You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada bagian
ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas abdomen
berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas
thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau
rongga panggul.
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa yang dikenal
dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juha membungkus organ yang ada di
abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.
Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti sebagian besar
organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut adalah organ yang dapat ditemukan di
abdomen: komponen dari saluran cerna: lambung (gaster), usus halus, usus besar (kolon),
caecum, umbai cacing atau appendix; Organ pelengkap dai saluran cerna seperti: hati (hepar),
kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih seperti: ginjal, ureter, dan kantung
kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti limpa (lien).
Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat
kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagian
keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering beru tindakan
beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi
jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh
isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya jejas yang tidak
jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul
atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju)
biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi
sering menimbulkan kerusakan organ multipel.
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk terkena injury yang bisa
saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita mungkin hanya mengenal luka robek
atau luka sayatan saja namun ternyata di luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang dapat
terjadi pada daerah abdomen.

1
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih tinggi
pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tehnik diagnostik baru
sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih
merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan secara
optimal.
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma, gejala dan tanda yang
ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga memerlukan tingkat kewaspadaan yang
tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum:
Mengetahui lebih lanjut tentang perawatan luka yang dimungkinkan karena trauma, luka
insisi bedah, kerusakan integritas jaringan.
2. Tujuan Khusus:
a. Mengetahui Pengertian Trauma Abdomen.
b. Mengetahui Etiologi Trauma Abdomen.
c. Mengetahui Patofisiologi Trauma Abdomen.
d. Mengetahui Manifestasi Klinis Trauma Abdomen.
e. Mengetahui Penatalaksanaan Trauma Abdomen.
f. Mengetahui Komplikasi Trauma Abdomen.
g. Mengetahui Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen.
1) Mengetahui tindakan keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen
2) Mengetahui masalah yang mungkin timbul pada pasien dengan trauma abdomen
3) Memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata kuliah dalam program S1 Keperawatan

C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur
yang ada, baik di perpustakaan maupun di internet.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari lima bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I: Pendahuluan, terdiri dari : latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan

2
sistematika penulisan.
BAB II: Membahas tinjauan teoritis dan asuhan keperawatan yang terdiri dari: pengertian
Trauma Abdomen, penyebab Trauma Abdomen, patofisiologi Trauma Abdomen, manifestasi
klinis Trauma Abdomen, penatalaksanaan Trauma Abdomen, pengkajian, diagnosa
keperawatan dan intervensi keperawatan pada pasien dengan Trauma Abdomen
BAB III: asuhan keperawatan pada pasien trauma abdomen kasus
BAB IV: Terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta
trauma yang disengaja atau tidak disengaja, (Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa
tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan
dapat pula dilakukan tindakan laparatomi, (FKUI, 1995).

B. ETIOLOGI
Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh :

3
a. Luka akibat terkena tembakan
b. Luka akibat tikaman benda tajam
c. Luka akibat tusukan
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh :
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur (tertabrak mobil)
c. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d. Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah ragaØ

C. PATOFISIOLOGI
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalu lintas,
penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma
merupakan hasil dari interaksi antara faktor–faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan
jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis
(yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan
pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga
karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah
kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah
kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh
menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi
tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan.
Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh
relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal
yang disebabkan beberapa mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari
luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat
mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau
struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada
organ dan pedikel vaskuler.

4
Patoflow:
Trauma
(kecelakaan)

Penetrasi & Non-Penetrasi

Terjadi perforasi lapisan abdomen
(kontusio, laserasi, jejas, hematom)

Menekan saraf peritonitis

Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen → Nyeri

Motilitas usus

Disfungsi usus → Resiko infeksi

Refluks usus output cairan berlebih

Gangguan cairan Nutrisi kurang dari
dan eloktrolit kebutuhan tubuh

Kelemahan fisik

Gangguan mobilitas fisik
(Sumber : Mansjoer, 2001)

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :
a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
b. Respon stres simpatis
c. Perdarahan dan pembekuan darah
d. Kontaminasi bakteri

5
e. Kematian sel
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
a. Kehilangan darah.
b. Memar/jejas pada dinding perut.
c. Kerusakan organ-organ.
d. Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.
e. Iritasi cairan usus.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan terus menerus.
Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000
/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan
ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma
pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan
trauma pada hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retro perineal dekat
duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih
belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal.
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya
dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan
laparatomi (gold standard).
a. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :
1) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
2) Trauma pada bagian bawah dari dada
3) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas

6
4) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak)
5) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang)
6) Patah tulang pelvis
b. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :
1) Hamil
2) Pernah operasi abdominal
3) Operator tidak berpengalaman
4) Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan adanya
trauma pada hepar dan retro peritoneum.
Pemeriksaan khusus
1. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan adanya
perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan NaCl
yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9%
selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
2. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber penyebabnya.
3. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.

F. PENATALAKSANAAN
1. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus
mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat
apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera
ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak
berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.

a. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan teknik ‘head tilt chin
lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah benda asing yang
dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan, darah atau benda asing

7
lainnya.
b. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat –
dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak.
Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat
tidaknya pernapasan).
c. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat,
maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi
jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali
kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul) :
a. Stop makanan dan minuman
b. Imobilisasi
c. Kirim kerumah sakit.
Penetrasi (trauma tajam)
a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh
dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain kassa pada
daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan
dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut
kain bersih atau bila ada verban steril.
d. Imobilisasi pasien.
e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
g. Kirim ke rumah sakit.
2. Hospital
a. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah yang
berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya luka.
Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan.
b. Skrinning pemeriksaan rontgen

8
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau
pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intra peritonium. Serta rontgen abdomen
sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara retro peritoneum.
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.
d. Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
e. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing, contohnya pada
:
1) Fraktur pelvis
2) Traumanon – penetrasi
3. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit :
a. Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan
juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium,
glukosa, amilase.
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan pelvis adalah pemeriksaan
yang harus di lakukan pada penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk
mengetahui udara ekstraluminal di retro peritoneum atau udara bebas di bawah diafragma,
yang keduanya memerlukan laparotomi segera.
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau decendens dan
dubur.
Sumber : (Hudak & Gallo, 2001).

G. KOMPLIKASI
1. Segera : hemoragi, syok, dan cedera.
2. Lambat : infeksi
3. Trombosis Vena
4. Emboli Pulmonar
5. Stress Ulserasi dan perdarahan

9
6. Pneumonia
7. Tekanan ulserasi
8. Atelektasis
9. Sepsis

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari
bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar menurut Brunner & Suddart (2001), adalah :
a. Aktifitas / istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala,nyeri, mulas
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera (trauma).
b. Sirkulasi
Data Obyektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi, hiperventilasi,
dll).

c. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku / kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi.
d. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih / usus atau mengalami gangguan fungsi.
e. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen
f. Neurosensori
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara,vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan statusmental, kesulitan
dalam menentukan posisi tubuh
g. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya
lama.

10
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
h. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas
i. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru / trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif, gangguan rentang gerak

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.
f. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan
sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit. infeksi tidak
terjadi / terkontrol.

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
a. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
Kriteria hasil: Kebutuhan cairan terpenuhi
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda vital
Rasional: untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
2) Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
Rasional: mengidentifikasi keadaan perdarahan
3) Kaji tetesan infus
Rasional: awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.
4) Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
Rasional: cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh.
5) Kolaborasi Tranfusi darah
Rasional: menggantikan darah yang keluar.

11
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.
Tujuan : Nyeriteratasi
Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri
Rasional: mengetahui tingkat nyeri klien.
2) Beri posisi semi fowler.
Rasional: mengurngi kontraksi abdomen
3) Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi
Rasional: membantu mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkan perhatian
4) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
Rasional: analgetik membantu mengurangi rasa nyeri.
5) Managemant lingkungan yang nyaman
Rasional: lingkungan yang nyaman dapat memberikan rasa nyaman klien

c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan


Tujuan : Ansietas teratasi
Intervensi :
1) Perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil pada waktu
lalu
Rasional: koping yang baik akan mengurangi ansietas klien.
2) Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut dan berikan
penanganan
Rasional: mengetahui ansietas, rasa takut klien bisa mengidentifikasi masalah dan untuk
memberikan penjelasan kepada klien.
3) Jelaskan prosedur dan tindakan dan beripenguatan penjelasan mengenai penyakit
Rasional: apabila klien tahu tentang prosedur dan tindakan yang akan dilakukan,
klienmengerti dan diharapkan ansietas berkurang
4) Pertahankan lingkungan yang tenang dantanpa stres
Rasional: lingkungan yang nyaman dapat membuat klien nyaman dalam menghadapi situasi
5) Dorong dan dukungan orang terdekat
Rasional: memotifasi klien

d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik

12
Tujuan : Dapat bergerak bebas
Intervensi :
1) Kaji kemampuan pasien untuk bergerak
Rasional: mengidentifikasi kemampuan klien dalam mobilisasi
2) Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasien
Rasional: meminimalisir pergerakan kien
3) Berikan latihan gerak aktif pasif
Rasional: melatih otot-otot klien
4) Bantu kebutuhan pasien
Rasional: membantu dalam mengatasi kebutuhan dasarklien
5) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
Rasional: terapi fisioterapi dapat memulihkan kondisi klien

e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.


Tujuan: Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
1) tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
2) luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi:
1) Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
Rasional : mengetahui tingkat kerusakan kulit klien
2) Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka
Rasional : mengkaji resiko terjadinya infeksi
3) Pantau peningkatan suhu tubuh.
Rasional : mengontrol tanda-tanda infeksi
4) Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril,
gunakan plester kertas.
Rasional : membantu proses penyembuhan luka dan menjaha agar luka kering dan bersih
5) Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.
Rasional : memperbaiki keutuhan integritas kulit secara cepat
6) Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
Rasional : menjaga luka agar tidak terpapar mikroorganisme

13
7) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Rasional : membunuh mikroba penyebab infeksi

f. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan


sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
2) Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : mengetahui keadaan umum klien
2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : menjaga agar luka bersih dan kering
3) Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter, drainase luka
Rasional : mencegah terjadi infeksi lebih lanjut
4) Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan
leukosit.
Rasional : memberikan data penunjang tentang resiko infeksi
5) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : membunuh mikroorganisme penyebab infeksi

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN TRAUMA TUMPUL ABDOMEN


DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA JAKARTA
TIMUR

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama: Tn. M
b. Umur: 50 tahun
c. Jenis Kelamin: laki-laki
d. No. RM: 098834-1023456
e. Pendidikan: SMA
f. Pekerjaan: Karyawan swasta
g. Agama: Islam
h. Alamat: Jl. Raya Bogor. Gg.Suci RT 09/02 No.2
Tanggal masuk: 17 November 2013
Jam Masuk: pukul 20.00 WIB
Tanggal&Jam Pengkajian: 17 November 2013 jam 21.00 WIB

2. Type rujukan: datang sendiri, tidak memakai ambulance. Diantar anak klien.
3. Jenis kasus: kecelakaan. Tidak perlu visum.
4. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. E
Umur : 25 tahun
Alamat : Jl.Raya Bogor. Gg.Suci RT 09/02 No.2
Hubungan dengan klien : anak
5. Diagnosa Medis: ruptur limfa e.c trauma tembus abdomen
6. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan sakit pada perut sebelah kiri.

15
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk Rumah Sakit ± 1,5 jam yang lalu (± pukul 20.00 WIB). Kronologis klien:
ketika sedang mengendarai sepeda motor, klien mengalami kecelakaan. Sepeda motor klien
ditabrak mobil angkot yang ada di belakangnya saat pulang kerja dan melaju di Jalan Raya
Pondok Gede. Klien terjatuh membentur aspal, tertancap paku ±10 cm dan sempat pingsan.
Klien langsung dibawa ke rumah sakit dengan dijemput anaknya. Klien merasa perut sebelah
kiri sakit, mual.
c. Riwayat Keluarga
Keluarga dan klien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit serupa.
7. Pemeriksaan Fisik:
a. Umum:
TD: 140/80 mmHg
N: 82 x/ menit
S: 37o C
RR: 24 x/ menit
Keadaan umum: baik, kesadaran: Compos mentis.
Perdarahan: minimal di abdomen kiri atas.
b. Kepala
Bentuk simetris, rambut dan kulit kepala tampak cukup bersih. Kepala dapat digerakkan
kesegala arah, pupil isokor, sklera tidak ikhterik, konjungtiva anemis. Hidung simetris tidak
ada secret.
c. Leher
Tidak ada kaku kuduk.
d. Paru
1) Inspeksi : bentuk simetris, gerakan antara kanan dan kiri sama
2) Palpasi : fremitus vokal kanan dan kiri sama
3) Perkusi : sonor
4) Auskultasi : vesikuler
e. Abdomen
1) Inspeksi : terdapat jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan
2) Auskultasi : peristaltik usus 5x/menit
3) Palpasi : ada pembesaran hati
4) Perkusi : pekak

16
f. Ekstremitas
Ekstermitas atas dan bawah tidak ada oedem, turgor kulit baik. Kekuatan otot ektermitas atas
dan bawah dalam batas normal.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil laboratorium tanggal 17-11-2013 pukul 09.30 WIB:
1) Hemoglobin : 10,5 g/dl (n : 14-17,5 g/dl)
2) Eritrosit : 5,00 105/ul (n : 4,5-5,9 106/ul)
3) Leukosit : 12,5 104/ul (n : 4,0-11,3 103/ul)
4) Hematokrit : 41,8% (n : 40-52%)
5) Trombosit : 208
6) Gol darah :A
7) HBSAG : - (negatif)
b. Hasil USG Abdomen tanggal 17-11-2013 pukul 09.45 WIB:
Gambaran: ruptur dan perdarahan pada limfa anterior. terdapat luka tembus namun tidak
mengenai organ dalam abdomen.
9. Primary Survay
a. Airway
Bebas, tidak ada sumbatan, tidak ada secret.
b. Breathing
Klien bernafas secara spontan. Klien menggunakan O2 4 liter/ menit
Frekuensi napas: 24 x/ menit, pernafasan reguler.
c. Circulasi
TD : 140/ 80 mmHg
N : 82 x/ menit
Capillary reffil: < 3 detik
d. Disability
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E= 4, M= 5, V= 6
e. Exposure
Terdapat luka tembus disertai sedikit perdarahan, jejas dan hematoma pada abdomen sebelah
kiri atas.
10. Secondary Survay
1) AMPLE

17
a) Alergi :
Klien dan keluarga mengatakan klien tidak memiliki alergi, baik makanan ataupun obat-
obatan.
b) Medicasi :
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit mengkonsumsi obat sakit kepala.
c) Pastillnes :
Klien pernah di rawat di Rumah Sakit Harapan Bunda.
d) Lastmeal :
Klien mengatakan sebelum kecelakaan, klien hanya minum segelas teh.
e) Environment
Klien tinggal di daerah yang padat penduduknya dan perkotaan yang penuh kesibukan
(Jakarta Timur).

B. Analisis Data
No.
Data (Sign & Symptom)
Etiologi
Problem

1.
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan perut sebelah kanan sakit
b. P : bila bergerak dan bernafas
c. Q : seperti tertusuk-tusuk
d. R : perut sebelah kanan
e. S :7
f. T : hilang timbul
Data Objektif :
a. Klien tampak mengerang-erang menahan sakit.
b. Terdapat luka lecet dan jejas pada abdomen sebelah kanan
c. Trauma abdomen
d. Nyeri akut Adanya trauma abdomen atau luka tembus abdomen. Nyeri
2.

18
Data Subjektif : -
Data Objektif :
a. Terdapat luka lecet pada perut kanan
b. Terdapat jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan
c. Hb : 10,5 g/dl
d. Leukosit : 12,5 104/ul
e. Luka non-penetrasi abdomen
Kontaminasi bakteri, luka tembus abdomen Resiko tinggi infeksi
3. Data Subjektif: -
Data Objektif:
a. Hasil USG: Terdapat ruptur dan perdarahan pada limfa anterior
b. Konjungtiva anemis
c. Kulit pucat
d. Turgor kulit elastis Perdarahan intra abdomen Defisit volume cairan dan elektrolit

C. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan intra abdomen.
2. Nyeri berhubungan adanya trauma abdomen atau luka tembus abdomen.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi bakteri dan luka tembus abdomen

D. Intervensi dan Rasional


1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan intra abdomen.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit, volume cairan
seimbang.
Kriteria hasil:
a. Turgor elastis
b. Konjungtiva tidak anemis
c. Hasil lab normal (HB)
d. Tidak ada perdarahan lanjutan
Intervensi:
Rencana keperawatan Rasional

19
1) Kaji tanda-tanda vital

2) Kaji tetesan infus

3) Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.


4) Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
5) Kolaborasi Tranfusi darah

6) Kolaborasi tindakan pembedahan 1) Untuk mengidentifikasi defisit volume cairan


2) Awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.
3) Mengidentifikasi keadaan perdarahan
4) Cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan cairan tubuh.
5) Menggantikan darah yang keluar dan memperbaiki Hemostasis.
6) Memperbaiki kondisi hepar dan menghentikan perdarahan

2. Nyeri berhubungan adanya trauma abdomen atau luka tembus abdomen.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x10 menit, nyeri teratasi
Kriteria Hasil :
a. Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
b. Klien tenang tidak mengerang-erang kesakitan
c. Skala nyeri 1-3
Intervensi:
Rencana keperawatan Rasional
1) Kaji intensitas nyeri

2) Jelaskan penyebab nyeri

3) Beri posisi nyaman

4) Ajarkan teknik relaksasi

20
5) Kolaborasi pemberian analgetik
1) Untuk menentukan intervensi yang tepat.
2) Untuk menenangkan klien dan keluarga.
3) Meningkatkan kenyamanan klien.
4) Mengurangi ketegangan otot sehingga mengurangi nyeri.
5) Analgetik berfungsi menghilangkan nyeri

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi bakteri dan luka tembus abdomen
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 20 menit, tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. Tidak ada perdarahan
c. Suhu tubuh normal : 36-37oC
d. Tidak terjadi tetanus
Rencana keperawatan Rasional
1) Monitoring tanda-tanda infeksi
2) Anjurkan perawatan luka dengan prinsip aseptik
3) Monitor hasil laboratorium terutama Hb, leukosit
4) Kolaborasi pemberian antibiotik
5) Kolaborasi pemberian suntik anti tetanus (TT)
1) Mengetahui tanda infeksi pada pasien
2) Mencegah infeksi karena port de entry kuman.
3) Mengetahui perkembangan klien
4) Mencegah infeksi

5) Mencegah infeksi tetanus akibat luka tembus.

E. Catatan Perawatan Dan Perkembangan


No. Diagnosa Keperawatan
Tanggal dan Jam
Implementasi
Evaluasi
Paraf dan nama jelas

21
1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan intra abdomen. 17
November 2013
Jam: 21.00 WIB a. Kaji tanda-tanda vital
b. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
c. Kaji tetesan infus
d. Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
e. Kolaborasi Tranfusi darah
f. Kolaborasi pembedahan Subjektif: -
Objektif:
a. turgor elastik
b. konjungtiva anemis
c. TD: 120/70 mmHg
d. Nadi: 72x/ menit
d. Hb : 9,5 g/dl
Analisa :
Masalah teratasi sebagian
Perencanaan:
lanjutkan intervensi di bangsal syukron
2. Nyeri berhubungan adanya trauma abdomen atau luka tembus abdomen. 17 November
2013
Jam: 21.00 WIB a. Mengkaji tingkat nyeri
b. Memberikan injeksi ketorolak 2ml
c. Mengajarkan nafas dalam bila nyeri timbul
Subjektif:
klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
Objektif:
klien masih gelisah
klien masih tampak merintih kesakitan
Analisa:
masalah teratasi sebagian
Perencanaan:
lanjutkan intervensi di bangsal
syukron

22
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi bakteri dan luka tembus
abdomen 17 November 2013
Jam: 21.00 WIB a. Memasang kateter
b. Memasang NGT
c. Mengambil sample darah
d. Memasang trail tempat tidur
e. Memonitor NGT
f. Memberikan injeksi cefotaxim 1g Subjektif: -
Objektif:
a. urine jernih tidak ada perdarahan.
b. Volume urine 200cc
c. Keluaran NGT cairan bersih
d. Hb : 9,5 g/dl
Analisa :
Masalah teratasi sebagian
Perencanaan:
lanjutkan intervensi di bangsal
syukron

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta

23
trauma yang disengaja atau tidak disengaja.
Prioritas keperawatan tertuju pada menghentikan perdarahan, menghilangkan/ mengurangi
nyeri, menghilangkan cemas pasien, mencegah komplikasi dan memberikan informasi
tentang penyakit dan kebutuhan pasien. Prinsip–prinsip pengkajian pada trauma abdomen
harus berdasarkan A (Airway), B (Breathing), C (Circulation).
Pada kasus di atas Tn. M mengalami Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi ke
dalam rongga peritonium) akibat luka akibat tusukan. Masalah keperawatan yang timbul pada
klien antara lain: defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan intra
abdomen; nyeri berhubungan adanya trauma abdomen atau luka tembus abdomen; resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi bakteri dan luka tembus abdomen.

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
masi terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik dalam penulisan maupun
dalam pengonsepan materi. Utnuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pmbaca mahasiswa
khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeon Committee of Trauma. 2004. Advanced Trauma Life Support
Seventh Edition. Indonesia: Ikabi

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan, Edisi 31. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Jual. 1998. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek
Klinis, Edisi 6. Jakarta: EGC

24
Catherino, Jeffrey M. 2003. Emergency Medicine Handbook. USA: Lipipincott Williams

Dorland. 2002. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC

ENA (Emergency Nurse Association). 2000. Emergency Nursing Core Curiculum, 5th. USA:
W.B. Saunders Company

FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara

Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. FKUI: Media Aesculapius

Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi 2005 -2006,
Editor: Budi Sentosa. Jakarta: Prima Medika

Scheets, Lynda J. 2002. Panduan Belajar Keperawatan Emergency. Jakarta: EGC

Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3.
Jakarta: EGC.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC

Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Testa,A.Paul. 2008. Abdominal Trauma. Internet:


(http://emedicine.medscape.com/article/overview). Diakses pada tanggal 28 Juli 2008

25
Training. 2009. Primary trauma care. Internet:
(http://primarytraumacare.org/ptcman/training). Diakses pada tanggal 12 September 2011

26

You might also like