Professional Documents
Culture Documents
I. Konsep Belajar
Definisi Umum
2. Ahli Pendukung
Teori Belajar Menurut Landa
Menurut Landa, ada dua macam proses berfikir, di antaranya:
a) Proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir sistematis, tahap demi tahap,
linear, konvergen, lurus menuju kesatu target tujuan tertentu. Contoh: kegiatan
menelepon, menjalankan mesin mobil, dan lain-lain
b) Cara berpikir heuristik, yaitu cara berpikir devergen, menuju beberapa target
tujuan sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan
penafsiran biasanya menuntut seseorang untuk menggunakan cara berpikir
heuristik. Contoh: Operasi pemilihan atribut geometri, penemuan cara-cara
pemecahan masalah, dan lan-lain.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak dipelajari atau
masalah yang hendak dipecahkan diketahui ciri-cirinya. Suatu materi lebih tepat
disajikan dalam urutan teratur, linier, sekuensial. Materi lainnya lebih tepat disajikan
dalam bentuk terbuka dan memberi keleluasan kepada siswa untuk berimajinasi dan
berfikir.
Teori Belajar Menurut Pask dan Scott
Menurut Pask dan Scott, ada dua macam cara berpikir yaitu cara berpikir serialis
dan cara berpikir wholist atau menyeleruh. Pendekatan serialis yang dikemukakannya
memiliki kesamaan dengan pendekatan algoritmik. Sedangkan cara berpikir menyeluruh
(wholist) adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran
lengkap sebuah sistem informasi.
a) Siswa tipe wholist atau menyeluruh cenderung mempelajari sesuatu dari tahap
yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus
b) Sedangkan siswa tipe serialist cenderung berpikir secara algoritmik.
Teori sibernetik sebagai teori belajar dikritik karena lebih menekankan pada
sistem informasi yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana proses belajar berlangsung
dalam diri individu sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari teori ini
memandang manusia sebagai pengolahan informasi, pemikir, dan pencipta. Sehingga
diasumsikan manusia mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan
informasi.
3. Ahli Pendukung
Piaget
Piaget berpendapat bahwa belajar ditentukan karena adanya karsa individu artinya
pengetahuan berasal dari individu. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu
teman sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama terjadinya
belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi
faktor sekunder. Keaktifan siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan
belajar, sedangkan penataan kondisi hanya sekedar memudahkan belajar. Perkembangan
kognitif merupakan proses genetik yang diikuti adaptasi biologis dengan lingkungan
sehingga terjadi ekuilibrasi. Untuk mencapai ekuilibrasi dibutuhkan proses adaptasi
(asimilasi dan akomodasi).
Vygotsky
Pandangan yang mampu mengakomodasi sociocultural-revolution dalam teori
belajar dan pembelajaran dikemukakan oleh Lev Vygotsky. Ia mengatakan bahwa jalan
pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya,
untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang ada di balik
otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal-usul tindakan sadarnya, dari
interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya (Moll & Greenberg, 1990).
Peningkatan fungsi mental seseorang berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya,
dan bukan dari individu itu sendiri. Interaksi sosial demikian antara lain berkaitan erat
dengan aktivitas-aktivitas dan bahasa yang dipergunakan. Kunci utama untuk
memahami proses-proses sosial dan psikologis manusia adalah tanda-tanda atau
lambang yang berfungsi sebagai mediator (Wertsch, 1990). Tanda-tanda atau lambang
tersebut merupakan produk dari lingkungan sosio- kultural di mana seseorang berada.
4. Penerapan dalam Pembelajaran
Aplikasi teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa
segi antara lain:
Kurikulum
Khususnya untuk pendidikan di Indonesia pemberlakuan kurikulum pendidikan
sesuai Peraturan Menteri nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan KTSP, Peraturan
Menteri nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi, dan Peraturan Menteri
nomor 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar, jelas bahwa
pendidikan di Indonesia memberikan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap kepada
anak untuk mempelajari sosio-kultural masyarakat Indonesia maupun masyarakat
internasional melalui beberapa mata pelajaran yang telah ditetapkan, di antaranya:
pendidikan kewarganegaraan, pengetahuan sosial, muatan lokal, kesenian, dan olah
raga.
Siswa
Dalam pembelajaran KTSP anak mengalami pembelajaran secara langsung
ataupun melalui rekaman. Oleh sebab itu pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap
bukan sesuatu yang verbal tetapi anak mengalami pembelajaran secara langsung.Selain
itu pembelajaran memberikan kebebasan anak untuk berkembang sesuai bakat, minat,
dan lingkungannya pencapaiannya sesuai standar kompetensi yang telah ditetapkan.
Guru
Guru bukanlah narasumber segala-galanya, tetapi dalam pembelajaran lebih
berperan sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran dan
tutor. Masih banyak peran yang lain, oleh karenanya dalam pembelajaran ini peran aktif
siswa sangat diharapkan, sedangkan guru membantu perilaku siswa yang belum muncul
secara mandiri dalam bentuk pengayaan, remedial pembelajaran.
III. Relevansi
Berikut ini merupakan relevansi saya dalam mengikuti perkuliahan teori belajar
sibernetik dan revolusi sosio-kultural serta penerapannya dalam pembelajaran:
Sebelum Sesudah
Sebelumnya saya belum mengetahui Teori ini yaitu teori yang menuntut
pengertian teori sibernetik dan siswa untuk mengolah sendiri informasi
penerapannya dalam pembelajaran dalam pembelajaran. Pembelajaran bisa
disajikan dengan menarik, interaktif
dan komunikatif. Dengan animasi-
animasi multimedia dan interferensi
audio, siswa tidak akan bosan duduk
berjam-jam mempelajari modul yang
disajikan
Sebelumnya saya belum mengetahui Tokoh yang mendukung teori ini antara
tokoh yang mendukung teori belajar lain teori belajar menurut Landa dan
sibernetik teori belajar menurut Pask dan Scott
Sebelumnya saya belum mengetahui Berdasarkan teori ini, belajar adalah
pengertian teori revolusi sosio-kultural interaksi antara siswa dengan
dan penerapannya dalam pembelajaran lingkungan sekitar (kehidupan sosial
atau kelompok). Pembelajaran dapat
dilakukan secara berkelompok dalam
proses pemecahan masalah, siswa
dituntut untuk dapat berinteraksi
dengan lingkungan sosial
Sebelumnya saya belum mengetahui Tokoh yang mendukung teori ini antara
tokoh yang mendukung teori belajar lain Piaget dan Vygotsky
revolusi sosio-kultural
DAFTAR RUJUKAN
C. Asri Budingsih. 2002. Belajar dan Pembelajaran.Yogyakarta : FIP UNY.
Dalyono, M. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik Panduan bagi Orang Tua dan
Guru dalamMemahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA.Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya.
Gredler. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hadis, Abdul. 2006. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Hamzah B. Uno. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:Bumi
Aksara.
Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandar lampung: Universitas
Lampung.
Husamah, Pantiwati, Y., Dkk. 2016. Belajar dan Pembelajaran. Malang: UMM Press.
Rusman. 2012. Seri Managemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran
(Mengembangkan Profesionalisme Guru). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suciati dan Irwan, P. 2001. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta : Depdiknas, Dirjen PT,
PAU.
KRITERIA PENILAIAN JURNAL BELAJAR
MATAKULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
SEMESTER GASAL 2018-2019
FIRDA WIDIANTI
160341606030/ S1 Pendidikan Biologi/Off BiB Jurnal Minggu ke- 6
Skor Penilaian
No Elemen
Maks DS T D
I. Identitas
1 Nama dicantumkan 5 5 5
2 Seluruh masukan dibubuhi tanggal 5 5 5
3 Konsep yang dipelajari dicantumkan 5 5 4
II. Sistematika
4 Jurnal terorganisasi dengan baik dan lengkap 10 10 9