebuah irisan bedah melalui perineum
yang dilakukan unuk memperlebar vagina dengan maksud untuk membantu
proses kelahiran bayi. Perlebaran ini dapat dilakukan di garis tengah (”midline”)
atau dari sebuah sudut dari ujung belakang dari vulva, dilakukan di bawah bius
lokal (”local anaesthetic”) dan dijahit kembali setelah melahirkan. Ini merupakan
suatu prosedur umum dalam kedokteran yang dilakukan kepada wanita.
2. Episiotomi
Episiotomi adalah insisi perineum yang dimulai dari cincin vulva ke
bawah, menghindari anus dan muskulus spingter serta memotong fasia pervis,
muskulus konstrikter vagina, muskulus transversus perinei dan terkadang ikut
terpotong serat dari muskulus levator ani. Amniotomi/pemecahan selaput ketuban
dilakukan bila selaput ketuban masih utuh, ada dorongan yang besar. Manfaat
yang diperkirakan adalah persalinan bertambah cepat, deteksi dini kasus
pencemaran mekonium pada cairan amnion, dan kesempatan untuk memasang
elektroda ke janin serta memasukkan pressure catheter ke dalam rongga uterus.
Jika amniotomi dilakukan, harus diupayakan menggunakan teknik aseptik. Yang
penting kepala janin harus tetap berada di serviks dan tidak dikeluarkan dari
panggul selama prosedur; karena tindakan seperti itu akan menyebabkan prolaps
tali pusat.
(Obstetri William Edisi 21, Cuningham, dkk., 2006: 343)
Selama selaput ketuban masih utuh, janin akan terhindar dari infeksi dan asfiksia.
Cairan amniotic berfungsi sebagai perisai yang melindungi janin dari tekanan
penuh dikarenakan kontraksi. Oleh karena itu perlu dihindarkan amniotomi dini
pada kala I. Biasanya, selaput ketuban akan pecah secara spontan.
B. Indikasi Amniotomi
1. Pembukaan lengkap
2. Pada kasus solutio plasenta
3. Jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka sepenuhnya Apabila selaput
ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka perlu dilakukan
tindakan amniotomi. Perhatikan warna air ketuban yang keluar saat dilakukan
amniotomi. Jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka dilakukan
persiapan pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya
hipoksia dalam rahim atau selama proses persalinan.

C. Keuntungan tindakan amniotomi :


1. Untuk melakukan pengamatan ada tidaknya mekonium
2. Menentukan punctum maksimum DJJ akan lebih jelas
3. Mempermudah perekaman pada saat memantau janin
4. Mempercepat proses persalinan karena mempercepat proses pembukaan
serviks
5. Dimana pemantauan DJJ secara terus menerus didindikasikan, maka elektroda
dapat diletakkan langsung keatas kulit kepala janin, yang memungkinkan
pelacakan yang lebih baik daripada yang diperoleh dengan menempatkan elektroda
diatas abdomen ibu
6. Kateterperekam bias ditempatkan di dalam uterus dan dapat mengukur tekanan
intrauterine secara langsung dan akurat
7. Lamanya persalinan bisa diperpendek
8. Bukti-bukti yang ditemukan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa amniotomi
dan stimulasi slauran genital bawah menyebabkan peningkatan dalam
prostaglandin, dan hal ini selanjutnya menyempurnakan kontraksi uterus

D. Kerugian tindakan Amniotomi :


1. Dapat menimbulkan trauma pada kepala janin yang mengakibatkan kecacatan pada
tulang kepala akibat dari tekanan deferensial meningkat.
2. Dapat menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan amniotic berkurang.
Sementara amniotomi dini bias mempercepat pembukaan cerviks, Namun bias pula
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta. Jadi keuntungan dalam
bentuk persaliann yang lebih pendek bias terelakkan oleh efek merugikan yang
potensial bias terjadi pada janin, seperti misalnya penurunan angka pH darah.
Beberpa penolong telah mencatat adanya perubahan dalam
pola DJJ setelah dilakukannya amniotomi.

E. Cara melakukan amniotomi


1. Persiapan Alat:
a. Bengkok
b. Setengah kocher
c. Sarung tangan
d. Kapas saflon ½%
2. Persiapan Pasien:
Posisi Dorsal Recumbent
3. Persiapan Pelaksanaan:
a. Memberitahukan tindakan
b. Mendekatkan alat
c. Dengarkan dan periksa denyut jantung janin (DJJ) dan catat pada partograf
d. Cuci kedua tangan dan keringkan
e. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril pada dua tangan
f. Diantara kontraksi lakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati. Raba dengan
hati-hati selaput ketuban untuk memastikan bahwa kepala telah masuk dengan
baik (masuk ke dalam panggul) dan bahwa tali pusat dan/atau bagian-bagian
tubuh yang kecil dari bayi bisa dipalpasi, jangan pecahkan selaput ketuban.
Catatan : pemeriksaan dalam yang dilakukan di antara kontraksi seringkali
lebih nyaman untuk ibu. Tapi jika selaput ketuban tidak dapat diraba di antara
kontraksi, tunggu sampai kekuatan kontraksi berikutnya mendorong cairan
ketuban dan membuatnya lebih mudah untuk dipalpasi dan dipecahkan.
g. Tangan kiri mengambil klem setengah Kocher yang telah dipersiapkan
sedemikian rupa sehingga dalam mengambilnya mudah
h. Dengan menggunakan tangan kiri, tempatkan klem setengah Kocher atau
setengah Kelly disinfeksi tingkat tinggi atau steril dimasukkan ke dalam
vagina menelusuri jari tangan kanan yang berada didalam vagina sampai
mencapai selaput ketuban.
i. Pegang ujung klem setengah kocher diantara ujung jari tangan kanan
pemeriksaan, kemudin gerakkan jari dengan lembut dan memecah selaput
ketuban dengan cara menggosokkan klem setengah kocher pada selaput
ketuban. Catatan : seringkali lebih mudah untuk memecahkan selaput ketuban
diantara kontraksi ketika selaput ketuban tidak tegang, hal ini juga akan
mencegah air ketuban menyemprot pada saat selaput ketuban dipecahkan.
j. Biarkan air ketuban membasahi jari tangan pemeriksaan.
k. Gunakan tangan kiri untuk mengambil klem dan menempatkannya ke dalam
larutan klorin ½ % untuk didekontaminasi.
l. Jari tangan kanan pemeriksa tetap di dalam vagina untuk mengetahui
penurunan kepala janin dan memastikan bahwa tali pusat atau bagian kecil
dari bayi yang teraba
m. Bila hasil pemeriksaan tidak didapatkan adanya tali pusat atau bagian-bagian
tubuh janin yang kecil dan hasil pemeriksaan penurunan kepala sudah
didapatkan, maka keluarkan tangan pemeriksa secara lembut dari dalam
vagina.
n. Lakukan pemeriksaan warna cairan ketuban adakah mekonium, darah, apakah
jernih
o. Lakukan langkah-langkah gawat darurat apabila terdapat mekonium atau
darah
p. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan
klorin ½ %, lalu lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan biarkan
terendam di larutan klorin ½ % selama 10 menit.
q. Cuci kedua tangan
r. Segera periksa ulang DJJ
s. Catat pada partograf waktu dilakukannya pemecahan selaput ketuban, warna
air ketuban dan DJJ.

F. Episiotomi
Episiotomi pada masa yang lalu, tindakan episiotomi dilakukan secara rutin
terutama pada primipara. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah trauma pada kepala
janin, mencegah kerusakan pada spinter ani serta lebih mudah untuk menjahitnya.
Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung
manfaat episiotomi (Enkim, Keirse, Renfew dan Nelson, 1995; Wooley, 1995).
Pada kenyataannya tindakan episiotomi dapat menyebabkan peningkatan jumlah
jumlah kehilangan darah ibu, bertambah dalam luka perineum bagian posterior,
meningkatkan kerusakan pada spinter ani dan peningkatan rasa nyeri pada hari-hari
pertama post partum
Episiotomi adalah suatu sayatan di dinding belakang vagina agar bukaan lebih
lebar sehingga bayi dapat keluar dengan lebih mudah. Dapat dimengerti jika kaum
wanita khawatir kalau-kalau sayatan atau robekan akan memengaruhi vagina dan
perineum (kulit antara vagina dan anus) sehingga kelak hubungan seksual akan
menyakitkan, atau area tersebut menjadi jelek, atau tidak memungkinkan penggunaan
tampon. Wanita yang pernah mengalami pelecehan seksualsering takut jika
mendengar penyayatan karena ini mengingatkan pada kerusakan yang pernah mereka
alami. (Kehamilan dan Melahirkan, Mary Nolan, 2003: 127)
Dianjurkan untuk melakukan episiotomi pada primigravida atau pada wanita dengan
perineum yang kaku. Episiotomi ini dilakukan bila perineum telah menipis dan kepala
janin tidak masuk kembali ke dalam vagina. Ketika kepala janin akan mengadakan
defleksi dengan suboksiput di bawah simfisis sebagai hipomoklion, sebaiknya tangan
kiri menahan bagian belakang kepala dengan maksud agar gerakan defleksi tidak
terlalu cepat. Dengan demikian, ruptura perinei dapat dihindarkan. Untuk mengawasi
perineum ini posisi miring (Sims position) lebih menguntungkan dibandingkan
dengan posisi biasa. Akan tetapi, bila perineum jelas telah tipis dan menunjukkan
akan timbul ruptura perinei, maka sebaiknya dilakukan episiotomi. Dikenal:
1. Episotomi mediana, dikerjakan pada garis tengah
2. Episiotomi mediolateral, dikerjakan pada garis tengah yang dekat muskulus
sfingter ani, dan diperluas ke sisi
3. Episiotomi lateral, yang sering terjadi perdarahan Keuntungan episiotomi
mediana ialah tidak menimbulkan perdarahan banyak dan penjahitan kembali
lebih mudah, sehingga sembuh per primam dan hampir tidak berbekas. Bahayanya
ialah dapat menimbulkan ruptura perinei totalis. Dalam hal ini muskulus sfingter
ani eksternus dan rektum ikut robek pula. Perawatan ruptura perinei totalis harus
dikerjakan serapi-rapinya, agar jangan sampai gagal dan timbul inkontinensia alvi.

G. Indikasi Episiotomi
1. Gawat janin. Untuk menolong keselamatan janin, maka persalinan harus segera
diakhiri.
2. Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distoksia bahu, akan
dilakukan ekstraksi forcep, ekstraksi vacuum
3. Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina
4. Perineum kaku dan pendek
5. Adanya rupture yang membakat pada perineum
6. Premature untuk mengurangi tekanan

H. Kontraindikasi episiotomi :
1. Bukan persalinan pervaginam
2. Kecenderungan perdarahan yang tidak terkontrol
3. Pasien menolak dilakukan intervensi operatif.
a. Saat episiotomi :
1) Kepala sudah kelihatan 3-4 cm waktu ibu mengedan
2) Saat pemasangan forsep
3) Sebelum melakukan ekstraksi pada letak sungsang.
b. Penanganan luka episiotomi :
1) Prinsip : Hemostasis dan perbaikan anatomi.
2) Cara : Mukosa dan submukosa dijahit jelujur dengan cutgut kromik 00. –
Otot dan fascia dijahit jelujur dengan cutgut kromik 00. - Kulit dan subkutis
dijahit terputus dengan seide / sutera 30.
3) Obat-obatan : Analgetik / antiinflamasi - Antibiotik bila perlu
4) Perawatan luka : Kompres dengan povidone iodine.
5) Informed consent : tidak perlu.
c. Kita mengenal 4 macan episiotomi :
1) Episiotomi medialis yang dibuat di garis tengah
2) Episiotomi mediolateralis dari garis tengah ke samping menjauhi anus
3) Episiotomi lateralis, 1-2 cm di atas commissural poeterior ke samping
d. Fungsi episiotomi :
1) perinei yang spontan bersifat luka loyak dengan dinding luka bergerigi.
Luka lurus dan tajam lebih mudah di jahit dan sembuh dengan sempurna.
2) Mengurangi tekanan kepala anak
3) Mempersingkat Episiotomi membuat luka yang lurus dengan pinggir yang
tajam, sedangkan rupture kala II
4) Episiotomi letralis dan mediolateralis mengurangi kemungkinan rupture
perinea totalis. Yang paling sering di pergunakan ialah :Episiotomi
medialis dan episiotomi mediolateralis
5) Episiotomi medialis :
a) Mudah di jahit
b) Anatomis maupun fungsionil sembuh dengan baik.
c) Nyeri dalam nifas tidak seberapa.
d) Dapat menjadi rupture perinea totalis.
6) Episiotomi Mediolateralis :
a) Lebih sulit di jahit
b) Anatomis maupun fungsionil penyembuhannya kurang sempurna
c) Nyeri pada hari pertama nifas
d) Jarang menjadi rupture perinea totalis. Karena episiotomi medialis
mungkin menjadi rupture perinea totalis maka dibuat episiotomi
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Amniotomi adalah indikasi yang di lakukan jika ketuban belum pecah tetapi
serviks sudah membuka. Amniotomi adalah sebuah irisan bedah melalui perineum
yang dilakukan unuk memperlebar vagina dengan maksud untuk membantu proses
kelahiran bayi. Episiotomi adalah insisi perineum yang dimulai dari cincin vulva ke
bawah, menghindari anus dan muskulus spingter serta memotong fasia pervis,
muskulus konstrikter vagina, muskulus transversus perinei dan terkadang ikut
terpotong serat dari muskulus levator ani. Pembagian episiotomi:
1. Episotomi mediana, dikerjakan pada garis tengah
2. Episiotomi mediolateral, dikerjakan pada garis tengah yang dekat muskulus
sfingter ani, dan diperluas ke sisi
3. Episiotomi lateral, yang sering terjadi perdarahan

B. SARAN
Diharapkan Angka kematian Ibu dan anak dapat berkurang dan menambah sosialisasi
tentang kesehatan sehingga masyarakat berambah pengetahuan tentang masa
persalinan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini, JNPK-KR, 2008: 145
2. Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin, Sumarah, dkk., 2009:108
3. Manajemen Komplikasi Kehamilan & Persalinan, Devi Yulianti, 2006:307
4. Ilmu Kebidanan, Hanifa Wiknjosastro, 2007: 195
5. fakultas kedokteran UNPAD, Obstetri fisiologi, 1983:294-296
6. Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial Persalinan, JNPK-KR, 2007: 147

You might also like