You are on page 1of 19

FARMAKOTERAPI LANJUTAN

“BATUK”

OLEH
KELOMPOK 2 :
TIKRAR DYAH K. FREDY (O1A1 14 1
ST SAKINAH PUTRI K. (O1A1 14 160)
BAU MIRNA AYU EKA P. (O1A114

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penyusun sehingga penyusun
berhasil menyelesaikan makalah “BATUK” ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya. Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai apa dan bagaimana
batuk tersabut khususnya dalam bidang farmasi.
Penyususun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penyusun sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita.Amin.

Kendari Maret 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .....................................................................................................

Kata Pengantar........................................................................................................

Daftar Isi..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................

B. Rumusan Masalah.............................................................................................

C. Tujuan.................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk menjaga pernapasan
dari benda atau zat asing (Susanti, 2009). Batuk dapat disebabkan oleh berbagai
faktor seperti virus (flu, bronkitis), bakteri, dan benda asing yang terhirup (alergi).
Beberapa penyakit, seperti kanker, paru-paru, TBC, tifus, radangparu-paru, asma
dan cacingan, juga menampakkan gejala berupa batuk. Bila rangsangan pada
reseptor batuk ini berlangsung berulang maka akan timbul batuk berulang,
sedangkan bila rangsangannya terus menerus akan menyebabkan batuk kronik (.
Batuk merupakan salah satu penyakit yang lazim pada anak. Batuk
memiliki ciri khas sehingga dapat dikenali. Satu hal yang perlu diingat bahwa
batuk hanyalah sebuah gejala, bukan suatu penyakit. Batuk baru bisa ditentukan
sebagai tanda suatu penyakit jika ada gejala lain yang menyertainya. Beberapa
diantara orang tua mungkin akan langsung membawa anak ke dokter ketika anak
sakit. Sebagian yang lain akan berusaha mengobati sendiri terlebih dahulu bila
memungkinkan. Berbeda dengan makanan maupun suplemen, penggunaan obat
memerlukan kehati-hatian yang lebih besar. Penggunaan obat adalah salah satu
cara dalam menangani penyakit. Obat sering dianggap cara yang lebih praktis dan
efektif. Akan tetapi, ketepatan dalam penggunaan obat menjadi syarat wajib
karena kesalahan penggunaannya dapat mengakibatkan berbagai efek yang justru
membahayakan anak.
Melihat kondisi demikian kita perlu memahami pemilihan obat batuk.
Obat batuk bebas yang beredar dipasaran hadir dalam berbagai jenis sehingga kita
memiliki banyak pilihan untuk mengatasi batuk. Namun harus dipastikan bahwa
obat batuk bebas yang digunakan adalah aman dan baik.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Apa pengertian batuk ?
2. Bagaimana Etiologi Batuk ?
3. Bagimana penyebaran batuk ?
4. Bagaimana mekanisme batuk ?
5. Bagaimana Jenis-Jenis Batuk ?
6. Bagaimana pathogenesis ?
7. Bagaimana penyebab batuk ?
8. Bagaimana cara mengdiagnosis ?
9. Bagaimana terapi farmakologi dan non farmakologi batuk ?
10. Bagaimana monitoring batuk

C. TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Apa pengertian batuk.
2. Untuk mengetahui bagaimana Etiologi Batuk.
3. Untuk mengetahui bagaimana penyebaran batuk.
4. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme batuk.
5. Untuk mengetahui bagaimana Jenis-Jenis Batuk.
6. Untuk mengetahui bagaimana pathogenesis.
7. Untuk mengetahui bagaimana penyebab batuk.
8. Untuk mengetahui bagaimana cara mengdiagnosis.
9. Untuk mengetahui bagaimana terapifarmakologi dan non farmakologi
batuk.
10. Untuk mengetahui bagaimana monitoring batuk.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Batuk
Batuk dalam bahasa latin disebut tussis adalah refleks yang dapat terjadi
secaratiba-tiba dan sering berulang-ulang yang bertujuan untuk membantu
membersihkan saluran pernapasan dari lendir, iritasi, partikel asing dan mikroba
(Sanjoyo, 2009). Batuk dapat terjadi secara disengaja maupun tanpa disengaja.
Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk menjaga pernapasan dari
benda atau zat asing. batuk dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti virus
(flu, bronkitis), bakteri, dan benda asing yang terhirup (alergi). Beberapa
penyakit, seperti kanker, paru-paru, TBC, tifus, radang paru-paru, asma dan
cacingan, juga menampakkan gejala berupa batuk.
Batuk adalah pengeluaran sejumlah volume udara secara mendadak dari
rongga toraks melalui epiglotis dan mulut. Melalui mekanisme tersebut dihasilkan
aliran udara yangsangat cepat yang dapat melontarkan keluar material yang ada di
sepanjang saluran respiratorik, terutama saluran yang besar. Dengan demikian
batuk mempunyai fungsi penting sebagai salah satu mekanisme utama pertahanan
respiratorik.
Batuk bukanlah merupakan penyakit, mekanisme batuk timbul oleh karena
paru-paru mendapatkan agen pembawa penyakit masuk ke dalamnya sehingga
menimbulkan batuk untu kmengeluarkan agen tersebut. Batuk dapat juga
menimbulkan berbagai macam komplikasi seperti pneumotoraks,
pneumomediastinum, sakit kepala, pingsan, herniasi diskus, hernia inguinali,
patah tulang iga, perdarahan sub konjungtiva, dan inkontinensia urin. Batuk
merupakan reflex fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma mekanik,
kimia dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang alamiah
untuk menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan :
1. Mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas.
2. Mengeluarkan benda asing atau sekret yang abnormal dari dalam saluran nafas.
Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk
semacam itu sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru
dan kadang-kadang merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk mungkin sangat
berarti pada penularan penyakit melalui udara ( air borne infection ). Batuk
merupakan salah satu gejala penyakit saluran nafas disamping sesak, mengi, dan
sakit dada. Sering kali batuk merupakan masalah yang dihadapipara dokter dalam
pekerjaannya sehari-hari. Penyebabnya amat beragam dan pengenalan
patofisiologi batuk akan sangat membantu dalam menegakkan diagnosis dan
penanggulangan penderita batuk.

B. Etiologi batuk
Menurut Yoga (1993) batuk bisa terjadi secara volunter tetapi selalunya
terjadi akibat respons involunter akibat dari iritasi terhadap infeksi seperti infeksi
saluran pernafasan atas maupun bawah, asap rokok, abu dan bulu hewan terutama
kucing. Antara lain penyebab akibat penyakit respiratori adalah seperti asma,
postnasal drip, penyakit pulmonal obstruktif kronis, bronkiektasis, trakeitis, croup,
dan fibrosis interstisial. Batuk juga bisa terjadi akibat dari refluks gastro-esofagus
atau terapi inhibitor ACE (angiotensin-converting enzyme). Selain itu, paralisis
pita suara juga bisa mengakibatkan batuk akibat daripada kompresi nervus
laryngeus misalnya akibat tumor.

C. Penyebaran Batuk

Batuk merupakan salah satu penyakit yang lazim pada anak. Batuk
memiliki ciri khas sehingga dapat dikenali. Satu hal yang perlu diingat bahwa
batuk hanyalah sebuah gejala, bukan suatu penyakit. Batuk baru bisa ditentukan
sebagai tanda suatu penyakit jika ada gejala lain yang menyertainya. Cara
Penularannya biasanya disebabkan oleh sejenis bakteri yang bernama Bacterium
bordetella atau bisa juga oleh Bacterium parapertussis. Gejala yang menyertai
penyakit ini biasanya awalnya hanyalah meyerupai ISPA biasa seperti batuk dan
pilek, tapi kemudian berkembang menjadi yang terus-terusan yang disertai
perasaan mual, tak jarang berakhir dengan muntah (Mardjono, 2009. Orang yang
daya tahan tubuhnya kurang akan rentan tertular penyakit ini, itulah sebabnya
mengapa anak-anak khususnya mereka yang berusia di bawah satu tahun yang
paling banyak menderita batuk rejan ini. Karena anak-anak ini belum memiliki
kekebalan tubuh yang mencukupi untuk membentengi diri mereka dari serangan
penyakit, karena penyakit ini ditularkan melalui udara sehingga tak heran
penyakit ini bisa mewabah dengan cepatnya.

D. Mekanisme Batuk
Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase
inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi. Batuk biasanya bermula dari inhalasi
sejumlah udara, kemudian glotis akan menutup dan tekanan di dalam paru akan
meningkat yang akhirnya diikuti dengan pembukaan glotis secara tiba-tiba dan
ekspirasi sejumlah udara dalam kecepatan tertentu (Mardjono, 2009).
Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah
besar udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka. Volume udara yang
diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di
atas kapasitas residu fungsional. Penelitian lain menyebutkan jumlah udara yang
dihisap berkisar antara 50% dari tidal volume sampai 50% dari kapasitas vital.
Ada dua manfaat utama dihisapnya sejumlah besar volume ini. Pertama, volume
yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat menghasilkan
ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua, volume yang besar akan
memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga pengeluaran sekret akan lebih.
Gambar 1. Skema diagram menggambarkan aliran dan perubahan tekanan
subglotis selama, fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi batuk.
Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana glotis
akan tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan
meningkat sampai 50 - 100 mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk,
yang membedakannya dengan manuver ekspirasi paksa lain karena akan
menghasilkan tenaga yang berbeda. Tekanan yang didapatkan bila glotis tertutup
adalah 10 sampai 100% lebih besar daripada cara ekspirasi paksa yang lain. Di
pihak lain, batuk juga dapat terjadi tanpa penutupan glotis.

Gambar 2. Fase Batuk


Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase
ekspirasi. Udara akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara
yang ada sehingga menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekspirasi
yang maksimal akan tercapai dalam waktu 3050 detik setelah glotis terbuka, yang
kemudian diikuti dengan arus yang menetap. Kecepatan udara yang dihasilkan
dapat mencapai 16.000 sampai 24.000 cm per menit, dan pada fase ini dapat
dijumpai pengurangan diameter trakea sampai 80%.

E. Jenis-jenis Batuk
Menurut Susanti (2009) batuk secara definisinya bisa diklasifikasikan
mengikut waktu yaitu batuk akut yang berlangsung selama kurang dari tiga
minggu, batuk sub-akut yang berlangsung selama tiga hingga delapan minggu dan
batuk kronis berlangsung selama lebih dari delapan minggu.
1. Batuk Akut
Batuk akut berlangsung selama kurang dari tiga minggu dan
merupakan simptom respiratori yang sering dilaporkan ke praktik dokter.
Kebanyakan kasus batuk akut disebabkan oleh infeksi virus respiratori yang
merupakan self-limiting dan bisa sembuh selama seminggu (Haque, 2005).
Dalam situasi ini, batuk merupakan simptom yang sementara dan merupakan
kelebihan yang penting dalam proteksi saluran pernafasan dan pembersihan
mukus. Walau bagaimanapun, terdapat permintaan yang tinggi terhadap obat
batuk bebas yang kebanyakannya mempunyai bukti klinis yang sedikit dan
waktu yang diambil untuk konsultasi ke dokter tentang simptom batuk
2. Batuk Kronis
Batuk kronis berlangsung lebih dari delapan minggu. Batuk yang
berlangsung secara berterusan akan menyebabkan kualitas hidup menurun
yang akan membawa kepada pengasingan sosial dan depresi klinikal (Susanti,
2009). Penyebab sering dari batuk kronis adalah penyakit refluks gastro-
esofagus, rinosinusitis dan asma. Terdapat juga golongan penderita minoritas
yang batuk tanpa dengan diagnosis dan pengobatan diklasifikasikan sebagai
batuk idiopatik kronis. Batuk golongan ini masih berterusan dipertanyakan apa
sebenarnya penyebabnya yang pasti.

F. Patogenesis Batuk
Melibatkan suatu kompleks rangkaian refleks yang bermula dari stimulasi
terhadap reseptor iritan. Sebagian besar reseptor diduga berlokasi di system
pernafasan, sedangkan pusat batuk diduga berada di medulla. Batuk yang efektif
tergantung pada kemampuan untuk mencapai aliran udara yang tinggi dan tekanan
intra thoraks, sehingga meningkatkan proses pembersihan mukus pada saluran
nafas. Komplikasi batuk : symptoms of insomnia, hoarseness, musculo skeletal
pain, exhaustion, sweating, and urinary incontinence.

G. Penyebab Batuk
Batuk dapat terjadi akibat berbagai penyakit/proses yang merangsang
reseptor batuk. Selain itu, batuk juga dapat terjadi pada keadaan-keadaan
psikogenik tertentu. Tentunya diperlukan pemeriksaan yang seksama untuk
mendeteksi keadaan-keadaan tersebut. Dalam hal ini perlu dilakukan anamnesis
yang baik, pemeriksaan fisik, dan mungkin juga pemeriksaan lain seperti
laboratorium darah dan sputum, rontgen toraks, tes fungsi paru dan lain-lain.
Beberapa penyebab batuk antara lain:
1. Penyakit infeksi : bakteri atau virus misalnya tuberkulosa, influenza, campak,
batuk rajam.
2. Bukan infeksi: misalnya debu, asma, alergi, makanan yang meransang
tenggotokkan, batuk pada perokok dan sebagainya.

H. Cara mengdiagnosis
Salah satu cara mendiagnosa batuk adalah dengan mendengarkan cara
batuknya. Dokter akan menentukan pengobatan berdasarkan suara batuk yang
terdengar. Karena sebagian besar penyakit pernapasan seperti batuk disebabkan
oleh virus, maka dokter tidak meresepkan antibiotik untuk batuk (Muchid dan
Abdul, 2005). Jika mencurigai adanya infeksi bakteri, dokter baru akan
memberikan antibiotik.
Pengobatan dirumah yang dapat dilakukan untuk meringankan gejala
adalah sebagai berikut :
1) Jika menderita asma, pastikan anda sudah tahu cara mengontrol asma dari
dokter anda. Ikuti perkembangan ketika terjadi serangan asma dan berikan
obat asma sesuai anjuran dokter.
2) Jika ditengah malam terjadi batuk mengonggong atau sesak napas, hiruplah
uap air panas untuk membantu melegakan pernapasan.
3) Jika ada alat pelembab udara dikamar, benda tersebut dapat membantu anda
untuk tidur dengan nyenyak.
4) Minuman dingin seperti jus dapat menenangkan, tetapi hindari minuman
bersoda atau jeruk.
5) Jangan memberikan (terutama pada bayi dan anak yang baru belajar berjalan)
obat batuk bebas tanpa petunjuk khusus dari dokter.

I. Terapi Farmakologi Dan Non Farmakologi Batuk


1. Terapi farmakologi
Untuk penggobatan penyakit batuk biasanya digunakan beberapa
pengobatan antara lain:
a. Antitusif
Obat antitusif berfungsi menghambat atau menekan batuk
dengan menekan pusat batuk serta meningkatkan ambang rangsang
sehingga akan mengurangi iritasi. Secara umum berdasarkan tempat
kerja obat, antitusif dibagi atas antitusif yang bekerja di perifer dan
antitusif yang bekerja di sentral. Antitusif yang bekerja di sentral
dibagi atas golongan narkotik dan non narkotik. Contoh : Kodein,
DMP, Noskapin dan Uap Menthol.
b. Ekspektoran
Obat ini digunakan untuk meningkatkan sekresi mukus di
saluran napas sehingga bermanfaatuntuk mengurangi iritasi dan
batuknya akan berkurang dengan sendirinya. Contoh :Amonium
klorida, potasium sitrat, guaifenesin dan gliseril guaiakolat.
c. Mukolitika
Infeksi pernapasan menyebabkan munculnya mukus yg bersifat
purulen atau menyebabkan infeksi, oleh karena itu harus segera
dikeluarkan secara alamiah. Obat golongan ini berkhasiat melarutkan
dan mengencerkan dahak yg kental sehingga lebih mudah dikeluarkan
melaluibatuk dan sering digunakan pada penderita Bronkhitis. Contoh:
Asetilsistein , Bromheksin.
d. Bromheksin
Bromheksin merupakan derivat sintetik dari vasicine. Vasicine
merupakan suatu zat aktif dari Adhatoda vasica. Obat ini diberikan
kepada penderita bronkitis atau kelainan saluran pernafasan yang lain.
Obat ini juga digunakan di unit gawat darurat secara lokal di bronkus
untuk memudahkan pengeluaran dahak pasien. Menurut Estuningtyas
(2008) data mengenai efektivitas klinis obat ini sangat terbatas dan
memerlukan penelitian yang lebih mendalam pada masa akan datang.
Efek samping dari obat ini jika diberikan secara oral adalah mual dan
peninggian transaminase serum. Bromheksin hendaklah digunakan
dengan hati-hati pada pasien tukak lambung. Dosis oral bagi dewasa
seperti yang dianjurkan adalah tiga kali, 4-8 mg sehari. Obat ini
rasanya pahit sekali.
e. Ambroksol
Ambroksol merupakan suatu metabolit bromheksin yang
memiliki mekanisme kerja yang sama dengan bromheksin. Ambroksol
sedang diteliti tentang kemungkinan manfaatnya pada
keratokonjungtivitis sika dan sebagai perangsang produksi surfaktan
pada anak lahir prematur dengan sindrom pernafasan.
f. Asetilsistein
Asetilsistein (acetylcycteine) diberikan kepada penderita
penyakit bronkopulmonari kronis, pneumonia, fibrosis kistik, obstruksi
mukus, penyakit bronkopulmonari akut, penjagaan saluran pernafasan
dan kondisi lain yang terkait dengan mukus yang pekat sebagai faktor
penyulit (Estuningtyas, 2008). Ia diberikan secara semprotan
(nebulization) atau obat tetes hidung. Asetilsistein menurunkan
viskositas sekret paru pada pasien radang paru. Kerja utama dari
asetilsistein adalah melalui pemecahan ikatan disulfida. Reaksi ini
menurunkan viskositasnya dan seterusnya memudahkan penyingkiran
sekret tersebut. Ia juga bisa menurunkan viskositas sputum. Efektivitas
maksimal terkait dengan pH dan mempunyai aktivitas yang paling
besar pada batas basa kira-kira dengan pH 7 hingga 9. Sputum akan
menjadi encer dalam waktu 1 menit, dan efek maksimal akan dicapai
dalam waktu 5 hingga 10 menit setelah diinhalasi. Semasa trakeotomi,
obat ini juga diberikan secara langsung pada trakea. Efek samping
yang mungkin timbul berupa spasme bronkus, terutama pada pasien
asma. Selain itu, terdapat juga timbul mual, muntah, stomatitis, pilek,
hemoptisis, dan terbentuknya sekret berlebihan sehingga perlu disedot
(suction). Maka, jika obat ini diberikan, hendaklah disediakan alat
penyedot lendir nafas. Biasanya, larutan yang digunakan adalah
asetilsistein 10% hingga 20%.

g. Ammonium Klorida
Menurut Estuningtyas (2008) ammonium klorida jarang
digunakan sebagai terapi obat tunggal yang berperan sebagai
ekspektoran tetapi lebih sering dalam bentuk campuran dengan
ekspektoran lain atau antitusif. Apabila digunakan dengan dosis besar
dapat menimbulkan asidosis metabolik, dan harus digunakan dengan
hati-hati pada pasien dengan insufisiensi hati, ginjal, dan paru-paru.
Dosisnya, sebagai ekspektoran untuk orang dewasa ialah 300mg
(5mL) tiap 2 hingga 4 jam. Obat ini hampir tidak digunakan lagi untuk
pengasaman urin pada keracunan sebab berpotensi membebani fungsi
ginjal dan menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit.
h. Gliseril Guaiakolat
Penggunaan gliseril guaiakolat didasarkan pada tradisi dan
kesan subyektif pasien dan dokter. Tidak ada bukti bahwa obat
bermanfaat pada dosis yang diberikan. Efek samping yang mungkin
timbul dengan dosis besar, berupa kantuk, mual, dan muntah. Ia
tersedia dalam bentuk sirup 100mg/5mL. Dosis dewasa yang
dianjurkan 2 hingga 4 kali, 200-400 mg sehari.
i. Dekstrometorfan
Menurut Dewoto (2008) dekstrometorfan atau D-3-metoksin-
N-metilmorfinan tidak berefek analgetik atau bersifat aditif. Zat ini
meningkatkan nilai ambang rangsang refleks batuk secara sentral dan
kekuatannya kira-kira sama dengan kodein. Berbeda dengan kodein,
zat ini jarang menimbulkan mengantuk atau gangguan saluran
pencernaan. Dalam dosis terapi dekstrometorfan tidak menghambat
aktivitas silia bronkus dan efek antitusifnya bertahan 5-6 jam.
Toksisitas zat ini rendah sekali, tetapi dosis sangat tinggi mungkin
menimbulkan depresi pernafasan. Dekstrometorfan tersedia dalam
bentuk tablet 10mg dan sebagai sirup dengan kadar 10 mg dan 15
mg/5mL. dosis dewasa 10-30 mg diberikan 3-4 kali sehari.
Dekstrometorfan sering dipakai bersama antihistamin, dekongestan,
dan ekspektoran dalam produk kombinasi.
j. Kodein
Menurut Corelli (2007) kodein bertindak secara sentral dengan
meningkatkan nilai ambang batuk. Dalam dosis yang diperlukan untuk
menekan batuk, efek aditif adalah rendah. Banyak kodein yang
mengandung kombinasi antitusif diklasifikasikan sebagai narkotik dan
jualan kodein sebagai obat bebas dilarang di beberapa negara.
Bagaimanapun menurut Jusuf (1991) kodein merupakan obat batuk
golongan narkotik yang paling banyak digunakan. Dosis bagi dewasa
adalah 10-20 mg setiap 4-6 jam dan tidak melebihi 120 mg dalam 24
jam. Beberapa efek samping adalah mual, muntah, konstipasi, palpasi,
pruritus, rasa mengantuk, hiperhidrosis, dan agitasi

2. Terapi non farmakologi


Pada umunya batuk berdahak maupun tidak berdahak daat
dikurangi dengan cara sebagai berikut:
1) Memperbanyak minum air putih untuk membantu mengencerkan
dahak, mengurangi iritasi dan rasa gatal.
2) Menghindari paparan debu, minuman atau makanan yang
merangsang tenggorokan seperti makanan yang berminyak dan
minuman dingin.
3) Menghindari paparan udara dingin.
4) Menghindari merokok dan asap rokok karena dapat mengiritasi
tenggorokan sehingga dapat memperparah batuk.
5) Menggunakan zat – zat Emoliensia seperti kembang gula, madu,
atau permen hisap pelega tenggorokan. Ini berfungsi untuk
melunakkan rangsangan batuk, dan mengurangi iritasi pada
tenggorokan dan selaput lendir.

J. Monitoring penyakit batuk


 Bila dahak berubah kental, kecokelatan, atau kehijauan.
 Bila batuk berlangsung terus-menerus selama lebih dua minggu dan tak
kunjung membaik.
 Bila batuk disertai gejala lain seperti bunyi mendesah, napas tersengal dan
berbunyi, rasa sakit dan tertekan di dada (nyeri dada).
 Bila Anda banyak berdahak yang diikuti demam, dengan suhu tubuh lebih
dari 38 derajat Celsius.
 Batuk yang disertai penurunan berat badan.
 Berwarna putih atau gelap
 Dahak atau lendir yang kadang menyertai batuk bisa berasal dari rongga
hidung, rongga tulang muka (sinus), atau paru-paru. Ada beberapa warna
lendir yang bisa dijadikan patokan untuk menentukan apakah batuk Anda
cukup parah atau tidak.
 Dahak berwarna putih jernih. Berarti tidak ada penyakit berbahaya dalam
tubuh Anda.
 Berwarna putih dan berbuih. Ini akibat mengisap rokok dalam jangka
waktu lama.
 Berwarna hijau atau cokelat. Menunjukkan adanya infeksi paru-paru,
seperti bronkitis dan pneumonia. Umumnya disebabkan oleh bakteri.
 Bercampur darah atau berwarna gelap seperti karat. Menunjukkan adanya
penyakit serius, misalnya kanker dan TBC.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Batuk adalah pengeluaran sejumlah volume udara secara mendadak dari
rongga toraks melalui epiglotis dan mulut. Melalui mekanisme tersebut
dihasilkan aliran udara yang sangat cepat yang dapat melontarkan keluar
material yang ada di sepanjang saluran respiratorik, terutama saluran yang
besar. Dengan demikian batuk mempunyai fungsi penting sebagai salah
satu mekanisme utama pertahanan respiratorik.
2. Cara Penularannya biasanya disebabkan oleh sejenis bakteri yang bernama
Bacterium bordetella atau bisa juga oleh Bacterium parapertussis. Gejala
yang menyertai penyakit ini biasanya awalnya hanyalah meyerupai ISPA
biasa seperti batuk dan pilek, tapi kemudian berkembang menjadi yang
terus-terusan yang disertai perasaan mual, tak jarang berakhir dengan
muntah.
3. Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase
inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi (literatur lain membagi fase
batuk menjadi 4 fase yaitu fase iritasi, inspirasi, kompresi, dan ekspulsi).
4. Melibatkan suatu kompleks rangkaian refleks yang bermuladari stimulasi
terhadapreseptor iritan. Sebagian besar reseptor diduga berlokasi di system
pernafasan, sedangkan pusat batuk diduga berada di medulla. Batuk yang
efektif tergantung pada kemampuan untukmencapai aliran udara yang
tinggi dan tekanan intrathoraks, sehingga meningkatkan proses
pembersihan mukus padasaluran nafas.
5. Batuk dapat terjadi akibat berbagai penyakit/proses yang merangsang
reseptor batuk. Selain itu, batuk juga dapat terjadi pada keadaan-keadaan
psikogenik tertentu. Tentunya diperlukan pemeriksaan yang seksama
untuk mendeteksi keadaan-keadaan tersebut.
6. Salah satu cara mendiagnosa batuk adalah dengan mendengarkan cara
batuknya. Dokter akan menentukan pengobatan berdasarkan suara batuk
yang terdengar. Karena sebagian besar penyakit pernapasan seperti batuk
disebabkan oleh virus, maka dokter tidak meresepkan antibiotikuntuk
batuk.
7. Terapi farmakologi antara lain antitusif, ekspektoran, dan mukolitika.
Terapi non farmakologi yaitu memperbanyak minum air putih untuk
membantu mengencerkan dahak, mengurangi iritasi dan rasa gatal,
menghindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang
tenggorokan seperti makanan yang berminyak dan minuman
dingin.Menghindari paparan udara dingin.Menghindari merokok dan asap
rokok karena dapat mengiritasi tenggorokan sehingga dapat memperparah
batuk.Menggunakan zat – zat Emoliensia seperti kembang gula, madu,
atau permen hisap pelega tenggorokan. Ini berfungsi untuk melunakkan
rangsangan batuk, dan mengurangi iritasi pada tenggorokan dan selaput
lendir.
DAFTAR PUSTAKA

Mardjono, M. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi ke V. Departemen


Farmakologi dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Muchid dan Abdul. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Sanjoyo, R. 2009. Obat (Biomedik Farmakologi). FMIPA Universutas Gadjah


Mada. Yogyakarta.

Susanti, D. 2009. Batuk, Universitas Sumatera Utara . Medan.

Tjay, T.H., dan Kirana R. 2007. Obat-Obat Penting : Khasiat Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya edisi ke IV. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Yoga Aditama T. 1993. Patofisiologi Batuk. Bagian Pulmonologi FK UI, Unit


Paru RS Persahabatan, Jakarta.

You might also like