You are on page 1of 34

DEFINISI LOW BACK PAIN

Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat
menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara
sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral
dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP atau nyeri
punggung bawah termasuk salah satu dari gangguan muskuloskeletal, gangguan
psikologis dan akibat dari mobilisasi yang salah. LBP akut akan terjadi dalam waktu
kurang dari 12 minggu, sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu 6 bulan. (1)
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang termasuk
dalam low back pain terdiri dari :
a. Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi:
Superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari
vertebra thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung
prosesus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal
tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis.
b. Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis transversal
imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra sakralis pertama, inferior oleh
garis transversal imajiner melalui spina iliaka superior posterior dan inferior.
c. Lumbasacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas
daerah sacral spina pain. Lumbasacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah
lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spina pain.(2,3)
ETIOLOGI
 Organ yang mendasari
Berdasarkan organ yang mendasari, Low Back Pain dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu:
a. LBP Viserogenik
Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis, serta
tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak bertambah berat dengan aktivitas
tubuh, juga tidak berkurang dengan istirahat. Penderita LBP viserogenik yang mengalami
nyeri hebat akan selalu menggeliat untuk mengurangi nyeri, sedang penderita LBP
spondilogenik akan lebih memilih berbaring diam dalam posisi tertentu untuk
menghilangkan nyerinya.
b. LBP vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri punggung atau nyeri
menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteri glutealis superior dapat menimbulkan nyeri di
daerah bokong, yang makin memberat saat jalan dan mereda saat berdiri. Nyeri dapat
menjalar ke bawah sehingga sangat mirip dengan iskialgia, tetapi rasa nyeri ini tidak
terpengaruh oleh presipitasi tertentu misalnya : membungkuk, mengangkat benda berat
yang mana dapat menimbulkan tekanan sepanjang kolumna vertebralis. Kaludikatio
intermitten nyerinya menyerupai iskialgia yang disebabkan oleh iritasi radiks.
c. LBP neurogeik
- Neoplasma:
Rasa nyeri timbul lebih awal dibanding gangguan motorik, sensibilitas dan vegetatif.
Rasa nyeri sering timbul pada waktu sedang tidur sehingga membangunkan penderita.
Rasa nyeri berkurang bila penderita berjalan.
- Araknoiditis:
Pada keadaan ini terjadi perlengketan-perlengketan. Nyeri timbul bila terjadi
penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut.
- Stenosis kanalis spinalis :
Penyempitan kanalis spinalis disebabkan oleh proses degenerasi discus
intervertebralis dan biasanya di sertai ligamentum flavum. Gejala klinis timbulnya
gejala klaudicatio intermitten disertai rasa kesemutan dan nyeri tetap ada walaupun
penderita istirahat.
- LBP spondilogenik
Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang
terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan proses patologik di artikulatio
sacroiliaka.
- LBP psikogenik
Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi atau
campuran kedunaya.
- LBP osteogenik
Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis tuberculosa,
trauma yang dapat mengakibatkan fraktur maupun spondilolistesis, keganasan,
kongenital misalnya scoliosis lumbal, nyeri yang timbul disebabkan oleh iritasi dan
peradangan selaput artikulasi posterior satu sisi, metabolik mislnya osteoporosis,
osteofibrosis, alkaptonuria, hipofosfatemia familial.
- LBP diskogenik
Spondilosis:
 Proses degenerasi yang progresif pada discus intervertebralis, sehingga jarak antar
vertebra menyempit, menyebabkan timbulnya osteofit, penyempitan kanalis
spinalis dan foramen intervertebrale dan iritasi persendian posterior. Rasa nyeri
disebabkan oleh terjadinya osteoarthritis dan tertekannya radiks oleh kantong
duramater yang mengakibatkan iskemi dan radang. Gejala neurologik timbul
karena gangguan pada radiks yaitu: gangguan sensibilitas dan motorik (paresis,
fasikulasi dan atrofi otot). Nyeri akan bertambah apabila tekanan LCS dinaikkan
dengan cara penderita disuruh mengejan (percobaan valsava) atau dengan
menekan kedua vena jugularis (percobaan Naffziger).
Hernia nucleus pulposus (HNP):
 Keadaan dimana nucleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan ke
arah kanalis spinalis melalui annulus fibrosus yang robek. Dasar terjadinya HNP
yaitu degenerasi discus intervertebralis. Pada umumnya HNP didahului oleh
aktivitas yang berlebihan misalnya mengangkat benda berat, mendorong barang
berat. HNP lebih banyak dialami oleh laki-laki dibanding wanita. Gejala pertama
yang timbul yaitu rasa nyeri di punggung bawah disertai nyeri di otot-otot sekitar
lesi dan nyeri tekan di tempat tersebut. Hal ini disebabkan oleh spasme otot-otot
tersebut dan spasme ini menyebabkan berkurangnya lordosis lumbal dan terjadi
scoliosis. HNP sentral menimbulkan paraparesis flaksid, parestesia dan retensi
urin. HNP lateral kebanyakan terjadi pada L5-S1 dan L4-L5 pada HNP lateral L5-
S1 rasa nyeri terdapat di punggung bawah, ditengah-tengah antara kedua bokong
dan betis, belakang tumit dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari V kaki juga
berkurang dan reaksi achilles negative. Pada HNP lateral L4-L5 rasa nyeri dan
nyeri tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral bokong, tungkai bawah
bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan
refleks patella negative. Sensibilitas pada dermatom yang sesuai dengan radiks
yang terkena, menurun. Pada tes laseque akan dirasakan nyeri di sepanjang bagian
belakang. Percobaan valsava dan naffziger akan memberikan hasil positif.
Spondilitis ankilosa:
 Proses ini mulai dari sendi sakroiliaka yang kemudian menjalar keatas, ke daerah
leher. Gejala permulaan berupa rasa kaku di punggung bawah waktu bangun tidur
dan hilang setelah mengadakan gerakan. Pada foto rontgen terlihat gambaran
yang mirip dengan ruas-ruas bamboo sehingga disebut bamboo spine.
- LBP miogenik
Ketegangan otot :
 Sikap tegang yang berulang-ulang pada posisi yang sama akan memendekan otot
yang akhirnya akan timbul rasa nyeri. Rasa nyeri timbul karena iskemia ringan
pasa jaringan otot regangan yang berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap
tulang, serta regangan pada kapsula.
Spasme otot atau kejang otot :
 Disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba dimana jaringan otot sebelumnya dalam
kondisi yang tegang atau kaku atau kurang pemanasan. Gejalanya yaitu adanya
kontraksi otot yang disertai dengan nyeri hebat. Setiap gerakan akan memperberat
rasa nyeri sekaligus menambah kontraksi.
Defisiensi otot :
 Disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanisme yang berlebihan,
tirah baring yang terlalu lama maupun karena imobilisasi.
Otot yang hipersensitif :
 Menciptakan suatu daerah yang apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri
dan menjalar ke daerah tertentu.
Berdasarkan mekanisme patologiknya dapat dibedakan menjadi:
a. Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama Low Back Pain. Pada orang-
orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban
yang berat dapat menderita nyeri pinggang yang akut. Gerakan bagian punggung belakang
yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot
punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri.
Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu.
Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak
mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut. Menurut Soeharso (1978), secara patologis
anatomis, pada Low Back Pain yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa
keadaan, seperti:
 Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada os sacrum
akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan saat posisi supine. Pada
pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan kaki pada hip joint terbatas.
 Perubahan pada sendi Lumba Sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum, dan dapat
menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang
hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan gerak.
b. Infeksi
Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan
pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan. Artritis rematoid dapat
melibatkan persendian sinovial pada vertebra. Artritis rematoid merupakan suatu proses yang
melibatkan jaringan ikat mesenkimal. Penyakit Marie-Strumpell, yang juga dikenal dengan
nama spondilitis ankilosa atau bamboo spine terutama mengenai pria dan teruta mengenai
kolum vertebra dan persendian sarkoiliaka. Gejala yang sering ditemukan ialah nyeri lokal
dan menyebar di daerah pnggang disertai kekakuan (stiffness) dan kelainan ini bersifat
progresif.
c. Neoplasma
Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas. Tumor jinak dapat mengenai
tulang atau jaringan lunak. Contoh gejala yang sering dijumpai pada tumor vertebra ialah
adanya nyeri yang menetap. Sifat nyeri lebih hebat dari pada tumor ganas daripada tumor
jinak. Contoh tumor tulang jinak ialah osteoma osteoid, yang menyebabkan nyeri pinggang
terutama waktu malam hari. Tumor ini biasanya sebesar biji kacang, dapat dijumpai di
pedikel atau lamina vertebra. Hemangioma adalah contoh tumor benigna di kanalis spinal
yang dapat menyebabkan nyeri pinggang. Meningioma adalah tumor intradural dan
ekstramedular yang jinak, namun bila ia tumbuh membesar dapat mengakibatkan gejala yang
besar seperti kelumpuhan.
d. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada tempat yang
mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada daerah punggung bagian
bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain. Beberapa
jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh perubahan jaringan antara lain:
 Osteoartritis (Spondylosis Deformans)
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-ototnya juga menjadi berkurang
sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan padaotot atau sendi. Selain itu juga terjadi
penyempitan dari ruang antar tulang vetebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi
tidak fleksibel seperti saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang
hingga ke pinggang.
 Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini ditandai dengan nyeri
dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri memberat saat beraktivitas, sikap
tidur yang buruk dan kelelahan.
e. Kongenital
Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang bawah yang penting.
Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah adalah :
 Spondilolisis dan spondilolistesis
Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus vertebrae ( in utero ) arkus
vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebraenya sendiri. Pada spondilolistesis korpus
vertebrae itu sendiri ( biasanya L5 ) tergeser ke depan. Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu
bayi itu masih berada dalam kandungan, namun ( oleh karena timbulnya kelinan-kelainan
degeneratif ) sesudah berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri
pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur. Dan akan bertambah, bila
penderita itu berdiri atau berjalan. Spondilolitesis dapat mengakibatkan tertekuknya radiks
L5 sehingga timbul nyeri radikuler.
 Spina Bifida
Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang ditutupi oleh kulit yang berbulu,
maka hendaknya kita waspada bahwa didaerah itu ada tersembunyi suatu spina bifida okulta.
Pada foto rontgen tampak bahwa terdapat suatu hiaat pada arkus spinosus di daerah lumbal
atau sakral. Karena adanya defek tersebut maka pada tempat itu tidak terbentuk suatu
ligamentum interspinosum. Keadaan ini akan menimbulkan suatu “lumbo-sakral sarain” yang
oleh si penderita dirasakan sebagai nyeri pinggang.
 Stenosis kanalis vertebralis
Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara radiologis. Walaupun penyakit telah ada sejak lahir,
namun gejala-gejalanya baru tampak setelah penderita berumur 35 tahun. Gejala yang
tampak adalah timbulnya nyeri radikuler bila si penderita jalan dengan sikap tegak. Nyeri
hilang begitu penderita berhenti jalan atau bila ia duduk. Untuk menghilangkan rasa nyerinya
maka penderita lantas jalan sambil membungkuk.
 Spondylosis lumbal
Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus intervertebralis, yang
menyebabkan nyeri dan kekakuan.
 Spondylitis
Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang. Ini merupakan penyakit
sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama mengenai orang muda dan menyebabkan
rasa nyeri dan kekakuan sebagai akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi dan
ankilosing sendi tulang belakang.
f. Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat mengakibatkan
rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian tubuh yang lain,
misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan sebagainya. Beberapa pekerjaan yang
mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan
terjadinya. Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada
tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot.
PATOFISIOLOGI
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis yang tersusun atas
banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus intervertebralis) yang diikat satu sama
lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung
yang unik tersebut memungkinkan fleksibelitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan
perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang
akan menyerap goncangan vertikal pada saat berlari dan melompat. Batang tubuh membantu
menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting pada aktivitas
mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini.
Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk menyamping menyebabkan otot tidak mampu
mempertahankan posisi tulang belakang thorakal dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas
dan disertai tarikan dari samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan facet joint
menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebut yang akhirnya menimbulkan keterbatasan
gesekan pada tulang belakang. Obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan perengangan
berlebihan pendukung tulang dapat berakibat nyeri punggung. Diskus intervertebralis akan
mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama
tersusun atas fibrokartilago dengan matrik gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago
yang padat dan tak teratur. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis
paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset akan mengakibatkan penekanan
pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang menyebabkan nyeri menyebar sepanjang
saraf tersebut.(6)

FAKTOR RISIKO
Faktor risiko terjadinya Low Back Pain adalah sebagai berikut : (1,3,7)
1. Usia

Secara teori, nyeri pinggang atau LBP dapat dialami oleh siapa saja, pada umur berapa
saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini
mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada
umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade
kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri pinggang ini
semakin lama
semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
2. Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan nyeri pinggang
sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi
timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya
pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan
kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan
terjadinya nyeri pinggang.
3. Faktor Indeks Massa Tubuh
- Berat Badan

Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya nyeri pinggang lebih
besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat
memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
- Tinggi Badan

Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban anterior maupun
lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.
4. Pekerjaan

Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban berat, sehingga
riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab serta penanggulangan keluhan
ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di
pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar resiko
timbulnya keluhan nyeri pinggang.
5. Aktivitas atau Olahraga

Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak disadari
oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti
duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri
pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang
tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan
punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk
atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang
spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian
tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk
mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah
jongkok terlebih dahulu.
6. Faktor Risiko Lain

Kondisi kesehatan yang buruk, masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif,
merokok, skoliosis mayor (kurvatura >80o), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang
berhubungan pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri
berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik
beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan. Merokok dikatakan dapat meningkatkan resiko
terjadinya nyeri pinggang bawah pada usia muda dengan odds ratio 2,4 95% CI 1,3-6,0.

DIAGNOSIS
Anamnesis
Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu: (4,7)
a) Nyeri pinggang lokal
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke kanan dan
ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal,
korpus vertebra, sendi dan ligamen.
b) Iritasi pada radiks
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom yang
bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya perasaan atau
gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak ruang pada foramen
vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.
c) Nyeri rujukan somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada dermatom yang
bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat dirasakan di bagian lebih
superfisial.
d) Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam ruangan panggul
dapat dirasakan di daerah pinggang.
e) Nyeri karena iskemia
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat dirasakan di
pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat disebabkan oleh penyumbatan pada
percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis.
f) Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom dengan reaksi
wajah yang sering berlebihan.
Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi
mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan
sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan
intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada
tungkai yang lebih banyak dari pada LBP dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya
radikulopati dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri LBP lebih banyak
daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga
biasanya tidak memerlukan tindakan operatif.
Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala
merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis. Herniasi diskus bisa
membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak
nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2- 4 minggu.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya
berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP, namun sebagian besar episode
herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau
memungut barang yang enteng.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri
LBP, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri,
dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat
menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi. Selain nyeri oleh penyebab
mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam hari bisa merupakan suatu peringatan,
karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu keganasan
ataupun infeksi.
Faktor-faktor lain yang penting adalah gangguan pencernaan atau gangguan miksi-
defekasi, karena bisa merupakan tanda dari suatu lesi di kauda ekuina dimana harus dicari
dengan teliti adanya hipestesi peri-anal, retensio urin, overflow incontinence dan tidak adanya
perasaan ingin miksi dan gejala-gejala ini merupakan suatu keadaan emergensi yang absolut,
yang memerlukan suatu diagnosis segera dan dekompresi operatif segera, bila ditemukan kausa
yang menyebabkan kompresi.
Suatu radikulopati tanpa nyeri menandakan kemungkinan adanya suatu penyakit
metabolik seperti polineuropati diabetik, namun juga harus diingat bahwa hilangnya nyeri tanpa
terapi yang adekuat dapat menandakan adanya suatu penyembuhan, namun dapat pula berarti
bahwa serabut nyeri hancur sehingga perasaan nyeri hilang, walaupun kompresi radiks masih
ada.
Suatu nyeri yang berkepanjangan akan menyebabkan dan dapat diperberat dengan adanya
depresi sehingga harus diberi pengobatan yang sesuai. Terdapat 5 tanda depresi yang menyertai
nyeri yang hebat, yaitu anergi (tak ada energi), anhedonia (tak dapat menikmati diri sendiri),
gangguan tidur, menangis spontan dan perasaan depresi secara umum.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri punggung meliputi evaluasi
sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh
bawah, kekuatan dan refleks-refleks.
a) Inspeksi :
o Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan menolak untuk
duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus.
o Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan juga
bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai
hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.
o Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
 Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
 Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai bila
ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena gerakan ini
akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada
saraf spinal.
 Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai bila
ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas suatu diskus
protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan
meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).
b) Palpasi :
o Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu keadaan
psikologis di bawahnya (psychological overlay).
o Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan pada
ruangan intervertebralis.
o Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (stepoff) pada palpasi di
tempat/level yang terkena.
o Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur
pada vertebra.
o Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
o Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang
menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN). Dari pemeriksaan refleks ini
dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau LMN.
c) Pemeriksaaan Motorik
o Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk menemukan
abnormalitas motoris.
o Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
 Berjalan dengan menggunakan tumit.
 Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.
 Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )
d) Pemeriksaan Sensorik
o Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian dari penderita dan
tak jarang keliru
o Nyeri dalam otot.
o Rasa gerak.
e) Refleks
o Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella, respon dari
pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.
f) Special Test
o Tes Lasegue:
 Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien tidak dapatmengangkat
tungkai kurang dari 60° dan nyeri sepanjang nervus ischiadicus. Rasa nyeri dan
terbatasnya gerakan sering menyertai radikulopati, terutama pada herniasi discus
lumbalis/ lumbo-sacralis.

o Tes Patrick dan anti-patrick:


 Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul. Positif jika gerakan diluar
kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa nyeri. Positif pada penyakit sendi panggul,
negative pada ischialgia.

o Tes kernig:
 Pasien terlentang, paha difleksikan, kemudian meluruskan tungkai bawah sejauh
mungkin anpa timbul rasa nyeri yang berarti. Positif jika terdapat spasme involunter otot
semimembraneus, semitensinous, biceps femoris yang membatasi ekstensi lutut dan
timbul nyeri.
o Tes Naffziger:
 Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan meningkat, akan
menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, timbul nyeri radikuler. Positif pada
spondilitis.
o Tes valsava:
 Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan meningkat, hasilnya sama
dengan percobaan Naffziger.
o Spasme m. psoas:
 Diperiksa pada pasien yang berbaring terlentang dan pelvis ditekan kuat – kuat pada meja
oleh sebelah tangan pemeriksa, sementara tangan lain menggerakkan tungkai ke posisi
vertical dengan lutut dalam keadaan fleksi tegak lurus. Panggulsecara pasif mengadakan
hiperekstensi ketika pergelangan kaki diangkat. Terbatasnya gerakan ditimbulkan oleh
spasme involunter m.psoas.
o Tes Gaenselen:
 Terbatasnya fleksi lumbal secara pasif dan rasa nyeri yang diakibatkan sering menyertai
penyakit pada art. Lumbal / lumbosacral. Dengan pasien berbaring terlentang, pemeriksa
memegang salah satu ekstremitas bawah dengan kedua belah tangan dan menggerakkan
paha sampai pada posisi fleksi maksimal. Kemudian pemeriksa menekan kuat – kuat ke
bawah kearah meja dan ke atas kearah kepala pasien, yang secara pasif menimbulkan
fleksi columna spinalis lumbalis.
Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah (LED), kadar Hb,
jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
b) Pungsi Lumbal (LP) :
LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan akan terjadi transudasi
dari low molecular weight albumin sehingga terlihat albumin yang sedikit meninggi sampai dua
kali level normal.
c) Pemeriksaan Radiologis :
- Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai
penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor spinal.
Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang
tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.

 CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis telah
jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
 Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien yang
sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi metal. CT mielografi
dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan lebih jelas ada atau
tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang menjalani operasi vertebra
multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi terhadap stenosis foraminal dan
kanal vertebralis.
 MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan
berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan
suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena. MRI sangat berguna
bila:
 vertebra dan level neurologis belum jelas
 kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak
 untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
 kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
Mielografi atau CT mielografi dan atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat berharga
pada diagnosis LBP dan diperlukan oleh ahli bedah saraf atau ortopedi untuk menentukan
lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah adanya sekwester diskus yang lepas dan
mengeksklusi adanya suatu tumor. Mumenthaler (1983) menyebutkan adanya 25% false negative
diskus prolaps pada mielografi dan 10% false positive dengan akurasi 67%.
 Diskografi dapat dilakukan dengan menyuntikkan suatu zat kontras ke dalam nukleus
pulposus untuk menentukan adanya suatu annulus fibrosus yang rusak, dimana kontras
hanya bisa penetrasi/menembus bila ada suatu lesi. Dengan adanya MRI maka
pemeriksaan ini sudah tidak begitu populer lagi karena invasif.
 Elektromiografi (EMG) :
Dalam bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis/neurofisiologis sangat
berguna pada diagnosis sindroma radiks. Pemeriksaan EMG dilakukan untuk :
- Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks
- Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer
- Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks
 Elektroneurografi (ENG)
Pada elektroneurografi dilakukan stimulasi listrik pada suatu saraf perifer tertentu
sehingga kecepatan hantar saraf (KHS) motorik dan sensorik (Nerve Conduction Velocity/NCV)
dapat diukur, juga dapat dilakukan pengukuran dari refleks dengan masa laten panjang seperti F-
wave dan H-reflex. Pada gangguan radiks, biasanya NCV normal, namun kadang-kadang bisa
menurun bila telah ada kerusakan akson dan juga bila ada neuropati secara bersamaan.
 Potensial Cetusan Somatosensorik (Somato-Sensory Evoked Potentials/SSEP)
Kadang-kadang pemeriksaan SSEP diperlukan untuk membuat diagnosis lesilesi yang
lebih proksimal sepanjang jaras-jaras somatosensorik.
Semua tes mempunyai hasil yang positif palsu dan negatif palsu serta penggunaan tes
diagnostik lebih dari satu akan mempertajam akurasi diagnostik. Harus diingat bahwa seluruh
pemeriksaan tambahan ini dilakukan dalam kerangka pemeriksaan klinis neurologis dan harus
dievaluasi sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh sehingga sampai pada suatu kesimpulan
diagnosis yang akurat sehingga tindakan pembedahan yang berlebihan dapat dicegah.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Low Back Pain Akut
Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan kombinasi dari pemberian
informasi, saran, analgesia, dan jaminan yang tepat. Pasien juga harus disemangati untuk segera
kembali bekerja. Penjelasan dan saran dapat juga dalam bentuk tertulis. Kronisitas low back pain
dapat dihindari dengan: memperhatikan aspek psikologis gejala yang ada, menghindari
pemeriksaan yang tidak perlu dan berlebihan, menghindari penatalaksanaan yang tidak
konsisten, serta memberikan saran untuk mencegah rekurensi (seperti: menghindari
pengangkatan beban yang berat).
Faktor yang berhubungan dengan hasil dan kronisitas low back pain :
Distress: reaksi depresif, ketidakberdayaan.
Pemahaman tentang nyeri dan disabilitas: rasa takut dan kesalahpahaman tentang nyeri.
Faktor perilaku: menghindari gerakan-gerakan yang memperberat.
Mengidentifikasi Faktor Risiko ke Arah Kronisitas
Guidelines tatalaksana untuk strata 1 dititikberatkan pada identifikasi faktor risiko ke
arah kronisitas. Pendekatan yang berguna telah dikembangkan di New Zealand. Bertujuan untuk
mengikutsertakan semua pihak (pasien, keluarga, paramedis, dan yang paling penting atasan
pasien). Empat kelompok faktor risiko (flags) untuk kronisitas berikut dengan strategi
penatalaksanaan yang direkomendasikan, termasuk pemakaian kuesioner skrining, struktur
interview yang sesuai dan pedoman manajemen perilaku. Fokusnya hanya pada faktor psikologis
yang mengarah ke kronisitas . Red flags akan mengidentifikasi sejumlah kecil pasien yang
membutuhkan rujukan ke ahli bedah. Begitu pula jika pasien bertendensi untuk bunuh diri, harus
dirujuk ke psikiater secepatnya. Kedua grup pasien ini harus ditatalaksana secara terpisah.
Pedoman Penatalaksanaan Komprehensif Pasien dengan Nyeri
Mendengarkan pasien dengan seksama.
Memperhatikan perilaku pasien dengan cermat.
Mendengarkan bukan hanya apa yang dikatakan, tetapi bagaimana hal tersebut dikatakan.
Empati terhadap perasaan pasien.
Memotivasi agar pasien tidak merasa takut.
Memperbaiki kesalahpahaman yang mungkin terjadi dalam konsultasi dokter-pasien.
Menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak membantu (atau bahkan merusak).
Mengerti kondisi sosial ekonomi pasien.
Penatalaksanaan Low Back Pain Kronik yang menyebabkan Disabilitas
Penelitian telah menunjukkan bahwa pengaruh terpenting dalam perkembangan kronisitas
adalah psikologikal dibandingkan dengan biomekanikal. Faktor-faktor psikologis yang dimaksud
adalah distress berat, kesalahpahaman tentang nyeri dan implikasinya, serta penghindaran
aktivitas karena takut membuat rasa nyeri bertambah parah. Terhadap pasien-pasien yang
membutuhkan penanganan rujukan spesialis, pilihan terapinya adalah interdisciplinary pain
management programme (IPMP). Dimana difokuskan pada fungsi dibandingkan penyakit,
tatalaksana dibandingkan penyembuhan, integrasi beberapa terapi spesifik, penatalaksanaan
multidisiplin, menekankan pada metode aktif daripada pasif, dan self care daripada hanya
menerima terapi.
Penatalaksanaan Low Back Pain Non Spesifik
Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting untuk melanjutkan kerja seperti biasanya.
Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa kasus dapat dilakukan
tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri.
Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan digunakan hanya jika
diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau NSAID. Jika tidak ada perbaikan, coba campuran
parasetamol dengan opioid. Pertimbangkan tambahan muscle relaxant tetapi hanya untuk jangka
pendek, mengingat bahaya ketergantungan.
Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali ke aktivitas sehari-harinya
dalam 4-6 minggu.
Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasuskasus yang membutuhkan obat penghilang nyeri
ekstra dan belum dapat kembali bekerja dalam 1-2 minggu.
Terapi dan intervensi lain: belum ada penelitian mengenai terapi dengan traksi, termis
ultrasound, akupuntur, sabuk penyangga, ataupun pijatan.

Penatalaksanaan KFR pada LOW BACK PAIN


Tujuan: (7)
1. Menghilangkan nyeri
2. Memperbaiki postur
3. Mencegah komplikasi disuse & misuse
4. Penguatan otot punggung abdomen & tungkai
5. Cegah LBP berulang

Metode:
1. Istirahat
Mengistirahatkan punggung dari berbagai aktivitas yang dapat memperburuk kondisi
punggung merupakan alternatif yang dapat dianjurkan. Lama istirahat yang dianjurkan
untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal adalah selama 2 hari. Istirahat
yang terlalu lama tidak dianjurkan karena akan menyebabkan kelemahan otot. Pasien
kemudian dilatih secara bertahap setelah istirahat untuk dapat kembali ke aktivitas biasa.
2. Modalitas dingin
Modalitas dingin dapat digunakan pada pasien LBP dengan tanda-tanda inflamasi/trauma
akut. Hal ini dilakukan dengan meanruh sebuah kantong yang berisi es pada daerah yang
mengalami nyeri. Terapi diberikan selama 10-20 menit dengan suhu sekitar 15-20°C
sebanyak 4-6x/hari. Terapi ini tidak disarankan apabila pasien mengalami defisit sensorik
yang bermakna.
3. Modalitas panas
Modalitas panas dapat digunakan pada pasien LBP dengan tanda-tanda inflamasi/trauma
kronik. Terapi diberikan selama 10-20 menit dengan suhu sekitar 40-45°C sebanyak 2-
4x/hari. Terapi ini tidak disarankan apabila pasien mengalami defisit sensorik yang
bermakna.
4. Traksi lumbal
Traksi merupakan proses mekanik menarik tulang sehingga sendi saling menjauh. Traksi
lumbal dapat menurunkan intensitas nyeri dan mengurangi spasme otot yang terjadi.
Terapi ini tidak disarankan pada kondisi akut dan kondisi lainnya seperti gangguan
kardiovaskular, osteoporosis, dll.
5. Masase
Masase dilakukan untuk melancarkan sirkulasi di daerah otot yang tegang sehingga
mengalami relaksasi dan diharapkan nyeri yang dirasakan dapat lebih berkurang.
6. TENS
Merupakan terapi modalitas listrik yang digunakan pada pasien LBP untuk mengatasi
nyeri yang timbul. Mekanisme kerjanya dengan memblok saraf yang menyampaikan
rangsang nyeri dengan stimulasi listrik yang diberikan diharapkan rangsang listrik
tersebut lebih dahulu dihantarkan melalui serabut saraf yang ukurannya jauh lebih besar
sehingga nyeri yang ada tidak dihantarkan.
7. Laser
Merupakan terapi modalitas cahaya yang digunakan pada pasien LBP. Terapi laser
bekerja menciptakan reaksi biokimia dalam jaringan tubuh sehingga merangsang sel
untuk melakukan perbaikan diri, meningkatkan sirkulasi darah, dan mengurangi reaksi
peradangan yang terjadi. Terapi diberikan selama 10-20 menit pada daerah yang
mengalami nyeri.
8. Ortotis
Pemakaian korset lumbal merupakan jenis ortosis yang sering digunakan dengan
mengurangi lordosis lumbalis dapat mengurangi gejala LBP dan meningkatkan jarak saat
berjalan. Pada beberapa pasien, perbaikan yang dirasakan cukup memuaskan dan jarak
saat berjalan cukup untuk kegiatan sehari-hari. Percobaan dalam 3 bulan
direkomendasikan sebagai bentuk pengobatan awal kecuali terdapat defisit motorik atau
defisit neurologis yang progresif.
9. Alat bantu jalan
Alat bantu jalan pada pasien LBP hanya diberikan apabila pasien memiliki disabilitas
dalam melakukan fungsi ambulasi. Penggunaan alat bantu jalan tidak disarankan untuk
rutin diberikan pada pasien LBP.
10. Terapi latihan & proper back mechanism
Proper back mechanism:
- Posisikan kepala di titik tertinggi, bahu ditaruh sedikit ke belakang
- Duduk tegak 90°
- Gunakan sepatu yang nyaman
- Jika ingin duduk dengan jangka waktu yang lama, istirahatkan kaki di lantai atau apa
saja yang menurut Anda nyaman
- Jika mempunyai masalah dengan tidur, taruhlah bantal di bawah lutut atau jika tidur
menyamping, letakkanlah bantal di antara kedua lutut
- Hindari berat badan yang berlebihan

Terapi Latihan
1. William Flexion Exercise(7)
a. Pengertian
William Flexion Exercise diperkenalkan oleh Dr. Paul Williams. Program latihan
ini banyak ditujukan pada pasien-pasien kronik LBP dengan kondisi degenerasi corpus
vertebra sampai pada degenerasi diskus. Program latihan ini telah berkembang dan
banyak ditujukan pd laki-laki dibawah usia 50-an & wanita dibawah usia 40-an yang
mengalami lordosis lumbal yang berlebihan, penurunan space diskus antara segmen
lumbal, & gejala-gejala kronik LBP.
William Flexion Exercise adalah program latihan yang terdiri atas 7 macam gerak
yang menonjolkan pada penurunan lordosis lumbal (terjadi fleksi lumbal). William
flexion exercise telah menjadi dasar dalam manajemen nyeri pinggang bawah selama
beberapa tahun untuk mengobati beragam problem nyeri pinggang bawah berdasarkan
temuan diagnosis. Dalam beberapa kasus, program latihan ini digunakan ketika penyebab
gangguan berasal dari facet joint (kapsul-ligamen), otot, serta degenerasi corpus dan
diskus. Tn. William menjelaskan bahwa posisi posterior pelvic tilting adalah penting
untuk memperoleh hasil terbaik.
b. Tujuan
Adapun tujuan dari William Flexion Exercise adalah untuk mengurangi nyeri,
memberikan stabilitas lower trunk melalui perkembangan secara aktif pada otot
abdominal, gluteus maximus, dan hamstring, untuk menigkatkan fleksibilitas / elastisitas
pada group otot fleksor hip dan lower back (sacrospinalis), serta untuk
mengembalikan/menyempurnakan keseimbangan kerja antara group otot postural fleksor
& ekstensor.
c. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi dari William Flexion Exercise adalah spondylosis, spondyloarthrosis, dan
disfungsi sendi facet yang menyebabkan nyeri pinggang bawah. Kontraindikasi dari
William Flexion Exercise adalah gangguan pada diskus seperti disc. bulging, herniasi
diskus, atau protrusi diskus.

d. Prosedur Pelaksanaan
Adapun prosedur pelaksanaan William Flexion Exercise adalah sebagai berikut :
1. Latihan I (pelvic tilting)
Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua knee fleksi & kaki datar diatas bed/lantai.
Datarkan punggung bawah melawan bed tanpa kedua tungkai mendorong ke bawah.
Kemudian pertahankan 5 – 10 detik.

2. Latihan II (single knee to chest)


Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua knee fleksi & kaki datar di atas bed/lantai.
Secara perlahan tarik knee kanan kearah shoulder & pertahankan 5 – 10 detik. Kemudian
diulangi untuk knee kiri dan pertahankan 5 - 10 detik.
3. Latihan III (double knee to chest)
Mulai dengan latihan sebelumnya (latihan II) dengan posisi pasien yang sama. Tarik knee
kanan ke dada kemudian knee kiri ke dada dan pertahankan kedua knee selama 5 – 10
detik. Dapat diikuti dengan fleksi kepala/leher (relatif) kemudian turunkan secara
perlahan-lahan salah satu tungkai kemudian diikuti dengan tungkai lainnya.

4. Latihan IV (partial sit-up)


Lakukan pelvic tilting seperti pada latihan I. Sementara mempertahankan posisi ini
angkat secara perlahan kepala dan shoulder dari bed/lantai, serta pertahankan selama 5
detik. Kemudian kembali secara perlahan ke posisi awal.

5. Latihan V (hamstring stretch)


Mulai dengan posisi long sitting dan kedua knee ekstensi penuh. Secara perlahan
fleksikan trunk ke depan dengan menjaga kedua knee tetap ekstensi. Kemudian kedua
lengan menjangkau sejauh mungkin diatas kedua tungkai sampai mencapai jari-jari kaki.

6. Latihan VI (hip fleksor stretch)


Letakkan satu kaki didepan dengan fleksi knee dan satu kaki dibelakang dengan knee
dipertahankan lurus. Fleksikan trunk ke depan sampai knee kontak dengan lipatan axilla
(ketiak). Ulangi dengan kaki yang lain.

7. Latihan VII (squat)


Berdiri dengan posisi kedua kaki paralel dan kedua shoulder disamping badan. Usahakan
pertahankan trunk tetap tegak dengan kedua mata fokus ke depan & kedua kaki datar
diatas lantai. Kemudian secara perlahan turunkan badan sampai terjadi fleksi kedua knee.

2. Mc kenzie exercize
Pengertian :
Tehnik latihan secara aktif yang di tujukan pada kasus – kasus LBP dengan gerakan
badan ke belakang/ekstensi.
Tujuan :
- Penguatan dan peregangan otot ekstensor dan fleksor sendi lumbosacralis.
- Menekankan peran aktif pasien.
- Dapat mengurangi nyeri yang disebabkan oleh spasme otot sehingga stuktur
jaringan spesifik mengalami pemendekan.
- Teori “bend finger syndrome” adanya kekuatan yang cukup untuk menimbulkan
stress/perubahan posisi mobile segment spasme dan hambatan gerak, dapat
diatasi apabila stress/perubahan posisi mobile segment dapat dihilangkan.
Efek Terapeutik :
- Mengurangi/menghilangkan limitasi ROM.
- Memulihkan mobilitas dan fungsi lumbal dgn menghilangkan
stress/mengembalikan posisi mobile segment ke posisi normal.
- Rileksasi otot yg spasme dgn mengulur dan memperbaiki postur.
Kontraindikasi:
Malignant (primer/sekunder), RA, Gout, Paget disease, VBI, Hipermobile, Fraktur,
Dislokasi, Ruptur ligament,Spondylolisthesis, Ankylosing spondylitis,
Osteoporosis,Osteomalacia
Optimalisasi hasil :
- Dimulai dari gerakan mudah, kemudian ditingkatkan sesuai dengan
kemampuan.
- Dilakukan secara perlahan, ritmis, terkontrol
- Setiap jenis gerakan dilakukan sekitar 5-15x
- Posisi terlentang dilakukan di matras yang agak keras
- Pasien tidak boleh terlalu lelah
- Informasikan fisioterapi apabila latihan menambah rasa sakit, jika perlu
dihentikan

Gerakan Latihan :
Latihan 1
Posisi pasien terlengkup, kepala menghadap salah satu sisi, pasien diminta
untuk tarik nafas dan rileks selama 4-5 menit.

Latihan 2
Posisi telengkup, lipat siku, badan tertumpu pada siku, pandangan lurus ke
depan, lalu pertahankan posisi selama 2-5 menit.
Latihan 3
Posisi terlengkup, posisi tangan seperti push up, lalu gerakan tekan matras
pinggang dan badan terangkat ke atas. Usahakan pelvis dan
kedua lutut tetap menempel pada lantai, pertahankan selama 5 detik dengan 10 x
repetisi.

Latihan 4
Posisi tengkurap, lipat kedua siku, badan bertumpu pada kedua siku tersebut,
pandangan lurus ke depan dengan kedua tungkai lurus, angkat kepala ±450,
pasien diminta menggerakkan satu tungkai, kemudian secara bergantian.

Latihan 5
Posisi berdiri tegak, kaki agak terbuka, kedua tangan pada pinggang, jari terbuka
ke belakang, lalu bungkukkan badan ke belakang sesuai kemampuan
pasien.Pertahankan posisi selama 5 detik.(7)

PROGNOSIS
Dengan penatalaksanaan yang baik dan benar kita dapat menghilangkan keluhan nyeri
serta membantu pasien untuk menjaga agar kondisi tidak semakin memburuk.(3,5)
Pencegahan
Mengingat beratnya gejala penyakit ini dan kita tidak pernah tahu seberapa cepat proses
degenerasi terjadi pada tulang punggung, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mengurangi resiko terjadinya spondylosis.
1. Hindari aktivitas atau olahraga dengan benturan tinggi (high impact). Pilih jenis olah raga
yang lebih ringan, serta mengandalkan peregangan dan kelenturan.
2. Lakukan exercise leher dan punggung yang dapat meningkatkan kekuatan otot,
kelenturan, dan jangkauan gerak.
3. Jangan melakukan aktivitas dengan posisi yang sama dalam jangka waktu lama. Sebisa
mungkin ubah posisi sambil beristirahat sejenak. Misalnya waktu menonton TV, bekerja
di depan komputer, ataupun mengemudi.
4. Pertahankan postur yang baik. Duduklah yang tegak. Jangan bertumpu pada satu kaki bila
berdiri. Jangan membungkuk bila hendak mengangkat barang berat, lebih baik tekuk
tungkai dan tetap tegak.
5. Hindari mengangkat beban atau barang yang berlebihan, terutama saat mengangkat
barang dengan menggunakan punggung.
6. Lindungi diri dengan sabuk pengaman saat berkendara. Hal ini membantu mencegah
terjadinya komplikasi ke tulang belakang bila terjadi trauma.(7)
Pencegahan Agar tidak Terjadi Low Back Pain

1. Posisi Badan

- Ketika mengangkat dan membawa barang dengan beban maka posisi punggung
dalam keadaan lurus (diskus intervertebralis), terihat pada gambar 1 biru.Dengan
posisi ini beban akan terdistribusi keseluruh sendi yang berbeda (lutut, tulang
belakang).

- Ketika mengangkat dan membawa/menjinjing beban posisi tulang belang harus


tegak terhadap panggul (Rundrückenhaltung postur swayback)
- Khusus untuk beban yang yang besar atau sering mengangkat beban berat, maka
sendi-sendi pada tulang belang akan menekat tulang rawan dan akan berakibat
merusak pada sendi diskus intervertebralis. Dengan beban yang terlalu berat dan
posisi yang dipaksakan, maka akan berakibat pembengkaan atau salah urat (urat
kejepit).
2. Mengangkat dan Membawa yang tepat

- Posisi persiapan mengangkat tabung . Tempatkan beban dibahu angkat bagian


bawah dengan posisi jongkok tegak.
- Posisi berjalan dengan mengangkat beban , waktu berjalan badan dimiringkan ke
sisi

- Mengangkat dengan posisi membung kukkan badan, karena posisi tersebut


sangat tidak aman dan beban diterima langsung pada ujung tulang belakang dekat
kepala. Mengangkat dengan posisi seperti ini ,beban daapat meningkat menjadi
lebih dari duakali lipat berat sesungguhnya
- Memindahkan barang dari kiri ke kanan atau sebaliknya dengan cara memutar
badan sangat tidak dianjurkan dan berbahaya sekali. Hal tersebut dapat memutar
tulang belakang saat mengangkat dan menurunkan barang . Yangperlu
diperhatikan adalah posisi berdiri, dimana benda yang akan dipindah berada
didepan kita, arah kaki lurus, sedang arah berputar, posisi kaki 90 0 tidak boleh
lebih.

- Memindahkan barang atau tabung seperti ganbar, maka posisi beban harus sama
antara beban tangan kiri dan beban tangan kanan.(5,6,7)
DAFTAR PUSTKA
1. http://repository.unimus.ac.id
2. http://eprints.ums.ac.id/42724/7/BAB%201.pdf
3. http://eprints.umm.ac.id/28408/2/jiptummpp-gdl-andiazis08-34228-2-babi.pdf
4. http://eprints.ums.ac.id/45176/31/Naskah%20publikasi-joss%20gandoss.pdf
5. https://www.secangkirterapi.com/2017/08/metode-mc-kenzie-100-mengurangi-nyeri.html

6. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Low Back Pain Pada Pekerja. L, Astuti, dkk. 2018.
7. Fajrin, Iniyati. 2008. Penatalaksanaan Fisioterapi dengan Infra Red, Tens, dan William
Flexion Exercise pada Kondisi Low Back Pain karena Spondilosis Lumbalis. Karya Tulis
Ilmiah: UMS

You might also like