You are on page 1of 78

Astronomi Bola

 Menjelaskan posisi benda langit pada bola langit.


 Memilih sistem koordinat yang tepat untuk
menjelaskan sebuah situasi.
 Melakukan transformasi antar sistem koordinat
yang berbeda.
 Melakukan koreksi terhadap posisi pengamatan.
 Menjelaskan konsep gerak diri bintang, gerak
planet.
Buku acuan
 Astronomy: Principle and Practice, part 2,
Roy, A.E dan Clarke, D., 1988, Adam
Hilger
 Textbook on Spherical Astronomy, Smart,
W. M., 1980, Cambridge Univ. Press
Benda langit terlihat dari Bumi bergerak dengan
jarak tak terbatas (pada sebuah bola Langit)
Bola adalah bentuk 3 Dimensi yang
pengggambarannya dalam bentuk 2 Dimensi
Geometri Bola adalah metoda untuk
menggambarkan dan memahami hal-hal yang
berkaitan dengan dan pada permukaan bola
beserta relasi antar hal tersebut.
Benda langit tampak bergerak pada bola langit
dengan jarak tak terbatas
Apa yang disebut dengan Astronomi Bola?
1. Benda-benda langit tampak melekat pada
sebuah bentuk setengah bola yang
memiliki diameter tak terhingga
2. Posisi sebuah benda pada permukaan bola
: Arah pada permukaan bola
3. Didefinisikan tata koordinat 2 Dimensi
pada permukaan bola
Gerak Langit
Bola Langit
Dilihat dengan mata, bintang-bintang menempel pada
permukaan dalam suatu bola raksasa yang berpusat di
Bumi. Bola ini, yang radiusnya tak terhingga, disebut
bola langit.

Posisi sebuah benda langit dinyatakan dengan arah,


bukan dengan jarak. Diperlukan suatu tata koordinat:
koordinat pada permukaan bola.

Dalam sistem koordinat langit, posisi bintang-bintang


hanya ditentukan oleh arah mereka antara satu dengan
lainnya. Umpamanya, bintang S1 dan bintang S2 terpisah
atau berjarak sudut 20 derajat.
Jarak sudut antara dua bintang, S1 dan S2 didefinisikan sebagai besar sudut S1OS2 =
besar sudut S1 ' OS2 ' atau S 2OG1 = S '2 OG '1 . Jarak ke bintang-bintang tidak
diperhitungkan (tampak terproyeksi pada bola langit di di S1’, S2’, dan G1’ (lihat
Gambar 1).
Z

S'1
S1
*
S'2

O *S2

G1 G'1

N
Gambar 1. Proyeksi posisi S1 dan S2 pada Bola langit
KLU dan KLS
Proyeksi kutub-kutub Bumi pada bola langit adalah Kutub
Langit Utara (KLU) dan Kutub Langit Selatan (KLS)
Polaris
KLU
*

Bola langit yang berputar

Bumi

Ekuator langit

Kutub Langit Selatan (KLS)


Gambar 2. Bola langit yang menunjukkan KLU, KLS dan Equator langit.
Bintang Polaris terletak dekat sekali dengan KLU
Gambar 3a. Foto trail
bintang.
Gambar 3b. Pergerakan Bintang Polaris
Gerak Langit
Di Kutub. Jika kita berdiri di salah satu kutub, sumbu rotasi benda langit
(sebenarnya Bumi) adalah poros KLU-KLS. Bintang-bintang akan tampak
berputar melingkar terhadap titik tepat di atas kepala. Bintang tidak terbit dan
tidak terbenam. Lintasan yang ditempuh bintang dalam bola langit ini disebut
lingkaran harian.
KLU

* Lingkaran harian bintang

Bumi

Ekuator langit
dan horizon Bola langit yang berputar

KLS
Gambar 4. Bola langit dilihat dari Kutub Utara (KU)
Di Ekuator. Jika kita berdiri di ekuator, ekuator langit membentang melintas
kepala kita, dari Timur ke Barat dan sumbu rotasi langit adalah garis dari Utara
ke Selatan. Dari ekuator, bintang tampak terbit tegak lurus di horizon timur
dan terbenam di horizon barat. Dari ekuator kita bisa melihat semua bintang.

lingkaran harian bintang

KLU KLS
*
Bumi

Bola langit

Ekuator langit
Gambar 5.Bola langit dilihat dari Ekuator
Ekliptika

Dalam kenyataan sebenarnya, Bumi bergerak mengitari Matahari.

September

Desember
Juni

23½

U
Ekliptika
Maret
S

Gambar 6. Revolusi Bumi mengitari Matahari


Dari titik pandang Bumi, Matahari seolah-olah bergerak pada
bola langit.

22 Jun
23 Sep Ekliptika

Ekuator langit

21 Mar

22 Des
Gerak Matahari

Gambar 7.Gerak tahunan Matahari pada bola langit


Sistem Koordinat
Kutub Utara

Greenwich, England
Suatu tempat 
pada Bumi  Meridian Greenwich

Meridian suatu lintang


tempat

Ekuator

bujur

Bumi

Gambar 8 .Sistem Lintang-Bujur


KLU
Lingkaran jam bintang

Ekliptika
*

Ekuator langit


Vernal equinox
Bola langit

Gambar 9. Asensiorekta dan Deklinasi


Meridian lokal Zenith
pengamat Lintasan vertikal bintang

KLU
T *
tinggi
U S

Azimuth
B
Horizon
pengamat

Nadir

Gambar 10. Sistem Horizon


Waktu
Standar Waktu

Ada tiga satuan standar waktu yaitu:


a. Hari : panjang waktu satu kali rotasi Bumi
i. Hari matahari (solar day): Acuan matahari.
Interval waktu dari saat terbit Matahari ke saat
terbit berikutnya atau dari saat terbenam
Matahari ke saat terbenam berikutnya
ii. Hari sideris (siderial day) : Acuan bintang.
Interval waktu dari saat sebuah bintang
berada di atas kepala sampai bintang tersebut
kembali berada di atas kepala.
b. Tahun: panjang waktu satu kali revolusi Bumi
c. Bulan : panjang waktu satu kali rotasi Bulan
ke bintang

Satu hari sideris = 23 jam 56 menit

~1 Satu hari matahari = 24 jam









Bumi pada t2
Bumi pada t1

Gambar 11. Perbedaan antara hari matahari dan hari sideris


Sudut Jam
Z Meridian pengamat

KLU

Ekuator langit
T
U Pengamat S

B Horizon

Gambar 12. Sudut Jam : seberapa jauh sebuah bintang sudah


meninggalkan meridian (titik sigma,  ) ke arah Barat
Waktu Sideris
Titik acuan waktu dsideris adalah vernal equinox (titik  = Aries). Waktu sideris
Lokal (WSL) didefinisikan sebagai sudut jam dari vernal equiniox SJ  
WSL  SJ ( ) Equation 1
Sebuah bintang yang diperlihatkan dengan lingkaran jam, memiliki asensiorekta 
(diukur ke arah Timur dari titik  dan sudut jam, SJ (diukur ke arah barat dari titik
 ).
Perhatikan:
 ( )  0 WSL  SJ (*)   (*) Equation 2
Jika * (bintang) diganti dengan  , akan diperoleh:
WSL  SJ ( )   ( ) Equation 3
Sebab  ( )  0 , maka definisi pertama (Eq.1) di atas diperoleh.

Hari sideris dimulai ketika vernal equinox ada di meridian lokal ( SJ    0) dan
berakhir ketika vernal equinox kembali melintas di meridian (23 jam 56 menit waktu
(hari kemudian)).
Waktu Sideris
Lingkaran mencerminkan equator langit dan titik di pusat lingkaran
adalah KLU. Panjang panah menyatakan sudut jam dari vernal equinox.
Sudut jam diukur ke arah Barat (searah jarum jam bila dilihat dari Utara)
dari titik sigma, , ke vernal equinox.

WSL =

SJ ()

Ekuator langit ()


KLU
Vernal Equinox

Gambar 13. Definisi Waktu Sideris Lokal


 SJ ()

 ()
WSL *

Ekuator langit Vernal quinox


KLU

Gambar 14. Definisi lain dari Waktu Sideris Lokal


Z
Meridian
KLU

Pengamat 



Horizon pengamat
Matahari pada
Autumnal Equinox
Ekuator langit

Gambar 15. Siang sideris pada 23 September


Z
KLU

Pengamat Matahari pada


Vernal Equinox

Ekuator langit

Horizon pengamat

Gambar 16. Siang sideris pada 21 Maret


Cosmogony
 A cosmogony is theory about Earth’s place in the
universe.
 A geocentric cosmogony is a theory that proposes
Earth to be at the center of the universe.
 A heliocentric cosmogony is a theory that proposes
the Sun to be at the center of the universe.
Which is the geocentric cosmogony and
which is the heliocentric cosmogony?
geocentric (Earth-centered) heliocentric (Sun-centered)
“Planet” Means Wanderer
Planets were often called wandering stars because
they move from one constellation to the next.
For most of human history, we have thought
the universe was geocentric
Copernicus devised the first
comprehensive heliocentric
cosmology to successfully
explain retrograde motion
Gerak Semu Planet

http://mars.jpl.nasa.gov/allabout/nightsky/images/2003/whereLosAngeles_br.jpg

Gambar 17 Gerak Retrograde Planet Mars


Copernicus devised the first
comprehensive heliocentric
cosmology to successfully
explain retrograde motion
Konfigurasi Planet
Konjungsi

Venus

Bumi

Mars Gambar 19. Konjungsi dan Oposisi


beberapa planet
Oposisi
Periode Sinodis
•Fenomena dari konsep geosentrik
•Interval waktu dari dua buah konfigurasi planet-Matahari yang
sama
•P1=periode sideris planet/Bumi
•P2=periode sideris Bumi/planet
•S = periode sinodis planet
•Relasi periode sideris dan periode sinodis planet:
1/S = 1/P1- 1/P2
•Kasus 1: Jika planet inferior, P1 = periode sideris planet dan
P2=periode sideris Bumi
•Kasus 2: Jika planet superior, P1 = periode sideris Bumi dan
P2=periode sideris planet
Fasa planet
 Fasa (q)= 0.5(1+cos f
 f  sudut yang dibentuk Matahari-Planet-Bumi
 Kasus 1: planet inferior konjungsi inferior, f  180o , permukaan planet yang
gelap menghadap Bumi, cth. Bulan baru
 Kasus 2: planet inferior konjungsi superior, f  0o  permukaan planet yang
terang menghadap Bumi, cth. Bulan purnama
 Kasus 3: planet superior, 0 <= f<90o,
 f0 bila oposisi
 f mendekati 90 bila pada mendekati poisisi kuadratur timur atau barat
 Untuk menghitung fasa setelah konjungsi inferior planet inferior atau setelah
oposisi planet superior:
 tanf.(a sinq / (b – a cosq   dan b merupakan panjang radius vektor
Matahari-Bumi dan Matahari-Planet
 Besar sudut q  360/(t/S), t = lama waktu setelah konjungsi atau oposisi.
Orbit Bumi

Orbit Mars

Gambar 18. Ilustrasi gerak


Retrograde
Hukum II Keppler
Garis penghubung matahari-planet dalam selang waktu
sama menyapu luas yang sama.

Gambar 20. Orbit Bumi mengelilingi Matahari


Fasa Bulan

Gambar 21. Fasa Bulan


Gambar 22. Arah Rotasi Bumi

Pagi
Sore


Orbit Bumi

Ke Matahari
http://ifa.hawaii.edu/~barnes/ASTR110L_F05/moonphases.html

Gambar 23. Foto salah satu fasa Bulan


Geometri Bola dan
Geometri Bidang Datar
Bidang Datar Bidang Bola
 Bila 2 garis tegak lurus  Bila 2 garis tegak lurus
garis ke 3, maka ke-2 garis ke 3, maka ke 2
garis tersebut sejajar garis tersebut belum
tentu sejajar
 Bila 2 garis tak sejajar,  Bila 2 garis tak sejajar,
maka ke-2 garis itu akan maka ke-2 garis itu
memotong di satu titik belum tentu memotong
di satu titik
Geometri Bola dibentuk oleh: lingkaran besar,
lingkaran kecil, dan sudut-sudut bola
 Lingkaran Besar yaitu lingkaran pada permukaan bola yang
pusatnya berimpit dengan pusat bola dan membagi bola
sama besar
 Lingkaran kecil yaitu lingkaran pada permukaan bola tetapi
pusatnya tidak berimpit dengan pusat bola
 Kutub yaitu titik potong garis tengah yang tegak lurus
bidang lingkaran besar dengan bola
 Sudut bola yaitu sudut yang terbentuk jika dua lingkaran
besar berpotongan.
 Segitiga Bola terbentuk jika tiga lingkaran besar saling
berpotongan satu dengan yang lain membentuk suatu bagian
dengan 3 sudut yang mengikuti ketentuan:
– Jumlah dua sudut bola > sudut ke-3
– Jumlah ketiga sudut > 180 derajat
– Tiap sudut besarnya < 180 derajat
Kutub
Lingkaran kecil

Lingkaran besar
Pusat Bola

Kutub

Gambar 24. Geometri Bola


Geometri Bola
Lingkaran kecil

Lingkaran besar

Gambar 25. Segitiga bola pada geometri bola


 Sudut bola adalah sudut yang dibentuk oleh
perpotongan 2 lingkaran besar.
 Jika 3 buah lingkaran besar saling berpotongan
satu dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu
bagian dengan 3 sudut, maka terbentuklah segitiga
bola, yang mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. Jumlah 2 sudut bola selalu lebih besar dari sudut
ke-3
2. Jumlah ketiga sudutnya selalu lebih besar dari
180
3. Tiap sudut besarnya selalu kurang dari 180
Sifat-sifat Sudut A, B, dan C adalah sudut
segitiga bola bola; dan a, b, dan c adalah sisi-
sisi segitiga bola ABC.
b  0 < (a + b + c) < 360 
 180  < (A + B + C) < 540 
 a + b > c, a + c > b, b + c > a
 a>bA>B; a=bA=B
a  Ekses sudut bola, yaitu selisih
antara jumlah sudut-sudut A,
B, dan C sebuah segitiga bola
dengan radians (180°) adalah: E
c = A + B + C  (rad)
Formula Segitiga Empat buah formula yang
Bola biasa digunakan adalah:
• Formula cosinus
cos a  cos b  cos c  sin b  sin c  cos A
b
demikian pula
cos b  cos c  cos a  sin c  sin a  cos B
• Formula sinus
a
sin A sin B sin C
 
sin a sin b sin c
c • Formula empat bagian
sin a  cos B  cos b  sin c  sin b  cos c  cos A
• Formula empat bagian
cos a  cos C  sin a  cot b  sin C  cot B
Tata Koordinat Astronomi
Komponen-komponen dasar pada Tata Koordinat Astronomi:
 Lingkaran Dasar Utama: yang membagi bola menjadi 2
belahan, belahan utara dan belahan selatan
 Kutub-kutub: pada diameter bola yang tegak lurus lingkaran
dasar utama
 Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui kutub-
kutub lingkaran dasar utama, tegak lurus lingkaran dasar
utama
 Titik asal: titik acuan pengukuran besaran koordinat I
 Koordinat I(“absis”): dihitung dari titik asal sepanjang
lingkaran dasar utama
 Koordinat II(“ordinat”): dihitung dari lingkaran dasar
utama ke arah kutub
KU
Lingkaran Dasar Kedua

Pusat Bola

Lingkaran Dasar Utama

KS
Tata Koordinat Bumi
 Lingkaran Dasar Utama: lingkaran Ekuator
 Kutub-kutub: Kutub Utara (KU) dan Kutub Selatan (KS)
 Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui meridian
pengamat
 Titik asal: titik potong ekuator dengan meridian Greenwich
 Koordinat I: bujur,  atau , dihitung dari meridian
Greenwich ke meridian pengamat:
0° <  < 180° atau 0h <  < 12h ke timur dan ke barat
 Koordinat II: lintang f, dihitung:
0° < f < 90° ke arah KU, dan
-90° < f < 0° ke arah KS
Tata Koordinat Bumi
Tata Koordinat Horison
 Lingkaran Dasar Utama: Bidang Horison
 Kutub-kutub: Titik Zenit (Z) dan Titik Nadir (N)
 Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui
meridian pengamat
 Titik asal: Titik Utara. Titik-titik Utara, Selatan, Barat, dan
Timur adalah titik kardinal
 Koordinat I: azimut, A diukur dari Utara ke Timur,
0° < A < 360°
 Koordinat II: tinggi bintang h, diukur dari lingkaran
horison:
0° < h < 90° ke arah Z, dan
-90° < h < 0° ke arah N
Tata Koordinat Horison
Tata Koordinat Ekuatorial I (HA-DEC)
 Lingkaran Dasar Utama: Ekuator Langit
 Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan
Kutub Selatan Langit (KSL)
 Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat
 Titik asal: Titik , yang merupakan perpotongan meridian
pengamat dengan lingkaran ekuator langit
 Koordinat I: sudut jam HA, diukur ke arah barat:
0h < HA < 24h
 Koordinat II: deklinasi, , diukur:
0° <  < 90° ke arah KUL, dan
-90° <  < 0° ke arah KSL
Tata Koordinat Ekuatorial I
Tata Koordinat Ekuatorial II (RA-DEC)
 Lingkaran Dasar Utama: Lingkaran Ekuator
 Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan
Kutub Selatan Langit (KSL)
 Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat
 Titik asal: Titik , yang merupakan perpotongan ekuator
dan ekliptika
 Koordinat I: asensiorekta, , diukur dari titik  ke arah
timur: 0h <  < 24h
 Koordinat II: deklinasi, , diukur
0° <  < 90° ke arah KUL, dan
-90° <  < 0° ke arah KSL
Tata Koordinat Ekuatorial II (RA-DEC)
Tata Koordinat Ekliptika
 Lingkaran Dasar Utama: Bidang Ekliptika
 Kutub-kutub: Kutub Utara Ekliptika (KUE) dan
Kutub Selatan Ekliptika (KSE)
 Titik asal: Titik 
 Koordinat I: bujur ekliptika, , diukur dari titik  ke arah
timur: 0h <  < 24h
 Koordinat II: lintang ekliptika, b, diukur dari bidang
ekliptika ke bintang :
0° < b < 90° ke arah KUE, dan
-90° < b < 0° ke arah KSE
Tata Koordinat Ekliptika
Lintasan Harian Benda Langit
 Terbit, Terbenam, dan Kulminasi/Transit
Setiap benda langit bergerak pada lingkaran kecil yang sejajar
ekuator dan berjarak . Benda bergerak dari bawah horison
ke atas horison di sebelah timur. Peristiwa ini disebut sebagai
terbit. Lalu benda terbenam, yaitu bila benda bergerak dari
atas horison ke bawah horison, di sebelah barat. Saat terbit
atau terbenam, z = 90 dan h = 0.
Besarnya HA (terbit/terbenam) menyatakan waktu yang
ditempuh benda langit dari terbit sampai transit atas
(HA = 0h = 0 ), dan dari transit atas sampai terbenam.
Jadi 2 HA adalah lama benda langit di atas horison.
Bintang Sirkumpolar
Bintang bisa diamati jika berada di atas horison. Ada bintang
yang tidak pernah terbenam atau tidak pernah terbit. Bintang
bintang ini disebut sebagai Bintang Sirkumpolar.
 Pada bintang sirkumpolar di atas horison, berlaku:
z(transit bawah)  90 ; jika:
  90 - f , untuk belahan bumi utara
  f- 90, untuk belahan bumi selatan
 Pada bintang sirkumpolar di bawah horison, berlaku:
z(transit atas)  90 ; jika:
  f - 90 , untuk belahan bumi utara
  90 -f, untuk belahan bumi selatan
Senja dan Fajar
Pada saat Matahari terbenam, cahayanya masih dapat
menerangi Bumi. Ketika Matahari berada 18 di bawah
horison, pengaruh terang tersebut sudah hilang. Selang
antara matahari terbit atau terbenam dengan saat
jarak zenitnya 108
disebut sebagai fajar atau senja.
* z = 90, h = 0  terbit/terbenam
* z = 96, h = - 6  fajar/senja sipil
* z = 102, h = -12  fajar/senja nautika
* z = 108, h = -18  fajar/senja astronomis
Pergerakan Tahunan Matahari
 Matahari mengitari Bumi pada bidang ekliptika
 posisinya dalam koordinat ekliptika berubah
terhadap waktu  posisi pada koordinat
ekuator juga berubah
 Dalam 1 tahun,  berubah dari 0h sampai 24h
dan  berubah dari -23,27 sampai + 23,27
 Posisi titik  tetap
Posisi Matahari dalam koordinat ekuator
II dan ekliptika
Tanggal  b   lokasi
h ( ) h ( )
( ) ( )
21 Maret 0 0 0 0 Titik musim semi

22 Juni 6 0 6 +23.27 Titik musim


panas
23 Sept. 12 0 12 0 Titik musim
gugur
22 Des. 18 0 18 -23.27 Titik musim
dingin
Posisi titik  terhadap Matahari dalam
peredaran harian dan tahunan Matahari
h h
Tanggal  )
( HA ( )
21 Maret 0 0
22 Juni 6 -6
23 Sept. 12 -12
22 Des. 18 -18
Refraksi
Posisi benda langit yang tampak di langit
sebenarnya berbeda dengan posisi fisiknya,
salah satu sebab adalah karena efek refraksi.

Cahaya yang bergerak dengan kecepatan cahaya


akan mengubah bayangan benda yang melewati
suatu medium.
Definisikan:
Indeks refraksi, n, setiap medium transparan adalah
1/kecepatan cahaya di dalam medium.

Kecepatan cahaya di udara bergantung kepada


temperatur dan tekanan sehingga indeks
refraksi udara bervariasi untuk tiap lapisan
atmosfer yang berbeda.
Refraksi Astronomi : yaitu refraksi terhadap sinar
bintang akibat atmosfer bumi.
Z N
A

i1 X
 800 km

Lapisan atmosfer terendah

n Permukaan Bumi  150 km


o
Refraksi di dalam atmosfer :
Diandaikan atmosfer bumi terdiri dari n lapisan
sejajar yang seragam dari permukaan bumi, dan
mempunyai kecepatan vi yang berbeda untuk
tiap lapisan (i dari 1 sampai n). Hukum Snell
juga berlaku bagi refraksi untuk tiap lapisan:
n1 sin i = n2 sin r
dengan :
n1 dan n2 adalah indeks bias medium 1 atau 2,
i adalah sudut datang, dan
r adalah sudut bias.
sin i 1 v 0
Di batas permukaan pertama: 
sin r1 v 1
sin i 2 v 1
Di lapisan berikutnya:  , dan seterusnya.
sin r2 v 2
Tetapi dengan geometri sederhana: r 1 = i 2 , r 2 = i 3 , dan seterusnya
Sehingga kita peroleh:
v 
sin i 1   0  sin r1
 v1 
v 
  0  sin i 2
 v1 
 v  v 
  0  1  sin r2
 v 1  v 2 
v 
  0  sin r2
 v2 
= ..........
v 
  0  sin rn
 vn 
Dari rumus di atas, ada indikasi bahwa masing-masing lapisan saling meniadakan, sehingga
yang berperan hanyalah perbandingan antara v 0 (yang sama dengan c, yaitu kecepatan cahaya
dalam ruang hampa) dan vn (kecepatan cahaya di udara pada lapisan terbawah).

Bila rn adalah jarak zenit semu bintang z', dan i 1 adalah jarak zenit benar z. Refraksi tidak
memberikan pengaruh bagi bintang yang ada di zenith. Tetapi untuk posisi lain, efek refraksi
ini mengakibatkan bintang akan tampak lebih tinggi, dan efek terbesar adalah bila bintang
ada di horison.

Definisikan sudut refraksi dengan R, dimana R = z - z', atau z = R + z'.


Maka: sin(z) = sin(R) cos(z') + cos(R) sin(z').

Jika dianggap R sangat kecil, maka dapat didekati dengan :


sin(R) = R (dalam radians), dan cos(R) = 1.
Sehingga,
sin(z) = sin(z') + R cos(z').
Bila dibagi dengan sin(z') akan memberikan
sin z R
 1 , atau
sin z  tan z 
v0 R
 1
vn tan z
Sehingga,
v0
R= tan z  = k tan(z')
vn 1
Nilai v0 adalah c, yaitu kecepatan cahaya dalam ruang hampa, yang harganya konstan.
Tetapi vn bergantung kepada temperatur dan tekanan udara pada lapisan terbawah.

Pada temperatur (0°C = 273K) dan tekanan standard (1000 millibars), k = 59.6 detik busur.

Di dalam The Astronomical Almanac, harga k adalah:


k = 16.27" P(millibars)/(273+T°C)

Pada jarak zenit besar, model ini tidak berlaku. Besar refraksi di dekat horison ditentukan
dari pengamatan di atas permukaan bumi. Pada temperatur dan tekanan standard, refraksi di
horison (refraksi horisontal) sebesar 34 menit busur.
Efek refraksi pada saat Matahari atau Bulan
terbit/terbenam
Saat Matahari atau Bulan terbit/terbenam, jarak zenit dari
pusat kedua benda tersebut adalah 90. Refraksi yang
terjadi saat itu disebut sebagai refraksi horisontal.
Refraksi horisontal saat benda langit terbit/terbenam
adalah 35. Jika jarak zenit = 90, maka jarak zenit benar
adalah 9035.
Misalkan H adalah sudut jam bila jarak zenit pusat
Matahari  90, maka H+H adalah sudut jam pusat
Matahari ketika pusat Matahari yang tampak, berada di
horison, jadi z = 90 , dan z = 9035.
Bila Matahari dianggap terbenam ketika tepi
atasnya berada di horison, dan semi diameter
51
Matahari adalah 16, maka: H  sec f. sec . cos ecH
15
Tabel 1. Lintang tampak dan sudut refraksi
Lintang tampak Sudut refraksi
0 3521
1 2445
2 1824
3 1424
4 1143
10 518
30 141
60 034
90 000
Efek Refraksi pada asensiorekta dan
deklinasi.

  = R sec  sin 


    = R cos 

dengan  adalah sudut


paralaktik.
Koreksi Semi diameter
Pada saat Matahari terbenam, z = 90, h = 0, maka:
 jarak zenit piringan Matahari adalah: z  90  R(z=90)
 tinggi pusat Matahari adalah : h  0  R(z=90)
Matahari dikatakan terbit jika batas atas piringan mulai
muncul di horison, dan terbenam jika batas piringan sudah
terbenam di horison, maka z dan h harus dikoreksi oleh
semidiameter piringan Matahari , S , sehingga:
z  90  R(z=90)  S
h  0  R(z=90)  S
Jadi saat Matahari atau Bulan terbit atau terbenam:
h = 050
h = +008
Koreksi ketinggian di atas muka laut
Bidang horison pengamat di Bumi bergantung kepada
ketinggian pengamat. Jika pengamat berada pada ketinggian l
(meter) dari muka laut, maka sudut kedalaman (angle of dip), q,
adalah : q  1, 93 l (dalam satuan menit busur).
Jika efek refraksi diperhitungkan, maka:
q  1, 78 l (dalam satuan menit busur).

Jarak ke horison-laut, dituliskan dengan:


d  3,57 l (dalam km).
Jika efek refraksi diperhitungkan, maka:
d  3,57 l (dalam km).

You might also like