You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Deman thypoid masih merupakan penyakit endemic di Indonesia.
Penyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-Undang
no 6 tahun 1962, tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan
penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat
menimbulkan wabah. Surveilans Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian
deman thypoid di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 % dan pada tahun 1994
terjadi peningkatan frekuensi menjadi 15,4 per 10.000 penduduk. Dari survei
berbagai rumah sakit di Indonesia dari tahun 1981-1986 memperlihatkan
peningkatan jumlah penderita sekitar 35,8 % yaitu dari 19.596 menjadi 26.606
kasus.
Insiden demam thypoid bervariasi disetiap daerah dan biasanya terkait
dengan sanitasi lingkungan, di daerah rural (Jawa Barat) 157 kasus per 100.000
penduduk sedangkan di daerah urban di temukan 760-810 per 100.000 penduduk.
Perbedaan insiden di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air bersih
yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang
kurang memenuhi sarat kesehatan lingkungan.
Case Fatality Rate (CFR) demam thypoid di tahun 1996 sebesar 1,08 %
dari seluruh kematian di Indonesia. Namun demikian berdasarkan hasil Survai
Kesehatan Rumah Tangga Departemen RI (SKRT depkes RI) tahun 1995 demam
thypoid tidak termasuk dalam sepuluh penyakit dengan mortalitas tertinggi.
Melihat dari peningkatan angka kejadian thypoid serta banyaknya faktor
penyebab yang ada di masyarakat maka penyusun ingin menyajikan dalam bentuk
karya tulis dengn judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.L DENGAN
DIAGNOSA MEDIS FEBRIS DI RUANG MELATI II RSIA PALA RAYA
TEGAL ”.

1
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum :
Makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas kelompok
PRAKERIN tahap I yang dilaksanakan di RSIA PALA RAYA TEGAL dari
tanggal 25 maret sampai 20 april 2013.
2. Tujuan Khusus :
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada An.L dengan diagnosa
medis febris, penyusun di harapkan:
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan diagnosa medis febris.
b. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada klien dengan diagnosa
medis febris.
c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada klien dengan diagnosa
medis febris.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa
medis febris.
e. Mampu mengevaluasi hasil akhir dari tindakan keperawatan yang telah di
lakukan pada An.L dengan diagnosa medis febris.

C. MANFAAT PENULISAN

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk Penulis
Di harapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pegalaman penulis
terutama tentang konsep febris dan konsep asuhan keperawatan pada pasien
yang mengalami febris.
b. Untuk Pembaca
Dapat menambah informasi bagi pembaca terutama tentang gambaran umum,
patiofisiologi dan penatalaksanaan febris.

2
D. METODE PENULISAN

Makalah ini disusun berdasarkan study library dan study lapangan di RSIA
PALA RAYA TEGAL :

a. Studi kasus
Penyusun mendapatkan data dengan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi.
b. Studi library
Pengumpulan data dengan cara menggali sumber – sumber pengetahuan yang
relevan dengan masalah klien yaitu febris.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Terdiri dari beberapa bab, yaitu ;

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulis
C. Manfaat Penulis
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Thypoid
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinis
E. Komplikasi
F. Penatalaksanaan
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Diagnosa Keperawatan yang dapat dimunculkan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Analisa Data

3
C. Perencanaan Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan

BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Demam thypoid adalah penyakit menular yang besrifat akut, yang ditandai
dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendonital yang bersifat difus,
pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer distal ileum. (Soegeng
Soegijanto, 2002).

Thypus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam,


sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang dari limfa
atau hati. (Samsuridjal D dan Heru S, 2003).

Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
pencernaan dengan gejala demam selama 1 minggu atau lebih dengan disertai
gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
(Ngastiah, 1997).

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Thypoid adalah


penyakit menular yang bersifat akut yang disebabkan oleh infeksi bakteri
salmonella thypii ditandai dengan demam, sakit kepala, kelesuan, anorexia,
brakikardi relatif, kadang-kadang dari limfa atau hati.

B. ETIOLOGI

Etiologi demam thypoid dan demam parathypoid adalah S.typhi,


S.paratyphi A, S.paratyphi B dan S.paratyphi C, gaya hidup, 5 F ( Finger, Fly,
Food, Feses, Fomitus ) serta personal hygiene.

5
C. PATOFISIOLOGI

Kuman salmonella thypii masuk ke dalam tubuh manusia bersama


makanan dan minuman atau 5F ( Finger, Fly, Food, Fomitus, Feses ). Setelah
berada dalam usus halus kemudian bakteri salmonella thypii mengadakan invasi.
Setelah menyebabkan peradangan, kuman lewat pembuluh limfe masuk ke aliran
darah menuju organ-organ terutama hati dan limfa. Kuman yang tidak mati akan
berkembang biak, sehingga organ tersebut membesar disertai nyeri pada perabaan.
(Samsuridjal D dan Heru S, 2003).

Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk kedalam darah
dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus,
menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas plak peyer.Tukak tersebut dapat
mengakibatkan pendarahan dan perforasi usus pada masa bakteremi ini, kuman
mengeluarkan endotoksin yang mempunyai peran membantu proses peradangan
lokal dimana kuman akan berkembang.

Demam thypoid sendiri disebabkan karena salmonella thypii dan


endotoksinya merangsang pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
meradang. Zat pilogen ini akan beredar dalam darah dan mempengaruhi pusat
termoregulator di hipotalamus yang menyebabkan demam. (Soegeng soegijanto,
2002).

D. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi
dibandingkan dengan orang dewasa. Walaupun gejala demam thypoid pada anak
lebih bervariasi, tetapi secara garis besar terdiri dari demam satu minggu atau
lebih, terdapat gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Dalam
minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada
umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare,
konstipasi, serta suhu badan yang meningkat.

6
Pada minggu kedua maka gejala atau tanda klinis menjadi makin jelas,
berupa demam, lidah kotor, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisa di
sertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat. Mukosa bibir tampak kering,
di lapisi dengan kecoklatan yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih
kemerahan.

Sejalan dengan perkembangan penyakit, suhu tubuh meningkat dengan


gambaran ‘anak tangga’. Menjalang akhir minggu pertama, pasien menjadi
bertambah toksik. (Vanda Joss & Stephen Rose, 1997)

E. KOMPLIKASI

Menurut (Arief Mansjoer dan Suprohaitan 2000) Komplikasi yang dapat


terjadi antara lain Pendarahan usus, peritonitis, meningitis, kolesistisis,
ensefalopati, bronkopneumonia, hepatitis.

Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2 penyakit dan


umumnya di dahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan darah serta kenaikan
denyut jantung. Pneumonia sering di temukan selama stadium ke-2 penyakit,
tetapi sering kali sebagai akibat superinfeksi oleh organisme lain selain
salmonella. Pielonefritis, endokarditis, meningitis, osteomielitis dan arthritis
septik jarang terjadi pada hospes normal. Arthritis septik jarang terjadi pada
hospes normal. Arthritis dan osteomielitis lebih sering terjadi pada penderita
hemoglobinopati.

F. PENATALAKSANAAN

a. Keperawatan

- Klien diistirahatkan 7 hari sampai atau 14 hari untuk mencegah komplikasi


perdarahan usus.
- Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi
bila ada komplikasi perdarahan.

7
b. Medis

1. Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat


diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas.
2. Tiampenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg perhari.
3. Kotrimoxazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg
sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim).
4. Amoxillin dan ampicillin. Dosis berkisar 50-150 mg / kg BB, selama 2
minggu.

c. Pencegahan

Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan
setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan
makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari
minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas

d. Diet

1. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.


2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur.
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama
7 hari.

8
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap

Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis kadar leukosit normal.


Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan
khusus.

3. Pemeriksaan Uji Widal

Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri


Salmonella typhii. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum penderita Demam Thypoid. Akibat adanya infeksi oleh
salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:

- Aglutinin O : karena rangsangan antigen O yang berasal dari


tubuh bakteri.
- Aglutinin H : karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagella
bakteri.
- Aglitinin Vi : karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai
bakteri.

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang


digunakan untuk diagnosa Demam Thypoid. Semakin tinggi titernya
semakin besar kemungkinan menderita Demam Thypoid.

9
H. DIAGNOSA YANG DAPAT DI MUNCULKAN

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan: Temperatur dalam batas normal

Kriteria hasil:

- Bebas dari kedinginan


- Suhu tubuh stabil 36-37o C

Intervensi:

- Pantau suhu lingkungan,batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai


indikasi.
- Berikan kompres hangat hindari penggunaan alkohol.
- Berikan minuman sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi untuk pemberian antipiretik.

2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang,


mual dan muntah.

Tujuan: Volume cairan adekuat

Kriteria Hasil:

- Tanda vital dalam batas normal


- Nadi teraba kuat
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

Intervensi:

- Ukur atau catat haluran urine dan berat jenis


- Pantau TTV
- Kaji membran mukosa kering, turgor kulit yang kurang baik
- Kolaborai untuk pemberian cairan infus

10
3. Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang.

Tujuan: Kebutuhan nuitrisi pasien terpenuhi

Kriteria Hasil:

- Adanya peningkatan berat badan


- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat badan

Intervensi:

- Monitor adanya penurunan berat badan


- Monitor mual dan muntah
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien

4. Diare berhubungan dengan peradangan pada dinding usus halus

Tujuan : Tidak mengalami diare/normal

Kriteria Hasil :

- Tidak mengalami diare


- Feses berbentuk BAB normal

Intervensi:

- Monitor tanda dan gejala diare


- Monitor persiapan makanan yang aman
- Intruksikan untuk makan rendah serat dan tinggi protein
- Evaluasi intake makanan yang masuk

11
5. Konstipasi berhubungan dengan proses peradangan pada dinding mukosa
lambung

Tujuan : Tidak mengalami konstipasi/normal

Kriteria Hasil :

- Tidak mengalami konstipasi


- Feses berbentuk BAB normal

Intervensi:

- Sediakan lingkungan yang aman bagi pasien


- Jaga kebersihan lingkungan sekitar
- Kolaborasi dalam pemberian obat

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.L DENGAN DIAGNOSA MEDIS


FEBRIS DI RUANG MELATI II
RSIA PALA RAYA TEGAL
I. PENGKAJIAN
Oleh : Kelompok VI
Tanggal : 31 maret 2013 – 2 April 2013
Jam : 23.15 WIB
A. Identitas Pasien
Nama : An.L
Umur : 3 Thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Playgroup
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Alamat : Bulakwaru,03/06 Tarub Tegal
Dx. Medis : Febris
No. Register : 023349
Tanggal masuk RS : 31 Maret 2013
B. Penanggung Jawab
Nama : Tn.H
Umur : 35 Thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Bulakwaru,03/06 Tarub Tegal
Pekerjaan : Guru
Hubungan : Ayah

13
II. RIWAYAT KESEHATAN / KEPERAWATAN
A. KELUHAN UTAMA
Keluarga pasien mengatakan An.L perutnya terasa sakit :
P : Keluarga pasien mengatakan An.L perutnya terasa sakit
Q : Nyeri terasa seperti tusuk-tusuk
R : Nyeri perut bagian kiri bawah
S : Skala nyeri 3 ( intensitas sedang )
T : Skala nyeri 10 menit sekali
B. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Keluarga pasien mengatakan An.L perutnya terasa sakit, demam selama
± 1 minggu, lemas, mual, dan terkadang muntah.
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Keluarga pasien mengatakan sewaktu umur 2 tahun An.L mengalami
kejang untuk pertama kalinya.
D. PENYAKIT KELUARGA
Keluarga pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada anggota
keluarga yang mempunyai penyakit keturunan atau menular.

III. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL


A. PERSEPSI DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
Keluarga pasien mengatakan bahwa sehat itu mahal, karena itu keluarga
pasien selalu menjaga kebersihan lingkungan dan cobaan sakit adalah nikmat
yang diberikan Allah SWT.
B. POLA NUTRISI/METABOLIK
- Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit An.L makan
seperti biasa, 3 x sehari (nasi dan lauk pauk) dengan minum 4-6 gelas /
hari (setara dengan 800-1200 cc), jenis air putih.
- Selama sakit : Keluarga pasien mengatakan selama sakit An.L hanya
makan ½ porsi dari makanan yang disediakan Rumah Sakit (bubur dan
sayuran) karena mual dan terkadang muntah dengan minum 3-5 gelas /
hari (setara dengan 600-1000 cc), jenis air putih.

14
C. POLA ELIMINASI
- Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan Sebelum sakit An.L BAB
1-2 x sehari dengan konsistensi lunak, berbau khas, berwarna
kekuningan, dan BAK 6-7 x setiap hari, berbau amoniak, berwarna
kekuningan.
- Selama sakit : Keluarga pasien mengatakan selama sakit An.L BAB 1x
sehari dengan konsistensi lunak, berbau khas, berwarna kekuningan dan
BAK 5-6 x sehari, berbau amoniak dan berwarna kekuningan.

D. POLA AKTIFITAS DAN LATIHAN

NILAI
Kemampuan Perawatan Diri
No. 0 1 2 3 4
1 Aktivitas makan/minum √
2 Mandi √
3 Toileting √
4 Berpakaian √
5 Mobilitas di tempat tidur √
6 ROM √

Keterangan : 0 : Mandiri
1 : Dibantu alat
2 : Dibantu keluarga
3 : Dibantu orang lain
4 : Ketergantungan

15
E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
- Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit An.L biasa
tidur Jam 20.00 WIB dan bangun pukul 06.00 WIB, selama 10 Jam /
hari, dan jarang tidur siang.
- Selama sakit : Keluarga pasien mengatakan selama sakit An.L susah
tidur akan tetapi kebutuhan istirahatnya tetap bisa terpenuhi dengan
tidur lebih awal dari biasanya dan sering tidur siang, selama 12
Jam/hari.

F. POLA PERSEPTUAL
Penglihatan : Penglihatan normal / tidak memakai alat bantu.
Pendengaran : Pendengaran normal.
Pengecapan : pengecapan normal.
Sensasi : tidak ada gangguan.

G. POLA SEKSUALITAS DAN REPRODUKSI


Keluarga pasien mengatakan An.L adalah seorang anak laki-laki.

H. POLA PERAN HUBUNGAN


Keluarga pasien mengatakan An.L adalah anak yang aktif, mudah
bergaul, sehingga mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga maupun
lingkungan sekitarnya.

16
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN HASIL LABORATORIUM

Nama : An.L
Date : 01/04/2013
Time : 14:54
Parameter Result Normal Range
RBC L 3.36 10 12/1 3.50-6.40
MCV 83.7 F 75.0-100.0
RDW % 12.8 % 11.O-16.0
RDWa 58.9 F 30.0-50.0
HCT L 33.1 % 35.0-49.0
PLT 159 109/1 150-400
MPV 8.8 F1 8.0-11.0
PDW 9.0 FI 0.1-9.99
PCT 0.16 % 0.01-99.9
CPCR 19.0 % 0.1-9.99
WBC 9.4 109/1 4.0-11.0
HGB L 11.7 9/d1 10.0-14.0
MCH 27.9 P9 25.0-35.0
MCHC 33.3 10 9/d1 31.0-38.0
LYM 5.0 10 9/1 0.5-5.0
GRAN 1.8 10 9/1 1.2-8.0
MID 0.9 10 9/1 0.1-1.5
LYM % N 649 % 15.0-50.0
GRA % L 24 % 35.0-80.0
MID % 10.9 % 2.0-15.0

WIDAL : Negatif

17
V. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

A. Tanda-Tanda Vital
C. Tekanan Darah :-
D. Nadi : 120x/menit
E. Suhu :39,1oC
F. Pernafasan :27 x/menit

B. KEPALA
1) MATA
Simetris, penglihatan normal, tidak memakai alat bantu.
2) TELINGA
Simetris, canalis bersih, pendengaran normal, tidak memakai alat bantu
pendengaran.
3) HIDUNG
Tidak ada polip, tidak ada serumen berlebihan.
C. LEHER
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan pada
leher.
D. THORAX
Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada bunyi wheezing.
E. ABDOMEN
Simetris, nyeri tekan perut bagian kiri bawah dengan skala 3 (intensitas
sedang)
F. EKSTREMITAS
A. Tangan : tangan kanan dan kiri simetris, tidak ada oedema, terpasang
BLKICWOinfus RL 15 – 20 tpm di tangan kiri.
A. Kaki : simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan.

18
VI. TERAPI DAN DIET
Tindakan Medis :
B. Infus RL 15-20 tpm
Waktu Pemberian
Tanggal Nama Obat Dosis Pagi Siang Malam
31/03/2013 Obat injeksi:
C. Terfacef 2x500 mg - - 23.15
D. Tronadex 3x1/3 Amp - - 23.15
E.
01/04/2013 Obat injeksi:
F. Tronadex 3x1/3 Amp - 17.00 -
G. Terfacef 2x500 mg - 17.00 -

Obat oral:
A. L-Bio 2x1 sch 07.00 - -
B. Vitacur 3x1 cth 07.00 - -
02/04/2013 Obat injeksi:
A. Terfacef 2x500 mg 07:00 17:00 -
Obat oral:
B. L-Bio 2x1 sch 07:00 17:00 -
C. Vitacur 3x1 cth 07:00 17:00 -

19
VII. ANALISA DATA

Tanggal/
No.
Jam Simptom Problem Etiologi Paraf

1 31/03/2013 DS: Hipertermi Proses


23:25 Keluarga0pasien infeksi
mengatakan0An.L
demam ± 1 minggu
DO:
Badan0pasien0bila
disentuh0panas,
S:39,10C
2 31/03/2013 DS: Nyeri Iritasi pada
23:30 Keluarga0pasien mukosa
mengatakan0An.L lambung
perutnya terasa sakit,
skalaonyeri03
0( intensitas sedang )
DO:
Pasien terlihat lemas
3 31/03/2013 DS: Perubahan Kurangnya
23:45 Keluarga0pasien nutrisi0kurang asupan
mengatakan0An.L dari kebutuhan nutrisi
lemas,0tidak0nafsu tubuh
makan,0mual0dan
terkadang muntah
DO:
Pasien terlihat lemas
4 31/03/2013 DS: Resiko devisit Intake yang
23:38 Keluarga0pasien volume cairan kurang
mengatakan0An.L

20
hanya0minum03-5
gelas/hari0(setara
dengan 600-1000 cc)
DO:
Paien terlihat lemas

VIII. PRIORITAS DIAGNOSA BERDASARKAN P-E-S


1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan badan pasien
bila disentuh panas, S:39,10C.
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung, ditandai dengan
adanya nyeri tekan pada perut bagian kiri bawah dengan skala 3 (intensitas
sedang).
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya
asupan nutrisi, ditandai dengan lemas, mual dan terkadang muntah.
4. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang, ditandai
dengan pasien hanya minum 3-5 gelas/hari (setara dengan 600-1000 cc).

IX.

21
X. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Rencana Keperawatan


No. keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

1 Hipertermi Setelah0dilakukan C. Ukur TTV


berhubungan tindakan0keperawatan selama D. Pemberian0cairan infus
dengan0proses 3x24 jam diharapkan suhu E. Beri0kompres0air
infeksi tubuh kembali normal, dengan hangat
kriteria hasil : F. Anjurkan0pasien
A. Suhu tubuh dalam rentang minum banyak
normal G. Kolaborasi0dengan
B. Tidak ada perubahan warna dokter0dalam
kulit pemberian obat
2 Nyeri berhubungan Setelah0dilakukan C. Ukur TTV
dengan iritasi pada tindakan0keperawatan D. Menganjurkan posisi
mukosa lambung selama03x240jam diharapkan semi fowler
nyeri0berkurang/hilang, E. Ajarkan teknik non
dengan kriteria hasil : farmakologi (nafas
A. Skala nyeri 0 dalam)
B. Pasien0terlihat F. Kolaborasi
rileks/tenang dengan0dokter
dalam0pemberian obat
3 Perubahan nutrisi Setelah0dilakukan C. Ukur TTV
kurang0dari tindakan0keperawatan selama D. Anjurkan0makan
kebutuhan0tubuh 3x240jam0diharapkan sedikit tapi sering
berhubungan kebutuhan0nutrisin0pasien E. Anjurkan0makan selagi
dengan kurangnya terpenuhi0dengan0kriteria hangat
asupan nutrisi hasil : F. Kolaborasi0dengan
- Intake0nutrisi meningkat dokter0dalam
- Berat badan ideal pemberian obat

22
Setelah0dilakukan
tindakan0keperawatan selama
3x240jam0diharapkan
kebutuhan0nutrisi0pasien
terpenuhi, dengan kriteria
hasil :
A. Tidak0ada0tanda-tanda
dehidrasi
B. Tekanan0darah, nadi, suhu,
respirasi0dalam0batas
normal
4 Resiko0devisit Setelah0dilakukan C. Ukur TTV
volume0cairan tindakan0keperawatan selama D. Anjurkan0pasien
berhubungan 3x240jam0diharapkan banyak minum
dengan intake yang kebutuhan0nutrisi0pasien E. Pemberian cairan infus
kurang terpenuhi,0dengan0kriteria
hasil :
A. Tidak0ada0tanda-tanda
dehidrasi
B. Tekanan0darah, nadi, suhu,
respirasi0dalam0batas
normal

XI. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Tanggal/
Dx Jam Implementasi Respons Paraf

1 31/03/2013 A. Mengukur TTV DS: -


23:00 WIB DO:0TD:,0N:1200x/menit,
RR:28 x/menit, S:39,1 0C

23
31/03/2013 B. Memasang infus RL DS: -
23:10 WIB 15-20 tpm di tangan DO:0Pasiengterpasang
kiri infus RL 15-20 tpm

31/03/2013 C. Memberi kompres DS:0Keluarga0pasien


23:30 WIB air hangat mengatakan mau untuk
mengompres An.L
DO:0Keluarga0pasien
kooperatif

31/03/2013 D. Menganjurkan DS: -


23:40 WIB passien0minum DO:0Keluarga0pasien
banyak kooperatif

31/03/2013 E. Memberikan obat DS: -


23:15 WIB Terfacef 2x500 mg DO:0Pasien0terrlihat
Tronadex 3x1/ Amp tenang
2 01/04/2013 F .Memberikan obat DS: -
07:00 WIB oral DO: Pasien terlihat tenang
L-Bio 2x1 sch
Rhelafen 4x1 cth
Vitacur 3x1 cth
01/04/2013 DS: -
07:30 WIB A. Mengganti0cairan DO: Pasien kooperatif
infus
01/04/2013 DS: -
08:00 WIB B. Mengukur TTV DO: TD:-, N:120x/menit,
RR: 25x/menit, S:38,10C

01/04/2013 DS:-

24
08:20 WIB A. Menganjurkan DO: Pasien kooperatif
duduk semifowler
01/04/2013 DS:-
08:25 WIB B. Mengajarkan DO: Pasien kooperatif
teknik relaksasi non
farmakologi
01/04/2013 DS:-
17:00 WIB C. Memberikan0obat DO: Pasien terlihat tenang
injeksi:
Tronadex03x11/3
Amp
Terfacef 2x500 mg

3 02/04/2013 - Memberikan0obat DS: -


07:00 WIB oral DO: Pasien terlihat tenang
L-Bio 2x1 sch
Vitacur 3x1 cth
- Memberikan obat
injeksi
Terfacef 2x500 mg

02/04/2013 - Mengukur TTV DS: -


07:30 WIB DO: TD: -, N: 115x/menit,
RR: 22 x/menit, S:37,30C

02/04/2013 - Anjurkan0makan DS: -


07:40 WIB sedikit0tapi sering DO:0Keluarga0pasien
kooperatif

02/04/2013 - Menganjurkan DS: -


07:45 WIB makan selagi hangat DO:RKeluarga0pasien
Hkooperatif

25
02/04/2013 - Mengganti0cairan DS: -
10:00 WIB infus DO: Pasien kooperatif

02/04/2013 - Memberikan obat DS: -


17:00 WIB oral DO: Pasien kooperatif
01 L-Bio 2x1 sch
Vitacur 2x500 mg
- Memberikan obat
injeksi
Terfacef 2x500 mg

4 01/04/2013 Mengukur TTV DS: -


11:30 WIB DO: TD: -, N: 120x/menit,
RR: 25x/menit, S: 37,70C

01/04/2013 - Mengganti cairan DS: -


16:00 WIB infus DO: Pasien kooperatif

01/04/2013 - Menganjurkan DS:0Keluarga0pasien


16:30 WIB pasien banyak mengatakan mau
minum air putih DO:0Keluarga0pasien
kooperatif

26
XII. EVALUASI

Diagnosa
No.Dx Tanggal/Jam Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 02/04/2013 Hipertermi S:0Keluarga0pasien
19:00 berhubungan0dengan mengatakan An.L sudah
proses infeksi tidak panas
O: Badan pasien bila disentuh
tidak panas, S:37,50C
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
2 02/04/2013 Nyeri0berhubungan S:0Keluarga0pasien
19:15 dengan0iritasijpada mengatakan An.L
mukosa lambung perutnya sudah tidak sakit
O: Pasin terlihat tenang
A: Maslah teratasi
P: Pertahankan intervensi
3 02/04/2013 Perubahan9nutrisi S:0Keluarga0pasien
19:30 kurang dari kebutuhan mengatakan An.L sudah
tubuhoberhubungan mau makan,0tidak0mual-
dengan0kurangnya dan muntah
asupan nutrisi O:0Pasien0terlihat
menghabiskan makanan
yang di sediakan rumah
sakit
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
4 02/04/2013 Resiko devisit volume S:0Keluarga0pasien
19:20 cairan0berhubungan mengatakan An.L sehari
dengan intake yang minum 4-6 gelas/hari,
kurang tidak mual dan muntah
O: Pasien terlihat segar

27
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi

28
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Thypoid adalah penyakit yang di sebabkan oleh infeksi bakteri salmonella
thypii yang masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi
oleh bakteri salmonela thypii. (Ngastiah, 1997).
2. Pengkajian pada tanggal 31 Maret 2013 jam 23:15 WIB diperoleh data :
1) - Subyektif : Keluarga pasien mengatakan An.L demam ± 1 minggu
A. Obyektif : Badan pasien bila dusentuh panas dan suhu 39,10C
2) - Subyektif : Keluarga pasien mengatakan An.L perutnya terasa sakit di
bagian kiri bawah, skala nyeri 3 (intensitas sedang)
A. Obyektif : Pasien telihat lemas
3) - Subyektif : Keluarga pasien mengatakan An.L tidak nafsu makan,
UFimual dan terkadang muntah
- Obyektif : Pasien terlihat lemas
4) - Subyektif : Keluarga pasien mengatakan An.L hanya minum 3-5/hari
- Obyektif : Pasien terlihat lemas
3. Diagnosa keperawatan yang muncul :
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan badan
pasien bila disentuh panas, S:39,10C.
b. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung, ditandai dengan
adanya nyeri tekan pada perut bagian kiri bawah dengan skala 3 (intensitas
sedang).
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya asupan nutrisi, ditandai dengan lemas, mual dan terkadang
muntah.
d. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang,
ditandai dengan pasien hanya minum 3-5 gelas/hari (setara dengan 600-
1000 cc).
4. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan adalah memberikan cairan
infus015-200tpm,0mengukur0TTV,0memberikan0obat0oral0(L-Bio,
Rhelafen,0Clorampenikol),0obat0injeksi0(Terfacef,Ranitidin),hcMenberi0ko
mpres0air0hangat,0Menganjurkan0pasien0minum0banyak, Menganjurkan

29
posisi semi fowler, Mengajarkanjar teknik non farmakologi
(nafas9dalam),0Menganjurkan0pasien0banyak0minum,0Pemberian0cairaninf
us,0Menganjurkan0makan0sedikit0tapi0sering, Menganjurkan0makan selagi
hangat.
5. Evaluasi keperawatan untuk diagnosa :
1) Masalah teratasi, pertahankan intervensi
2) Masalah teratasi, pertahankan intervensi
3) Masalah teratasi, pertahankan intervensi
4) Masalah teratasi, pertahankan intervensi

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan terhadap passien febris.
Dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan febris diperlukan
pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.
2. Penulis selanjutnya
Diharapkan dapat menambah pengetahuian bagi paara siswa.

30
DAFTAR PUSTAKA

Samsuridjal D & Heru S, 2003. Asuhan Keperawatan pada Anak


dengan diagnosa Febris Thypoid, Edisi Pertama. Jakarta
Salemba Medika
Arif Mansjoer & Suprohaitan, 2000, Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan sistem Pencernaan, Edisi Pertama.
Jakarta Salemba Medika
Vanola Joss & Stephen Rose, 1997, Laporan Pendahuluan dengan
Febris Thypoid, Edisi I, jakarta, EGC.
Soegeng Soegijanto, 2002, Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
febris, Edisi Pertama. Jakarta Salemba Medika.
http://mydocumentku.blogspot. Com/2012/03/asuhan-keperawatan-
pasien-dengan_25.html#ixzz23URE8Iea

http://www. Scribd. Com/doc/76584626/Patofisiologi-Thypoid

Mansjoer. A, et, al, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta.


Medika Aeusculapeus
Ngastiyah.(1997). Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta, EGC.

31

You might also like