Judul : Titrasi Pengendapan dengan Aplikasi Penentukan kadar
NaCl dalam Garam Dapur “Cap Kapal” B. Hari/Tanggal : Rabu/21 November 2018 C. Tujuan : 1. Standarisasi Larutan AgNO3 2. Menentukan Kadar NaCl dalam Garam Dapur D. Dasar Teori Pengertian Titrasi Pengendapan Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. (Khopkar, 1990) Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat AgNO3. Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. (Underwood, 1992) Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan menggunakan ion perak,biasanya ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion iodide (Cr-,Br-,P-). Hasil kali konsentrasi ion- ion yang terdapat dalam suatu larutan jenuh dari garam yang sukar larut pada suhu tertentu adalah konstan. Dasar titrasi argento adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran dengan analis. Berdasarkan jenis indicator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri dapat dibedakan atas tiga metode yaitu metode Mohr,metode Volhard,dan metode Vajans. (Sinta ,2013) Argentometri adalah suatu proses titrasi yang menggunakan garam argentum nitrat (AgNO3) sebagai larutan standard. Dalam titrasi argentometri, larutan AgNO3 digunakan untuk menetapkan garam-garam halogen dan sianida karena kedua jenis garam ini dengan ion Ag+dari garam standard AgNO3 dapat memebentuk suatu endapan atau suatu senyawa kompleks sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini : NaX + Ag+ → AgX + Na+ ( X = halida ) KCN + Ag+ → AgCN + K+ KCN + AgCN → K{Ag(CN)2} Garam AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi, sehingga garam tersebut dapat digunakan sebagai larutan standard primer. Larutan standard AgNO3 0,1 N dapat dibuat dengan melarutkan 16,99 gram AgNO3 dalam 1 liter aquades. (Syindjia, 2013). Titrasi pengendapan tidak terlampau banyak digunakan dibandingkan dengan titrasi-titrasi redoks atau asam basa. Hal ini disebabkan tidak adanya indikator-indikator yang sesuai untuk menentukan titik akhir titrasi. Umumnya titrasi pengendapan terjadi pada reaksi-reaksi antara kation Ag+ dengan anion-anion halida, tiosianat dan sianida. Pereaksi pengendap yang banyak digunakan dalam titrasi pengendapan adalah perak nitrat, yang dikenal dengan titrasi argentometri. Setiap reaksi pengendapan yang berlangsung cepat dan tersedianya indikator merupakan dasar titrasi pengendapan. Akan tetapi hanya sedikit reaksi pengendapan yang berlangsung cukup cepat. Juga sedikit indikator yang memenuhi syarat untuk titrasi pengendapan. Suatu reaksi pengendapan berlangsung berkesudahan bila endapan yang terbentuk mempunyai kelarutan yang cukup kecil. Pada titik ekivalensi akan terjadi perubahan yang cukup besar dari konsentrasi yang dititrasi. (Astin Lukum, 2009). Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kualitatif melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa Kristal atau koloid,dan dapat dikeluarkan dari larutandengan penyaringan atau pemusingan. Endapan terbentuk jika larutn menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan,menurut defenisi adalah sama dengan konsenterasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan tergantung pada berbagai kondisi,seperti suhu,tekanan,konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu,dan pada komposisi pelarutnya. (Svehla G, 1979) Macam-macam metode dalam titrasi pengendapan Berdasakan pada indicator yang digunakan, argentometri dapat dibedakan atas : 1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna) Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CrO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah : Asam : 2CrO42- +2H-↔ CrO72- + H2O Basa : 2Ag+ + 2OH- ↔ 2 AgOH 2AgOH ↔ Ag2O + H2O Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium karbonat. Larutan alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat. Meskipun menurut hasil kali kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya dengan cara ini. Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat kuat menyerang kromat, maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi menggunakan NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Sebagai indikator digunakan larutan kromat K2CrO4 0,003M atau 0,005M yang dengan ion perak akan membentuk endapan coklat merah dalam suasana netral atau agak alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan menganggu warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl. Seperti sistem asam, basa dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk titrasi asam-basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal ini terjadi pula pada titrasi Mohr, dari klorida dengan ion perak dalam mana digunakan ion kromat sebagai indikator. Pemunculan yang permanen dan dini dari endapan perak kromat yang kemerahan itu diambil sebagai titik akhir (TE). Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan perak dengan pH antara 6,0 – 10,0. Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi karena HCrO4- hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula dengan hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat terjadi reaksi : 2H+ +2CrO4 ↔ 2HCrO4 ↔Cr2O72 + 2H2O Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan ion kromat dan karenanya menimbulkan galat yang besar. (Harizul, 1995) 2. Metode Volhard Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah contoh metode volhard, yaitu pembentukan zat berwarna didalam larutan. Selama titrasi, AgSCN terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4SCN yang berlebih bereaksi dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap [FeSCN]2+. Reaksi yang terjadi dalam titrasi argentometri dengan metode volhard adalah sebagai berikut: Ag+(aq) + Cl-(aq) -> AgCl(s) (endapan putih) Ag+(aq) + SCN-(aq) -> AgSCN(s) (endapan putih) Fe3+(aq) + SCN(aq) -> Fe(SCN)2+ (kompleks berwarna merah) Pada metode volhard, untuk menentukan ion klorida suasana haruslah asam karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang ditambahkan ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag+ tersebut kemudian dititrasi balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai indikator. (Khopkar, 1990) 3. Metode Fajans Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organic yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya flouresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, flouresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI) : HFI ↔ H+ + FI- Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna merah muda. Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir dalam titrasi ini diketahui berdasar tiga macam perubahan, yakni (i) endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan terlihat menggumpal, (ii) larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih, dan (iii) larutan yang semula kuning hijau hampir tidak berwarna lagi. (Harjadi, 1990). 4. Metode Liebig Metode ini titik akhir titrasi ditentukan berdasarkan terbentuknya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojokan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil. Jika reaksi telah sempurna, penambahan larutan perak nitrat lebih lanjut akan menghasilkan endapan perak sianida. Titik akhir ditunjukkan oleh terjadinya kekeruhan yang tetap. Kendala dalam menentukan titik akhir dengan tepat disebabkan karena sangat lambatnya endapan melarut pada saat mendekati titik akhir titrasi. (Khopkar, 1990) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Titrasi Pengendapan Faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah : 1. Temperatur, kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. 2. Sifat pelarut yaitu garam anorganik lebih larut dalam air, berkurangnya kelarutan di dalam pelarut organik dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat. 3. Efek ion sejenis yaitu Kelarutan endapan dalam air berkurang, jika larutan tersebut mengandung satu dari ion-ion penyusun endapan. 4. Efek ion-ion lain yaitu Endapan berrtambah kelarutannya bila dalam larutan terdapat garam-garam yang berbeda dengan endapan. 5. Pengaruh pH dimana Larutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan. 6. Pengaruh hidrolisis yaitu Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan perubahan (H+), kation dari spesies garam mengalami hidrolisis sehingga menambah kelarutannya. 7. Pengaruh kompleks dimana Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat lain yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut. E. Alat dan Bahan Alat : 1. Erlenmeyer 250 mL 3 buah 2. Gelas Kimia 100 mL 1 buah 3. Gelas Ukur 10 mL 1 buah 4. Labu Ukur 100 mL 1 buah 5. Buret 1 buah 6. Neraca Analitik 1 buah 7. Pipet Gondok 10 mL 1 buah 8. Propipet 1 buah 9. Pipet Tetes 3 buah 10. Statif dan Klem 1 buah 11. Corong 1 buah Bahan : 1. Garam Dapur “Cap Kapal” 0,0589 gram 2. Aquades Secukupnya 3. Larutan AgNO3 Secukupnya 4. NaCl 0,0589 gram 5. Indikator K2CrO4 Secukupnya F. Alur Percobaan 1. Penentuan (Standarisasi) Larutan AgNO3 ± 0.01 M dengan NaCl p.a sebagai baku