You are on page 1of 17

MAKALAH

ASUHAN NEONATUS DENGAN RESIKO TINGGI DAN


PENATALAKSANAAN

Dosen Pengampu : Maslikhah, S,SiT, M.Kes

Disusun Oleh :

1. Zahrotunnisa

AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN IBU PEKALONGAN


2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya. Ancaman

jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti walaupun denagn bantuan alat-alat

medis modern sekalipun,sering kali memberikan gambaran berbeda terhadap kondisi bayi

saat lahir.

Kualitas dari pelayanan kesehatan saat ini di tuntut untuk semakin meningkat ke arah

pelayanan yang lebih optimal. Hal tersebut didorong oleh berbagai perubahan mendasar di

masyarakat baik ekonomi, pendidikan, teknologi dan informasi serta berbagai perubahan

lainnya. Terlebih lagi tuntutan dari pemerintah yang memberikan kemudahan-kemudahan

bagi masyarakat untuk menerima pelayanan kesehatan termasuk perubahan tuntutan

masyarakat pada peningkatan pelayanan kebidanan. Salah satu pelayanan kebidanan yang

juga memerlukan peningkatan kualitas adalah pelayanan asuhan kebidanan terhadap bayi

hipotermia.

WHO memperkirakan hampir sekitar 98% dari lima juta kematian neonatal terjadi di

negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini

dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: sepsis, tetanus neonatorum,

meningitis, pneumonia, dan diare (Imral chair, 2007).

Peran bidan sangat diperlukan untuk mencengah terjadinya risiko hipotermia pada

bayi. Seorang bidan itu harus memiliki pengetahuan yang luas, sikap dan keterampilan dalam

melakukan asuhan untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan. Pentingnya

pengetahuan dari seorang bidan tersebut dalam pemberi asuhan kebidanan pada bayi baru

lahir melatarbelakangi penulis dalam pembuatan makalah ini.


Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani kelahiran

bayi mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tidak semua tenaga medis memiliki kemampuan dan

keterampilan standar walaupun mereka itu memiliki latar belakang pendidikan sebagai

profesional ahli.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui rumusan masalahnya yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan hipotermi.

2. Apa yang dimaksud dengan hipertermi.

3. Apa yang dimaksud dengan hipoglekemi.

4. Apa yang dimaksud dengan tetanus.

5. Apa yang dimaksud dengan neonatorium.

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuannya yaitu :

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud hipotermi.

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud hipertermi.

3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud hipoglekemi.

4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud tetanus.

5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud neonatorium.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Neonatus

Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari,

dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar

rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system. Masa perubahan

yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama.

Neonatus adalah organisme yang berada pada periode adaptasi kehidupan intrauterin

ke ekstrauterin. Masa neonatus adalah periode selama satu bulan tepat 4 minggu atau 28 hari

setelah lahir).

B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kegawatdaruratan pada Neonatus

1. Faktor Kehamilan

a. Kehamilan kurang bulan

b. Kehamilan dengan penyakit DM

c) Kehamilan dengn gawat janin

d. Kehamilan dengan penyakit kronis ibu

e. Kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat

f. Kehamilan lebih bulan

g. Infertilitas

2. Faktor pada Partus

a. Partus dengan infeksi intrapartum

b. Partus dengan penggunaan obat sedatif

3. Faktor pada Bayi

a. Skor apgar yang rendah

b. BBLR
c. Bayi kurang bulan

d. Berat lahir lebih dari 4000gr

e. Cacat bawaan

f. Frekuensi pernafasan dengan 2x observasi lebih dari 60/menit

C. Kondisi-Kondisi Yang Menyebabkan Kegawatdaruratan Neonatus

1. Hipotermi

Hipotermi adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh bayi kurang dari 36,5º C dari suhu

optimal. Menurut Sarwono (2002), gejala awal hipotermia apabila suhu < 36oC atau kedua

kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah

mengalami hipotermia sedang (suhu 32oC – 36oC). Disebut hipotermia kuat bila suhu tubuh

<32oC. Hipotermia pada BBL adalah suhu di bawah 36,5oC, yang terbagi atas hipotermia

ringan (cold stress) yaitu suhu antara 36,5oC, hipotermia sedang yaitu suhu antara 36oC, dan

hipotermia berat yaitu suhu tubuh < 32oC.

Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir

dengan kematian. Hipotermia menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah, yang

mengakibatkan metabolik anerobik, meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoks

emia dan berlanjut dengan kematian.

Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir :

a. Radiasi dari objek ke panas bayi

i. Contoh: timbang bayi dingin tanpa alas

b. Evaporasi karena menguap cairan yang melekat pada kulit

i. Contoh: air ketuban bayi baru lahir, tidak cepat dikeringkan

c. Konduksi panas tubuh diambil dari suatu permukaan yang melekat di tubuh

i. Contoh: pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti


d. Konveksi penguapan dari tubuh ke udara

i. Contoh: angin disekitar tubuh bayi baru lahir.

Sarwono (2002), mengklasifikasikan tanda dan gejala hipotermia pada neonatus seperti

dibawah ini :

a. Gejala hipotermia bayi baru lahir

1) Bayi tidak mau minum

2) b.Bayi tampak lesu atau mengantuk saja

3) c.Tubuh bayi teraba dingin

4) d.Dalam keadaan berat,denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras

b. Tanda-tanda hipotermia sedang (Stres dingin)

1) a.Aktivitas berkurang, letargis

2) b.Tangisan lemah

3) c. Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)

4) d.Kemampuan menghisap lemah

5) e.Kaki teraba dingin

c. Tanda-tanda hipotermia berat (Cedera dingin)

1) a.Sama dengan hipotermia sedang

2) b.Bibir dan kuku kebiruan

3) c.Pernafasan lambat

4) d.Pernafasan tidak teratur

5) e.Bunyi jantung lambat

6) f.Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik

d. Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia

1) Muka, ujung kaki dan tangan berwarma merah terang


2) Bagian tubuh lainnya pucat

3) Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan

(sklerema).

Hipotermia dapat menyebabkan komplikasi, seperti peningkatan konsumsi oksigen,

produksi asam laktat, apneu, penurunan kemampuan pembekuan darah dan yang paling

sering terlihat hipoglikemia.

Pada bayi premature, stress dingin dapat menyebabkan penurunan sekresi dan sintetis

surfaktan. Membiarkan bayi dingin meningkatkan mortalitas dan morbiditas.

Penanganan serta Pencegahan Hipotermia Bayi Baru Lahir, kesempatan untuk bertahan

hidup pada BBL ditandai dengan keberhasilan usahanya dalam mencegah hilangnya panas

dari tubuh. Untuk itu, BBL haruslah dirawat dalam lingkungan suhu netral (Neutral Thermal

Environment/NTE). NTE adalah rentang suhu eksternal, dimana metabolisme dan konsumsi

oksigen berada pada tingkat minimum, dalam lingkungan tersebut bayi dapat

mempertahankan suhu tubuh normal.

Namun, pada bayi-bayi yang mengalami hipotermia maka harus ditangani secara cepat

dan tepat. Penanganan hipotermia pada bayi, yaitu :

a. Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan

yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator

atau melalui penyinaran lampu. Penyinaran di inkubator menggunakan lampu

60 wat dengan jarak minimal 60 cm dari bayi dan juga penghangatan kembali

dengan metode yang sesuai (dalam incubator pemanasan perlahan 0.5-1ºC

/Jam).

b. 2. Metode kangguru kontak kulit antara ibu dan bayi yang berlangsung sejak dini

secara terus menerus dan berkesinambungan kalau mungkin selama 24 jam. Bayi

diletakkan diantara kedua payudara ibu dengan posisi tegak/vertikal saat ibu berdiri
dan duduk atau tengkurap/miring saat ibu berbaring/tidur. Bayi mengenakan penutup

kepala, baju ibu berfungsi sebagai penutup badan bayi.

c. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah

menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu

agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat,

tubuh ibu dan bayi harus berada dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat guna

baru) disebut sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar

berkancing depan.

d. 3. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika

terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah

berulang kali sampai tubuh bayi hangat.

e. 4. Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI

sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi infus glukosa 10%

sebanyak 60-80 ml/kg per hari.

f. 5.Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil. Untuk

mencegah

terjadinya serangan dingin,ibu/keluarga dan penolong persalinan harus menunda mem

andikan bayi.

2. Hipertermi

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh dapat disebabkan suhu lingkungan yang

berlebihan, infeksi, dehidrasi atau perubahan mekanisme penganturan suhu sentral yang

berhubungan dengan trauma lahir pada otak atau malformasi dan obat-obatan (buku acuan

nasional pelayanan kesehatan maternal neonatal) . Lingkungan yang terlalu panas juga

berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan di dekat api atau dalam ruangan

yang berudara panas.


Tanda dan gejalanya yaitu :

a. Pada suhu aksiler didapatkan suhu lebih 37,5ºC .

b.Terdapat tanda dehidrasi (elastisitas kulit turun, mata dan ubun-ubun besar

cekung, lidah dan membrane mukosa kering ).

c. Malas minum/ menyusui.

d.Frekuensi nafas > 60 kali per menit.

e. Denyut jantung > 160 kali per menit.

Penyebabnya yaitu suhu lingkungan yang terlalu panas dapat disebabkan oleh suhu

incubator yang terlalu tinggi. Radiasi sinar matahari pada waktu bayi berada didalam

inkubator, terlalu banyak dan dalam tempat tidur bayi atau berada didekat radiator panas dan

sebagainya.

macam-macam hipertermi :

a. Hipertermi maligna

Gangguan autosom dengan sifat dominan. Hal ini biasa terjadi saat terjadi pajanan

pada lingkungan yang sangat panas.

b. Sindrom neuroleptik maligna

Terjadi pasca pajanan dapat dibedakan dengan hipertermia maligna.

c. Demam obat

Kenaikan suhu pada demam obat antara 38 ºC. apabila terjadi demam obat maka

tindakan pertama adalah menghentikan pemberian obat demam.

Intervensi :

a. pindahkan bayi pada ruangan/ tempat yang sejuk.

b. kompres bayi dengan kain basah dengan suhu 4º C lebih rendah dari suhu tubuhnya.

c. apabila terjadi infeksi segera berikan antibiotic.


Pelaksanaan :

a. Batasi aktifitas penderita yang demam tujuannya untuk menghemat energi dan

menurunkan kebutuhan oksigen. Karena pada saat demam metabolisme tubuh

meningkat meskipun penderita tidak beraktifitas pasti akan terasa capai sekali

karena energi banyak digunakan. anjurkan penderita banayk istirahat

b. Cegah dehidrasi (kekurangan Cairan) dengan memberikan banyak minum, berikan

minuman kesukaan seperti sari buah, minuman ion, juz, teh manis, air susu, air

limun, dll.

c. Ganti baju yang basah akibat keringat, gunakan baju tipis dan menyerap keringat

ketika demam dan bila klien menggigil atau merasa kedinginan selimuti klien

tetapi bila menggigil telah hilang gunakan kembali baju tipis dan lepas selimut.

Tujuan dari penggunaan baju tipis adalah agar kulit terpapar oleh udara, karena

udara dapat memindahkan panas. selain itu kulit yang terbuka dapat memindahkan

panas melalui radiasi sehingga membantu memberi rasa nyaman saat demam

d. Berikan kompres dengan air biasa selama 5 menit di bagian dahi, leher, ketiak,

selangkangan dan dibawah lutut. lakukan berulang bila suhu kembali panas (kain

kompres jangan dibiarkan saja sepanjang waktu menempel dibagian tubuh

penderita. Pemberian kompres bukan bertujuan menurunkan suhu tetapi memberi

kenyamanan saat penderita demam. Bila penderita merasa kedinginan atau

menggigil hentikan segera kompres. Menggigil itu merupakan kondisi yang tidak

menyenangkan dan sangat tidak nyaman, sehingga sebisa mungkin jaga agar tidak

menggigil. Jangan gunakan air es untuk mengkompres karena di khwatirkan klien

merasa kedinginan dan akhirnya menggingil dan jangan gunakan alkohol untuk

mengkompres karena mudah menguap dan bersifat racun bila terhirup.


e. Atur suhu ruangan lebih dingin, tujuannnya agar panas berpindah ke ruangan.

misalnya membuka jendela, menyalakan kipas angin. Karena panas bisa

berpindah leawat udara dan berpindah ke lingkungan yang lebih dingin

f. Untuk anak kecil bisa lakukan aktifitas bermain di tempat tidur seperti mewarnai,

menonton TV, bercerita atau tidur ditemani orang tua.

g. berikan minuman atau makanan dingin seperti es-krim, buah-buahan dingin, dll

untuk memberikan rasa nyaman.

h. Antipiretik tidak diberikan secara otomatis pada setiap penderita panas karena

panas merupakan usaha pertahanan tubuh, pemberian antipiretik juga dapat

menutupi kemungkinan komplikasi. Pengobatan terutama ditujukan terhadap

penyakit penyebab panas.

3. Hipoglekemi

Hipoglekemia adalah glukosa darah 60 mg/dl atau kurang. Hipoglekemia yang dapat

muncul segera setelah kelahiran dan pada IDM berhubungan dengan meningkatnya insulin

dalam darah. Oleh karena itu, direkomendasikan bahwa terapi segera untuk kadar glukosa

serum dibawah 47mg/dl sampai 50 mg/dl. Dimplementasikan pada bayi.

Kadar glukosa maternal yang tinggi selama kehidupan fetal merangsang terus-menerus

sel tersebut pada bayi untuk memproduksi insulin.Keadaan kadar hipoglekemia ini

berkepanjangan mendorong sekresi insulin fetal kemudian menimbulkan pertumbuhan

berlebihan dan deposisi lemak yang kemungkinan merupakan penyebab bayi besar

makrosomik. Ketika glukosa nenonatus hilang mendadak saat kelahiran maka, produksi

insulin yang terus-menerus segera memecah glukosa yang beredar dalam hipoglekemia dalam

1 ½ sampai 4 jam terutama pada bayi yang ibunya menderita diabetes. Penurunan mendadak

kadar glukosa darah dapat menyebabkan kerusakan neologis serius atau kematian.
IDM memiliki khas bayi yang ibunya menderita diabetes lanjut mungkin kecil usia

gestasi , mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine atau cukup untuk usia gestasi karena

keterlamlambatan vascular maternal.

Terdapat peningkatan abnomali pada IDM. Selaian kepekaan yang tinggi terhadap

hipoglekimia, hiperbilirubenemia, hipogmanesemia (cordero, dkk 1998 ). Meskipun besar

bayi ini dapat dilahirkan sebelum akibat komplikasi maternal atau bertambahnya ukuran

fetus.

Pada umur minggu pertama sebagian besar bayi menderita hipoglekimia neonatus

sementara sebagai akibat prematuritas atau retardasi. Melewati masa bayi baru lahir pegangan

untuk penyebab hipoglekimia terus menerus atau berulang dapat diperoleh melalui

anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium awal.

Pencegahan hipoglekimia nenoatus dan pengaruh pengaruh yang diakibatkan pada perke

mbangan sistem saraf sentral adalah sangat penting pada masa bayi baru lahir.

4. Tetanus Neonatorium

Tetanus neonatorium adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi baru lahir yang

disebabkan karena hasil klostarium tetani. Tetanus neonatorium menyebabkan kematian pada

bayi yang tinggi di Negara berkembang karena pemotongan tali yang masih banyak

menggunakan alat-alat tradisional. Masuknya kuman tetanus klostriudium tetani sebagian

besar melalui tali pusat.

Masa inkubasinya sekitar 3 hari sampai 10 hari, dan makin pendek masa inkubasinya

penyakit makin fatal. Tetanus neonatorium menyebabkan kerusakan pada pusat motorik,

jaringan otak, pusat pernafasan dan jantung.


Fase – fase kejang tetanus neonatorium :

a. kejang parsial

Kejang parsial adalah kesadaran utuh walaupun mungkin berubah; focus disatu

bagian tetapi dapat menyebar kebagian lain.

1) Parsial sederhana

Dapat bersifat motorik (gerakan abnormal unilateral), sensorik (merasakan,

membaui, mendengar sesuatu yang abnormal), autonomic

(takikardia,bradikardia,takipnu, kemerahan, rasa tidak enak di

epigastrium), psikik (disfagia, gangguan daya ingat).

Biasanya berlangsung kurang dari 1 menit.

2) Parsial kompleks

Dimulai sebagai kejang parsial sederhana; berkembang menjadi perubahan

kesadaran yang disertai oleh :

a) Gejala motorik, sensorik, otomatisme (mengecap-ngecapkan

bibir,mengunyah, menarik-narik baju.

b) Beberapa kejang parsial kompleks mungkin berkembang

menjadi kejang generalisata.

c) Biasanya berlangsung 1-3 menit

b. Kejang generalisata

Hilangnya kesadaran, tidak ada awitan fokal, bilateral dan simetrik, tidak ada

aura.

1) Tonik-klonik

Spasme tonik-klonik otot; inkontinensia urin dan alvi; menggigit lidah;

fase pascaiktus.
2) Absence

Sering salah didiagnosa sebagai melamun

3) Menatap kosong,

kepala sedikit lunglai, kelopak mata bergetar, atau berkedip secara cepat;

tonus postural tidak hilang.

4) Berlangsung beberapa detik.

5) Mioklonik

Kontraksi mirip-syok mendadak yang terbatas dibeberapa otot atau

tungkai; cenderung singkat.

6) Atonik

Hilangnya secara mendadak tonus otot disertai lenyapnya postur tubuh

7) Klonik

Gerakan menyentak,repetitive,tajam,dan lambat.

8) Tonik

difleksi lengan dan ekstensi tungkai.

Tanda klinis dari tetanus neonatorium yaitu :

a. bayi tiba – tiba panas dan tidak mau minum

b. gelisah (kadang-kadang menangis) dan sering kejang disertai sianosis.

c. ekstermitas terulur dan kaku, dahi berkerut

d. alis mata terangkat.

e. sudut mulut tertarik ke bawah.

Penatalaksanaanya yang dapat diberikan :

a. Membersihkan jalan nafas

b. Melonggarkan pakaian bayi


c. Memasukkan tong spatel yang dibungkus kasa dalam mulut bayi.

d. Menciptakan lingkungan yang tenang.

e. Memberikan asi sedikit demi sedikit saat bayi tidak kejang.

Bila dalam perawatan bayi bidan memperhatikan gambaran tanda klinik sperti bayi yang

sulit minum, mulut digerak-gerakkan sampai mencucu, dan kaku pada kuduk sebaiknya

melakukan konsultasi pada dokter atau puskesmas.

Pemerintah bertekad memperkecil kematian akibat tetanus neonatorium dengan jalan

memberikan dua kali vaksinasi tetanus toksiod selama hamil. Diharapkan bidan dapat

membantu upaya pemerintah sehingga dapat menurunkan angka kematian bayi karena tetanus

dapat dijadikan ukuran bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan dalam satu daerah

dan secara umum pada daerah tersebut. KIE pada dukun terutama tentang perawatan tali

pusat agar tidak menggunakan alat-alat yang tidak steril.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipotermi adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh bayi kurang dari 36,5ºC dari suhu

optimal. Hipertermi adalah peningkaran suhu tubuh dapat disebabkan suhu lingkungan yang

berlebihan, infeksi, dehidrasi atau perubahan mekanisme pengaturan suhu sentral yang

berhubungan dengan trauma lahir pada otak. Hipoglekemia adalah glukosa darah 60 mg/dl

atau kurang. Sedangkan tetanus neonatorium adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi

baru lahir yang disebabkan karena hasil klostarium tetani.

Jadi diharapkan bidan dapat membantu upaya pemerintah sehingga dapat menurunkan

angka kematian bayi karena hipotermi, hipertermi, hipoglekemia dan juga tetanus

neonatorium dapat dijadikan ukuran bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan dalam

satu daerah dan secara umum pada daerah tersebut.

B. Saran

Dalam makalah ini terdapat penjelasan tentang konsep asuhan pada neonatus dengan

resiko tinggi dan penatalaksanaanya sebagai salah satu kegiatan bidan, agar mahasisiwa dapat

mengetahui kegiatan yang terjadi dalam pelayanan kebidanan khususnya dalam asuhan

kebidanan neonatus sesuai dengan pembahasan yang ada dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari Saifuddin.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan

Neonatal.Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana.Jakarta. EGC.

You might also like