You are on page 1of 2

KEBOBROKAN

MUSYAWARAH BESAR BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA
PERIODE 2018-2019

Pada prinsipinya, Musyawarah Besar (MUBES) yang diselenggarakan oleh suatu


lembaga, terutama lembaga kemahasiswaan semacam Badan Eksekutif Mahasiwa
(BEM) memiliki tujuan dalam hal mencari atau menyaring orang-orang (Mahasiswa)
yang benar-benar memiliki kompetensi untuk di jadikan sebagai pemimpin di lembaga
kemahasiswaan tersebut.

Senada dengan hal diatas, penyelenggaraan MUBES harus berjalan sesuai dengan
aturan main (Rule Of The Game) yang termaktub dalam AD/ART, GBHO dan norma
–norma lain yang telah di sepakati didalam forum MUBES tersebut sebagi legalitas
formal dan atau batu loncatan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, asas-asas yang
harus di junjung tinggi adalah asas musyawarah untuk mufakat. Adapun hal-hal yang
di anggap keliru dapat di tinjau kembali di kemudian hari.

Berkaitan dengan judul di atas, bahwa penulis sengaja mencantumkan kata bobrok
yang di asosiasikan dengan Musyawarah Besar BEM Fakultas Hukum Periode 2018-
2019 yang di selenggarakan pada 15 September kemarin di ruang 209 Universitas
Islam Jakarta. Sebab, beberapa kebijakan yang di keluarkan oleh presidium sidang 3
(tiga) Muhammad Muldiansyah tidak sesuai dengan asas-asas yang kita kenal dalam
proses demokrasi dalam MUBES.

Bahwa presidium sidang 3 (tiga) mengeluarkan keputusan secara sepihak pada pleno
ke IV untuk mengesahkan kriteria calon Ketua BEM Fakultas Hukum ketika beberapa
peserta sidang telah mengajukan untuk pengambilan voting kerena tidak mendapat
jalan keluar. Berikut kriteria calon Ketua BEM FH yang di putuskan oleh presidium
sidang 3 (tiga) secara subjektif yaitu 3,2. Padahal, beberapa peserta sidang telah
mengajukan kriteria calon haruslah 3,00, disesuaikan dengan nilai standarisasi kampus,
dan oleh sebab dua argumentasi itu tidak mendapat jalan keluar. Maka, peserta pada
arguementasi ke dua meminta voting. Tapi, tetap saja presidium sidang secara subjektif
mengambil keputuan mendukung argumentasi pertama, yaitu mengetuk palu untuk
mengesahkan bahwa kriteria calon Ketua BEM FH 3,2 tanpa meminta kesepakatan
forum.
Masih pada persoalan yang sama, salah satu peserta sidang kemudian melakukan upaya
peninjauan kembali terkait dengan poin di atas. Tetapi, kesalahan presidium sidang 3
(tiga) dilakukan kembali secara sengaja. Yaitu mengetuk palu tanpa meminta
pertimbangan forum, diantaranya untuk melakukan voting suara.

Dengan begitu MUBES tersebut dapat dikatakan cacat moral. Dimana, keberpihakan
presidium sidang 3 (tiga) pada salah satu calon kandidat, yang selanjutnya
mengakibtakan kandidat lain tidak lolos dalam pencalonannya sebagai Katua BEM FH
menjadi bukti nyata. Bahwa keberpihakan tersebut juga terlihat ketika keputusan yang
di ambil tidak mendapat persetujuan dari presidium sidang 1 (satu).

You might also like