You are on page 1of 10

JURNAL BELAJAR

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Dosen Pengampu Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd

Hari/Tanggal : Selasa–Rabu/25 September 2018–26 September 2018


Nama/ NIM : Firda Widianti/160341606030
Kelas/Off : B-BiB
Prodi : S1 Pendidikan Biologi
Topik : 1. Teori Belajar Sibernetik dan Penerapannya dalam
pembelajaran
2. Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural dan Penerapannya dalam
pembelajaran
Tujuan : 1. Mengetahui pengertian dan penerapan teori belajar sibernetik
dalam pembelajaran
2. Mengetahui pengertian dan penerapan teori belajar revolusi sosio
kultural dalam pembelajaran

I. Konsep Belajar

Definisi Umum

Konsep Teori Belajar


Teori Belajar
Sibernetik dan Teori Ahli Pendukung
Belajar Revolusi
Sosio Kultural Perbedaan antar Teori Belajar

Penerapan Teori Belajar dalam


Pembelajaran

Kelebihan dan Kekurangan


Antar Teori Belajar
II. Bukti Belajar
A. Teori Belajar Sibernetik
1. Pengertian Umum
Teori sibernetik diimplementasikan dalam beberapa pendekatan pengajaran
(teaching approach) dan metode pembelajaran, yang sudah banyak diterapkan di
Indonesia. Misalnya virtual learning, e-learning, dll. Menurut teori sibernetik, belajar
adalah pengolahan informasi. Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif
yaitu mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Proses belajar memang
penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih utama lagi adalah sistem informasi
yang akan dipelajari siswa. Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu
proses belajarpun yang ideal untuk situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab
cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi, sebuah informasi mungkin akan
dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang
sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.

INPUT => PROSES => OUTPUT

2. Ahli Pendukung
 Teori Belajar Menurut Landa
Menurut Landa, ada dua macam proses berfikir, di antaranya:
a) Proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir sistematis, tahap demi tahap,
linear, konvergen, lurus menuju kesatu target tujuan tertentu. Contoh: kegiatan
menelepon, menjalankan mesin mobil, dan lain-lain
b) Cara berpikir heuristik, yaitu cara berpikir devergen, menuju beberapa target
tujuan sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan
penafsiran biasanya menuntut seseorang untuk menggunakan cara berpikir
heuristik. Contoh: Operasi pemilihan atribut geometri, penemuan cara-cara
pemecahan masalah, dan lan-lain.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak dipelajari atau
masalah yang hendak dipecahkan diketahui ciri-cirinya. Suatu materi lebih tepat
disajikan dalam urutan teratur, linier, sekuensial. Materi lainnya lebih tepat disajikan
dalam bentuk terbuka dan memberi keleluasan kepada siswa untuk berimajinasi dan
berfikir.
 Teori Belajar Menurut Pask dan Scott
Menurut Pask dan Scott, ada dua macam cara berpikir yaitu cara berpikir serialis
dan cara berpikir wholist atau menyeleruh. Pendekatan serialis yang dikemukakannya
memiliki kesamaan dengan pendekatan algoritmik. Sedangkan cara berpikir menyeluruh
(wholist) adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran
lengkap sebuah sistem informasi.
a) Siswa tipe wholist atau menyeluruh cenderung mempelajari sesuatu dari tahap
yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus
b) Sedangkan siswa tipe serialist cenderung berpikir secara algoritmik.
Teori sibernetik sebagai teori belajar dikritik karena lebih menekankan pada
sistem informasi yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana proses belajar berlangsung
dalam diri individu sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari teori ini
memandang manusia sebagai pengolahan informasi, pemikir, dan pencipta. Sehingga
diasumsikan manusia mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan
informasi.

3. Penerapan dalam Pembelajaran


Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irwan (2001) baik
diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
 Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
 Menentukan materi pembelajaran
 Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran
 Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut
(apakah algoritmik atau heuristik)
 Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya
 Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai
dengan urutan materi pelajaran.

4. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan Kekurangan
Siswa dituntut untuk mandiri Siswa cepat lupa jika memori hanya
mengolah informasi disimpan dalam Short Term Memory
Pembelajaran menari, interaktif Tidak semua siswa dapat mengolah
dan komunikatif informasi secara mandiri
Sumber belajar dapat diperoleh Kemampuan siswa berbeda-beda
dengan mudah
Menganggap dunia sebagai “global Tidak secara langsung membahas
village”, masyarat dapat tentang proses belajar, sehingga
berkomunikasi dengan mudah menyulitkan saat penerapannya

B. Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural


1. Pengertian Umum
Teori belajar revolusi sosiokultural adalah peningkatan fungsi-fungsi mental
seseorang yang berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya, dan bukan sekedar dari
individu itu sendiri. Teori belajar sosiokultur berangkat dari penyadaran tentang betapa
pentingnya sebuah pendidikan yang melihat proses kebudayaan dan pendidikan yang
tidak bisa dipisahkan. Pendidikan dan kebudayaan memiliki keterkaitan yang sangat
erat, di mana pendidikan dan kebudayaan berbicara pada tataran yang sama, yaitu nilai-
nilai. Tylor telah menjalin tiga pengertian manusia, masyarakat dan budaya sebagai tiga
dimensi dari hal yang bersamaan. Oleh sebab itu pendidikan tidak dapat dilepaskan dari
kebudayaan dan hanya dapat terlaksana dalam suatu komunitas masyarakat.

2. Konsep Teori Revolusi Sosio Kultural


 Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development)
Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang
melewati dua tataran, yaitu interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis atau
intramental. Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial
sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta
perkembangan kognitif seseorang.Sedangkan fungsi intramental dipandang sebagai
derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan
internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.
 Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
Vygotsky membagi perkembangan proksimal (zone of proximal development) ke
dalam dua tingkat:
1. Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri
(intramental).
2. Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan
orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih
kompeten (intermental). Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan
aktual dan tingkat perkembangan potensial ini disebut zona perkembangan
proksimal. Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau
kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada dalam proses
pematangan.
 Mediasi
Menurut Vygotsky, semua perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi
dimediasikan dengan psychologis tools atau alat-alat psikologis berupa bahasa, tanda
dan lambang, atau semiotika.

3. Ahli Pendukung
 Piaget
Piaget berpendapat bahwa belajar ditentukan karena adanya karsa individu artinya
pengetahuan berasal dari individu. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu
teman sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama terjadinya
belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi
faktor sekunder. Keaktifan siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan
belajar, sedangkan penataan kondisi hanya sekedar memudahkan belajar. Perkembangan
kognitif merupakan proses genetik yang diikuti adaptasi biologis dengan lingkungan
sehingga terjadi ekuilibrasi. Untuk mencapai ekuilibrasi dibutuhkan proses adaptasi
(asimilasi dan akomodasi).
 Vygotsky
Pandangan yang mampu mengakomodasi sociocultural-revolution dalam teori
belajar dan pembelajaran dikemukakan oleh Lev Vygotsky. Ia mengatakan bahwa jalan
pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya,
untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang ada di balik
otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal-usul tindakan sadarnya, dari
interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya (Moll & Greenberg, 1990).
Peningkatan fungsi mental seseorang berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya,
dan bukan dari individu itu sendiri. Interaksi sosial demikian antara lain berkaitan erat
dengan aktivitas-aktivitas dan bahasa yang dipergunakan. Kunci utama untuk
memahami proses-proses sosial dan psikologis manusia adalah tanda-tanda atau
lambang yang berfungsi sebagai mediator (Wertsch, 1990). Tanda-tanda atau lambang
tersebut merupakan produk dari lingkungan sosio- kultural di mana seseorang berada.
4. Penerapan dalam Pembelajaran
Aplikasi teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa
segi antara lain:
 Kurikulum
Khususnya untuk pendidikan di Indonesia pemberlakuan kurikulum pendidikan
sesuai Peraturan Menteri nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan KTSP, Peraturan
Menteri nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi, dan Peraturan Menteri
nomor 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar, jelas bahwa
pendidikan di Indonesia memberikan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap kepada
anak untuk mempelajari sosio-kultural masyarakat Indonesia maupun masyarakat
internasional melalui beberapa mata pelajaran yang telah ditetapkan, di antaranya:
pendidikan kewarganegaraan, pengetahuan sosial, muatan lokal, kesenian, dan olah
raga.
 Siswa
Dalam pembelajaran KTSP anak mengalami pembelajaran secara langsung
ataupun melalui rekaman. Oleh sebab itu pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap
bukan sesuatu yang verbal tetapi anak mengalami pembelajaran secara langsung.Selain
itu pembelajaran memberikan kebebasan anak untuk berkembang sesuai bakat, minat,
dan lingkungannya pencapaiannya sesuai standar kompetensi yang telah ditetapkan.
 Guru
Guru bukanlah narasumber segala-galanya, tetapi dalam pembelajaran lebih
berperan sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran dan
tutor. Masih banyak peran yang lain, oleh karenanya dalam pembelajaran ini peran aktif
siswa sangat diharapkan, sedangkan guru membantu perilaku siswa yang belum muncul
secara mandiri dalam bentuk pengayaan, remedial pembelajaran.

5. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan Kekurangan
Siswa memiliki kesempatan untuk Bersifat terbatas pada perilaku siswa
mengembangkan zona yang tampak saja
perkembangan proksimalnya
Proses belajar bersifat Pemecahan masalah yang sulit
mengonstruksi siwa diamati
Siswa dapat berinteraksi Proses belajar yang kurang tampak
C. Perbedaan Antar Teori Belajar Sibernetik dan Revolusi Sosio Kultural
Sibernetik Revolusi Sosio Kultural
Belajar adalah proses pengolahan Belajar adalah interaksi antara siswa
informasi dengan lingkungan sekitar
(kehidupan sosial atau kelompok)
Tokoh yang mendukung teori ini Tokoh yang mendukung teori ini
antara lain teori belajar menurut antara lain Piaget dan Vygotsky
Landa dan teori belajar menurut Pask
dan Scott
Pembelajaran bisa disajikan dengan Pembelajaran dapat dilakukan secara
menarik, interaktif dan komunikatif. berkeelompok dalam proses
Dengan animasi-animasi multimedia pemecahan masalah, siswa dituntut
dan interferensi audio, siswa tidak untuk dapat berinteraksi dengan
akan bosan duduk berjam-jam lingkungan sosial
mempelajari modul yang disajikan

III. Relevansi
Berikut ini merupakan relevansi saya dalam mengikuti perkuliahan teori belajar
sibernetik dan revolusi sosio-kultural serta penerapannya dalam pembelajaran:
Sebelum Sesudah
Sebelumnya saya belum mengetahui Teori ini yaitu teori yang menuntut
pengertian teori sibernetik dan siswa untuk mengolah sendiri informasi
penerapannya dalam pembelajaran dalam pembelajaran. Pembelajaran bisa
disajikan dengan menarik, interaktif
dan komunikatif. Dengan animasi-
animasi multimedia dan interferensi
audio, siswa tidak akan bosan duduk
berjam-jam mempelajari modul yang
disajikan
Sebelumnya saya belum mengetahui Tokoh yang mendukung teori ini antara
tokoh yang mendukung teori belajar lain teori belajar menurut Landa dan
sibernetik teori belajar menurut Pask dan Scott
Sebelumnya saya belum mengetahui Berdasarkan teori ini, belajar adalah
pengertian teori revolusi sosio-kultural interaksi antara siswa dengan
dan penerapannya dalam pembelajaran lingkungan sekitar (kehidupan sosial
atau kelompok). Pembelajaran dapat
dilakukan secara berkelompok dalam
proses pemecahan masalah, siswa
dituntut untuk dapat berinteraksi
dengan lingkungan sosial
Sebelumnya saya belum mengetahui Tokoh yang mendukung teori ini antara
tokoh yang mendukung teori belajar lain Piaget dan Vygotsky
revolusi sosio-kultural

IV. Identifikasi Masalah


1. Bagaimana perbedaan yang sangat mendominasi antara teori belajar sibernetik
dan teori belajar revolusi sosio-kultural?
Jawaban: Teori belajar sibernetik yaitu teori yang menuntut siswa untuk
mengolah sendiri informasi dalam pembelajaran. Sedangkan, menurut teori
belajar revolusi sosio-kultural, belajar adalah interaksi antara siswa dengan
lingkungan sekitar (kehidupan sosial atau kelompok). Pembelajaran dapat
dilakukan secara berkelompok dalam proses pemecahan masalah, siswa dituntut
untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan sosial.
2. Bagaimana peran guru dalam aplikasi teori belajar revolusi sosio-kultural?
Jawaban: Dalam teori belajar ini, guru bukanlah narasumber segala-galanya,
tetapi dalam pembelajaran lebih berperan sebagai fasilitator, mediator, motivator,
evaluator, desainer pembelajaran dan tutor.
3. Hal apa yang menjadi dasar dalam penerapan teori sibernetik?
Jawaban: Prinsip dasar teori sibernetik yaitu menghargai adanya 'perbedaan',
bahwa suatu hal akan memiliki perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa
sesuatu akan berubah seiring perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan
sebagai: Input => Proses => Output. Teori sibernetik diimplementasikan dalam
beberapa pendekatan pengajaran (teaching approach) dan metode pembelajaran,
yang sudah banyak diterapkan di Indonesia. Misalnya virtual learning, e-learning,
dll. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi.
4. Bagaimana peran siswa jika menggunakan teori sibernetik dalam proses
pembelajaran?
Jawaban: Peran siswa jika menggunakan teori ini yaitu siswa dituntut untuk aktif
dalam mengolah informasi mengenai materi yang telah dipelajari.
V. Elemen yang menarik
Elemen menarik selama mengikuti perkuliahan minggu keenam ini adalah cara
dosen PPL dalam mengajar, dosen PPL telah menguasai materi dengan baik
sehingga dalam penyampaiannya cukup jelas sehingga kami dapat dengan mudah
memahami segala macam teori belajar. Metode pembelajaran yang dipakai juga
menuntut kami menjadi siswa yang aktif.

VI. Refleksi Diri (Umum)


Menurut saya, pembelajaran di kelas sangat menyenangkan karena dalam proses
diskusi kelas berjalan dengan lancar. Kami aktif dalam bertanya dan memberikan
tambahan jawaban, sehingga kondisi kelas benar-benar optimal dalam proses
pemahaman materi ini. Selain itu, dosen model juga dengan tanggap memberi
penguatan kepada kami terutama mengenai hal-hal yang belum kami pahami.

VII. Refleksi Diri (Khusus)


Pada perkuliahan minggu keenam ini saya merasa jauh lebih paham mengenai tiap
aplikasi atau penerapan teori belajar tersebut. Dengan adanya review atau
penguatan dari dosen PPL sangat membantu saya dalam proses pemahaman
materi. Selain itu, metode pembelajaran cukup menyenangkan, dan membuat saya
untuk aktif dalam bertanya bahkan mengeluarkan pendapat. Sehingga
pembelajaran sudah berjalan secara efektif dan efisien.

DAFTAR RUJUKAN
C. Asri Budingsih. 2002. Belajar dan Pembelajaran.Yogyakarta : FIP UNY.
Dalyono, M. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik Panduan bagi Orang Tua dan
Guru dalamMemahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA.Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya.
Gredler. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hadis, Abdul. 2006. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Hamzah B. Uno. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:Bumi
Aksara.
Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandar lampung: Universitas
Lampung.
Husamah, Pantiwati, Y., Dkk. 2016. Belajar dan Pembelajaran. Malang: UMM Press.
Rusman. 2012. Seri Managemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran
(Mengembangkan Profesionalisme Guru). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suciati dan Irwan, P. 2001. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta : Depdiknas, Dirjen PT,
PAU.
KRITERIA PENILAIAN JURNAL BELAJAR
MATAKULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
SEMESTER GASAL 2018-2019

FIRDA WIDIANTI
160341606030/ S1 Pendidikan Biologi/Off BiB Jurnal Minggu ke- 6
Skor Penilaian
No Elemen
Maks DS T D
I. Identitas
1 Nama dicantumkan 5 5 5
2 Seluruh masukan dibubuhi tanggal 5 5 5
3 Konsep yang dipelajari dicantumkan 5 5 4

II. Sistematika
4 Jurnal terorganisasi dengan baik dan lengkap 10 10 9

III. Isi Jurnal


5 Mengeksplor beragam konsep yang dipelajari 10 9 9
6 Menyajikan hasil eksplorasi berupa informasi 10 10 9
sebagai bukti
belajar
7 Terdapat pernyataan yang menunjukkan relevansi 10 10 9
dan keter-
kaitan terhadap konsep yang dipelajari
8 Mengidentifikasi permasalahan beserta 15 14 14
pemecahannya
9 Mengidentifikasi elemen yang menarik beserta 15 14 14
alasannya
10 Jurnal menunjukkan bahwa mahasiswa dapat
melihat dirinya
sendiri sebagai pembelajar, menemukan dan
menyelesaikan
masalah serta bekerja untuk meningkatkan
kebiasaan
belajarnya
 Umum (terkait dengan hal-hal yg sifatnya 5 5 5
umum)
 Khusus (terkait dengan hal-hal yang sudah 10 9 9
dibahas/ substansial)

Jumlah Skor Maksimal 100 96 92

Instrumen penilaian dikembangkan oleh Indriwati, S.E. (2003)


Keterangan:
DS : penilaian diri sendiri
T : penilaian teman
D : penilaian dosen

You might also like