You are on page 1of 18

15/03/2018

ASPEK MEDIKOLEGAL dan ETIK


KESEHATAN KERJA/ KEDOKTERAN KERJA Pekerja SEHAT

PRODUKTIF

Biro Hukum dan Organisasi Kemenkes RI


dan Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (PERDOKI)

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

PENYAKIT AKIBAT KERJA


Pekerja dapat mengalami (PAK)

PENYAKIT PENYAKIT Penyakit yang disebabkan


UMUM AKIBAT oleh pekerjaan atau
KERJA lingkungan kerja

Sudah
banyak ! -Implementasi
-Pengawasan
peraturan kepatuhan
terkait pelaksanaannya
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

HUKUM &
PERUNDANGAN
TERKAIT Keputusan Presiden nomor 22 tahun 1993
tentang Penyakit yang timbul Akibat
Hubungan Kerja
UU nomor 1/1970 tentang
Keselamatan Kerja Peraturan2 Menteri Tenaga Kerja:
UU nomor 13/2003
-Per.01/Men/1976 ttg Kewajiban pelatihan
tentang Ketenagakerjaan UU nomor 36/2009 tentang Hiperkes bagi dokter perusahaan
Kesehatan -Per.01/Men/1979 ttg Kewajiban Pelatihan
UU nomor 29/2004 tentang UU nomor 24/2011 tentang hiperkes bagi paramedis perusahaan
Praktik Kedokteran BPJS -Per.02/Men/1980 ttg Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja dlm penyelenggaraan keselamatan
UU nomor 40/2004 tentang UU nomor 36/2014 tentang
Tenaga Kesehatan
Kerja
SJSN
-Per-01/Men/1981 ttg Kewajiban melapor PAK
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

1
15/03/2018

KODE ETIK

PERATURAN2 MENTERI KESEHATAN KODE ETIK KODE ETIK


No 56/2016 ttg Penyelenggaraan KEDOKTERAN SPESIALIS
Pelayanan PAK INDONESIA KEDOKTERAN
No 48/2016 ttg Standar K3 Perkantoran (KODEKI) OKUPASI
(Konas PERDOKI 2016)
No 66/2016 ttg K3 Rumah Sakit

No 70/2016 ttg Standar dan


Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Industri
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

UU no 1 /1970 ttg
STANDAR KOMPETENSI Keselamatan Kerja

STANDAR STANDAR Untuk


KOMPETENSI KOMPETENSI
DOKTER DALAM
melindungi :
DOKTER
INDONESIA PELAYANAN Memuat syarat2 tenaga kerja
(SKDI 2012) KEDOKTERAN keselamatan kerja seluruh Setiap orang
OKUPASI DAN lainnya yg
aspek pekerjaan yang
KESEHATAN KERJA
( Kolegium berbahaya di segala berada di
Kedokteran Okupasi tempat kerja tempat kerja
Indonesia 2014)

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

UU no 1/1970
UU no 1 / 1970
Bab III pasal 3

Ditetapkan syarat2 Pasal 8


keselamatan kerja untuk : 1. Pengurus di wajibkan memeriksakan kesehatan
badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari
tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
g. Mencegah dan mengendalikan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang
timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, diberikan padanya.
debu, asap, gas.
2. Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja
yang berada di bawah pimpinannya, secara berkala
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan
PAK baik fisik maupun psikis, peracunan, dibenarkan oleh Direktur.
infeksi dan penularan
3. Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan
m. Memperoleh keserasian antara tenaga dengan peraturan perundangan.
kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

2
15/03/2018

UU no 1/1970
Pasal 12 UU no 36 /2009 ttg
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan
atau hak tenaga kerja untuk: Kesehatan
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh
pegawai pengawas dan atau keselamatan kerja;
Terpadu
b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan; Upaya kesehatan : Menyeluruh
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat
komprehensif Berkesinambungan
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;

d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua


syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan; Promotif Preventif Kuratif Rehabili
tatif
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana
syarat kesehatan dan keselamatan kerja serta alat-
alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam hal-hal khususditentukan lain
oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih
dapat dipertanggung jawabkan.
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

UU no 36 / 2009
Bab XII : Kesehatan Kerja
Pasal 164
melindungi pekerja agar hidup sehat, bebas
PELAYANAN dari gangguan kesehatan dan pengaruh buruk
KESEHATAN yg diakibatkan oleh pekerjaan

Meliputi sektor formal dan informal

PERORANGAN MASYARAKAT
Berlaku bagi pekerja dan setiap orang lain yg
berada di tempat kerja

Berlaku juga bagi TNI


(darat,laut,udara) dan Polri
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

Pasal 165 UU no 24 /2011 ttg


BPJS
KEWAJIBAN
PENGELOLA KEWAJIBAN BPJS Kesehatan BPJS Ketenagakerjaan
TEMPAT PEKERJA
KERJA

melakukan semua upaya menciptakan dan menjaga Peraturan Pemerintah no


kesehatan (upaya pencegahan, kesehatan tempat kerja 44/2015 ttg JKK dan JKM
peningkatan, pengobatan dan yang sehat dan menaati Peraturan Pemerintah no
pemulihan bagi tenaga kerja). peraturan yang berlaku di
tempat kerja.
60/2015 tentang JHT

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

3
15/03/2018

BPJS KESEHATAN
Perubahan paradigma JKK –
(Jaminan Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja)
program jaminan kesehatan

???
Pendekatan tradisional Dulu
termasuk bagi pekerja
Kompensasi
Kecelakaan &
Kerja Perawatan tak termonitor
BPJS KETENAGAKERJAAN (Maks. Rp. 20 juta)
Bagaimana setelahnya?
JKK ( Jaminan Kecelakaan Kerja)
JHT ( Jaminan Hari Tua) Pendekatan baru dengan Manajemen Kasus
Jaminan Pensiun
Pengembalian fungsi
Jaminan Kematian Kemampuan melakukan
Kecelakaan Kompensasi aktivitas harian
Kerja Manfaat medis tanpa plafon Berbaur dengan masyarakat
dan PAK Monitor berkelanjutan RETURN TO WORK
Kembali berpartisipasi dalam
kehidupan sosial
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

Kecelakaan Kerja  jelas


Pekerja  sakit /Kecelakaan

Penyakit Umum Penyakit Akibat Kerja


Kecelakaan Kecelakaan Kerja
Rumah Lokasi Dinas Luar Lokasi Kerja
Terjadinya Kecelakaan Kerja :
BPJS Kesehatan BPJS Ketenagakerjaan 1. Pada jam dan hari kerja
2. Di lokasi kerja dan lokasi dinas luar
3. Dalam perjalanan berangkat dari rumah
menuju tempat kerja dan pulang ke rumah
melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

BPJS KETENAGAKERJAAN 5. Data hasil pengujian


lingkungan kerja oleh
Penyakit Akibat Kerja (PAK) DPT DINYATAKAN PAK BILA lembaga pengujian lingk
MEMENUHI MIN 3 DARI 9 kerja (pemerintah/swasta),
Penegakan diagnosis : mudah/sulit? Atau
1. Data hasil MCU pra kerja,
6. Riwayat pekerjaan
Perlu langkah2 diagnosis atau
pekerja,
1. Data hasil MCU Periodik/
 7 langkah diagnosis okupasi atau
berkala ,
PERMENKES Atau
56/2016 3. Medical record/riwayat 7.Analisis hasil pemeriksaan
kesehatan, lapangan oleh pengawas
! Kompetensi dokter untuk melakukan atau
4. Data hasil pemeriksaan
ketenagakerjaan
Atau
langkah diagnosis okupasi khusus ( pemeriksaan 8. Keterangan ahli dari dokter
terakhir dilakukan pada yang memiliki kompetensi
saat pekerja sakit) terkait PAK,
! Mekanisme alih pembiayaan antar BPJS dan/atau
Sumber : BPJS 9. Pertimbangan medis dokter
! Tarif : jasa medis, pemeriksaan/tindakan
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Ketenagakerjaan, 2017
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
penasehat berdasarkan
permintaan pengawas
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar 2018) ketenagakerjaan
2018)

4
15/03/2018

UU 36/2014 ttg Nakes

Kelompok Tenaga
Kesehatan ( Nakes )
(a). Tenaga Medis
UU no 36 /2014 ttg
Tenaga Kesehatan b. Tenaga psikologi
( Nakes) klinis

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

Di akhir masa pendidikan


UU 36/2014
UJI KOMPETENSI

Pasal 26

Utk Memenuhi Tenaga Kesehatan wajib


STANDAR melaksanakan tugas sesuai dengan
KOMPETENSI kompetensi dan kewenangannya
KERJA
Disusun oleh
-Organisasi Profesi
-Konsil masing2 ASPEK
nakes MEDIKOLEGAL
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

Konsil masing2 tenaga kesehatan


Registrasi nakes dan Konsil masing2 tenaga kesehatan
pembinaan praktik
Dibawah koordinasi
Menyusun Standar Nasional KONSIL TENAGA KESEHATAN
Pendidikan Nakes INDONESIA

Menyusun standar praktik


dan standar kompetensi Bertanggung
nakes Jawab kepada
Presiden
Menegakkan disiplin melalui
praktik nakes Menteri
Kesehatan

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

5
15/03/2018

Khusus Tenaga Medis


( Dokter, Dokter Gigi, Dokter
Spesialis, Dokter Gigi Spesialis)

Dari Uji Materi ke


MK, disetujui sbg
UU no 29 /2004
Tenaga medis tentang Praktik
profesional Kedokteran
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

UU no 29 tahun 2004 .....UU 29/2004-Praktik Kedokteran


tentang Praktik Kedokteran
• Praktik kedokteran adalah serangkaian Pengaturan praktik kedokteran bertujuan
kegiatan yang dilakukan oleh untuk:
dokter/dokter gigi terhadap pasien dalam
rangka melakukan upaya kesehatan a. memberikan perlindungan kepada pasien;
• Untuk melindungi masyarakat penerima b. mempertahankan dan meningkatkan
jasa pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan medis yang diberikan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan oleh dokter dan dokter gigi; dan
dari dokter dan dokter gigi dibentuk Konsil c. memberikan kepastian hukum kepada
Kedokteran Indonesia masyarakat, dokter dan dokter gigi.
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

......UU 29/2004-Praktik Kedokteran ......UU 29/2004-Praktik Kedokteran

• Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) TUGAS KKI


mempunyai fungsi pengaturan, a. melakukan registrasi dokter dan dokter gigi;
pengesahan, penetapan, serta pembinaan b. mengesahkan standar pendidikan profesi
dokter dan dokter gigi yang menjalankan dokter dan dokter gigi ( ditetapkan bersama
kolegium kedokteran/kedokteran gigi)
praktik kedokteran, dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan medis. c. melakukan pembinaan terhadap
penyelenggaraan praktik kedokteran yang
dilaksanakan bersama lembaga terkait
sesuai dengan fungsi masing-masing.

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

6
15/03/2018

.....UU 29/2004-Praktik Kedokteran ....UU 29/2004-Praktik Kedokteran


• Sertifikat kompetensi
Surat tanda pengakuan thd kemampuan • Surat Tanda Registrasi ( STR)
dokter/dokter gigi untuk menjalankan praktik Adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
kedokteran setelah lulus uji kompetensi Konsil Kedokteran Indonesia kepada
• Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap dokter yang telah di registrasi
dokter dan dokter gigi yang telah memiliki • STR merupakan persyaratan untuk
sertifikat kompetensi dan telah mempunyai mengurus Surat Ijin Praktik (SIP)
kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara
hukum untuk melakukan tindakan profesinya.

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

MKDKI bertugas:
....UU 29/2004-Praktik Kedokteran
1. Menerima pengaduan, memeriksa,
• Majelis Kehormatan Disiplin dan memutuskan kasus pelanggaran
disiplin dokter dan dokter gigi yang
Kedokteran Indonesia (MKDKI) adalah diajukan; dan
lembaga yang berwenang untuk 2. Menyusun pedoman dan tata cara
menentukan ada tidaknya kesalahan yang penanganan kasus pelanggaran
dilakukan dokter dan dokter gigi dalam disiplin dokter atau dokter gigi.
penerapan disiplin ilmu kedokteran dan
kedokteran gigi, dan menetapkan sanksi

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

Keputusan MKDKI atas Dlm UU Praktik


pelanggaran disiplin Kedokteran ini juga
tercantum :
Kewajiban mengikuti
1. Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
yang diselenggarakan Perlunya persetujuan
mengikat dokter, dokter gigi, dan Konsil Kedokteran Indonesia. tindakan kedokteran
oleh organisasi profesi
2. Keputusan dapat berupa dinyatakan tidak bersalah atau atau lembaga lain yang di ( informed consent)
pemberian sanksi disiplin. akreditasi oleh
3. Sanksi disiplin dapat berupa: organisasi profesi, dalam
rangka penyerapan Kewajiban membuat
1. pemberian peringatan tertulis;
perkembangan ilmu rekam medis dan
2. rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat pengetahuan dan menjaga rahasia
izin praktik; dan/atau teknologi kedokteran. kedokteran
3. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi
pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

7
15/03/2018

31 jenis (kelompok) penyakit yang


timbul karena hubungan kerja

Keputusan Presiden no 22 Berhak mendapat jaminan


kecelakaan kerja baik saat
Tahun 1993 ttg Penyakit yg masih dalam hubungan kerja
Timbul karena Hubungan Kerja maupun setelah hubungan kerja
berakhir ( sd 3 tahun )
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau


31 JENIS PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN KERJA persenyawaannya yang beracun.

1. Pnemokoniosis yang disebabkan debu 7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau
persenyawaannya yang beracun.
mineral pembentuk jaringan parut (silicosis,
antrakosilikosis, asbestosis) dan 8. Penyakit yang disebabkan fosfor atau
silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan
faktor utama penyebab cacat atau kematian. persenyawaannya yang beracun.
2. Penyakit paru dan saluran pernapasan
(bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu 9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau
logam keras. persenyawaannya yang beracun.
3. Penyakit paru dan saluran pernapasan
(bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu 10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau
kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis). persenyawaan-nya yang beracun.
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh
penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang 11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau
dikenal yang berada dalam proses pekerjaan. persenyawaan-nya yang beracun.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor
dari luar sebagai akibat penghirupan debu 12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau
organik. Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja persenyawaan-nya
Disiapkan oleh yang beracun.
Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat


nitro dan amina dari benzena atau
13. Penyakit yang disebabkan oleh homolognya yang beracun.
timbal atau persenyawaan-nya yang
beracun. 19. Penyakit yang disebabkan oleh
nitrogliserin atau ester asam nitrat
14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau lainnya.
persenyawaan-nya yang beracun.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol,
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon glikol atau keton.
disulfida beracun.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat uap penyebab asfiksia atau keracunan
halogen dari persenyawaan hidrokarbon seperti karbon monoksida,
alifatik atau aromatik yang beracun. hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau
derivatnya yang beracun, amoniak seng,
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena braso dan nikel.
atau homolognya yang beracun.
22. Kelainan pendengaran yang
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja disebabkan oleh kebisingan.
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

8
15/03/2018

23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran


mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang 28. Kanker paru atau mesotelioma yang
persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf disebabkan oleh asbes.
tepi.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh
24. Penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat
pekerjaan dalam udara yang dalam suatu pekerjaan yang memiliki
bertekanan lebih. risiko kontaminasi khusus.

25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro 30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu
magnetik dan radiasi yang mengion. tinggi atau rendah atau radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan
oleh penyebab fisik, kimiawi atau biologik. 31. Penyakit yang disebabkan bahan
kimia lainnya termasuk bahan obat.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang
disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak
mineral, antrasena atau persenyawaan, produk
atau residu dariDisiapkan
zat oleh tersebut.
Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

Beberapa
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Peraturan Menteri
Tenaga Kerja, Peraturan Menteri
Transmigrasi dan Tenaga Kerja,
Koperasi no Per- Transmigrasi no
01/Men/1976 Per-01/Men/1979

Kewajiban Latihan Kewajiban Latihan


Peraturan2 Menteri Hiperkes bagi dokter
Perusahaan
Hiperkes dan KK
bagi tenaga
paramedis
perusahaan

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

Permenakertrans 02/1980
..........Beberapa
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan dan Berkala
Transmigrasi no Per-02/Men/1980

Tentang Pemeriksaan MELIPUTI :


Pemeriksaan kesehatan :
Kesehatan Tenaga -Pra Kerja
Kerja dalam -Berkala
penyelenggaraan -Khusus
keselamatan kerja
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

9
15/03/2018

....Beberapa
Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Menilai Pengaruh
pekerjaan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Setelah sakit / Transmigrasi no Per-01/Men/1981
kecelakaan > 2 minggu Jenis
Diduga mengalami ggn pemeriksaan
kesehatan tertentu sesuai
keutuhan Kewajiban Dalam waktu 2 x
Ada keluhan/hasil
Melapor 24 jam setelah
pengamatan/penilaian dibuat
PAK
Temuan PAK  berlaku diagnosanya
ketentuan Asuransi
Sosial Tenaga Kerja
Permenakertrans
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja 02/1980 Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

-Pengurus wajib dg
segera melakukan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
tindakan preventif
agar PAK yg sama
no 333/1989 ttg Diagnosis dan
tidak terjadi lagi -Apabila ada Pelaporan PAK
keraguan hasil
pemeriksaan, dapat
meminta bantuan
-Pemeriksaan Klinis
Lampiran : jenis2 Depnakertrans utk Penegakan -Pemeriksaan kondisi
PAK yg harus menetapkan Diagnosis pekerjaan & lingkungan
dilaporkan ( 30 jenis/ diagnosis PAK PAK Buktikan hubungan
kelompok penyakit) sebab akibat
Permenakertrans 01/1981

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja


7 LANGKAH DIAGNOSIS OKUPASI
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

Bila terdapat keraguan


BEBERAPA
menegakkan diagnosis
PAK oleh dokter
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
pemeriksa kesehatan, Laporan medik ttg
dapat dikonsultasikan PAK disampaikan oleh Permenkes no 56/2016 tentang
pengurus kepada
ke Dokter Penasehat Penyelenggaraan pelayanan PAK
Tenaga Kerja dan bila Kandepnaker
diperlukan dapat juga setempat dlm amplop
dikonsultasikan
tertutup dan bersifat Pasal 4:
rahasia utk dievaluasi diagnosis PAK -Pasal 5 : Tatalaksana
kepada dokter ahli PAK :
oleh dokter penasehat ditegakkan dg
terkait Tatalaksana Medis
pendekatan 7
Tatalaksana Okupasi
Kepmenaker333/1989 langkah
diagnosis
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

10
15/03/2018

Permenkes 56/2016
Permenkes 56/2016

Tatalaksana PAK Tatalaksana Okupasi


Pada Individu Pekerja Pelayanan
Kembali Kerja

Tatalaksana Medis
Pelayanan
Kelaikan Kerja
Sesuai dg:
-Standar profesi
-Standar Pelayanan
-Standar Prosedur
Operasional

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

..
Rujukan kelaikan kerja diperlukan bila :
Penetapan Kelaikan Kerja
( Fit To Work)  FTW
a. status kesehatan kompleks
( > 1 sistem organ atau 1 tapi vital)
meliputi: penilaian
risiko, kapasitas dan b. pajanan faktor risiko kompleks dan saling
toleransi pekerja berkaitan
dengan tuntutan
pekerjaan c. terdapat keraguan penentuan besarnya risiko
Fit to work yg ada dan risiko yg dapat diterima
Fit with ( acceptable risk)
restriction/ Mutasi/ganti
pekerjaan sesuai
d. terdapat ketidak puasan pekerja atas
limitation
kondisi kesehatan penetapan FTW
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

....rujukan kelaikan kerja Program Kembali Kerja


( Return To Work Program)  RTW
e. diperlukan utk penetapan FTW calon
Suatu upaya terencana agar
kepala daerah atau pimpinan lembaga pekerja yg mengalami
tinggi lainnya Termasuk cedera/sakit dapat segera
kembali bekerja secara
f. ada permintaan bagian kepegawaian/ bag :Pemulihan produktif, aman dan
Medis
K3 perusahaan berkelanjutan.
Pemulihan
g. SDM, sarana dan prasarana di fasyankes kerja Partisipasi
Pelatihan Penyediaan pemberi kerja
tidak memadai
ketrampilan pekerjaan baru
Penyesuaian Penatalaksanaan
pekerjaan biaya asuransi,
kompensasi
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

11
15/03/2018

Rujukan RTW dilakukan bila :


a. diperlukan kunjungan ke tempat kerja utk .....rujukan RTW dilakukan jika
melihat pekerjaan lain yg tersedia yg d. terdapat keraguan penentuan besarnya
cocok dg kondisi medis pekerja risiko yg ada dan risiko yg dapat
b. status kesehatan kompleks diterima ( acceptable risk)
( > 1 sistem organ atau 1 tapi vital) e. terdapat ketidak puasan pekerja atas
program RTW
c. pajanan faktor risiko kompleks dan
saling berkaitan

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

Penentuan Kecacatan
Rujukan penentuan kecacatan diperlukan jika:
a. Jenis kecacatan belum ada dlm pedoman
Cacat Cacat penentuan kecacatan
Anatomis Fungsi
b. Terdapat ketidak puasan pekerja atas
Dinilai penetapan % kecacatan
persentasenya
c. Terdapat keberatan dari pihak pemberi
terkait HAK utk
mendapat jaminan pelayanan kesehatan atas %
kompensasi sesuai kecacatan
peraturan d. Diperlukan utk kepentingan legal seperti
perundangan kompensasi diluar yg dilaksanakan sesuai
peraturan UU
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

Permenkes 56/2016
Pelayanan
Tatalaksana Okupasi Pencegahan PAK
Pada Komunitas Pekerja Pelayanan
Kembali Kerja
Identifikasi potensi
bahaya PAK
Pelayanan Promosi Kesja sesuai
Pencegahan PAK identifikasi bahaya
Pengendalian potensi
bahaya
APD yg sesuai dan
cara pakai yg benar
Imunisasi bagi yg
terpajan agen biologi
tertentu
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

12
15/03/2018

Pemeriksaan PENYELENGGARAAN PELAYANAN PAK


kesehatan Pra Kerja
Pemeriksaan Faskes Faskes
kesehatan Berkala Tingkat Rujukan
Pertama Tingkat
Pemeriksaan (FKTP) Lanjut
Surveilans kesehatan Kesehatan Khusus (FKRTL)
pekerja dan
lingkungan kerja Sesuai indikasi, bila
ada keluhan dan atau DOKTER + kompetensi Spesialis
potensi bahaya di tambahan terkait PAK Kedokteran
!!! Untuk mengetahui tempat kerja melalui Pendidikan Formal Okupasi
Sebagai lanjutan dari atau pelatihan (hiperkes & (SpOk)
keterkaitan penyakit
pem berkala dan KK, dan Diagnosis PAK)
dengan potensi
bahaya di tempat kerja menjelang akhir kerja
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

Permenkes no 66/2016 tentang


K3 Rumah Sakit

-Manajemen risiko K3RS


-Keselamatan & keamanan di RS
-Pelayanan kesja
Standar K3RS: -Pengelolaan B3
Meminimalisir risiko
K3 agar tidak -Pencegahan
menimbulkan efek &pengendalian kebakaran
buruk thd SDM RS, -Pengelolaan prasarana &
pasien,pendamping
peralatan medis
pasien dan
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja pengunjung. -Kesiapsiagaan
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja kondisi
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) darurat/bencana
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018)

Tercantum a.l. :

Manajemen risiko RS : Pelayanan Kesja:


Komprehensif
-Identifikasi & penilaian
risiko -Promotif: gizi kerja, Permenkes no 48/2016 tentang
-Pemetaan area risiko kebugaran Standar K3 Perkantoran
-Upaya pengendalian -Preventif: imunisasi,
pemeriksaan kes,
surveilans lingja &
Pengelolaan bahan berbahaya -Standar Keselamatan
surveilans medik
& beracun (B3):
-Identifikasi B3
-Kuratif Kerja
-MSDS
-Rehabilitatif -Mengurangi
penyakit/PAK/ -Standar Kesehatan
-Sarana keselamatan B3
-Pedoman & SPO pengelolaan Kecelakaan kerja Kerja
B3 yg aman -Menciptakan -Kesehatan
-Sarana keselamatan ( APD, Unit Pelayanan
body wash, pencuci mata, dll Kesehatan Kerja
perkantoran yg Lingkungan Kerja
di RS bagi SDM RS aman,nyaman, -Ergonomi
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja efisien Perkantoran
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

13
15/03/2018

Tercantum a.l. :

-Pemeliharaan ruang Kewaspadaan Permenkes no 70/2016 tentang


perkantoran bencana di
-Desain alat dan perkantoran Standar dan persyaratan kesehatan
tempat kerja lingkungan kerja industri
-Penempatan dan Peningkatan kesehatan
penggunaan alat
kerja : PHBS, ruang ASI,
-Pengelolaan listrik
aktivitas fisik -Persyaratan faktor
dan sumber api
fisik, biologi,
Pencegahan penyakit, Pemulihan Persyaratan penanganan beban
deteksi dini, MCU. kesehatan, Return to manual
work
kesehatan
Penanganan penyakit :
P3K, yankes, rujukan
lingkungan kerja -NAB, Indeks
Kesehatan industri Pajanan Biologi
Ergonomi lingkungan kerja
perkantoran perkantoran -Standar Baku Mutu
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
Kesehatan Lingkungan
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

...Permenkes 70/2016 ...Permenkes 70/2016

Upaya pengendalian
Untuk memenuhi Bila tidak bahaya : eliminasi,
standar dan Setiap industri memenuhi substitusi,pengendalian
persyaratan harus melakukan standar dan teknis, pengendalian
kesehatan pemantauan persyaratan administrasi, APD
lingkungan kerja berkala kesehatan
industri lingkungan kerja Upaya kesehatan lingkungan :
industri : penyehatan, pengamanan dan
Harus dilakukan : pengendalian sesuai peraturan UU

Pemantauan dapat -pengendalian


Minimal 1 tahun sekali Surveilans Kesehatan
bekerjasama dg pihak atau bahaya kerja : pengumpulan
lain yg kompeten di Setiap ada perubahan -upaya kesehatan data, pengolahan,
bidang higene industri, proses kegiatan industri lingkungan analisis data  objektif,
kesehatan kerja dan atau yg berpotensi terukur, dapat
kesehatan lingkungan
-surveilans kesja
menngkatkan bahaya diperbandingkan antar
lingkungan kerja waktu, antar kelompok
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja pekerja
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

Dalam SKDI 2012, terdapat


beberapa kompetensi
STANDAR terkait PAK
KOMPETENSI
DOKTER Bidang Kesehatan Masyarakat / Kedokteran
INDONESIA Pencegahan/Kedokteran Komunitas:
(SKDI 2012)  ...............
dlm proses revisi 87. Penilaian risiko masalah kesehatan
88. Memperlihatkan kemampuan penelitian berkaitan
STANDAR dengan lingkungan
KOMPETENSI 89. .................
DOKTER DALAM 90. ................
PELAYANAN 91. Melakukan pencegahan dan penatalaksanaan
KEDOKTERAN kecelakaan kerja
STANDAR OKUPASI DAN 92. Menerapkan 7 langkah keselamatan pasien
KESEHATAN KERJA
KOMPETENSI
93. Melakukan langkah Diagnosis Penyakit Akibat
( Kolegium Kerja dan penanganan pertama di tempat kerja,
Kedokteran Okupasi
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja serta melakukan pelaporan
Disiapkan PAK
oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) Indonesia 2014) Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018)

14
15/03/2018

Tingkat Kompetensi Dokter Pemberi


Pelayanan Kesehatan Kerja dan
Kedokteran Okupasi
Level kompetensi klinis tercantum dalam :
1. - Dokter + Pelatihan Dokter Hiperkes
- Dokter Magister Keselamatan dan
Standar Kompetensi Dokter dalam
Kesehatan Kerja (MK3)
pelayanan kedokteran okupasi dan
2. Dokter Magister Kedokteran Kerja (dari kesehatan kerja
Fakultas Kedokteran)
3. Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi ( Kolegium Kedokteran Okupasi Indonesia,
2014)

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

IKATAN DOKTER INDONESIA Pedoman Pelaksanaan program


MUSYAWARAH PIMPINAN PUSAT
Pengembangan Pendidikan
(Ketua PB IDI adalah Pimpinan Musyawarah Pimpinan Pusat) keprofesian berkelanjutan (P2KB)
PB IDI 2013
PB IDI MKEK MKKI MPPK Perhimpunan dokter seminat ( PDSm)
Eksekutif Organisasi: bertindak
untuk dan atas nama organisasi
Coordinating Body:
Mengkoordinasikan Kegiatan Internal Organisasi dalam Bidang Masing-Masing
tidak bisa memberikan kompetensi
Perhimp Dokter Pel Primer
Pelatihan ilmiah harus bekerjasama
Kolegium Dokter Indonesia
(dokter umum)
(PDPP):
PDUI, PDKI
dengan PDPP/PDSp pengampu ilmu
Perhimpunan Seminat
Kolegium Kedokteran (PDSm) : antara lain
Okupasi Indonesia (dokter
spesialis) - IDKI  anggota: GP,
SpM,SpTHT,SpKK, SpKL,
SpOK)

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev MarPERDOKI (PDSp) anggota: : SpOk Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

KODE ETIK
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
KEDOKTERAN (KODEKI) PB IDI 2012
INDONESIA
(KODEKI) Kewajiban Umum ( 13 pasal)
PB IDI 2012
Kewajiban Dokter terhadap pasien
Kode Etik Dokter
( 4 pasal)
Spesialis Kedokteran Kewajiban Dokter terhadap teman sejawat
Okupasi
Hasil Konas V
( 2 pasal)
PERDOKI, Mei 2016 Kewajiban Dokter terhadap diri sendiri
KODE ETIK
( 2 pasal)
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

15
15/03/2018

7. Seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan


pendapat
KEWAJIBAN UMUM ( 13 pasal) yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.
sal)
1. Semua dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah atau janji dokter. 8. Seorang dokter wajib dalam setiap praktek medisnya,memberikan
2. Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan pelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan
profesional secara independen, dan mempertahankan perilaku moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion)
profesional dalam ukuran yang tertinggi dan penghormatan atas martabat manusia.
3. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter
tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan 9. Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan
kehilangan kebebasan dan kemandirian profesi. dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk
4. Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan
bersifat memuji diri. dalam karakter atau kompetensi,atau yang melakukan penipuan
5. Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya atau penggelapan.
tahan psikis maupun fisik , wajib memperoleh persetujuan
pasien/keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan 10. Seorang dokter wajib menghormati hak-hak pasien, teman
kebaikan pasien tsb sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib men-
6. Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan
jaga kepercayaan pasien.
atau menerapkan setiap penemuan tehnik atau pengobatan baru
yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat
11. Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya
menimbulkan keresahan masyarakat.
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja melindungi hidup makhluk insani
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

KEWAJIBAN DOKTER
...kewajiban umum.. TERHADAP PASIEN (4 Pasal)
14. Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan
12. Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib mempergunakan seluruh keilmuan dan keterampilannya
memperhatikan keseluruhan aspek pelayanan untuk kepentingan pasien. yang ketika ia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas
kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif),
persetujuan pasien/keluarganya, ia wajib merujuk pasien
baik fisik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya, serta
kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati 15. Setiap dokter wajib memberikan kesempatan kepada pasien
masyarakat. agar senantiasa dapat berinteraksi dengan keluarga dan
13. Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para penasehatnya termasuk dalam beribadat dan atau
pejabat lintas sektoral di bidang kesehatan dan bidang penyelesaian masalah pribadi lainnya
lainnya serta masyarakat, wajib saling menghormati.
16. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan j setelah pasien
itu meninggal dunia.
17. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai
suatu wujud tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

KEWAJIBAN DOKTER
TERHADAP TEMAN KEWAJIBAN DOKTER
SEJAWAT(2 Pasal) TERHADAP DIRI SENDIRI

18. Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagai- 20. Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat
bekerja dengan baik.
mana ia sendiri ingin diperlakukan.

19. Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari 21. Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran / kesehatan.
teman sejawat, kecuali dengan persetujuan keduanya atau

berdasarkan prosedur yg etis

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

16
15/03/2018

Kode Etik Dokter Spesialis 4. Bahwa kami membuat suatu pernyataan dan atau
Kedokteran Okupasi persetujuan yang sesuai dengan kompetensi yang
Hasil Konas V PERDOKI, Mei 2016 sesuai sebagai dokter spesialis kedokteran okupasi.
1. Bahwa kami mengutamakan keselamatan dan
5. Bahwa kami dalam membuat keputusan medik
kesehatan kerja diri, setiap pekerja dan orang membebaskan diri dari tekanan dan atau pengaruh
lain di tempat kerja. yang berasal dari perbedaan kepentingan.
2. Bahwa kami melaksanakan tugas berdasarkan
kaidah ilmiah yang obyektif dan terpadu. 6. Bahwa kami dengan penuh kesadaran
mengetahui segala persyaratan keselamatan dan
3. Bahwa kami terus-menerus meningkatkan, kesehatan kerja yang perlu diterapkan di tempat
mengembangkan pengetahuan dan praktek kerja.
kedokteran kerja.Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

7. Bahwa kami menyampaikan informasi medis yang 10. Bahwa kami senantiasa menghindari penawaran
mudah dipahami kepada pekerja tentang dan atau penggunaan jasa yang mendatangkan
kesehatannya, anjuran pemeriksaan kesehatan lebih keuntungan bagi sesuatu pihak dan atau
lanjut yang diperlukan, pemberian nasehat dan kerugian bagi pihak lainnya.
pengobatannya sesuai dengan keperluan dan 11. Bahwa kami dengan cermat memperhatikan
pertimbangan medis. nilai-nilai psikologis, kebudayaan dan agama
8. Bahwa kami mengadakan konsultasi dengan pihak- yang terdapat dalam masyarakat pekerja dan
pihak yang dapat melengkapi keterangan dan menyerasikannya kepada tujuan keselamatan
pengetahuan, apabila terdapat masalah yang dan kesehatan kerja dengan sebaik-baiknya.
diragukan atau kurang jelas. 12. Bahwa kami memperhatikan masalah lain di luar
9. Bahwa kami selalu menjalin kerjasama yang baik tempat kerja yang dapat mempengaruhi
dengan setiap petugas kesehatan lainnya di luar keselamatan dan kesehatan kerja.
profesi kedokteranDisiapkan
okupasi.
oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

13. Bahwa kami menjunjung tinggi peraturan Questions


perundangan yang berlaku di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja.
14. Bahwa kami melaksanakan kode etik spesialis
kedokteran okupasi dengan penuh kesadaran
dan keyakinan dalam rangka menjunjung tinggi
profesi kedokteran okupasi.

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

17
15/03/2018

PENUTUP
Ada dan ditaatinya ketentuan perundang-
undangan dan peraturan merupakan
hal yang wajib dilaksanakan.
Setiap pekerja mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas
kesehatan dan keselamatan kerja
( termasuk juga pekerja bidang
medis/kesehatan).
Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja
Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018) 2018)

Disiapkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja


Kemenkes RI dan Tim PERDOKI (Rev Mar
2018)

18

You might also like