You are on page 1of 24

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Landasan Teori
1.1.1 Definisi Dermatitis
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,
skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan
cenderung kronis. (Djuanda Adhi, 2010).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit
yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai
jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan
gatal pada kulit (Widhya, 2011).

1.1.2 Etiologi Dermatitis


Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan
kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu),
mikro-organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya
dermatitis atopik.
Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2010), yaitu :
a) Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
1. Dermatitis Kontak Iritan
DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang
bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis. Bahan
iritan antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah tangga, dan
sebagainya.
2. Dermatitis Kontak Alergik
DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan
bahan-bahan yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat

1
memicu DKA antara lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel,
obat obatan, dan sebagainya.
b) Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal,
umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang
kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis alergik, asma
bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara panas, dingin)
dan ketegangan (stress), resistensi menurun terhadap infeksi virus dan bakteri,
lebih sensitif terhadap serum dan obat.
c) Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)
Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit
disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum
diketahui secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan gatal yang
hebat, misalnya pada inse,,Mct bite.
d) Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema,
edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi ialah
ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan bokong. Penyakit
mempunyai kecenderungan residif.
e) Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis
dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis
varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan oleh
semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di tungkai bawah.
f) Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus
inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung dengan
penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya umumnya dalam
bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering berhubungan dengan ekzem kronis
ditungkai bawah(dermatitis statis) dengan atau tanpa ulkus.

2
1.1.3 Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan.
Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas
pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi
permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah
terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang
masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan
lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan
merusak sel dermis maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit
atau dermatitis.

3
1.1.4 WOC

Dari luar (eksogen): Fisik (sinar, suhu) Mikroorganisme Dari dalam (endogen):
bahan kimia (bakteri, jamur) dermatitis atopik

Terjadi penebalan kulit Masuk kedalam


dan hiperpigmentasi kulit

hipersensitifitas

Dermatitis

Iritan primer

Mengiritasi kulit
Dolor, kalor, rubor, edema,
fungsio lesa Inflamasi pada kulit

MK. Resiko Infeksi


MK. Kerusakan MK. Gangguan citra MK. Nyeri
integritas kulit tubuh

4
1.1.5 Manifestasi Klinis

Menurut (Djuanda Adhi, 2010)


1. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
b. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48 jam bahkan
sampai 72 jam
c. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan Kronis. saat akut
dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan, terasa perih bahkan lecet.
saat kronis gejala di mulai dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang
akhirnya menebal.
d. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
e. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
f. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di bandingan
dengan tipe alergi
2. Dermatitis Autopik
ada 3 fase klinis Autopik yaitu
a. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad bulan kedua.
Lesi mulamula tampak di daerah muka (Dahi sampai pipi). Berupa eritema, Papul-
Vesikel pecah karena garukan sehingga lesi menjadi Eksudatif dan akhirnya
terbentuk krusta, Lesi bisa meluas ke kepala, leher, Pergelangan tangan dan
tungkai. bila anak mulai merangkak, Lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor
ekstremitas. seahunbagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian
lagi berlanjut ke fase anak.
b. DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri
(Denovo). Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan,
kelopak mata dan leher. ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi,
hiperkeratosis dan mungkin infeksi skunder. DA berat yang lebih 50% permukaan
tubuh dapat mengganggu pertumbuhan.
c. DA pada Remaja dan dewasa
Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut, samping leher, dahi,
sekitar mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai
tangan dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi ssetempat misalnya pada
bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp. Kadang-kadang lesi meluas
dan paling parah didaerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak
menimbul, papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan
5
sedikit skuama.bisa d dapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya
menjadi hiperpigmentasi.umum DA remaja dan dewasa berlangsung lama
kemudian cenderung membaik setelah seusia 30 tahun, jarang smpai usia
pertengahan dan sebagia kecil sampai tua
3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Kulit sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha atau mata
kaki kadang muncul pada alat kelamin
c. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau sedang tidur
akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di garuk akan menambah berat
rasa gatal tersebut
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk akibat garukan atau
penggosokan yang sudah terjadi bertahun
4. Dermatitis Numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu
b. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm) ,kemudian memmbesar
dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping membentuk 1 lesi karakteristik
seperti uang logam (koin) Eritematosa. sedikit edimatosa, dan berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta
kekuningan
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih, jumlah lesi
dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral/simetris dengan ukuran
berfariasi dar milliar sampai numular, bahkan plakat
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan lengantermasuk
punggung tangan
5. Dermatitis Statis
a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
b. bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik
c. borok atau bisul pada kulit
d. kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. luka (lesi kulit)
f. pembengkakakn pada tungkai kaki
g. rasa gatal di sekitar dareah yang terkena
h. rasa kesemutan pada daerah yang terkena

6
1.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk
mengetahui seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita
periksa kadar IgE dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml
dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi
untuk mengetahui bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada
beberapa macam tes alergi, yaitu :
1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
2. Patch Tes (Tes Tempel).
3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).
4. Skin Test (Tes kulit).
5. Tes Provokasi.

1.1.7 Penatalaksanaan Terapi


1. Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi antihistamin-
antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya. Pada kasus berat dapat
dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2. Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :
a) Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka. Dermatitis
kering (sika) diobati dengan krim atau salep.
b) Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifik.
c) Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak kocok),
pasta, krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik, diberi salep.
d) Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim, atau pasta; bila
kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah berambut, sedangkan pasta
pada daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih besar dari pada krim.

Penatalaksanaan
1. Dermatitis Kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis kontak.
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir sesegera
mungkin.
c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang dirasakan.
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai dengan
tingkat keparahnnya.
7
2. Dermatitis Atopik
a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin, bahan – bahan
berbulu.
b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim hidrofilik urea 10%
atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang dari 5%
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginosa dan
daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi pada anak dan
dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan
intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai untuk
mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah,
diberi selang – seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka panjang
akan menimbulkan efek samping dan bila tiba – tiba dihentikan akan timbul rebound
phenomen.
d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat menimbulkan
sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam jangka pendek (1 minggu)
dapat mengurangi gatal tanpa sensitifitas, tapi pemakaian pada area luas akan
menimbulkan efek samping sedatif.
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni S. Aureus
pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau kaltromisin. Bila
ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hri selama 10 hari atau 4 x
200mg/hari untuk 10 hari.

3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk mengurangi reaksi
inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian steroid topical juga membantu
mengurangi hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan pada reaksi
radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis (vulva,
scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang digunakan steroid
yang low-proten, pemakaina high-potent steroid hanya dipakai kurang dari 3
minggu pada kulit yang tebal.
b. Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan perlu
pertimbangan untuk pemberiannya.
c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal ataupun oral.
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang dapat mencegah
gatal dan garukan
4. Dermatitis Numularis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien

8
b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat ter,
glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya dengan larutan
permanganas kalikus 1 : 10.000.
d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter,
dalam jangka pendek.
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya hidroksisilin
HCL
5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi Vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi Kompresi
1.2 Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1. Identitas:
Umur (biasanya mengenai anak yang berumur diatas 2 tahun), jenis kelamin, ras/
suku, pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri, gatal- gatal, eritema, edema, kenaikan suhu
tubuh.
b. Riwayat Penyakit Sekarang: pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan,
edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit,
eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan) , skuama
(kulit yang bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit).
c. Riwayat Kesehatan masa lalu:
1) Penyakit yang pernah di derita:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
3) Riwayat penyakit keluarga
9
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kulit lainnya.
4) Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
5) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
3. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
1) Kepala
a) Kepala
Inspeksi: Bentuk kepala simetris
Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
b) Rambut
Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna rambut hitam,
rambut lurus tidak rontok.
c) Mata
Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, pupil: Normal isokor,kedua
bentuk pupilnya simetris, tidak ada sekret pada mata, kelopak mata normal
warna merah muda, pergerakan mata klien normal, serta lapang pandang
normal.
Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan disekitar mata.
d) Hidung
Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping hidung, tidak
ada sekret, tidak ada polip atau benjolan didalam hidung, fungsi penciuman
baik, kedua lubang hidung simetris dan tidak terjadi pendarahan pada lubang
hidung (epistaksis).
e) Mulut
Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa mulut pucat,
membran mukosa kering, tidak ada lesi, tidak terdapat benjolan pada lidah,
tidak ada karies pada gigi.
f) Telinga
Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga, tidak ada serumen
berlebih, tidak adanya edema, ketika diperiksa dengan otoskop tidak adanya
peradangan, dan tidak terdapat cairan pada membran timpani.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan membran timpani normal.
Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (+).
10
2) Leher
Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan tubuh, tidak ada lesi,
tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi: Tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan pada leher, tidak
ada nyeri tekan dan tidak ada peradangan.
3) Dada
a) Paru
Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan, pola napas
pendek pada istirahat dan aktivitas, frekuensi napas pasien reguler,
pergerakan otot bantu pernafasan normal.
b) Jantung
TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
Inspeksi: denyutan jantung normal
Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5
Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran jantung atau tidak
ada kardiomegali.
Perkusi: pekak
4) Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit disekitarnya, tidak ada
distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak terdapat kolostomi.
Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit
Perkusi: timpani
Palpasi: adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada pembesaran lien
(ginjal)
5) Otot
Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
6) Integumen
Inspeksi: Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra
dan bibir ), gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel
(lepuhan kecil berisi cairan), skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi
(penebalan kulit).
7) Persyarafan
a) Tingkat kesadaran: composmentis
b) GCS:
(1) Eye: Membuka secara spontan 4
(2) Verbal: Orientasi baik, nilai 5
(3) Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6
c) Total GCS: Nilai 15
11
(1) Reflek: Normal
(2) Tidak ada riwayat kejang
(3) Koordinasi gerak normal
b. ADL (Activitas Daily Living)
1) Pola Persepsi Kesehatan
a) Adanya riwayat infeksi sebelumya
b) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya, vitamin; jamu,
antibiotik.
d) Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e) Hygiene personal yang kurang.
f) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2) Pola Nutrisi Metabolik
a) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari
makan.
b) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c) Jenis makanan yang disukai.
d) Nafsu makan menurun.
e) Muntah-muntah.
f) Penurunan berat badan.
g) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau
perih.
3) Pola Eliminasi
a) Sering berkeringat.
b) Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a) Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b) Kelemahan umum, malaise.
c) Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
e) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5) Pola Tidur dan Istirahat
a) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
6) Pola Persepsi Kognitif
a) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b) Pengetahuan akan penyakitnya.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
12
a) Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b) Perasaan terisolasi.
8) Pola Hubungan dengan Sesama
a) Hidup sendiri atau berkeluarga
b) Frekuensi interaksi berkurang
c) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9) Pola Reproduksi Seksualitas
a) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a) Emosi tidak stabil
b) Ansietas, takut akan penyakitnya
c) Disorientasi, gelisah
11) Pola Sistem Kepercayaan
a) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b) Agama yang dianut
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan gangguan turgor kulit
2. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan penyakit
1.2.3 Intervensi

DIAGOSA KEPERAWATAN : Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan


gangguan turgor kulit

Kerusakan Integritas Kulit 00046


Definisi : kerusakan pada epidermis dan/ atau dermis
Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan
 Benda asing menusuk Eksternal
permukaan kulit  Agens farmaseutikal
 Kerusakan integritas kulit  Cedera Kimiawi kulit (mis, luka bakar,
kapsaisin, metilen klorida, agens mustan
 Faktor mekanik ( mis, daya gesek, tekanan,
imobilitas fisik)
 Hipertermia
 Hipotermia
 Kelembapan
 Lembap
 Terapi radiasi

13
 Usia ekstrem
Internal
 Gangguan metabolisme
 Gangguan pigmentasi
 Gangguan sensasi (akibat cidera medula
spinalis, diabetes melitus, dll)
 Gangguan sirkulasi
 Gangguan turgor kulit
 Gangguan volume cairan
 Imunodefisiensi
 Nutrisi tidak adekuat
 Perubahan hormonal
 Tekanan pada tonjolan tulang

NOC

Integritas Jaringan: Kulit dan Membran Mukosa 1101


Definisi : keutuhan struktur dan fungsi fisiologis kulit dan selaput lendir secara normal
110101 Suhu kulit
110102 Sensasi
110103 Elastisitas
110104 Hidrasi
110106 Keringat
110108 Tekstur
110109 Ketebalan
110111 Perfusi jaringan
110112 Pertumbuhan rambut pada kulit
110113 Integritas pada kulit

110105 Pigmentasi abnormal


110115 Lesi pada kulit
110116 Lesi mukosa membran
110117 Jaringan parut
110118 Kanker kulit
110119 Pengelupasan kulit
110120 Penebalan kulit
110121 Eritema

14
110122 Wajah pucat
110123 Nekrosis
110124 Pengerasan kulit
110125 Abrasi kornea

NIC
Perawatan Daerah (area) Sayatan 3440
Definisi : membersihkan, memantau, dan meningkatkan proses penyembuhan luka yang
ditutup dengan jahitan, klip, atau steples
Aktivitas-aktivitas:  Bersihkan area sekitar drainase atau
pada area selang drainase
 Jelaskan prosedur pada pasien,
 Jaga posisi selang drainase
gunakan persiapan sensorik
 Berikan plester untuk menutup
 Periksa daerah sayatan terhadap
 Berikan salep antiseptik
kemerahan, bengkak, atau tanda –
 Lepaskan jahitan, steples, atau klip,
tanda dehiscence atau eviserasi
sesuai indikasi
 Catat karakteristik drainasi
 Ganti pakaian dengan interval (waktu)
 Monitor proses penyembuhan di
yang tepat
daerah sayatan
 Gunakan pakaian yang sesuai untuk
 Bersihkan daerah sekitar sayatan
melingdungi sayatan
dengan pembersihan yang tepat
 Fasilitasi pasien untuk melihat luka
 Bersihkan mulai dari area yang bersih
insisi
ke arah yang kurang bersih
 Arahkan pasien cara merawat luka
 Monitor sayatan untuk tanda dan
insisi selama mandi
gejala infeksi
 Arahkan pasien bagaimana
 Gunakan kapas steril untuk
meminimalkan tekanan pada daerah
pembersihan jahitan benang luka
insisi
yang efisien, luka dalam dan sempit,
 Arahkan pasien dan/atau keluarga cara
atau luka berkantong
merawat luka insisi, termasuk tanda –
tanda dan gejala infeksi

NIC
Perawatan Luka Tekan 3520
Definisi : fasilitasi proses penyembuhan luka tekan/dekubitus
Aktivitas-aktivitas :  gunakan jarum suntik ukuran 19 dan
 Catat karakteristik luka tekan setiap suntikan 35 cc untuk membersihkan
hari, meliputi ukuran (panjang x lebar luka dalam

15
x dalam), tingkatan luka (I-IV),  Catat karakteristik cairan luka
lokasi, eksudat, granulasi, atau  Pasang balutan adesif yang elastik
jaringan nekrotik, dan epitelisasi. pada luka, jika memungkinkan
 Monitor warna, suhu, udem,  Berikan saline untuk menggososk jika
kelembapan, dan kondisi area sekitar diperlukan
luka  Berikan salep bila dibutuhkan
 Jaga agar luka agar tetap lembap  Lakukan pembalutan dengan tepat
untuk membantu proses  Berikan obat – obatan oral
penyembuhan  Monitor tanda dan gejala infeksi di
 Berikan pelembab yang hangat di area luka
sekitar area luka untuk meningkatkan  Ibah posisi setiap 1-2 jam sekali untuk
perfusi darah dan suplai oksigen mencegah penekanan
 Bersihkan kulit sekitar luka dengan  Gunakan tempat tidur kusus anti
sabun yang lembut dan air dekubitus
 Lakukan debridement jika diperlukan  Gunakan alat – alat pada tempat tidur
 Bersihkan luka dengan cairan yang untuk melindungi pasien
tidak berbahaya, lakukan  Yakinkan asupan nutrisi yang adekuat
pembersihan dengan gerakan sirkuler  Monitor status nutrisi
dari dalam keluar  Pastikan bahwa pasien mendapat diit
 Fasilitasi pasien agar dapat tinggi kalori tinggi protein
berkonsultasi dengan perawat ahli  Ajarkan pasien dan keluarga akan
luka, jika dibutuhkan adanya tanda kulit pecah – pecah
 Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
perawatan luka

NIC
Pengecekan kulit 3590
Definisi : pengumpulan dan analisis data pasien untuk menjaga kulit dan integritas
membran mukosa
Aktivitas-aktivitas :  Monitor kulit untuk adanya
 Periksa kulit dan selaput lendir terkait kekeringan yang berlebihan dan
dengan adanya kemerahan, kelembaban
kehangatan ekstrim pada ekstremitas  Monitor sumber tekanan dan gesekan
 Periksa kondisi luka operasi dengan  Monitor infeksi, terutama dari daerah
tepat edema
 Periksa pakaian yang terlalu ketat

16
 Amati warna, kehangatan, bengkak,  Dokumentasikan perubahan membran
pulsasi, tekstur, edema, dan ulserasi mukosa
pada ekstrmitas  Lakukan langkah – langkah untuk
 Gunakan alat pengkajian untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
mengidentifikasi pasien yang (misalnya, melapisi kasur,
berisisko mengalami kerusakan kulit menjadwalkan reposisi)
(mis, skala braden)  Ajarkan anggota keluarga/ pemberi
 Monitor warna dan suhu kulit asuhan mengenai tanda – tanda
 Monitor kulit dan selaput lendir kerusakan kulit dengan tepat
terhadap area perubahan warna,  Monitor kulit untuk adanya ruam dan
memar, dan pecah lecet

NIC
Perawatan Luka 3660
Definisi : pencegahan komplikasi luka dan peningkatan penyembuhan luka
Aktivitas-aktivitas :  Periksa luka setiap kali perubahan
 Angkat balutan dan plester perekat balutan
 Cukur rambut di sekitar daerah yang  Bandingkan dan catat setiap
terkena, sesuai kebutuhan perubahan luka
 Monitor karakteristik luka, termasuk  Posisiskan untuk menghindari
drainase, warna, ukuran dan bau menempatkan ketegangan pada luka
 Ukur luas luka yang sesuai dengan tepat
 Singkirkan benda – benda yang  Reposisi pasien setidaknya setiap 2
tetanam pada luka (misalnya, jam, dengan tepat
serpihan, kutu, kaca, kerikil, logam)  Rujuk pada ahli diet, dengan tepat
 Bersihkan dengan normal seline atau  Beri unit TENS (stimulasi saraf
pembersih yang tidak beracun, transkutan listrik) untuk
dengan tepat meningkatkan penyembuhan luka,
 Tempatkan area yang terkena pada air dengan tepat
yang mengalir, dengan tepat  Tempatkan alat – alat untuk
 Berikan rawatan isisi pada luka yang mengurangi tekanan (yaitu, tempat
diperlukan tidur isi udara, busa, atau kasur gel,
 Berikan perawatan ulkus pada kulit, bantalan tumit atau siku, bantal
yang diperlukan kursi) dengan tepat
 Oleskan salep yang sesuai dengan  Bantu pasien dan keluarga untuk
kulit/lesi mendapatkan pasokan

17
 Berikan balutan yang sesuai dengan  Anjurkan pasien dan keluarga
jenis luka mengenai cara penyimpanan dan
 Perkuat balutan luka, sesuai pembuangan balutan dan pasokan/
kebutuhan suplai
 Pertahankan teknik balutan steril  Anjurkan pasien atau keluarga untuk
ketika melakukan perawatan luka mengenal tanda dan gejala infeksi
dengan tepat  Dokumentasikan lokasi luka, ukuran,
dan tampilan
 Ganti balutan sesuai dengan jumlah
eksudat dan drainase

2.DIAGOSA KEPERAWATAN :Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan penyakit

Gangguan Citra Tubuh 00118


Definisi : konfusi dalam gambaran mental tentang diri fisik individu
Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan
 Berfokus pada fungsi masa lalu  Cedera
 Berfokus pada kekuatan sebelumnya  Gangguan fungsi psikososial
 Berfokus pada penampilan masa lalu  Ketidaksesuaian budaya
 Depersonaliasi bagian tubuh melalui  Ketidaksesuaian spiritual
penggunaan kata ganti impersonal  Penyakit
 Depersonaliasi kehilangan melalui  Perubahan fungsi kognitif
penggunaan kata ganti impersonal  Perubahan fungsi tubuh (karena
 Gangguan fungsi tubuh anomali, penyakit, medikasi,
 Gangguan pandangan tentang tubuh kehamilan, radiasi, pembedahan,
seseorang (mis., penampilan, struktur, trauma, dll)
fungsi)  Perubahan persepsi diri
 Gangguan struktur tubuh  Program pengobatan
 Menekankan pada kekuatan yang  Prosedur bedah
tersisa  Transisi perkembangan
 Menekankan pencapaian  trauma
 Persepsi yang merefleksikan
perubahan pandangan tentang
penampilan tubuh seseorang
 Personalisasi bagian tubuh dengan
nama
18
 Personalisasi kehilangan dengan nama
 Menghindari melihat tubuh
 Menghindari menyentuh tubuh
 Menolak menerima perubahan
 Menyembunyikan bagian tubuh
 Perasaan negatif tentang tubuh
 Perilaku memantau tubub
 Perilaku mengenali tubuh
 Perubahan gaya hidup
 Perubahan lingkungan sosial
 Perubahan pada kemampuan
memperkirakan hubungan spasial
tubuh dengan lingkungan
 Preokupasi pada kehilangan
 Preokupasi pada perubahan
 Respons nonverbal pada perubahan
tubuh (mis, penampilan, struktur,
fungsi)
 Respons nonverbal pada perubahan
yang dirasakan pada tubuh (mis.,
penampilan, struktur, fungsi)
 Takut reaksi orang lain
 Terlalu terbuka tentang bagian tubuh
 Tidak ada bagian tubuh
 Trauma terhadap bagian tubuh yang
tidak berfungsi

NOC

Citra Tubuh (1200)


Definisi : Persepsi terhadap penampilan dsn fungsi tubuh sendiri
120001 Gambaran internal diri
120002 Kesesuaian antara realitas tubuh dan ideal tubuh dengan penampilan tubuh
Deskripsi bagian tubuh yang terkena (dampak)
120003 Sikap terhadap menyentuh bagian tubuh yang terkena (dampak)
120016 Sikap terhadap penggunaan strategi untuk meningkatkan penampilan

19
120017 Kepuasan dengan penampilan tubuh
120005 Sikap terhadap penggunaan strategi untuk meningkatkan fungsi (tubuh)
120018 Kepuasan dengan fungsi tubuh
120006 Penyesuaian terhadap perubahan tampilan fisik
120007 Penyesuaian terhadap perubahan fungsi tubuh
120008 Penyesuaian terhadap perubahan status kesehatan
120009 Penyesuaian terhadap perubahan tubuh akibat cedera
120013 Penyesuaian terhadap perubahan tubuh akibat pembedahan
120014 Penyesuaian terhadap perubahan tubuh akibat penuaan
120015

NIC
Peningkatan Citra Tubuh 5220
Definisi : meningkatkan persepsi dan sikap pasien baik yang disadari maupun tidak disadari
terhadap tubuhnya
Aktivitas-aktivitas:  Gunakan gambaran mengenai
gambaran diri sebagai mekanisme
 Tentukan harapan citra diri pasien
evaluasi dari persepsi citra diri anak
didasarkan pada tahap
 Intruksikan anak – anak mengenai
perkembangan
fungsi dari berbagai bagian tubuh,
 Gunakan bimbingan antisipatif
dengan cara yang tepat
menyiapkan pasien terkait dengan
 Tentukan persepsi pasien dan
perubahan – perubahan citra tubuh
keluarga terkait dengan perubahan
yang (telah) diprediksikan
citra diri dan realitas
 Tentukan jika terdapat perasaan
 Identifikasi strategi – strategi
tidak suka terhadap karakteristik
penggunaan koping oleh orangtua
fisik khusus yang menciptakan
dalam berespon terhadap perubahan
disfungsi paralisis sosial untuk
penampilan anak
remaja dan kelompok dengan resiko
 Tentukan bagaimana anak berespon
tinggi lain
terhadap tindakan yang dilakukan
 Bantu pasien untuk mendiskusikan
orang tua, dengan cara yang tepat
perubahan – perubahan (bagian
 Bantu orang tua untuk
tubuh) disebabkan adanya penyakit
mengidentifikasi perasaan sebelum
atau pembedahan dengan cara yang
mengintervnsi anak, dengan cara
tepat
yang tepat
 Bantu pasien menentukan
 Ajarkan untuk melihat pentingnya
keberlanjutan dari perubahan –
respon mereka terhadap perubahan

20
perubahan aktual dari tubuh atau tubuh anak dan penyesuaian di masa
tingkat fungsinya. depan, dengan cara yang tepat
 Tentukan perubahan fisik saat ini  Bantu orangtua untuk
apakah berkontribusi pada citra diri mengidentifikasi perasaan sebelum
pasien mengintervensi anak dengn cara yang
 Bantu pasien memisahkan tepat
penampilan fisik dari perasaan  Tentukan apakah perubahan citra
berharga secara pribadi, dengan cara tubuh berkontriusi pada peningkatan
yang tepat. isolasi sosial
 Bantu pasien untuk menentukan  Bantu pasien untumenidentifikasi
pengaruh dari peer group terhadap bagian dari tubuhnya yang memiliki
persepsi pasien mengenai citra persepsi positif terkait dengan
tubuh saat ini tubuhnya
 Bantu pasien untuk mendikusikan  Identifikasi cara untuk menurunkan
perubahan – perubahan disebabkan dampak dari adanya perubahan
oleh pubertas, dengan cara yang bentuk melalui pakaian, rambut
tepat palsu, atau kosmetik dengan cara
 Bantu pasien untuk mendiskusikan yang tepat
perubahan – perubahan disebabkan  Bantu pasien untuk mengidentifikasi
oleh pubertas, dengan cara yang tindakan – tindakan yang
tepat meningkatkan penampilan
 Bantu pasien untuk mendiskusikan  Bantu pasien yang dirawat di rumah
perubahan – perubahan yang sakit untuk mengaplikasikan
disebabkan oleh kehamilan nomal kosmetik sebelum kehadiran, dengan
dengan cara yang tepat cara yang tepat
 Bantu pasien untuk mendiskusikan  Fasilitasi kontak dengan individu
perubahan – perubahan disebabkan yang mengalami perubahan yang
oleh penuaan, dengan cara yang sama dalam hal citra tubuh
tepat.  Identifikasi kelompok pendukung
 Bantu pasien untuk mendiskusikan yang bersedia bagi pasien
stresor yang mempengaruhi citra  Bantu pasien yang berada pada risiko
diri terkait dengan kondisi anoreksia atau bulimia unuk
konginetal, cedera, penyakit, atau mengembangkan harapan citra tubuh
pembedahan. yang lebih realistik
 Identifikasi dampak dari budaya  Gunakan latihan membuka diri
pasien, agama, ras, jenis kelamin, dengan kelompok remaja atau yang
danusia terkait dengan citra diri

21
 Monitor frekuensi dari pernyataan lain yang snagat kesal pada atribut
mengkritisi diri fisik yang normal
 Monitor apakah pasien bisa melihat
bagian tubuh mana yang berubah
 Monitor pertanyaan yang
mengidentifikasi citra tubuh
mengenai ukuran dan berat badan

NIC
Peningkatan Harga Diri 5400
Definisi : Membantu pasien untuk meningkatkan penilaian pribadi mengenai harga diri
Aktivitas-aktivitas :  bantu pasien untuk mengidentifikasi
 Monitor pernyataan pasien mengeni dampak dari kelompok sejawat pada
harga diri perasaan dan harga diri
 Tentukan lokus kontrol pasien  Eksplorasi pencapaian keberhasilan
 Tentukan kepercayaan diri pasien sebelumnya
dalam hal penilaian diri  Eksplorasi alasan – alasan untuk
 Dukung pasien untuk bisa mengkritik diri atau rasa bersalah
mengidentifikasi kekuatan  Dukung pasien untuk mengevaluasi
 Bantu pasien untuk menemukan perilakunya sendiri
pemnerimaan diri  Dukung pasien untuk menerima
 Dukung (melakukan) kontak mata tantangan baru
pada saat berkomunikasi dengan  Berikan hadiah atau pujian terkait
orang lain dengan kemajuan pasien dalam
 Kuatkan kekuatan pribadi yang menacapai tujuan
diidentifikasi pasien  Fasilitasi lingkungan dan aktivitas –
 Dukung pasien untuk terlibat dalam aktivitas yang akan meningkatkan
memberikan afirmasi positif melalui harga diri
pembicaraan pada diri sendiri dan  Bantu pasien untuk mengidentifikasi
secara verbal terhadap diri setiap dampak budaya, agama, ras, jenis
hari kelamin dan usia terhadap harga diri
 Berikan pengalaman yang akan  Instruksikan orangtua mengenai
meningkatkan otonomi pasien pentingnya minat dan dukungan
dengan tepat mereka dalam mengembangkan
konsep diri positif anak – anak

22
 Bantu pasien untuk  Instruksikan orang tua untuk
mengidentifikasi respon positif dari menetapkan harapan yang jelas dan
orang lain untuk mendefinisikan batasan yang
 Jangan mengkritisi respon pasien ada pada anak
secara negatif  Instruksikan orang tua untuk
 Bantu pasien untuk mengatasi mengetahui pencapaian anak
bullying atau ejekan  Monitor frekuensi verbalisasi negatif
 Sampaikan/ungkapan kepercayaan terhadap diri
diri pasien dalam mengatasi situasi  Monitor kurangnya tindak lanjyt
 Bantu untuk mengatur tujuan yang terkait dengan pencapaian tujuan
realistik dalam rangka mencapai  Monitor tingkat harga diri dari waktu
harga diri yang lebih tinggi ke waktu, dengan tepat
 Bantu pasien untuk menerima  Buat pernyataan positif mengenai
ketergantungan terhadap orang lain pasien
dengan tepat
 Bantu pasirn untuk memeriksa
persepsi negatif terhadap diri
 Dukung tanggung jawab terhadap
diri sendiri dengan tepat

1.2.4 Evaluasi
Pasien dapat sembut dari penyakit yang diderita, bintik – bintik pada kulit dapat hilang
dan sembuh.

23
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action.
Universitas Muhammadiyah Semarang . (2013). < BAB II Tinjauan Pustaka Dermatitis [Internet].
Bersumber dari http://digilib.unimus.ac.id/72982/babII.pdf > [Diakses tanggal 17
Februari 2015. Jam 11.09]
Syaifuddin, H. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya Medika.
Bulechek. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC).Yogyakarta : Mocomedia

Moorhead. 2016. Nursimg Outcome Classification (NOC). Yogyakarta: Mocomedia

24

You might also like