Professional Documents
Culture Documents
EPISTEMOLOGI BAYANI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu: Dr. Endah Winarti, M.Pd
Oleh:
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan karunia, rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah ini
sehingga selesai pada waktunya. Makalah yang berjudul “Epistimologi Bayani” ini
disusun dan dibuat berdasarkan materi yang sudah ada. Selain untuk memenuhi
tugas mata kuliah pengantar filsafat ilmu, pembuatan makalah ini bertujuan agar
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis mengharapkan semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.
Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah mendukung dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata, kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan.
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. Definisi Strategi Operasi .......................................................................3
B. Empat Perspektif dalam Strategi Operasi ............................................. 3
C. Perspektif ‘Top-Down’ .........................................................................4
D. Perspektif ‘Bottom-Up’ ........................................................................6
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 23
A. Kesimpulan ........................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epistemologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membahas teori
ilmu pengetahuan. Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, episteme, yang berarti
pengetahuan (Abdullah, 2002). Epistemologi menjangkau permasalahan-
permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika, selain itu ia
merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di
dalam kehidupan sehari-hari. Namun ia diperlukan sebagai upaya untuk
mendasarkan pembicaraan sehari-hari pada pertangungjawaban ilmiah (Hadi,
1994).
Epistemologi menempati posisi penting dalam dunia pemikiran, sebab ia
menentukan corak pemikiran dan pernyataan kebenaran yang dihasilkannya.
Bangunan dasar epistemologi berbeda dari satu peradaban dengan yang lain
(Syafrin, 2004). Perbedaan titik tekan dalam epistemologi memang besar sekali
pengaruhnya dalam konstruksi bangunan pemikiran manusia secara utuh. Oleh
karena itu perlu pengembangan empirisme dalam satu keutuhan dimensi yang
bermuatan spiritualitas dan moralitas (Abdullah, 2002).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka di sini akan dibahas tentang salah
satu epistemologi Islam yang digagas oleh Muhammad ‘Abid al-Jabiri, yaitu
epistemologi bayani. Sebagai epistemologi paling awal dalam pemikiran Islam,
epistemologi bayani tidak muncul secara tiba-tiba. Tetapi, epistemologi ini
memiliki akar sejarah panjang dalam budaya dan tradisi pemikiran Arab.
Epistemologi ini menjadikan wahyu (teks) sebagai sumber pengetahuan dan
kebenaran dalam Islam. Konstruksi berpikir bayani adalah deduktif dengan
menjadikan nash atau wahyu sebagai sumber pengetahuan (Arif, 2008).
Bayani merupakan metode pemikiran khas Arab yang didasarkan atas
otoritas teks (nash), secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung artinya
memahami teks sebagai pengetahuan jadi dan langsung mengaplikasikan tanpa
perlu pemikiran. Sedangkan yang dimaksud dengan secara tidak langsung adalah
memahami teks sebagai pengetahuan mentah sehingga perlu tafsir dan penalaran.
Meski demikian, hal ini bukan berarti akal atau rasio bisa bebas menentukan makna
dan maksudnya, tetapi tetap harus bersandar pada teks. Dengan kata lain, cara
berpikir bayani lebih mengandalkan pada otoritas teks (Soleh, 2010).
Menurut Imam as-Syafi’i, tiga asas epistemologi bayani adalah al-Qur’an,
as-Sunnah dan al-Qiyas. Kemudian, beliau juga menyandarkan pada satu asas lagi,
yaitu al-Ijma’ (Al-Jabiri, 2009). Berdasarkan suatu penelitian, ulama telah
menetapkan bahwa dalil-dalil sebagai dasar acuan hukum syari’ah tentang
perbuatan manusia dikembalikan kepada empat sumber, yaitu al-Qur’an, as-
Sunnah, al-Ijma’ dan al-Qiyas. Kemudian, yang dijadikan dalil pokok dan sumber
dari hukum syari’ah adalah al-Qur’an dan as-Sunnah, dimana as-Sunnah berfungsi
sebagai interpretasi bagi keglobalan al-Qur’an, dan sebagai penjelas serta
pelengkap al-Qur’an (Khalaf, 1996).
B. Rumusan Masalah
Banyak persoalan yang perlu dibahas mengenai Epistimologi Bayani.
Namun untuk membatasi ruang lingkup dalam pembahasan masalah, kami hanya
membatasi pada masalah :
1. Seperti apa pengertian dan perkembangan dari Epistimologi Bayani?
2. Apa saja syarat dalam Epistimologi Bayani?
3. Apa saja problematika dan kelemahan dalam Epistimologi Bayani?
C. Tujuan
Dengan ditulisnya makalah ini, kami berharap dapat membantu
memberikan pengetahuan mengenai Epistimologi Bayani sehingga dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2) Al-fashl (pemisah)
Banyak sekali penjelasan tentang keterangan materi kebahasaan yang
berkaitan dengan lafazh al-fashl ini, dengan bentuk padanan kata yang bermacam-
macam, diantaranya al-bu’d (jauh), al-firqah (kelompok), al-mubayinah/al-
mufariqah (memisahkan), al-firaq (berpisah, cerai).
A. Kesimpulan
Epistemology bayani adalah studi filosofis terhadap struktur pengetahuan
yang menempatkan teks (wahyu) sebagai sebuah kebenaran yang mutlak. Adapun
akal hanya menempati tingkat skunder dan bertugas hanya untuk menjelaskan teks
yang ada.
Pola fikir bayani lebih mendahulukan qiyas bukan mantik lewat sigolisme
dan premis-premis logika. Disamping itu nalar epistemology bayani selalu
mencurigai akal fikiran, karena dianggap akan menjahui kebenaran tekstual
(wahyu).
B. Saran
Demikian sedikit bahasan tentang epistemology bayani ini. Terbatasnya
referensi tentang bahasan ini membuat penulisan makalah ini sangat tidak
sempurna. Oleh karena kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini sangat kami nantikan. Trimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Gie, The Liang. 1987. Pengantar Filsafat Ilmu. Bandung: The Science and
Tecnolody Stues Foundation. hal. 83.
Tafsir, A. 2000. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Hingga Capra.
Bandung: Remaja Rosdakarya. hal. 23.
Ahmad, Abu al-Husain. 2002. Maqayis al-Lugah, Juz. I. Bairut: Ittihad al-Kitab al-
‘Arabi. hal. 303.
Mustafa, Ibrahim dkk. 1972. al-Mu’jam al-Wasit, Juz. I (CD-ROM al-Maktabah al-
Syamilah), hal. 167.