You are on page 1of 6

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA PADA ANAK

1.1 Landasan Teori


1.1.1 Pengertian

Asma adalah suatu peradangan pada brokus akibat reaksi hipersensitif mukosa
brokus terhadap bahan alergen. Reaksi hipersensitif pada brokus dapat mengakibatkan
pembengkakan pada mukosa brokus.

Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh faktor
resiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi
bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatkannya proses radang (Almazini, 2012)

Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan
ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia,
tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang
dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)

1.1.2 Etiologi
penyebab hipersensitifitas saluran pernafasan pada kasusu asma banyak diakibatkan oleh
faktor genetik (keturunan). Sedangkan faktor pemicu timbunya reaksi hipersensitifitas
saluran pernafasan dapat berupa:
a. Hirupan debu yang didapatkan di jalan raya maupun debu rumah tangga
b. Hirupan asap kendaraan, asap rokok, asap pembakaran,
c. Hirupan aerosol (asap pabrik yang bercampur gas buangan seperti nitrogin)
d. Perjalanan hawa dingin
e. Bulu binatang
f. Stress yang berlebihan

1.1.3 Patofisiologi
Adanya debu, asap rokok, bulu binatang, hawa dingin terpapar pada penderita.
Benda – benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak dikenali oleh sistem di tubuh
penderita sehingga dianggap sebagai benda asing (antigen). Anggapan itu yang kemudian
memicu dikeluarkannya antibodi yang berperanan sebagai respon reaksi hipersensitif
aeperti neutropil, basofil, dan immunoglobulin E.masuknya antigen pada tubuh yang
memicu reaksi antigen akan menimbulkan reaksi antigen – antibodi yang membentuk
ikatan seperti key and lock (gembok dan kunci).
Ikatan antigen dan antibodi akan merangsang peningkatan pengeluaran mediator
kimiawi seperti histamin, neutropil shemotactic slow acting, epinefrin, norepinefrin, dan
prostagandin. Peningkatan mediator – mediator kimia tersebut akan merangsang
peningkatan permiabilitas kapiler, pembengkakan pada mukosa saluran pernafasan
(terutama bronkus). Pembengkakan yang hampir merata pada semua bagian bronkus akan
menyebabkan penyempitan bronkus (bronkokontriksi) dan sesak nafas. Penyempitan
bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar yang masuk saat inspirasi sehingga
menurunkan oksigen. Kondisi ini akan berakibat pada penurunan oksigen jaringan
sehingga penderita terlihat pucat dan lemah.
Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekresi mukus dan
meningkatkan pergerakan silia pada mukosa. Penderita jadi sering batuk dengan produksi
mukus yang cukup banyak.

1.1.4 Gambaran Klinis


Gejala klinis yang muncul pada penderita asma antara lain:
a. Sesak nafas
Sesak nafas yang dialami penderita asma terjadi setelah berpaparan dengan bahan
alergen dan menetap beberapa saat.
b. Batuk
Batuk yang terjadi pada penderita asma merupakan usaha saluran pernafasan untuk
mengurangi penumpukan mukus yang berlebihan pada saluran pernafasan dan partikel
asing melalui gerakan silia mukus yang ritmik keluar. Batuk yang terjadi pada penderita
asma sering bersifat produktif
c. Suara pernafasan whezing
Suara ini dapat digambarkan sebagai bunyi yang bergelombang yang dihasilkan dari
tekanan aliran udara yang melewati mukosa brokus yang mengalami pembengkakan
tidak merata. Whezing pada penderita aska akan terdengar pada saat ekspirasi
d. Pucat
Pucat pada penderita asma sangat tergantung pada tingkat penyempitan bronkus. Pada
penyempitan yang luas penderita dapat mengalami sianosis karena kadar
karbondioksida yang ada lebih tinggi daripada kadar oksigen jaringan
e. Lemah
Oksigen di dalam tubuh difungsikan untuk respirasi sel yang akan digunakan untuk
proses metabolisme sel termasuk pembentukan energi yang bersifat aerobik seperti
glikolisis, kalau jumlah oksigen berkurang maka proses pembentukan energi secara
metabolik juga menurun sehingga penderita mengeluh lemah.

1.1.5 Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
Pengkajian riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional menurut
Gordon:
1. Pola persepsi sehat dan – penatalaksanaan sehat
Orang tua dan penderita yang sudah remaja biasanya menganggap sebagai penyakit
serius karena muncul sesak nafas yang mengganggu aktifitas
2. Pola metabolik nutrisi
Dapat muncul mual dan anoreksia sebagai dampak penurunan oksigen jaringa
gastrointestinal. Anak biasanya mengeluh badannya lemah karena penurunan
asupan nutrisi, terjadi penurunan berat badan.
3. Pola eliminasi
Anak dengan asma jarang terjadi gangguan eliminasi baik buang besar maupun
buang air kecil.
4. Pola tidur – istirahat
Data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur karena sesak nafas.
Penampilan anak terlihat lemah, sering menguap, mata merah, anak juga sering
menangis pada malam hari karena ketidak nyamanan tersebut.
5. Pola aktivitas – latihan
Anak tampak menurun atifitas dan latihannya sebagai dampak kelemahan fisik.
Anak tampak lebih banyak minta digendong orangtuanya atau bedrest.
6. Pola kognitif – persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya sesaat
akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak. Pada saat di rawat anak
tampak bingung kalau ditanya tentang hal – hal baru disampaikan.
7. Pola persepsi diri – konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahatabt, tidak suka
bermain, ketakutan terhadap orang lain meningkat
8. Pola peran – hubungan
Anak tampak malas kalau diajak biacara baik dengan teman sebaya maupun yang
lebih besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama dengan orang terdekat
orang tua)
9. Pola seksualitas – reproduktif
Pola kondisi sakit dan anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah
mengalami pubertas mungkin terjadi gangguan menstruasi pada wanita tetapi
bersifat sementara dan biasanya penundaan
10. Pola toleransi stress – koping
Aktifitas yang sering tampak saat menghadapi sterss adalah anak sering menangis,
kalau sudah remaja saat sakit yang dominan adalah mudah tersinggung dan suka
marah
11. Pola nilai – keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk mendapatkan
sumber kesembuhan dari Allah.

b. Pemeriksaan Fisik
1. Status penampilan kesehatan: lemah
2. Tingkat kesadaran kesehatan: komposmetis atau apatis
3. Tanda – tanda vital
a. Frekuensi nadi dan tekanan darah: takikardi, hipertensi
b. Frekuensi pernafasan: takipnea, dispnea progresif, pernafasan dangkal,
penggunaan otot bantu pernafasan.
c. Suhu tubuh
Suhu tubuh pasien dengan asma biasanya masih dalam batas normal 36 – 370 C
4. Berat badan dan tinggi badan
Kecenderungan berat badan anak mengalami penurunan
5. Integumen
Kulit
1. Warna: pucat sampe sianosis
2. Suhu
Pada hipertermi kulit teraba panas akan tetapi setelah hipertermi teratasi kulit
anak akan teraba dingin
6. Kepala dan mata
Data yang paling menonjol pada pemeriksaan fisik adalah pada: Thorax dan paru –
paru
a. Ispeksi: frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernafas anatara lain: takipnea,
dispnea progresif, pernafasan dangkal
b. Palpasi: adanya nyeri tekan, massa, peningkatan vokal fremitus pada daerah
yang terkena
c. Perkusi: pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya timpani (terisi
udara) resonansi
d. Auskultasi: suara pernafasan yang meningkat intensitasnya:
1. Suara mengi (whezing)
2. Suara pernafasan tambahan ronkhi

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radiologis memberi gambaran bervariasi

 Bercak konsolidasi pada bronkus

c. Masalah Keperawatan dan Intervensi

Diangnosa
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakrta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Riyadi.2013.Asuhan Keperawatan pada Anak.Yogyakarta. Graha Ilmu

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

You might also like