You are on page 1of 15

BAB 1

PENDAHULUAN

I. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Demam Chikungunya adalah suatu penyakit virus yang ditularkan melalui
nyamuk dan dikenal pasti pertama kali di Tanzania pada tahun 1952. Nama
chikungunya ini berasal dari kata kerja dasar bahasa Makonde yang bermaksud
“membungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri
sendi hebat (arthralgia) (Powers and Logue 2007).
Chikungunya adalah suatu virus chikungunya yang menginfeksi manusia
yang dapat menimbulkan gejala demam disertai nyeri tulang dan persendian
(Soedarto, 2010).
Chikungunya adalah penyakit yang mirip dengan Dengue hemorrhagic fever.
Penyakit ini diidentifikasi dengan timbulnya panas yang disertai arthritis (radang
sendi) yang terjadi pertama pada pergelangan tangan, lutut, pergelangan kaki dan
sendi kecil pada ekstremitas yang berlangsung selama beberapa hari sampai
bulanan (Sarudji, 2010).

B. Etiologi
Penyakit Demam Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV)
yang termasuk keluarga Togaviridae, Genus Alphavirus dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Kamath, S., Das, A.K., and Parikh,
F.S., 2006). CHIKV sebagai penyebab Chikungunya masih belum diketahui pola
masuknya ke Indonesia. Sekitar 200 - 300 tahun lalu CHIKV merupakan virus
pada hewan primata di tengah hutan atau savana di Afrika. Satwa primata yang
dinilai sebagai pelestari virus adalah bangsa baboon (Papio sp), Cercopithecus sp
Siklus di hutan diantara satwa primata dilakukan oleh nyamuk Aedes sp
(Hendarwanto,1996). Cara transmisi bagi chikungunya ini adalah vector-borne
yaitu melalui gigitan nyamuk Aedes sp yang terinfeksi. Transmisi melalui darah
berkemungkinan bisa terjadi dengan satu kasus pernah dilaporkan. CHIKV
dikatakan tidak bisa ditularkan malalui ASI (Staples, J.E., Fischer, M. and

1
Powers, A. M , 2009). Gejala - gejala lain yang bisa ditemukan termasuk sakit
kepala, pembesaran kelenjar getah bening di leher dan kolaps pembuluh darah
kapiler (Oktikasari, F.Y.,Susanna, D., dan Djaja, I.M., 2008).

C. Gejala Klinis
Masa inkubasi 3 –5 hari. Permulaan penyakit biasanya; tiba-tiba timbul panas
tinggi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri persendian dan timbul bercak pendarahan
(rash). Nyeri sendi pada penderita dewasa umumnya lebih berat daripada anak-
anak. Sendi bekas trauma lebih mudah diserang. Sendi yang diserang
Chikungunya, bengkak dan nyeri bila ditekan. Tanda - tanda peradangan sendi
lain biasanya tidak ditemukan. Rash kulit biasa ditemukan pada permulaan sakit
tetapi biasa juga timbul beberapa hari kemudian. Rash seringnya ditemukan pada
badan dan anggota Limpa dan Liver biasanya tidak teraba (Yatim, 2007). Gejala
penyakit diawali dengan demam mendadak kemudian diikuti munculnya ruam
kulit dan limfadenopati, artralgia, mialgia atau arthritis yang merupakan tanda dan
gejala khas Chikungunya. Penderita dapat mengeluhkan nyeri atau ngilu bila
berjalan kaki karena serangan pada sendi-sendi kaki. Dibandingkan dengan DBD,
gejala Chikungunya muncul lebih dini. Perdarahan jarang terjadi, diagnosis
ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan laboratorium yaitu adanya antibody
IgM dan IgG dalam darah.
1. Demam
Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai menggigil dan muka
kemerahan. Demam penyakit ini ditandai dengan demam tinggi mencapai 39-
40 derajat C
2. Sakit persendian
Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam
dan dapat bermanifestasi berat, sehingga kadang penderita “merasa lumpuh”
sebelum berobat. Sendi yang sering sering dikeluhkan: sendi lutut,
pergelangan , jari kaki dan tangan serta tulang belakang.
3. Nyeri otot
Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu.
Kadang terjadi pembengkakan pada otot sekitar mata kaki.

2
4. Bercak kemerahan (ruam) pada kulit
Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering
pada hari ke 4-5 demam. Lokasi biasanya di daerah muka, badan, tangan, dan
kaki, terutama badan dan lengan. Kadang ditemukan perdarahan pada gusi.
5. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemui, conjungtival injection
dan sedikit fotophobia.
6. Kejang dan penurunan kesadaran
Kejang biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan secara
langsung oleh penyakitnya.
7. Gejala lain
Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di
bagian leher dan kolaps pembuluh darah kapiler.

D. Komplikasi.
Penyebab morbiditas yang tertinggi adalah dehidrasi berat,
ketidakseimbangan elektrolit dan hipoglikemia. Beberapa komplikasi lain yang
dapat terjadi meskipun jarang berupa gangguan perdarahan, komplikasi
neurologis, pneumonia dan gagal nafas ( Swaroop, A., Jain, A., Kumhar,
M.,Parihar, N., and Jain, S., 2007).
1. myelomeningoensefalitis
2. indrom guillain Barre
3. hepatitis fulminan
4. Miokarditis
5. perikarditis (jarang)
6. Infeksi asimptomatik sering terjadi dan ini menyebabkan terbentuknya imunitas
terhadap virus (tidak ada serangan kedua).

E. Patofisiologi
Demam Chikungunya mempunyai masa inkubasi( periode sejak di gigit
nyamuk pembawa virus hingga menimbulkan gejala) sekitar 3 hingga 5 hari. Pada
saat virus masuk ke dalam sel secara endositosis virus tersebut menuju sitoplasma
dan reticulum endoplasma. Di dalam sitoplasma terjadi proses sintesis DNA dan
sistesis RNA virus sedangkan di dalam reticulum endoplasma terjadi proses

3
sintesis protein virus. Setelah masa inkubasi tersebut virion matang di sel
endothelial di limfonodi, sumsum tulang,limfa dan sel kuffer, lalu virus tersebut di
keluarkan melewati sel membrane maka virus beredar dalam darah.
Demam chikungunya salah satunya dapat menginfekasi sel hati sehingga sel
hati mengalami degenerasi dan dapat menyebabkan nekrosis pada sel hati tersebut
yang akan mempengaruhi metabolisme pada sel hati yang mempengaruhi
peningkatan bilirubin sehingga seseorang yang mengalami demam ini biasanya
terdapat ikterus. Gejala yang paling menonjol pada kasus ini adalah nyeri pada
setiap persendian(poliarthralgia) terutama pada sendi lutut, pergelangan kaki dan
tangan, serta sendi-sendi tulang punggung. Radang sendi yang terjadi
menyebabkan sendi susah untuk digerakkan, bengkak dan berwarna kemerahan.
Itulah sebabnya postur tubuh penderita menjadi seperti membungkuk dengan
jari-jari tangan dan kaki menjadi tertekuk.Gejala lain adalah munculnya bintik-
bintik kemerahan pada sebagian kecil anggota badan, serta bercak-bercak merah
gatal di daerah dada dan perut. Muka penderita bisa menjadi kemerahan dan
disertai rasa nyeri pada bagian belakang bola mata. Meskipun gejala penyakit itu
bisa berlangsung 3-10 hari (kemudian sembuh dengan sendirinya), tetapi tidak
dengan nyeri sendinya yang bisa berlangsung berminggu-minggu bahkan
berbulan-bulan.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan demam Chikungunya secara umum dibagi dua, yaitu tata
laksana periode akut dan kronik.
1. Tatalaksana Periode Akut
a. Rawat jalan
Pada perawatan di rumah, yang harus dilakukan adalah istirahat yang cukup,
membatasi kegiatan fisik, kompres dingin (membantu mengurangi kerusakan
sendi), minum banyak air dengan elektrolit ( setidaknya 2 liter cairan dalam 24
jam), bila mungkin produksi kencing harus diukur dan lebih dari satu liter dalam
24 jam. Demam diatasi dengan paracetamol pada pasien tanpa penyakit ginjal dan
hati.

4
Bila demam lebih dari lima hari, nyeri tidak tertahankan, ketidakseimbangan
postural dan ekstremitas dingin, penurunan output urin, perdarahan kulit atau
melalui lubang manapun dan muntah terus menerus, pasien harus datang ke sarana
kesehatan primer.
b. Sarana kesehatan primer
Kemungkinan diagnosis banding yang lain misalnya leptospira, demam
dengue, malaria dan penyakit lain harus disingkirkan dengan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dasar. Harus dicari tanda
dehidrasi dan dilakukan rehidrasi dengan adekuat. Dilakukan pemeriksaan darah
untuk melihat lekosit dan trombosit. Pengobatan lain merupakan simptomatis
dengan paracetamol sebagai antipiretik. Manifestasi kulit dapat diatasi dengan
obat topical atau sistemik.
Bila hemodinamik tidak stabil, oligouria ( urin < 500 cc/24 jam), perubahan
kesadaran atau manifestasi perdarahan, pasien harus segera dirujuk ke sarana
kesehatan yang lebih tinggi. Demam dapat memperburuk nyeri sendi, sehingga
sebaiknya dihindari dalam fase akut. Aktivitas ringan dan fisioterapi
direkomendasikan bagi pasien yang mengalami perbaikan klinis.
c. Sarana kesehatan sekunder
Harus diperiksa sampel darah untuk serologi IgM ELISA. Sebagai alternative
dapat diperiksa IgG diikuti dengan pemeriksaan sampel kedua dengan jarak 2-4
minggu. Tanda gagal ginjal harus diperhatikan (jumlah urin, kreatinin, natrium
dan kalium), fungsi hati (transaminase dan bilirubi), EKG, malaria (hapusan darah
tepi) dan trombositopenia.
Pemeriksaan cairan serebrospinal harus dilakukan bila dicurigai terdapat
meningitis. Dapat digunakan sistem scoring CURB 65 untuk penentuan perlu
tidaknya rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
d. Sarana kesehatan tersier
Harus diperiksa sampel darah untuk serologi/PCR/pemeriksaan genetic
sesegera mungkin bila fasilitas tersedia. Pertimbangkan kemungkinan penyakit
rematik lain seperti rematoid arthritis, gout, demam rematik pada kasus-kasus
yang tidak biasa. Dapat diberikan terapi NSAID. Pada komplikasi serius berupa
perdarahan transfusi trombosit pada perdarahan dengan trombosit kurang dari

5
50ribu, fresh frozen plasma atau injeksi vitamin K bila INR lebih dari dua.
Hipotensi diatasi dengan cairan atau intropik gagal ginjal akut dengan dialysis,
kontraktur dan deformitas dengan fisioterapi atau bedah dan manifestasi kulit
dengan obat topical atau sistemik. Pasien dengan mioperikarditis atau
meningoensefalitis mungkin membutuhkan perawatan intensif di ICU.
Pada kasus atralgia yang refrakter terhadap obat lain dapat digunakan
hidroksiklorokuin 200 mg per oral sekali sehari atau klorokuifosfat 300mg per
oral tiap hari selama 4 minggu. Perlu dinilai adakah kecacatan dan direncanakan
prosedur rehabilitasi.
2. Tatalaksana Fase Kronik
a. Tatalaksana Masalah Osteoartikular
Masalah osteoartikular pada demam chikungunya biasanya membaik dalam
satu sampai dua minggu. Pada kurang dari 10% kasus, masalah ini dapat
berlangsung dalam beberapa bulan.
Tatalaksana manifestasi osteoartikular mengikuti guideline yang telah dibahas
sebelumnya. Karena dapat terjadi proses imunologi pada kasus kronik dapat
diberikan steroid jangka pendek. Walaupun NSAID meringankan gejala pada
sebagian besar pasien harus diperhatikan juga efek samping pada ginjal,
gastrointestinal, jantung, dan sumsum tulang. Kompres dingin dilaporkan dapat
mengurangi keluhan sendi.
b. Tatalaksana Masalah Neurologis
Sekitar 40% pasien dengan demam chikungunya akan mengeluhkan berbagai
gejala neurologi tetapi hanya 20% diantaranya mengalami manifestasi persisten.
Keluhan paling umum adalah neuropati perifer dengan komponen sensoris
dominan. Obat antineuralgi (amitriptilin, carbamazepin, gabapentin) dapat
diberikan pada dosis standar untuk neuropati. Keterlibatan ocular selama fase akut
pada kurang dari 0.5% kasus dapat menyebabkan penurunan visus dan nyeri mata.
Penurunan visus karena uveitis atau retinitis dapat berespon terhadap steroid.
c. Tatalaksana Masalah Dermatologi
Manifestasi kulit demam chikungunya berkurang setelah fase akut terlewati.
Namun apabila terjadi lesi psoriatic dan lesi atopic diperlukan tatalaksana

6
spesifik. Hiperpigmentasi dan erupsi popular dapat diobati dengan krim zinc
oxide. Jarang terjadi luka persisten.

G. Pengobatan.
Sehingga kini masih tiada pengobatan spesifik untuk penyakit ini dan vaksin
yang berguna sebagai tindakan preventif juga belum ditemukan. Pengobatannya
hanya bersifat simptomatis dan suppo rtif seperti pemberian analgesik, antipiretik,
anti inflamasi (Sudeep, A.B. and Parashar, D. 2008). Pemberian aspirin kepada
penderita demam chikungunya ini tidak dianjurkan karena dikuatiri efek aspirin
terhadap platelet. Pemberian chloroquine phosphate sangat efektif untuk arthritis
chikungunya kronis (Abraham, A.S., and Sridharan, G., 2007). Penularan wabah
chikungunya yang semakin berkembang membuat para peneliti berminat
mengembangkan agen antivirus baru, RNAi. Ianya bertindak mencegah infeksi
yang ditimbulkan virus dengan mengganggu post transcriptional expression
mRNA (Sudeep, A.B. and Parashar, D 2008 ).

H. Pencegahan.
Melihat masih tiada kematian karena chikungunya yang dilaporkan dan tiada
pengobatan spesifik dan vaksin yang sesuai, maka upaya pencegahan sangat
dititikberatkan. Upaya ini lebih menjurus ke arah pemberantasan sarang nyamuk
penular dengan cara membasmi jentik nyamuk. Individu yang menderita demam
chikungunya ini sebaiknya diisolasi sehingga dapat dicegah penularannya ke
orang lain. Tindakan pencegahan gigitan nyamuk bisa dilakuka n dengan
menggunakan obat nyamuk dan repelan tetapi pencegahan yang sebaiknya berupa
pemberantasan sarang nyamuk penular. Pemberantasan sarang nyamuk
seharusnya dilakukan pada seluruh kawasan perumahan bukan hanya pada
beberapa rumah sahaja. Untuk itu perlu diterapkan pendekatan terpadu
pengendalian nyamuk dengan menggunakan metode yang tepat (modifikasi
lingkungan, biologi dan kimiawi) yang aman, murah dan ramah lingkungan
(Depkes RI, 2003). Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). PSN ini bertujuan
mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sehingga

7
penularan Chikungunya dapat dicegah atau dibatasi. Sasaran bagi PSN ini adalah
semua tempat perkembangbiakan nyamuk penular Chikungunya seperti:
1. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari.
2. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari (non-TPA).
3. Tempat penampungan air alamiah.
Keberhasilan kegiatan PSN Chikungunya antara lain dapat diukur dengan
Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ ≥ 95% diharapkan penularan
Chikungunya dapat dicegah atau dikurangi. (Sunoto,1991). Cara memberantas
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang tepat melalui Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) adalah kegiatan memberantas jentik ditempat berkembang
biaknya dengan cara :
1. Kimiawi (Larvasidasi).
Larvasidasi adalah pemberantasan jentik dengan menaburkan bubuk larvasida.
Kegiatan ini tepat digunakan apabila surveilans epidemiologi penyakit penyakit
dan vektor menunjukkan adanya periode berisiko tinggi dan di lokasi dimana
KLB mungkin timbul. Terdapat 2 jenis larvasidasi (insektisida) yang dapat
digunakan pada wadah yang dipakai untuk menampung air bersih (TPA) yakni :
a. Temephos 1%.Formulasi yang digunakan adalah granules (sand granules).
Dosis yang digunakan adalah 1 ppm atau 10 gram (1 sdm rata) untuk tiap 100
L air. Dosis ini telah terbukti efektif selama 8-12 minggu atau sekitar 2-3
bulan (Sunarto dkk, 2000).
b. Insect Growth Regulators ( Pengatur Pertumbuhan Serangga ) Insect Growth
Regulators (IGRs) mampu menghalang pertumbuhan nyamuk dimasa sebelum
dewasa dengan menghambat proses chitin synthesis selama masa jentik
berganti atau mengacaukan proses perubahan pupa menjadi nyamuk dewasa.
Contoh IGRs adalah Methroprene dan Phyriproiphene. Secara umum IGRS
akan memberikan efek ketahanan 3-6 bulan dengan dosis yang cukup rendah
bila digunakan di dalam tempat penampungan air (Sunarto dkk, 2000).
Kegiatan larvasidasi bisa meliputi :
a. Larvasidasi Selektif.
Larvasidasi selektif adalah kegiatan pemeriksaan tempat penampungan air
(TPA) baik di dalam maupun di luar rumah pada seluruh rumah dan bangunan

8
di desa/kelurahan endemis dan sporadic serta penaburan bubuk larvasida pada
TPA yang ditemukan jentik dan dilaksanakan 4 kali dalam 1 tahun (3 bulan
sekali). Pelaksana larvasidasi adalah kader yang telah dilatih oleh petugas
Puskesmas. Tujuan larvasidasi selektif adalah sebagai tindakan sweeping hasil
penggerakan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk.
b. Larvasidasi Massal.
Larvasidasi massal adalah penaburan bubuk larvasida secara serentak
diseluruh wilayah/daerah tertentu di semua tempat penampungan air baik
terdapat jentik maupun tidak ada jentik di seluruh bangunan termasuk rumah,
kantor-kantor dan sekolah. Kegiatan larvasidasi massal ini dilaksanakan di
lokasi terjadinya KLB Chikungunya.
2. Biologi
Penerapan pengendalian biologis yang ditujukan langsung terhadap jentik
hanya terbatas pada sasaran berskala kecil. Pengendalian dengan cara ini misalnya
dengan memelihara ikan pemakan jentik atau dengan bakteri. Ikan yang biasa
dipakai adalah ikan larvavorus (Gambusia affins,Poecilia reticulate dan ikan adu),
sedang ikan bakteri yang dinilai efektif untuk pengendalian ini ada 2 spesies yakni
bakteri Bacillus thuringiensisserotipe H-14 (Bt.H-14) dan Bacillus sphaericus (Bs)
yang memproduksi endotoksin.
3. Fisik
Pengendalian secara fisik ini dikenal dengan kegiatan 3M Plus
(Menguras,Menutup, Mengubur) yaitu :
a. Menguras dan menyikat tempat - tempat penampungan air, seperti bak mandi,
drum dan lain - lain seminggu sekali (M1).
b. Menutup rapat - rapat tempat penampungan air, seperti gentong air ,
tempayan dan lain-lain(M2).
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung
air hujan (M3)

II. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian

9
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan .
pengkajian pada pasien dapatdilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran,
dan pemeriksaan fisik.Tahapan-tahapannya meliputi:
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat keluhan saat ini
4. Riwayat kesehatan masa lalu
5. Penyakit yang pernah diderita
6. Hospitalisasi/tindakan operasi
7. Riwayat social
8. Pengkajian pola kesehatan pasien saat ini
9. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
10. Nutrisi
11. Cairan
12. Aktivitas
13. Tidur dan istirahat

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (inflamasi)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (infeksi)
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan makan, ketidakmampuan mencerna makanan, kurang asupan
makanan
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,
kegagalan mekanisme regulasi
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kurang sumber
pengetahuan.

10
C. Intervensi
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
I Setelah diberikan askep selama...x24, Observasi tanda vital (suhu, nadi, teknan darah, Tanda vital merupakan acuan untuk
diharapkan suhu tubuh pasien dalam pernafasan) setiap 3 jam. mengetahui keadaan umum pasien.
batas normal dengan kriteria hasil:
Anjurkan pasien untuk banyak minum
o Suhu tubuh pasien 36-37,50C
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
o Pasien bebas dari demam
penguapan tubuh meningkat sehingga
perlu diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak. Pemberian cairan sangat
Berikan kompres hangat
penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan
pakaian yang tebal penguapan yang mempercepat penurunan
suhu tubuh.

Pakaian tipis membantu mengurangi


penguapan tubuh
II Setelah diberikan askep selama...x24, Kaji tingkat nyeri pasien Mengetahui seberapa berat nyeri yang
diharapkan nyeri dapat teratasi dialami oleh pasien mengurangi rasa

11
dengan kriteria hasil : nyeri.
o Pasien melaporkan nyeri
Membuat pasien nyaman
berkurang. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi
o Pasien tidak mengeluh nyeri
ruangan yang tenang .
pada sendi lutut dan tulang
Dengan melakukan aktivitas lain, pasien
belakangnya.
Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri yang dapat melupakan perhatiannya terhadap
o Pasien tidak memegangi daerah
diderita. nyeri yang diderita.
yang nyeri.

Obat anlagetik dapat mengurangi atau


Kolaborasi dalam pemberian obat analgetaik
menghilangkan nyeri yang diderita

III Setelah diberikan askep selama...x24, Riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Mengidentifikasi defisiensi, menduga
diharapkan kebutuhan nutrisi pasien kemungkinan intervensi.
terpenuhi dengan kriteria hasil : Observasi dan catat masukan makanan pasien.
Mengawasi masukan kalori atau kualitas
o Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
kekurangan konsumsi makanan.
o Intake nutrisi adekuat
Berikan makanan sedikit tapi sering.
Makanan sedikit dapat menurunkan
kelemahan dan meningkatkan masukan
juga mencegah distensi gaster.

12
IV Setelah diberikan askep selama...x24, Awasi vital sign setiap 3 jam atau sesuai indikasi. Vital sign membantu mengidentifikasikan
diharapkan cairan dan elektrolit fluktuasi cairan intravaskuler.
terpenuhi dengan kriteria hasil : Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml/hari sesuai
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh per
o Input dan output cairan seimbang.
toleransi
oral.
o Vital sign normal
Kolaborasi pemberian cairan IV
Meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk
mencegahterjadinya hipopolemik.
V Setelah diberikan askep selama...x24, Tentukan tingkat pengetahuan pasien Mempengaruhi pilihan terhadap intervensi
diharapkan pasien mengerti tentang yang diberikan.
penyakitnya dengan kriteria hasil : Berikan informasi mengenaipenyakit dan
Menambah pengetahuan pasien tentang
o Pasien mendapatkan informasi
program pengobatan yang diberikan
penyakitnya dan pengobatan yang akan
tentang penyakitnya
o Pasien dapat ikut serta dalam diberikan.
Diskusikan kebutuhan akan kontrol penyakit yang
terapi pengobatan Memantau perbaikan dan identifikasi
rutin
kebutuhan terapi dan meningkatkan secara
optimal proses penyembuhan.

13
D. Implementasi Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien.
Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
Tahap 1 : persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi
yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.
Tahap 2 : intervensi
Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan
pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan :
independen,dependen,dan interdependen.

Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

E. Evaluasi
Merupakan tahap akhip dari proses asuhan keprawatan yang dimana pada
tahap evaluasi ini kita mengetahui apakah tujuan tercapai atau tidak. Perencanaan
evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan
antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan
tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien
dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.
Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah
disusun.

14
2. Hasil tindakan keperawatan berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di
rumuskan dalam rencana evaluasi.
Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari
pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien seluruh tindakannya harus
didokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi keperawatan.

15

You might also like