You are on page 1of 49

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI : KETUBAN PECAH

DINI (KPD) DI RUANG MATERNAL VK RSUD DR. SOEDARSO

PONTIANAK

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH

PONTIANAK

KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)

Oleh

RESKI ANDARI
NIM: SRP 163100072

PROGRAM PROFESI / NERS KEPERAWATAN

PEMINATAN KEPERAWATAN MATERNITAS

TAHUN 2017

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam
tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan
kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan. Kehamilan merupakan
suatu keadaan fisiologis, akan tetapi pentingnya diagnosis kehamilan tidak
dapat diabaikan. Namun dalam kehamilan kadang kala terjadi pecah ketuban
sebelum waktunya atau yang sering di sebut dengan ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi sampai sepsis yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi
ibu (Sarwono 2008).
Insidensi Ketuban Pecah Dini (KPD) di Indonesia berkisar 4,5% sampai
7,6% dari seluruh kehamilan, sedangkan di Negara India antara 6% sampai
12%. Angka tersebut merupakan permasalahan yang masih belum
terselsaikan, terutama di Negara berkembang. Angka kejadian KPD berkisar
antara 3-18% yang terjadi pada kehamilan preterm, sedangkan pada kehamilan
aterm sekitar 8-10 %, wanita hamil datang dengan keadaan KPD, dimana 30-
40% merupakan kehamilan preterm di Rumah Sakit Umum Daerah yang
merupakan tempat rujukan di Indonesia.
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar
dengan cavum uteri, sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Salah satu
fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar
dan cavum uteri, sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Semakin lama
periode laten, maka semakin besar kemungkinan infeksi dalam cavum uteri
yang meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi dalam
rahim.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui
3

jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(Sulistyawati dan Nugaraheny, 2010).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-
tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda
persalinan. Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasanya dapat di sebabkan
oleh multi/grandemulti, overdistensi (hidroamnion, kehamilan
ganda), disproporsio sefalo pelvis, kelainan letak (lintang dan sungsang). Oleh
sebab itu, Ketuban Pecah Dini memerlukan pengawasan yang ketat dan
kerjasama antara keluarga dan penolong (bidan dan dokter) karena dapat
meyebabkan bahaya infeksi intra uterin yang mengancam keselamatan ibu dan
janinnya. Dengan demikian, akan menurunkan atau memperkecil resiko
kematian ibu dan bayinya (Manuaba, 2008).
Komplikasi pada kelahiran dengan keadaan Ketuban Pecah Dini adalah
Asfiksia yaitu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan secara teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soedarso merupakan salah
satu rumah sakit pendidikan di Pontianak. Pada bulan Januari 2017 selama 2
minggu mahasiswa STIK Muhammadiyah Pontianak praktik di dua ruangan
RSUD Dr. Soedarso, yaitu di Ruang Nifas (N), Ruang Maternal (VK) untuk
mata ajar Keperawatan Maternitas.
Pada tanggal 09 Januari sampai tanggal 14 Januari 2017, penulis sedang
praktik diruangan VK (M) RSUD Dr. Soedarso Pontianak dan menemukan
pasien partus pada tanggal 13 Januari 2017 dengan diagnosa medis Ketuban
Pecah Dini (KPD). Penulis sangat tertarik dengan kasus ini karena penulis
cukup jarang menemui kasus ini sebelumnya. Walaupun awalnya penulis
masih kurang mengetahui tentang penyakit tersebut, namun jenis penyakit
yang cukup jarang penulis temui ini membuat penulis tertarik mengangkatnya
4

menjadi bahan untuk penulisan Karya Ilmiah Akhir. Oleh karena itu, penulis
mencoba memberikan asuhan keperawatan pada Ny. T dengan Ketuban Pecah
Dini (KPD) di ruang VK (M) RSUD Dr. Soedarso Pontianak dengan diagnose
prioritas adalah nyeri akut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data di atas, rumusan masalah yang ada dalam Karya Ilmiah
Akhir ini adalah “Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. T dengan
gangguan sistem reproduksi Ketuban Pecah Dini (KPD) di ruang Maternal VK
RSUD Dr. Soedarso Pontianak ?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan Karya Ilmiah Akhir ini adalah untuk
memberikan gambaran aplikasi asuhan keperawatan pada Ny. T dengan
gangguan sistem reproduksi Ketuban Pecah Dini (KPD) di ruang
Maternal VK RSUD Dr. Soedarso Pontianak.
2. Tujuan Khusus
a. Menerapkan konsep teori tentang proses asuhan keperawatan pada
Ny. T dengan gangguan sistem reproduksi Ketuban Pecah Dini
(KPD) di ruang Maternal VK RSUD Dr. Soedarso Pontianak.
b. Membandingkan antara teoritis dan praktik lapangan asuhan
keperawatan pada Ny. T dengan gangguan sistem reproduksi
Ketuban Pecah Dini (KPD) di ruang Maternal VK RSUD Dr.
Soedarso Pontianak.
c. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat
dilaksanakannya asuhan keperawatan pada Ny. T dengan gangguan
sistem reproduksi Ketuban Pecah Dini (KPD) di ruang Maternal
VK RSUD Dr. Soedarso Pontianak .
5

d. Mengkaji aplikasi asuhan keperawatan pada Ny. T dengan


gangguan sistem reproduksi Ketuban Pecah Dini (KPD) di ruang
Maternal VK RSUD Dr. Soedarso Pontianak.

D. Manfaat
1. Bagi peneliti
Hasil penulisan Karya Ilmiah Akhir ini digunakan penulis selanjutnya
sebagai meningkatkan wawasan dan pengetahuan penulis.
2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan asuhan keperawatan dengan
gangguan sistem reproduksi Ketuban Pecah Dini (KPD) khususnya di
ruang Maternal VK RSUD Dr. Soedarso Pontianak.
3. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan hasil penulisan Karya Ilmiah Akhir ini bermanfaat bagi
instansi dalam memberikan gambaran aplikasi asuhan keperawatan
dengan gangguan sistem reproduksi Ketuban Pecah Dini (KPD).
4. Bagi Pasien
Pasien dapat menerima Asuhan Keperawatan dengan pemberian
implementasi persalinan dengan Ketuban Pecah Dini (KPD).

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Karya Ilmiah Akhir ini terdiri dari lima (5) bab
dengan sistematika penulisan yaitu pada BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar
belakang yang berisi tentang alasan mengangkat kasus, jumlah kasus,
kemudian terdapat rumusan masalah, tujuan yang terbagi menjadi tujuan
umum dan tujuan khusus, manfaat dan yang terakhir yaitu sistematika
penulisan.
Pada BAB II Landasan Teoritis, terdiri dari definisi, etiologi dan konsep
masalah, lainnya, kemudian konsep asuhan keperawatan secara teoritis pada
klien dengan Ketuban Pecah Dini.
6

Pada BAB III Asuhan Keperawatan, terdiri dari pengkajian, diagnosa


keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi.
Pada BAB IV Pembahasan, terdiri dari pembahasan proses asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien dengan Ketuban Pecah Dini dari
pengkajian hingga evaluasi, kemudian pembahasan tentang praktik profesi
keperawatan dalam pencapaian target kompetensi.
Kemudian yang terakhir, BAB V Penutup yang terdiri dari kesimpulan
dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan dan saran dari penulis.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Masalah Keperawatan Utama


1. Pengertian Nyeri Akut
Nyeri akut Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam kurun
waktu yang singkat, biasanya kurang dari 6 bulan. Nyeri akut yang tidak
diatasi secara 14 adekuat mempunyai efek yang membahayakan di luar
ketidaknyamanan yang disebabkannya karena dapat mempengaruhi
sistem pulmonary, kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin, dan
imonulogik (Potter & Perry, 2005).
Nyeri akut adalah sensori yang tidak menyenangkan dan
pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial
kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi
Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya
dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat
diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan (Nanda, 2013).
Nyeri akut biasanya mempunyai awitan yang tiba-tiba dan
umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan
bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Jadi kerusakan tidak lama
terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun
sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Nyeri akut umumnya terjadi
kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Cedera atau
penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat sembuh secara spontan
atau memerlukan pengobatan (Smeltzer & Bare, 2001).
2. Batasan Karakteristik
a. Laporan secara verbal atau non verbal.
b. Fakta dari observasi.
c. Posisi antalgic untuk menghindari nyeri.
d. Gerakan melindungi.
e. Tingkah laku berhati-hati.

7
8

f. Muka topeng.
g. Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan
kacau, menyeringai).
h. Terfokus pada diri sendiri.
i. Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan).
j. Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang).
k. Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil).
l. Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku).
m. Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah).
n. Perubahan dalam nafsu makan dan minum.
Data Subjekti :
a. Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan
isyarat
Data Objektif :
a. Posisi untuk mengindari nyeri.
b. Perubahan tonus otot dengan rentang lemas sampai tidak
bertenaga.
c. Respon autonomic misalnya diaphoresis, perubahan tekanan darah,
pernapasan atau nadi, dilatasi pupil.
d. Perubaan selera makan.
e. Perilaku distraksi missal, mondar-mandir, mencari orang atau
aktifitas lain, aktivitas berulang.
f. Perilaku ekspresif missal; gelisah, merintih, menangis,
kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela
napas panjang.
g. Wajah topeng; nyeri.
9

h. Perilaku menjaga atau sikap melindungi.


i. Fokus menyempit, missal; gangguan persepsi waktu, gangguan
proses piker, interaksi menurun.
j. Bukti nyeri yang dapat diamati.
k. Berfokus pada diri sendiri.
l. Gangguan tidur, missal; mata terlihat layu, gerakan tidak teratur
atau tidak menentu dan tidak menyeringai.

B. Konsep Dasar Kehamilan


1. Pengertian
Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir selalu
terjadi pada setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma
dan ovum, tumbuh dan berkembang di dalam uterus selama 259 hari
atau 37 minggu atau sampai 42 minggu (Nugroho dan Utama, 2014).
Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan yaitu triwulan pertama
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,triwulan kedua dari bulan keempat
sampai keenam dan triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai
kesembilan.
Faktor resiko pada ibu hamil seperti umur terlalu muda atau tua,
banyak anak dan beberapa faktor biologis lainnya adalah keadaan yang
secara tidak langsung menambah resiko kesakitan dan kematian pada ibu
hamil. Resiko tinggi adalah keadaan yang berbahaya dan mungkin
terjadi penyebab langsung kematian ibu misalnya ketuban pecah dini,
pendarahan melalui jalan lahir, eklamsia dan infeksi. Beberapa faktor
resiko yang sekaligus terdapat pada seorang ibu dapat menjadikan
kehamilan beresiko tinggi.

2. Tanda-tanda Kehamilan
Menurut Siswosudarmo (2009), secara klinis tanda-tanda kehamilan
dapat dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu sebagai berikut :
a. Tanda kehamilan yang tidak pasti (probable signs)
10

1) Amenorea, yaitu wanita yang terlambat mengalami haid


dalam masa wanita tersebut masih mampu hamil.
2) Mual dan Muntah (morning sickness), sering muncul pada
pagi hari dan diperberat oleh makanan yang baunya menusuk.
3) Mastodinia, yaitu rasa kencang dan sakit pada payudara yang
disebabkan payudara membesar. Vaskularisasi bertambah,
asinus dan duktus berproliferasi karena pengaruh
progesterone dan estrogen.
4) Quickening, yaitu persepsi gerakan janin pertama yang
bisanya disadari oleh wanita pada kehamilan 18-20 minggu.
5) Keluhan kencing (BAK), frekuensi kencing bertambah dan
sering kencing malam disebabkan karena desakan uterus
yang membesar dan tarikan oleh uterus ke kranial.
6) Konstipasi, terjadi karena reflek relaksasi progesterone atau
dapat juga karena perubahan pola makan.
7) Perubahan berat badan, yang terjadi pada kehamilan 2-3
bulan sering terjadi penurunan berat badan karena nafsu
makan menurun dan muntah-muntah.
8) Perubahan temperature, kenaikan temperature basal lebih dari
3 minggu biasanya merupakan tanda-tanda terjadinya
kehamilan.
9) Perubahan warna kulit, yaitu warna kulit kehitam-hitaman
pada dahi, punggung hidung, dan kulit daerah tulang pipi.
10) Perubahan payudara, akibat stimulasi prolaktin, payudara
mensekresi kolostrum bisanya setelah kehamilan enam
minggu.
11) Pembesaran perut, menjadi nyata setelah minggu ke-16
karena pada saat ini uterus telah keluar dari rongga pelvis dan
menjadi organ rongga perut.
12) Kontraksi uterus, tanda ini muncul belakangan dan pasien
mengeluh perutnya kencang, tetapi tidak disertai rasa sakit.
11

13) Balotemen, yaitu tanda adanya benda terapung melayang


dalam cairan.
b. Tanda Pasti Kehamilan. Siswosudarmo (2009) menyebutkan tanda
pasti kehamilan adalah sebagai berikut :
1) Denyut jantung janin (DJJ), dapat didengarkan dengan
stetoskop laenec atau dengan stetoskop ultrasonic (dopller).
2) Palpasi, terlihat dan teraba gerakan janin, teraba bagian-bagian
janin.
3) Rontgenografi, sehingga dapat terlihat gambaran tulang-tulang
janin.
4) Ultrasonografi (USG).
5) Test laboratorium, yaitu test inhibisi koagulasi yang bertujuan
untuk mendeteksi adanya HCG dalam urin.
Manuaba (2008) menyebutkan bahwa tanda-tanda kehamilan
dibagi menjadi tiga, yaitu tanda dugaan hamil, tanda kemungkinan
hamil, dan tanda pasti kehamilan. Terjadinya pembesaran rahim dan
perut, terdapat kontraksi rahim saat diraba, ada tanda hegar, chadwick,
dan reaksi kehamilan positif merupakan tanda kemungkinan hamil.

3. Klasifikasi
Masa Kehamilan Kehamilan menurut Prawirohardjo (2011)
diklasifikasikan dalam 3 trimester, yaitu :
a. Trimester kesatu, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12
minggu).
b. Trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan (13-27
minggu).
c. Trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (28-40
minggu).
12

C. Konsep Dasar Persalinan


1. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009).
Persalinan preterm ialah persalinan yang berlangsung pada umur
kehamilan ibu antara 20-37 minggu dihitung dari haid terakhir.
Kehamilan aterm ialah usia kehamilan ibu 37-40 minggu (Runggu,
2012).

2. Macam-macam persalinan
Jenis persalinan menurut Simkin (2005), Mochtar (2006) dan Manuaba
(2006), dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Partus spontan
Proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri berlangsung kurang
dari 24 jam tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan
bayi.
b. Partus buatan
Persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui
dinding perut dengan operasi caesar.
c. Partus anjuran
Apabila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan
dari luar dengan jalan rangsangan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan


Menurut Bobak (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi proses
persalinan adalah :
a. Jalan lahir
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari
rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar
13

janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan
maka jalan lahir tersebut harus normal.
b. Kekuatan
Kekuatan atau Power adalah kekuatan atau tenaga untuk
melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga
meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan
utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retaksi otot-otot
rahim.
c. Janin
Faktor yang berpengaruh dalam passanger adalah janin (tulang
tengkorak, ukuran kepala) dan postur janin dalam rahim
(sikap/habitus dan letak janin).
d. Psikologi
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah
benar-benar terjadi realitas munculnya rasa bangga bisa melahirkan
atau memproduksi anaknya.

4. Tahapan proses persalinan


Secara klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan
wanita tersebut mengeluarkan lendir yang disertai darah (bloody show).
Lendir yang disertai darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis
karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya
berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis
servikalis itu pecah karena pergeseranpergeseran ketika serviks
membuka (Wiknjosastro dkk, 2005).
a. Kala I (Pembukaan Jalan Lahir)
Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang
teratur dan diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap. Dilatasi
lengkap dapat berlangsung kurang dari satu jam pada sebagian
kehamilan multipara. Pada kehamilan pertama, dilatasi serviks
jarang terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam. Rata-rata durasi
14

total kala I persalinan pada primigravida berkisar dari 3,3 jam


sampai 19,7 jam. Pada multigravida ialah 0,1 sampai 14,3 jam
(Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Ibu akan dipertahankan
kekuatan moral dan emosinya karena persalinan masih jauh
sehingga ibu dapat mengumpulkan kekuatan (Manuaba, 2006).
Proses membukanya serviks sebaga akibat his dibagi dalam 2 fase,
yaitu:
1) Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi
sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase
laten diawali dengan mulai timbulnya kontraksi uterus yang
teratur yang menghasilkan perubahan serviks.
2) Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi yakni :
a) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat,
dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi
Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam,
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida
pun terjadi demikian akan tetapi terjadi dalam waktu yang lebih
pendek (Taber, 1994; Wiknjosastro dkk, 2005).

b. Kala II (Pengeluaran)
Kala II persalinan adalah tahap di mana janin dilahirkan.
Pada kala II, his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2
sampai 3 menit sekali. Saat kepala janin sudah masuk di ruang
panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar
panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
Wanita merasakan tekanan pada rektum dan hendak buang air
15

besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar


dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his.
Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal, kepala janin
dilahirkan dengan presentasi suboksiput di bawah simfisis, dahi,
muka dan dagu. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk
mengeluarkan badan dan anggota badan bayi (Wiknjosastro dkk,
2005).
Masih ada banyak perdebatan tentang lama kala II yang tepat
dan batas waktu yang dianggap normal. Batas dan lama tahap
persalinan kala II berbeda-beda tergantung paritasnya. Durasi kala
II dapat lebih lama pada wanita yang mendapat blok epidural dan
menyebabkan hilangnya refleks mengedan. Pada Primigravida,
waktu yang dibutuhkan dalam tahap ini adalah 25-57 menit
(Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Rata-rata durasi 6 kala II
yaitu 50 menit (Kenneth et al, 2009; Koniak, Martin & Reeder,
1992).
Pada tahap ini, jika ibu merasa kesepian, sendiri, takut dan
cemas, maka ibu akan mengalami persalinan yang lebih lama
dibandingkan dengan jika ibu merasa percaya diri dan tenang
(Simkin, 2008).

c. Kala III (Kala Uri)


Kala III persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai
plasenta lahir (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Setelah bayi
lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat.
Beberapa menit kemudian, uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas
dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau
dengan tekanan pada fundus uteri (Wiknjosastro dkk, 2005).
16

Pada tahap ini dilakukan tekanan ringan di atas puncak rahim


dengan cara Crede untuk membantu pengeluaran plasenta. Plasenta
diperhatikan kelengkapannya secara cermat, sehingga tidak
menyebabkan gangguan kontraksi rahim atau terjadi perdarahan
sekunder (Manuaba, 2006).

d. Kala IV (2 Jam Setelah Melahirkan)


Kala IV persalinan ditetapkan berlangsung kira-kira dua jam
setelah plasenta lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang
terjadi segera jika homeostasis berlangsung dengan baik (Bobak,
Lowdermilk & Jensen, 2004). Pada tahap ini, kontraksi otot rahim
meningkat sehingga pembuluh darah terjepit untuk menghentikan
perdarahan. Pada kala ini dilakukan 7 observasi terhadap tekanan
darah, pernapasan, nadi, kontraksi otot rahim dan perdarahan
selama 2 jam pertama. Selain itu juga dilakukan penjahitan luka
episiotomi. Setelah 2 jam, bila keadaan baik, ibu dipindahkan ke
ruangan bersama bayinya (Manuaba, 2006)

D. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini (KPD)


1. Pengertian
Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Early Prematur Rupture Of
Membrane (PROM) adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina
setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan
berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum
kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm (Maryunani & Eka,
2013).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput sebelum terdapat
tanda-tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu
terjadi pada pembukaan < 4 cm yang dapat terjadi pada usia kehamilan
cukup waktu atau kurang waktu (Wiknjosastro, 2011; Mansjoer, 2010;
Manuaba, 2009).
17

2. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini tidak diketahui atau masih belum
jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha
menekan infeksi (Mochtar, 2002).
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina dan servik (Saifudin, 2000).

3. Faktor Predisposisi
a. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis).
Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil
dimana korion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri.
Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi ibu dan
janin, bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis (Prawirohardjo,
2008).
Membrana khorioamnionitik terdiri dari jaringan
viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu oleh persalinan atau
infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat rentan untuk pecah
disebabkan adanya aktivitas enzim kolagenolitik. Grup B
streptococcus mikroorganisme yang sering menyebabkan
amnionitis. Selain itu Bacteroides fragilis,
Lactobacilli dan Staphylococcus epidermidis adalah bakteri-bakteri
yang sering ditemukan pada cairan ketuban pada kehamilan
preterm. Bakteri-bakteri tersebut dapat melepaskan mediator
inflamasi yang menyebabkan kontraksi uterus. Hal ini
menyebabkan adanya perubahan dan pembukaan serviks dan
pecahnya selaput ketuban (Varney, 2007).
Jika terdiagnosis korioamnionitis, perlu segera dimulai
upaya untuk melahirkan janin sebaiknya pervaginam. Sayangnya,
satu-satunya indikator yang andal untuk menegakkan diagnosis ini
18

hanyalah demam; suhu tubuh 38ºC atau lebih, air ketuban yang
keruh dan berbau yang menyertai pecah ketuban yang menandakan
infeksi (Anonim, 2007).

b. Riwayat ketuban pecah dini


Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya beresiko 2-4 kali
mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya
ketuban pecah dini secara singkat ialah akibat adanya penurunan
kandungan kolagen dalam membrane sehingga memicu terjadinya
ketuban pecah dini dan ketuban pecah dini preterm terutama pada
pasien risiko tinggi (Nugroho, 2010).
Wanita yang mengalami ketuban pecah dini pada
kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan
berikutnya wanita yang telah mengalami ketuban pecah dini akan
lebih beresiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada
wanita yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebelumnya,
karena komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan
kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan
berikutnya (Anonim, 2007).

c. Peninggian tekanan intra uterin


Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
Misalnya :
1) Tauma
Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
2) Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau
lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang
berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim
secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih,
19

isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban )


relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang
menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan
mudah pecah. (Saifudin. 2002)
3) Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram
kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus
yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan
pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban,
manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan
kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput
ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)
4) Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion
>2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang
sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah
cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion
akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan
mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.
d. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
e. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk
PAP (sepalopelvic disproporsi).
f. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah,
kelainan genetik)
g. Usia ibu yang ≤ 20 tahun
Usia ibu yang ≤ 20 tahun, termasuk usia yang terlalu muda
dengan keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan
sehingga rentan mengalami ketuban pecah dini. Sedangkan ibu
dengan usia ≥ 35 tahun tergolong usia yang terlalu tua untuk
melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dan beresiko tinggi
mengalami ketuban pecah dini (Nugroho, 2010).
20

Usia dan fisik wanita sangat berpengaruh terhadap proses


kehamilan pertama, pada kesehatan janin dan proses persalinan.
World Health Organisation (WHO) memberikan rekomendasi
sebagaimana disampaikan Seno (2008) seorang ahli kebidanan dan
kandungan dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Sampai sekarang,
rekomendasi WHO untuk usia yang dianggap paling aman
menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20 hingga 30 tahun.
Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun dapat menimbulkan
masalah karena kondisi fisik belum 100% siap (Agil, 2007).

4. Patofisiologi
Infeksi inflamasi

Terjadi peningkatan aktifitas iL – 1 dan prostaglandin

Kolagenase jaringan

Depolimerasi kolagen pada selaput korion atau amion

Ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan

Ketuban pecah dini
(Maria, 2009)

Penjelasan patofisiologi:
Pada kondisi yang normal kolagen terdapat pada lapisan kompakta
amnion, fibroblast, jaringan retikuler korion dan trofoblas, sintesis
maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan
inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin, tetapi karena ada infeksi
dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi
21

kolagen pada selaput korion/amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah


dan mudah pecah spontan sehingga terjadi ketuban pecah dini (Maria,
2009).

5. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala tanda dan gejala ketuban pecah dini yang
terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma
ketuban berbau amis dan tidak berbau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah, cairan ini tidak akan berhenti atau kering kerana tersu diproduksi
sampai kelahiran tetapi bila anda duduk atau berdiri kepala janin yang
sudah terletak dibawah biasanya mengganjal. Kebocoran untuk
sementara, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah cepat, merupakan tanda infeksi yang terjadi
(Nugroho, 2012).

6. Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi pada KPD meliputi :
a. Mudah terjadinya infeksi intra uterin.
b. Partus premature.
c. Prolaps bagian janin terutama tali pusat (Manuaba, 2009).
Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini
yaitu :
a. Peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas.
b. Komplikasi selama persalinan dan kelahiran.
c. Resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko infeksi
karena ketuban yang utuh merupakan barrier atau penghalang
terhadap masuknya penyebab infeksi.
d. Resiko gawat janin (Sarwono, 2010).
22

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi,
bau dan PHnya.
1) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru ,menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
2) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada
gelas objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik
menunjukkan gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban
yang sedikit (Manuaba, 2009).

8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama, jenis kelamin, umur, tanggal lahir, alamat, tanggal
masuk kamar bersalin, dokter yang bertanggung jawab,
keluhan utama, dan diagnose keperawatan.
2) Riwayat Utama
GPAM, HPHT, tafsiran partus, usia gestasi atau kehamilan.
3) Keluhan Utama
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban
yang keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti
tanda-tanda persalinan.
4) Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang
keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir,
perkiraan tanggal partus
5) Riwayat Perkawinan
23

Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa, apakah


perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua
6) Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium :
USG , darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi
emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan
pengobatan yang diperoleh
7) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana
cara pengobatan yang dijalaninya, dimana mendapat
pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini
atau kambuh berulang-ulang, Apakah ada trauma sebelumnya
akibat efek pemeriksaan amnion.
8) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang
diturunkan secara genetic seperti panggul sempit, apakah
keluarga ada yg menderita penyakit menular, kelainan
congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh
keluarga. Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti
jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang
mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien
9) Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat
bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat
harga diri rendah.
10) Pengkajian Fisik Head to Toe
a) Rambut : warna rambut, jenis rambut, baunya, apakah ada
luka lesi/lecet
b) Mata : sklera nya apakah ikterik/tdk, konjungtiva
anemis/tidak, apakah palpebra oedema/tidak,bagaimana
fungsi penglihatan nya baik/tidak, apakah klien
24

menggunakan alat bantu penglihatan/tidak. Pada


umumnya ibu hamil konjungtiva anemis
c) Telinga : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada
terdapat serumen/tidak, apakah klien menggunakan alat
bantu pendengaran/tidak, bagaimana fungsi pendengaran
klien baik/tidak
d) Hidung : apakah klien bernafas dengan cuping
hidung/tidak, apakah terdapat serumen/tidak, apakah
fungsi penciuman klien baik/tidak
e) Mulut dan gigi : bagaimana keadaan mukosa bibir klien,
apakah lembab atau kering, keadaan gigi dan gusi apakah
ada peradangan dan pendarahan, apakah ada karies
gigi/tidak, keadaan lidah klien bersih/tidak, apakah
keadaan mulut klien berbau/tidak. Pada ibu hamil pada
umum nya berkaries gigi, hal itu disebabkan karena ibu
hamil mengalami penurunan kalsium
f) Leher : apakah klien mengalami pembengkakan tiroid
g) Paru-paru
I : Warna kulit, apakah pengembangan dada nya
simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat luka
memar/lecet, frekuensi pernafasan nya
A : Apakah ada teraba massa/tidak , apakah ada teraba
pembengkakan/tidak, getaran dinding dada apakah
simetris/tidak antara kiri dan kanan
P : Bunyi Paru
A : Suara nafas
h) Jantung
I : Warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus
cordis apakah terlihat/tidak
P : Frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis
pada ICS% Midclavikula
25

P : Bunyi jantung
A : Apakah ada suara tambahan/tidak pada jantung
klien

i) Abdomen
I : keadaan perut, warna nya, apakah ada/tidak luka lesi
dan lecet
P : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala
apakah sudah masuk pap/belum
P : bunyi abdomen
A : bising usu klien, djj janin apakah masih
terdengar/tidak
j) Payudara : puting susu klien apakah
menonjol/tidak,warna aerola, kondisi mamae, kondisi
ASI klien, apakah sudah mengeluarkan ASI /belum
k) Ekstremitas
Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi/memar, apakah
ada oedema/tidak
Bawah : apakah ada luka memar/tidak, apakah
oedema/tidak
l) Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada
oedema/tidak pada daerah genitalia klien
m) Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit
baik/tidak

b. Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Rasional


1) Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien
tidak menunjukan tanda-tanda infeksi,
Kriteria hasil :
26

a) Tanda-tanda infeksi tidak tidak ada.


b) Tidak ada lagi cairan ketuban yang keluar dari
pervaginaan.
c) DJJ normal.
d) Leukosit kembali normal.
e) Suhu tubuh normal (36,5-37,5ºC).
Intervensi Rasional

(1) Kaji tanda-tanda infeksi (1) Untuk mengetahui


(2) Pantau keadaan umum tanda-tanda infeksi
pasien yang muncul
(3) Bina hubungan saling (2) Untuk melihat
percaya melalui perkembangan
komunikasi terapeutik kesehatan pasien
(4) Berikan lingkungan (3) Untuk memudahkan
yang nyaman untuk perawat melakukan
pasien tindakan
(5) Kolaborasi dengan (4) Agar istirahat pasien
dokter untuk terpenuhi
memberikan obat (5) Untuk proses
antiseptik sesuai terapi penyembuhan pasien

2) Nyeri akut berhubungan dengan ketegangan otot rahim.


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan nyeri
berkurang atau nyeri hilang,
Kriteria hasil :
a) Tanda-tanda vital dalam batas normal. TD:120/80 mm Hg
b) N: 60-120 X/ menit.
c) Pasien tampak tenang dan rileks
27

d) Pasien mengatakan nyeri pada perut berkurang


Intervensi Rasional
(1) Kali tanda-tanda Vital (1) Untuk mengetahui
pasien keadaan umum pasien
(2) Kaji skala nyeri (1-10) (2) Untuk mengetahui
(3) Ajarkan pasien teknik derajat nyeri pasien dan
relaksasi menentukan tindakan
(4) Atur posisi pasien yang akan dilakukan
(5) Berikan lingkungan (3) Untuk mengurangi
yang nyaman dan nyeri yang dirasakan
batasi pengunjung pasien
(4) Untuk memberikan rasa
nyaman
(5) Untuk mengurangi
tingkat stress pasien
dan pasien dapat
beristirahat

3) Resiko tinggi gawat janin b.d partus yang tidak segera.


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan gawat
janin tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
a) Janin dapat diinduksi
b) Tidak keluar cairan berwarna putih dan keruh dari vagina

Intervensi Rasional
Mandiri Mandiri
(1) Pantau posisi janin (1) Menghindari janin
(2) Monitor DJJ tiap 5-10 dalam posisi sungsang
menit (2) Mengontrol keadaan
28

janin
Kolaborasi Kolaborasi
Lakukan induksi Mencegah terjadinya fetal
persalinan death

4) Ansietas berhubungan dengan persalinan premature dan


neonatus berpotensi lahir premature
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan ansietas
pasien teratasi.
Kriteria hasil :
a) Pasien tidak cemas lagi.
b) Pasien sudah mengetahui tentang penyakit.
Intervensi Rasional
(1) Kaji tingkat kecemasan (1) Mengetahui tingkatan
pasien kecemasan yang dialami
pasien
(2) Dorong pasien untuk
istirahat total (2) Untuk mempercepat
proses penyembuhan
(3) Berikan suasana yang
tenang dan ajarkan (3) Untuk memberikan rasa
keluarga untuk nyaman dan
memberikan dukungan menurunkan kecemasan
emosional pasien. pasien
(NANDA, 2012)

E. Induksi Persalinan
1. Pengertian induksi persalinan
Induksi persalinan adalah tindakan / langkah untuk memulai
persalinan yang sebelumnya belum terjadi, bisa secara mekanik maupun
kimiawi (farmakologik) (Nugroho, 2012).
29

Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin


menjelang aterm, dalam keadaan belum terdapat tanda-tanda persalinan
atau belum in partu, dengan kemungkinan janin dapat hidup di luar
kandungan (umur di atas 28 minggu) (Manuaba dkk, 2012).

2. Obat induksi
Oksitosin adalah obat yang merangsang uterus untuk berkontraksi.
Dalam menimbulkan kontraksi uterus, oksitosin dianggap bekerja pada
membran sel myometrium. Oksitosin meningkatkan daya pacu normal
otot tersebut (Hakimi, 2010).

3. Syarat induksi persalinan


Menurut Hakimi (2010) syarat dilakukanya induksi persalinan, yaitu :
a. Presentasi
Presentasi harus kepala. Induksi persalinan tidak boleh dilakukan
bila ada letak lintang, presentasi majemuk dan sikap ekstensi pada
janin, dan hampir tidak boleh dilakukan kalau bayinya presentasi
bokong.
b. Stadium kehamilan
Semakin kehamilan mendekati aterm, semakin mudah pelaksanaan
induksi.
c. Stasiun
Kepala bayi harus sudah masuk panggul, semakin rendah kepala
bayi semakin mudah dan semakin aman prosedur tersebut.
d. Kematangan cervix
Cervix sudah harus mendatar, panjangnya kurang dari 1,3 cm (0,5
inchi), lunak, bisa dilebarkan dan sudah membuka untuk dimasuki
sedikitnya satu jari tangan dan sebaiknya du ajri tangan.
e. Paritas
Induksi pada mulitipara jauh lebih mudah dan lebih aman
ketimbang pada primigravida, dan angka keberhasilan meningkat
30

bersama-sama paritas
f. Maturitas janin
Umumnya semakin kehamilan mendekati 40 minggu, semakin baik
hasilnya bagi janin.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Identitas Klien
Inisial Klien : Ny.T
Tanggal Lahir / Umur : 07 September 1997 / 19 tahun 8
bulan
No. RM : 037319
Agama : Khatolik
Alamat : Menjalin Kabupaten Landak
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Nama Suami : Tn.A
No. Telepon : 085252247891
Tanggal Masuk Kamar Bersalin : 12 Januari 2017
Waktu : 23:29
Dokter yang Bertanggung Jawab : dr. Pinda Hutajulu, SPOG
Keluhan Utama : Mulas dan nyeri ingin melahirkan

B. Riwayat Utama
G1P0A0M0
HPHT : 12 April 2017
Tanggal harapan partus : 18 April 2017
Gestasi : 38 minggu

C. Riwayat Maternal
1. Sekarang
a. Kehamilan sekarang direncanakan
Klien mengatakan kehamilan sekarang memang direncanakan.
b. Mengikuti kelas prenatal

29
30

Klien mengatakan selama kehamilan klien tidak pernah mengikuti


kelas prenatal di kampung.
c. Jumlah kunjungan ANC pada kehamilan ini
Klien mengatakan selama kehamilan sekarang, klien konsultasi
kehamilan sebanyak 3 kali, 1 kali ke dokter dan 2 kali ke bidan.
d. Tempat periksa ANC / pemeriksaan
Puskesmas dan klinik.

2. Waktu Lalu
Klien mengatakan tidak pernah sebelumnya, karena ini merupakan
kehamilan pertama.

D. Riwayat Medik
1. Pengobatan
Klien mengatakan selama kehamilan klien mengonsumsi vitamin
asamfolat dan neurobion.
2. Penggunaan zat
Klien mengatakan tidak merokok maupun minum-minuman
beralkohol.
3. Alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi.

E. Pemeriksaan Fisik Maternal


TD : 130 / 80 mmHg
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 88 x / menit
RR : 24 x / menit
Tinggi Badan : 154 cm
Berat Badan : Sebelum hamil 49kg, Saat hamil 57 kg
Pengeluaran vagina : Pengeluaran air sejak jam 10:00 WIB
tanggal 12 Januari 2017
31

Membran :-
Cairan : Berwarna hijau kental keluar jam
10:00 di Puskesmas
Kontraksi uterus : Belum ada kontraksi ketika di rujuk ke
RSUD dr. Soedarso
Pembukaan : 1 jari, Portio lunak, Kepala Hodge I
(jam 23:50)
Pemeriksaan dalam oleh : Bidan
Pemeriksaan darah lengkap : Hb 11,7 9/dl
Faktor risiko : Ketuban kering, gawat janin.

F. Pemeriksaan Fetus
Djj : 144 x / menit
Kelainan Djj : tidak ada kelainan Bjj
Pergerakan janin : ada pergerakan janin, dan aktif

G. Pemeriksaan Fisik
1. Kenaikan BB selama kehamilan : 8 kg
2. Kepala / leher
Ispeksi : Bentuk simestris, rambut merata, tidak terdapat
pembengkakan, tidak ada pembesaran limfa, tidk tampak
distensi.
Palpasi : Tidak terasa massa dan tidak ada nyeri tekan.
3. Jantung
Inspeksi : bentuk dada simestris, tidak ada tanda-tanda pembesaran
jantung.
Auskultasi : S1 dan S2 reguler
Palpasi : tidak ada pembesaran jantung
Perkasi : tidak ada kelainan
4. Paru-paru
Inspeksi : Simestris
32

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan


Auskultasi : Terdengar vesikuler
Perkusi : Batas paru normal, ics 4/5 : pekak
5. Payudara
Inspeksi : Bentuk simestris, puting menonjol dan terjadi
hiperpigmentasi pada aerola, puting sedikit kecil dan
kurang menonjol, kolostum keluar sedikit.
Palpasi : Tidak ada benjolan maupun nyeri tekan.
6. Abdomen
Inspeksi : Terdapat linea nigra, stretch mark, perut tampak tegang
saat kontraksi tidak ada bekas luka / jahitan
Palpasi : kontraksi dirasakan ada
TFU : 30 cm
Pemeriksaan obstetrik / abdomen dilakukan oleh bidan :
Leopoid I : Teraba bagian janin bulat, lunak, tidak melenting.
Leopoid II : Teraba bagian janin keras, memanjang seperti papan
disebelah kiri ibu dan teraba bagian-bagian terkecil
janin.
Leopoid III : Teraba bagian janin bulat, keras, tidak melenting
sudah masuk PAP.
Leopoid IV : Kepala teraba 3/5 bagian atas simpisis.
Auskultasi : Djj ada, frekuensi 144 x / menit
7. Ekstremitas
Tidak terdapat edema.
8. Genitalia
Perineum tidak ampak edema, kemerahan, anus tidak menonjol, keluar
lendir bercampur air dari vagina.

H. Data Psikososial
1. Perasaan klien terhadap kehamilan sekarang :
Klien mengatakan senang dan terharu.
33

2. Perasaan suami terhadap kehamilan sekarang :


Suami klien mengatakan bersuka cita dan cemas saat istri menghadapi
persalinan.

I. Laporan Persalinan
1. Pengkajian Awal
Tanggal : 13 Januari 2017
Jam : 07:00 WIB
Tanda-tanda vital
TD : 130 / 80 mmHg
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 88 x / menit
RR : 24 x / menit
2. Hasil pemeriksaan dalam
Pembukaan 2 cm, Ketuban (-), Kepala : hodge I (dilakukan jam 07:00
WI).
3. Pengeluaran pervaginam
Pengeluaran darah bercampur lendir (sejak pukul 02:00 WIB, tanggal
13 Januari 2017).
4. Kontraksi uterus
Kontraksi 1-2x / menit, lamanya 25 detik.
5. Denyut jantung janin
DJJ : 144 k /menit, keadaan baik
6. Status janin
Janin hidup, jumlah tunggal, presentasi kepala dan telah masuk PAP.

J. Kala Persalinan
1. Kala I
a. Mulai kala I
Pada pukul 10:50 WIB tanggal 12 Januari 2017 di
Puskesmas Menjalin dilakukan pemeriksaan dalam oleh bidan
34

pada klien hasilnya pembukaan 1cm, ketuban (-), kepala Hodge I,


portio tebal lunak.
Saat dirujuk ke RSDS dr. Soedarso Pontianak pasien sudah
ada pengeluaran air sejak pukul 10:00 WIB tanggal 12 Januari
2017 di Puskesmas Menjalin.
Setiba pasien di RSDS dr. Soedarso pukul 23:50 WIB
dilakukan pemeriksaan dalam oleh bidan dan hasilnya masih
pembukaan 1cm, ketuban (-), kepala Hodge I.
Pada pukul 07:00 WIB tanggal 13 Januari dilakukan
pemeriksaan dalam lagi oleh bidan, pasien, masih pembukaan
2cm, kepala Hodge I, portio lunak.
Kemudian pasien diberikan induksi oksitosin (synto) pada
pukul 08:00 WIB 10 IU (1 amp) didrip dalam cairan RL 500 ml
secara bertahap mulai dari 4 – 20 tpm, dinaikkan tetesan setiap
15 menit. Tetesan infus dipertankan sampai 20 tpm.
Sementara itu pada pukul 11:00 WIB dilakukan
pemeriksaan dalam oleh bidan dan hasilnya sudah pembukssn
7cm, kepala Hodge II-III, portio mulai menipis. Klien
mengatakan sakit semakin kuat dan ada rasa ingin mengejan,
pukul 13:00 WIB dilakukan pemeriksaan dalam oleh bidan sudah
pembukaan 10cm atau lengkap, kepala Hodge III⁺, portio tidak
teraba lagi. Klien sudah menunjukkan tanda-tanda ingin
melahirkan, perineum menonkol, vulva dan anus membuka.
b. Tanda dan gejala
Klien mengeluh sakit semakin kuat.
c. Tanda-tanda vital
TD : 130 / 80 mmHg
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 88 x / menit
RR : 24 x / menit
d. Lama kala I
35

Lama nya ± 26 jam.


e. Keadaan psikososial
Klien tampak cemas.
f. Kebutuhan khusus klien
Klien mendapatkan cairan IV RL 20 tpm oleh Puskesmas.
g. Tindakan keperawatan
Manejemen nyeri
h. Pengobatan
Oksitosin (synto) drip RL pemberian 4 tpm – 20 tpm.

2. Kala II
a. Mulai kala II
Tanggal 13 Januari 2017, jam 13:00 WIB, bayi lahir pukul 13:32
WIB
b. Tanda-tanda vital
TD : 130 / 80 mmHg
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 88 x / menit
RR : 24 x / menit
c. Lama kala II
Lamanya 32 menit.
d. Tanda dan gejala
Pembukaan lengkap, perineum menonjol dan kemerahan, keluar
lendir bercampur darah, kepala bayi tampak didepan vulva, anus
menonjol, vagina melebar.
e. Keadaan psikososial
Klien gelisah dan cemas
g. Kebutuhan khusus klien
Klien tidak mendapat kebutuhan khusus seperti oksigen
h. Tindakan
36

Membantu proses persalinan dan partus dengan dilakukan


episiotomy oleh bidan.

3. Kala III
a. Tanda dan gejala
Pengeluaran darah seperti menyembur, dilakukan peregangan tali
pusat terkendali, tali pusat tampak memanjang.
b. Placenta lahir jam
Lahir jam 13:42 WIB.
c. Cara lahir placenta
Spontan.
d. Karakteristik placenta
Placenta utuh, berat kurang lebih 500 gram.
e. Pendarahan
Kurang lebih sebanyak 150 ml.
f. Keadaan spikososial
Klien tampak tenang (lega).
g. Kebutuhan khusus
Klien tidak mendapat kebutuhan khusus.
h. Tindakan
Oksitosin (synto) via IM sebelum plasenta lahir.

4. Kala IV
a. Mulai jam 14:00 WIB
b. Tanda-tanda vital
TD : 120 / 90 mmHg
Suhu : 35,9 0C
Nadi : 86 x / menit
RR : 20 x / menit
c. Kontraksi uterus
Mengeras (uterus dapat berkontraksi dengan baik).
37

d. Pendarahan
Kurang lebih 100 ml.
e. Tindakan
Penjahitan di perinium dengan anastesi (Lidocain).
f. Bouding ibu dan bayi
Banding ibu dan bayi segera tidak dilakukan karena bayi Asfiksia
dan langsung dilakukan resusitasi pada bayi berupa suction
kemudian bayi dilarikan ke ruang Perinatalalogi untuk di
observasi.

K. Bayi
1. Bayi lahir tanggal/jam : 12 Januari 2017, jam 13:32 WIB.
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Nilai APGAR : 1 menit : 2, 5 menit : 5 (2/5)
4. Berat badan : 2800 gram
i. Panjang badan : 50 cm
5. Karakteristik khusus bayi : Bayi tidak terdapat karakteristik khusus
6. Kepala : Kaput suksudenum
7. Anus : Bayi terdapat anus dan berlubang
8. Perawatan tali pusat : Tali pusat digunting sekitar 5 cm dan di
klem menggunakan klem steril
9. Perawatan mata : Mata bayi diberi salep mata (Gentamycin)
38

ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


Masalah Keperawatan Pada Ibu
1. Ds : - Kontraksi Uterus Nyeri Akut
Klien mengatakan nyeri bagian perut (Proses Persalinan)
P : Saat berbaring / istirahat
Q : Tertusuk-tusuk
R : Adomen
S : Skala 7
T : Hilang-datang
Do :
- Klien tampak meringis dan memegang
perut
- Klien tampak menangis dan gelisah
- Klien tampak pucat dan mengejan
- TD : 130 / 80 mmHg
2 Ds : Proses Kelahiran Ansietas
Klien mengatakan cemas, takut dan Yang Panjang
kesakitan
Do :
- Klien tampak gelisah dan menangis
- TD : 130 / 80 mmHg
3 Ds : Ketuban Pecah Dini Resiko Gawat Janin
- Klien mengatakan usia kandungannya
38 minggu
- Klien mengatakan dirujuk dari
puskesmas ke RS karena cairan
ketuban pecah dulu
Do :
39

- DJJ : 144 x / menit


- Selaput ketuban robek ketuban kering

4 Ds : - Kehilangan Cairan Risiko Kekurangan


Do : Tubuh Aktif Volume Cairan
- Terjadi perdarahan ± 250 ml
pervaginam
- Dilakukan episiotomy
- Klien berkeringat cukup banyak
- Klien terpasang infus di sebelah kiri
dengan cairan RL 20 tpm.
Masalah Keperawatan Pada Bayi
1 Ds : - Hipoventilasi Pola Nafas Tidak
Do : Efektif
- Bayi tampak tak menangis
- Bayi tampak membiru
- Ketuban pecah dini pada ibu
- Proses kelahiran lama
40

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
No. Tujuan Intervensi
Keperawatan
Masalah Keperawatan Pada Ibu
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat nyeri.
berhubungan dengan keperawatan, klien dapat 2. Berikan posisi yang aman dan nyaman.
kontraksi uterus mengontrol nyeri dan janin 3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
(Proses Persalinan) dapat dilahirkan dengan 4. Observasi tanda-tanda vital.
segera. 5. Beri dukungan / motivasi pada klien.
2 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Ciptakan hubungan terapeutik atas
dengan proses keperawatan ansietas hilang dasar saling percaya dan saling
kelahiran yang atau terkontrol. menghargai, berikan privasi dan
panjang kepercayaan diri klien
2. Pantau tingkat kecemasan yang
dialami klien
3. Anjurkan klien untuk mengungkapkan
ketakutan dan menanyakan masalah.
4. Bantu klien mengidentifikasi
penyebab kecemasan.
3 Resiko gawat janin Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau posisi janin
berhubungan dengan keperawatan masalah dapat 2. Monitor DJJ tiap 5-10 menit
ketuban pecah dini terasi dan gawat janin tidak
terjadi.
4 Risiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan catatan intake dan output
volume cairan keperawatan, klien tidak yang akurat
berhubungan dengan menunjukkan tanda dan 2. Monitor status hydrasi(kelembaban
kehilangan cairan gejala infeksi membran mukosa,nadi
tubuh aktif adekuat,tekanan darah ortostatik),jika
diperlukan
3. Monitor vitl sign
41

4. Kolaborasi pemberian cairan iv


5. Dorong masukan oral
6. Berikan penggantian nasogatrik sesuai
output
Masalah Keperawatan Pada Bayi
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Buka jalan napas
efektif berhubungan keperawatan, pola nafas 2. Posisikan bayi untuk memaksimalkan
dengan hipoventilasi bayi efektif ventilasi dan mengurangi dispnea
3. Auskultasi suara napas, catat adanya
suara tambahan
4. Identifikasi bayi perlunya pemasangan
alat jalan napas buatan
5. Keluarkan sekret dengan suctin
6. Monitor respirasi dan ststus oksigen
bila memungkinkan
42

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal No. Implementasi Evaluasi


DX (DAR) (SOAP)
Masalah Keperawatan Pada Ibu
13 1 Ds : S:
Januari Klien mengatakan nyeri bagian perut Klien mengatakan masih nyeri
2017 P : Saat berbaring / istirahat O:
Q : Tertusuk-tusuk Klien masih tampak gelisah
R : Adomen A:
S : Skala 7 Masalah teratasi sebagian
T : Hilang-datang P:
Do : Lanjutkan intervensi
- Klien tampak meringis dan memegang perut
- Klien tampak menangis dan gelisah
- Klien tampak pucat dan mengejan
- TD : 130 / 80 mmHg
A:
- Mengkaji tingkat nyeri
- Memberikan dukungan pada klien
- Mengajarkan klien teknik relaksasi nafas
dalam
- Mengobservasi tekanan darah klien
- Mengatur posisi senyaman mungkin sesuai
keinginan klien.
R:
- Nyeri abdomen dengan skala 6
- TD : 130 / 80 mmHg
2 Ds : S:
Klien mengatakan cemas, takut dan kesakitan -
Do : O:
43

- Klien tampak gelisah dan menangis Klien masih tampak gelisah


- TD : 130 / 80 mmHg A:
A: Masalah teratasi
- Menganjurkan klien untuk berdoa P:
- Mengajurkan klien teknik relaksasi nafas Lanjutkan intervensi
dalam
- Memberikan posisi senyaman mungkin pada
klien untuk mengejan selama persalinan
berlangsung
R:
- Klien sedikit lebih rileks setelah berdoa
- Klien memilih posisi semi fowler dengan
menekuk kaki
3 Ds : S:
- Klien mengatakan usia kandungannya 38 -
minggu O:
- Klien mengatakan dirujuk dari puskesmas ke Klien tampak meringis
RS karena cairan ketuban pecah dulu kesakitan
Do : A:
- DJJ : 144 x / menit Masalah teratasi sebagian
- Selaput ketuban robek ketuban kering P:
A: Lanjutkan intervensi
- Memantau posisi janin
- Mengkolaborasi dengan bidan untuk
pemberian induksi persalinan
R:
- Klien tampak meringis kesakitan
- Posisi kepala janin sudah tampak
- Klien tetap mengejan
44

4 Ds : - S:
Do : -
- Terjadi perdarahan ±250 ml pervaginam O:
- Dilakukan episiotomy Darah masih mengalir sedikit
- Klien berkeringat cukup banyak A:
- Klien terpasang infus di sebelah kiri dengan Masalah teratasi
cairan RL 20 tpm. P:
A: Lanjutkan intervensi
- Memonitor status hidrasi
- Mendorong masukkan oral (memberi air
putih)
- Mempertahankan pemberian cairan IV
R:
Perdarahan masih mengalir sedikit
Masalah Keperawatan Pada Bayi
1 Ds : - S:
Do : -
- Bayi tampak tak menangis O:
- Bayi tampak membiru Bayi masih belum memberi
- Ketuban pecah dini pada ibu respon
- Proses kelahiran lama A:
A: Masalah teratasi sebagian
- Membantu membuka jalan nafas P:
- Membantu memposisikan bayi untuk Lanjutkan intervensi
memaksimalkan ventilasi dan mengurangi
dyspnea
- Mengauskultasi bunyi nafas
- Membantu atau membawa bayi lari ke ruang
Perinatalogi
R : Bayi masih belum respon
BAB V
PENUTUP

Setelah penulis membahas, menegakkan asuhan keperawatan dan


melaksanakan pengkajian langsung terhadap klien serta membahas permasalahan
yang timbul maka pada bab ini, penulis menarik kesimpulan serta memberikan
beberapa masukan atau saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan
asuhan keperawatan dimasa yang akan datang.
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan ini, maka penulis dapat
menarik kesimpulan, yaitu:
1. Pengkajian pada tanggal 12 Januari s/d 13 Januari 2017 pada Ny. T yang
berusia 19 tahun 8 bulan, berjenis kelamin perempuan, agama Khatolik ,
berkebangsaan Indonesia, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah
bahasa Dayak daerah, pendidikan terakhir SLTA, pekerjaan sebagai
karyawan swasta, beralamat Menjalin Kabupaten Landak, berstatus
menikah dengan Tn. A dan kehamilan ini merupakan yang pertama.
Didapatkan keluhan ketuban pecah dini.
2. Setelah penulis membandingkan pengkajian secara teoritis dengan hasil
pengkajian dilapangan, penulis menemukan perbedaan dari hasil
pengkajian yang diberikan dan teori. Persamaan antara pengkajian dengan
teori yaitu didapatkan diagnosa nyeri akut, resiko gawat janin, ansietas
pada kasus gangguan sistem reproduksi ketuban pecah dini pada Ny. T.
3. Faktor pendukung yang ada didalam penyelesaian asuhan keperawatan
yang diberikan adalah klien dan keluarga yang kooperatif saat di
wawancara, bidan ruangan serta tim petugas kesehatan lain yang
membantu dalam memberikan tindakan keperawatan dan informasi terkait
klien. Sedangkan faktor penghambat saat pengkajian tidak ditemui oleh
penulis.
4. Asuhan keperawatan pada Ny. T dengan gangguan sistem reproduksi
ketuban pecah dini yang penulis berikan selama 1 hari, terhitung sejak

29
30

tanggal 12 Januari s/d 13 Januari 2017 diruang Maternal VK RSUD Dr.


Soedarso Pontianak menemukan 4 diagnosa pada ibu dan 1 diagnosa pada
bayi yaitu pada ibu seperti nyeri akut berhubungan dengan kontraksi
uterus (proses persalinan), ansietas berhubungan dengan proses kelahiran
yang panjang, resiko gawat janin berhubungan dengan ketuban pecah dini,
dan risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan tubuh aktif, serta diagnose pada bayi pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan hipoventilasi.
5. Evaluasi keperawatan pada Ny. T, diagnosa Ketuban Pecah Dini dengan
hasil : nyeri akut dengan hasil masalah teratasi sebagian, ansietas dengan
hasil masalah teratasi, resiko gawat janin dengan hasil masalah teratasi
sebagian, resiko kekurangan volume cairan dengan hasil masalah teratasi
dan pola nafas tidak efektif teratasi sebagian. Adapun format metode yang
digunakan dalam melaksanakan evaluasi perkembangan adalah SOAP.

B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka perawat mengajukan
beberapa saran sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan khususnya pada klien dengan gangguan sistem reproduksi kala 1
memanjang saran-sarannya adalah sebagai berikut :
1. Bagi Rumah Sakit
Pihak rumah sakit membuat manajemen penatalaksanaan yang
terarah dan fasilitas yang memadai untuk menangani masalah kanker
serviks.
2. Bagi Perawat
Asuhan keperawatan hendaknya seorang perawat selalu
berlandaskan pada konsep teoritis yang disesuaikan dengan permasalahan
yang dihadapi tanpa mengabaikan kondisi klien itu sendiri, sehingga bisa
memodifikasi intervensi keperawatan yang disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan pasien, dan hendaknya seorang perawat selalu menjadikan
hal-hal baru yang didapatinya itu sebagai pelajaran yang berharga untuk
31

dirinya, sehingga dengan adanya pembelajaran ini diharapkan mampu


menjadikan perawat lebih siap dan dapat memberikan asuhan keperawatan
yang profesional apabila dikemudian hari berhadapan dengan kasus yang
serupa.
3. Bagi Institusi Keperawatan
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi khususnya
dibidang kesehatan, hendaknya setiap institusi dapat memaksimalkan
perannya sebagai wadah pencetak tenaga profesional dengan
memperhatikan perkembangan dari kondisi medan yang nantinya akan
mereka lalui, agar institusi dapat lebih membekali mahasiswanya dengan
teori dan praktek dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang terkait
dengan masalah kesehatan.
4. Bagi Mahasiswa
Calon tenaga perawat profesional, hendaknya mahasiswa
keperawatan dapat mempergunakan wadah tempat mereka menimba ilmu
dengan semaksimal mungkin, agar nantinya mahasiswa lebih siap dan
mampu mengaplikasikan ilmu keperawatan dengan sebaik-baiknya apabila
mereka telah terjun ke lapangan praktek.
5. Bagi Pasien
Pelaksanaan asuhan keperawatan tidak lepas dari dukungan dan
peran serta pasien, hendaknya pasien dapat memanfaatkan perannya
dengan sebaik-baiknya. Pasien diharapkan bisa memberikan keterangan
mengenai kondisinya secara keseluruhan guna terciptanya pelayanan
kesehatan yang efektif.

You might also like