You are on page 1of 9

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM (NIFAS)


1. LANDASAN TEORI MEDIS
A. Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan
6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,2008:356)
Periode pascapartum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2004:492)

Post partum (nifas) secara harafiah adalah sebagai masa persalinan dan segera setelah kelahiran,
masa pada waktu saluran reproduktif kembali ke keadaan semula (tidak hamil). (William,1995)
Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas
berlangsung selama 6 minggu (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,2002)

B. Etiologi
Etiologi post partum dibagi 2:
a. etiologi post partum dini
1) atonia uteri
2) laserasi jalan lahir;robekan jalan lahir
3) hematoma

b. etiologi post partum lambat


1) tertinggalnya sebagian plasenta
2) subinvolusi di daerah insersi plasenta
3) dari luka bekas secsio sesaria

C. Fisiologi
a. involusi rahim:terjadi karena masing2 sel menjadi lebih kecil,yang disebabkan karena
adanya proses autolysis,dimana zat protein dinding rahim dipecah diabsorbsi dan kemudian
dibuang melalui air kencing.
b. inovasi tempat plasenta;setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat permukaan
kasar tidak rata kira2 sebesar telapak tangan,dengan cepat luka ini
c. mengecil pada akhir minggu kedua,hanya sebesar 3-4cm dan pada akhir nifas 1-2cm.
d. perubahan pada serviks dan vagina;pada serviks terbentuk sel2 otot terbaru,karena adanya
kontraksi dan retraksi,vagina teregang pada waktu persalinan namun lambat laun akan
mencapai ukuran yang normal.
e. perubahan pembuluh darah rahim;dalam kehamilan uterus mempunyai pembuluh2 darah
yang besar,tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan bagi peredaran darah yang
banyak,maka arteri tersebut harus mengecil lagi saat nifas.
f. dinding perut dan peritoneum;setelah persalinan dinding perut menjadi longgar karena
teregang begitu lama,tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
g. saluran kencing;dinding kandung kemih terlihat edema, sehingga menimbulkan obstruksi
dan menyebabkan retensi urine,dilatasi ureter dan pyelum kembali normal dalam 2minggu.
h. laktasi;keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam
kehamilan pada waktu ini .buah dada belum mengandung susu melainkan
colostrum.colostrum adalah cairan kuning yang mengandung banyak protein dan garam.

D. Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
a. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah diperbolehkan berdiri
dan berjalan
b. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara menyeluruh dengan
lama 6-8 minggu
c. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
saat hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang diperlukan untuk
sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan ataupun tahunan.
E. Gejala Klinis (Fisiologi Nifas)
Pada masa puerperium atau nifas tampak perubahan dari alat – alat / organ reproduksi yaitu :
a. Sistem Reproduksi
1. Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan pengecilan ukuran (involusi) dari
uterus itu sendiri. Adapun tinggi fundus uteri (TFU) post partum menurut masa involusi :
Tabel 1. TFU menurut masa involusi
INVOLUSI TFU BERAT UTERUS
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Placenta lahir 2 cm di bawah 1000 gram
umbilicus dengan
bagian fundus
bersandar pada
promontorium sakralis
1 minggu Pertengahan antara 500 gram
umbilikus dan simfisis
pubis
2 minggu Tidak teraba di atas 350 gram
simfisis
6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram
(Bobak,2004:493)

2. Vagina dan Perineum


Pada post partum terdapat lochia yaitu cairan/sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina.
Macam – macam lochia :
a. Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, terjadi selama 2 hari pasca
persalinan
b. Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, terjadi hari ke 3 – 7
pasca persalinan
c. Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning. Terjadi hari ke 7 – 14 hari
pasca persalinan
d. Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan

3. Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen (prolaktin) terhadap
kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi mulai di akhir masa kehamilan sampai hari ke 3-5 post
partum dimana kolostrum mengandung lebih banyak protein dan mineral tetapi gula dan lemak
lebih sedikit. Produksi ASI akan meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena menetek
merupakan suatu rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI. Makin sering menetek, maka
ASI akan makin banyak diproduksi.

b. Sistem Pencernaan
1. Nafsu Makan
Setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat
lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah biasa dikonsumsi diserta
konsumsi camilan yang sering ditemukan.
2. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selamawaktu yang singkat
setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan ansthesia bisa memperlambat pengembalian tonus
dan motilitas ke keadaan normal.
3. Defekasi
Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang dirasakannya diperineum
akibat episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan buang air yang teratur perlu dicapai kembali
setelah tonus usus kembali normal.

c. Sistem Perkemihan
1. Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu
bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan edema,
seringkali diserti daerah-daerah kecil hemoragi.
d. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit
yang meregang pada payudara,abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tetapi tidak
hilang seluruhnya.

F. Pemeriksaan penunjang
1. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
2. Urine lengkap

G. Komplikasi
1. Pembengkakan payudara
2. Mastitis (peradangan pada payudara)
3. Endometritis (peradangan pada endometrium)
4. Post partum blues
5. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan pada jaringan
terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selam persalinan atau sesudah
persalinan.

H. Penatalaksanaan Medis
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan
payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang
senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
2. LANDASAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Riwayat Kesehatan
Hal yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan adalah :
a. Keluhan yang dirasakan ibu saat ini.
b. Adakah kesulitan atau gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari misalnya pola
makan, buang air kecil atau buang air besar, kebutuhan istirahat dan mobilisasi.
c. Riwayat persalinan ini meliputi adakah komplikasi, laserasi atau episiotomi.
d. Obat atau suplemen yang dikonsumsi saat ini misalnya tablet zat besi.
e. Perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi, penerimaan terhadap peran baru
sebagai orang tua termasuk suasana hati yang dirasakan ibu sekarang, kecemasan dan
kekhawatiran.
f. Adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi sehari-hari.
g. Bagaimana rencana menyusui nanti (ASI eksklusif atau tidak ), rencana merawat bayi
dirumah ( dilakukan ibu sendiri atau dibantu orang tua atau mertua).
h. Bagaimana dukungan suami atau keluarga terhadap ibu.
i. Pengetahuan ibu tentang nifas.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan.
c. Payudara : pembesaran, puting susu (menonjol atau mendatar), adakah nyeri dan lecet
pada puting, ASI atau kolostrum sudah keluar, adakah pembengkakan, radang atau
benjolan abnormal.
d. Abdomen : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, keadaan jahitan, nanah, tanda-tanda,
infeksi pada luka jahitan,
e. Kandung kemih kosong atau penuh.
f. Genetalia dan perineum pengeluaran lochea (jenis, warna, jumlah dan bau), odema,
peradangan, kebersihan perineum dan hemmoroid pada anus (Suherni, 2008).
3) Pengkajian Fokus
Menurut Doenges (2001) :
a. Pengkajian data dasar klien
Tinjauan ulang catatan pre natal dan intra operatif dan adanya indikasi untuk kelahiran caesarea.
b. Sirkulasi
Kehilangan darah selama proses persilinan 1500 cc
c. Integritas Ego
Dapat menunjukkan labilitas emosional dan kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik
diri klien/pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima pesan dalam pengalaman
kelahiran mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
d. Eliminasi
Kateter urinarius indwelling tidak terpasang, urine jernih, bau khas amoniak, bising usus tidak
ada, samar/jelas.
e. Makanan/Cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
f. Nyeri / Ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dan berbagai sumber misalnya trauma episiotomi, nyeri
penyertai, distensi kandung kemih/abdomen, mulut mungkin kering.
g. Pernafasan
Bunyi paru jelas dan vesikuler.
h. Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda/kering dan utuh. Jalur parenteral bila digunakan,
paten dan insisi bebas eritma, bengkak dan nyeri tekan.
i. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus aliran lochea sedang dan bebas, bekuan
berlebihan /banyak.
j. Pemerikssaan diagnostik
Jumlah darah lengkap Hb/Ht, mengkaji perubahan dan pra operasi dan megevaluasi efek
kehilangan darah pada pembedahan.
k. Urinalisis
Kultur urine, darah vagina dan lochea, pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan
individu.

B. Diagnosa dan Intervensi keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan Involusio Uteri
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang.
Kriteria hasil :
klien mengungkapkan skala nyeri berkurang,
No Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri Untuk menentukan tingkat nyeri yang
dirasakan dan menentukan tindakan
selanjutnya
2. Kaji TTV Menentukan intervensi selanjutnya
3. Observasi reaksi nonverbal Reaksi nonverbal menunjukkan adanya nyeri
4. Beri posisi yang nyaman Untuk merilekskan otot dan meningkatkan
kenyamanan
5. Kolaborasi dengan dokter dalam Analgetik untuk mengurangi dan mengatasi
pemberian analgetik nyeri

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan fisik


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat meningkatkan dan melakukan
aktifitas sesuai kemampuan tanpa disertai nyeri.
Kriteria hasil : klien dapat mengidentifikasikan faktor-faktor yang menurunkan toleransi
aktifitas.
No Intervensi Rasional
1. Kaji TTV Mengetahui keadaan umum pasien
2. Kaji respon pasien terhadap aktivitas Untuk mengetahui perubahan yang terjadi
pada pasien dalam keluhan kelemahan
keetihan yang berkenaan dengan aktivitas
3. Anjurkan klien untuk istirahat Dengan istirahat dapat mempengaruhi
aktivitas pasien
4. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien Memenuhi kebutuhan aktivitas pasien
dalam melakukan aktivitas sehari hari

3. Resiko infeksi berhubungan dengan Tindakan Invasif Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, kolor, dolor, tumor dan fungsio laesa)
b. Tanda-tanda vital normal terutama suhu (36-37 C)
No Intervensi Rasional
1. Kaji TTV Peningkatan TTV mennjukkan adanya
infeksi teutama suhu tubuh
2. Kaji tanda-tanda Infeksi Menentukan intervensi selanjutnya
3. Lakukan perawatan luka Untuk mencegah terjadinya infeksi
4. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemerian Antibiotik berfungsi untuk mencegah
antibiotic dan mengatasi infeksi

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien paham tentang kondisinya
Kriteria hasil : - pasien paham dengan yang dijelaskan
No Intervensi Rasional
1. Beri HE tentang cara perawatan payudara Perawatan payudara dilakukan untuk
mencegah infeksi dan memperlancar
pengeluaran ASI
2. Ajarkan teknik menyusui yang benar Isapan bayi yang benar dapat
merangsang pengeuaran ASI

You might also like