You are on page 1of 15

LAPORAN IMUNOSEROLOGI II

PEMERIKSAAN HIV 1/2

Dosen:

Drs. Chairlan, M. Biomed


Retno Martini W ,S.Si, M.Biomed

Disusun oleh :

Noor Ilham Pujianto Wibowo P3. 73. 34. 1. 16. 101


Nur Shabrina Almasari P3. 73. 34. 1. 16. 104
Sinta Khaerun Nisa P3. 73. 34. 1. 16. 112
Sri Cahya Agustin P3. 73. 34. 1. 16. 113
Venska Agung Pratama P3. 73. 34. 1. 16. 115
Yayang Putri Rojihan P3. 73. 34. 1. 16. 118

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III

DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

2018
LAPORAN

I. Judul Praktikum

Pemeriksaan HIV metode ELISA

II. Tujuan Praktikum

Untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap Human Immunodeficiency Virus Tipe 1

dan 2 (HIV-1, HIV-2 ) pada serum manusia dan plasma.

III. Metode Pemeriksaan

Enzyme Linked Immunosorben Assay ( ELISA ).

IV. Dasar Teori

Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) pertama kali dilaporkan pada tahun

1981, dan dapat diisolasi dari seorang pria homoseksual penderita acquired

Immunodeficiency tahun 1983. Sejak saat itu AIDS telah menjadi epidemik

diseluruh dunia, dengan lingkup semakin luas dan telah mengenai populasi serta

geografis yang berbeda. Pada sebagian besar orang yang terinfeksi HIV mengalami

infeksi opertunistik yang fatal sebagai akibat difesiensi system imun yang di induksi

oleh HIV.

Penyakit AIDS ( Acquired Immunodeficiency Syndrome ) merupakan

opertunistik. Pada orang sehat tidak terjadi infeksi opertunistik. Penyakit ini

menyebabkan kelainan yang kompleks dari system pertahanan seluler dan

menyebabkan host menjadi sangat peka terhadap mikroorganisme setelah timbulnya

secara penuh manifestasi klinik AIDS.

Virus AIDS bersifat limfotropik khas dan mempunyai kemampuan untuk

merusak sel darah putih spesifik yang disebut limfosit T-helper atau limfosit

pembawah factor T4 (CD4). Virus ini dapat mengakibatkanb penurunan jumlah


limfosit T-helper secara progresif dan menimbulkan immonodefisiensi serta

selanjutnya terjadi infeksi sekunder atau opertunistik serta selanjutnya terjadi infeksi

sekunder atau opertunistik oleh bakteri, virus, jamur, dan parasit serta neoplasma.

Hingga sekarang belum diketahui secara pasti tentang mekanisme

perkembangan penyakit dari seseorang yang positif HIV yang sampai menjadi

penderita AIDS yang full blow. Pada saat ini ditemukan sangat banyak orang yang

penyakit HIV antara berbagai kelompok resiko tinggi ( homoseksual, hemofili,

penyalahgunaan obat intravena ) dan proporsi dari orang tersebut yang nantinya

berkembang menjadi penderita AIDS. Masa inkubasi virus AIDS berkisar antara 6

minggu sampai 6 tahun atau lebih dengan waktu rata-rata yang berkisar antara 28

bulan. Masa inkubasi AIDS pada penderita yang terinfeksi HIV melalui transfuse

darah adalah rata-rata 5 tahun.

Uji ELISA untuk HIV biasanya dipakai sebagai uji penyaring untuk donor

darah, dan beberapa orang mempunyai resiko tinggi menderita AIDS. Mereka yang

menunjukkan hasil uji ELISA positif perlu perlu dikonfirmasi dengan uji western

blot. Uji konfirmasi yang lain yaitu IFA atau RIA.

V. Prinsip

Kompetitif antibody ELISA (competitive immunoassay recambinan antigen =

CIA-RA). Antibodi dalam sampel dicampur dengan antibody terhadap HIV standar

yang dilabel horse radish peroxsidase (HRP). Campuran tersebut ditambahkan pada

butiran polisteren yang dilapisi antigen envelop\cole dari HIV sehingga terjadi

kompetisi antara anti HIV dalam sampel dan anti-HIV dalam sampel, dan anti-HIV

berlabel HRP standar dalam mengikat antigen pada beats.

VI. Alat dan Bahan

Alat :
 Microtiter strip  Inkubator

 Strip perekat  Allumunium foil

 Mikropipet adjustable  Beaker waste

 Multichannel Pipet  Bak pencuci

 Yellow dan Blue Tip

Bahan :

 Kontrol negatif  Larutan Pencuci

 Kontrol positif  Larutan Stop

 Konjugat  Reagen A dan B

 Konjugat Diluent

VII. Prosedur

1. Tangan dicuci sebelum melakukan pemeriksaan sampel.

2. APD digunakan sebelum melakukan pemeriksaan.

3. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

4. Test kit dan reagen dikondisikan pada suhu kamar sebelum digunakan.

5. Microtiter disiapkan dan letakkan pada meja kerja.

6. Larutan konjugat disiapkan sebanyak (konjugat : diluent konjugat => 1 : 10)

contoh: konjugat 200µl dengan diluent konjugat 2ml lalu pipet campuran konjugat

ke dalam tray.

7. Larutan konjugat dipipet yang ada pada tray sebanyak 60µl ke masing-masing

well microtiter (A1-H1)

8. Sampel 3 dipipet sebanyak 30µl ke masing-masing well (A1-C1)

9. Sampel 2 dipipet sebanyak 30µl ke masing-masing well (D1-F1)

10. Sampel 1 dipipet sebanyak 30µl ke masing-masing well (G1-H1)

11. Dihomogenkan dengan cara mengetuk pinggir microtiter secara hati-hati.


12. Well microtiter ditutup yang berisi campuran reagen dan sampel dengan strip

pelekat.

13. Diinkubasi di dalam incubator selama 90 menit pada suhu 37oc

14. Sambil menunggu waktu inkubasi, larutan pencuci dan larutan substrat disiapkan.

15. Larutan pencuci disiapkan sebanyak (larutan pencuci : air deionisasi => 1:45)

contoh: 1ml larutan pencuci dengan 45 ml air deionisasi lalu pipet campuran

larutan pencuci ke dalam tray

16. Larutan substrat disiapkan sebanyak (larutan substrat A : larutan substrat B =>

1:1) contoh: 1,5 ml larutan substrat A dengan 1 ml larutan substrat B lalu pipet

campuran larutan substrat ke dalam tray.

17. Setelah di inkubasi, strip pelekat dilepaskan lalu cuci well microtiter dengan

larutan pencuci

18. Larutan pencuci dipipet sebanyak 300µl ke masing-masing well(A1-H1) dan

tunggu 30 detik. Setelah 30 detik buang isi well microtiter ke dalam bak pencuci

yang berisi Lysol. Ulangi pencucian sampai 8x.

19. Larutan substrat dipipet sebanyak 100µl ke masing-masing well (A1-H1).

20. Well microtiter ditutup yang berisi campuran reagen dan sampel dengan strip

pelekat.

21. Dinkubasi pada keadaan gelap (bungkus dengan alumunium foil) selama 30 menit

pada suhu kamar atau 18-25oc

22. Setelah inkubasi, stop solution dipipet sebanyak 100µl ke masing-masing well

(A1-H1).

23. Dihomogenkan dengan cara mengetuk pinggir microtiter secara hati-hati.

24. Hasil Dibaca dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang

450nm.
VIII. Identitas Sampel

Well A1-C1 : Sampel 3

Well D1-F1 : Sampel 2

Well G1-H1 : Sampel 1

IX. Hasil Pemeriksaan

Well Absorbans

A1 1,922

B1 1,951

C1 2,081

D1 2,028

E1 2,257

F1 2,283

G1 2,354

H1 2,282

X. Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan di atas, presisi yg cukup baik (<10%) terdapat pada

well A1-C1, D1-E1, E1-F1, dan G1-H1. Sedangkan well yg presisinya kurang baik

(>10%) terdapat pada antara well D1 dan F1. Hal ini mungkin dikarenakan teknik

pemipetan yang kurang tepat dan baik sehingga mempengaruhi volume.


LAPORAN

I. JUDUL PRAKTIKUM

Pemeriksaan HIV ICT

II. PENDAHULUAN

HIV adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS.Virus ini

menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga

tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Tanpa pengobatan, seorang dengan HIV

bisa bertahan hidup selama 9-11 tahun setelah terinfeksi, tergantung tipenya. Dengan

kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan)

sistem imun. HIV adalah agen penyebab acquired immunedefisiency syndrome

(AIDS) virus ini berkembang lewat lapisan luar lipid yang dibawah dari membrane sel

inang. Beberapa virus gliko protein menepati lapisan luar tersebut, setiap virus

memiliki 2 salinan anti positif genomic RNA.

HIV 1 terisolasi dari pasien denan AIDS dan AIDS hubungan kompleks dan

dari orang sehat potensi resiko yang tinggi untuk mengembangkan AIDS. HIV 2

terisolasi dari pasien-pasien AIDS di afrika barat dan dari individu-individu yang

tidak memiliki gejala sero positif. Keduanya HIV 1 dan HIV 2 mndatangkan suatu

respon kekebalan. Pemeriksaan antibody HIV dalam serum atau plasma merupakan

cara yang umum yang lebih efisien untuk menentukan apakah seseorang tak

terlindungi dari HIV fan melindungi darah dan elemen-elemen yang dihasilkan darah

untuk HIV. Perbedaan dalam sifat-sifat biologis,aktifitas serologis, dan deretan

genom, HIV 1 dan 2 positif sera dapat diidentifikasi dengan menggunakan tes

serologis dasar HIV.


III. METODE

Pemeriksaan HIV menggunakan metode kualtitatif dengan menggunakan teknik

Immunokromatografi.

IV. PRINSIP

Mendeteksi antibody pada serum/plasma atau whole blood yang berikatan pada

antigen pada strip

V. TUJUAN

1. ACON HIV ½

Rapid test kulitatif untuk mendeteki semua antibodi spesifik HIV tipe 1 dan HIV

tipe 2 pada serum atau plasma.

2. SD BIOLINE ½ 3.0 HIV MULTI

Rapid test kualitatif untuk mendeteksi antibodi pada semua isotope (IgG, IgM,

IgA) spesifik untuk HIV-1 termasuk subtipe-0 dan HIV-2 pada serum manusia,

plasma atau darah lengkap sekaligus.

3. SD BIOLINE HIV 3rd GENERATION

Tes imunokromatografi cepat untuk mendeteksi kualitatif pada semua tipe

antibodi (IgG, IgM, IgA) spesifik untuk HIV-1 dan HIV-2 secara bersamaan di

dalam serum, plasma atau darah lengkap manusia.

4. Oncoprobe HIV 1,2

Untuk penilaian kualitatif dari anti-HIV-1 dan HIV-2 pada serum atau plasma atau

darah

VI. ALAT DAN BAHAN

a. Alat dan bahan yang diperlukan ACON HIV ½

1. Buffer
2. Alat uji ACON

3. Sampel serum

4. Pipet tetes

b. Alat dan bahan yang diperlukan SD BIOLINE 1/2 3.0 HIV MULTI

1. buffer

2. Alat Uji SD BIOLINE 1/2 3.0

HIV Multi
3. Sampel serum

4. Pipet tetes

c. Alat dan bahan yang diperlukan Oncoprobe HIV 1,2

1. buffer

2. Alat Uji SD BIOLINE HIV 3rd

GENERATION

3. Sampel serum

4. Pipet tetes
VII. PROSEDUR KERJA

a. Prosedur ACON HIV ½

1. Keluarkan alat pemeriksaan dari kemasan alumunium foil dan gunakan segera.

Hasil terbaik didapat jika pemeriksaan dilakukan dalam waktu 1 jam.

2. Letakkan alat pemeriksaan di tempat yang bersih dan rata. Pegang dropper

dengan tegak secara vertikal dan pindahkan 1 tetes serum atau plasma sekitar

25µl ke spesimen well untuk pemeriksaan dan tambahkan 1 tetes buffer sekitar

40µl dan mulai hitung waktunya.

3. Tunggu garis merah yang muncul. Hasil hanya bisa dibaca dalam 10 menit.

Jangan menafsirkan hasil sesudah 20 menit

b. Prosedur SD BIOLINE 1/2 3.0 HIV MULTI

1. Keluarkan alat dari kemasan. Alat ditempatkan pada tempat yang rata dan

kering.

2. Gunakan pipet kapiler, pipet 20 µl spesimen darah dengan pipet kapiler 20 µl

dan tempatkan pada well sampel atau gunakan mikropipet, pipet 10 µl

spesimen plasma atau serum atau 20µl spesimen darah dan tempatkan pada

well sampel

3. Tambahkan 4 tetes atau 120 µl pengencer pada well secara vertical.

Peringatan : jika tidak diteteskan secara vertical, dapat menyebabkan hasil

yang kurang akurat.

4. Saat tes bekerja, maka akan terlihat warna ungu yang berpindah secara silang

pada bagian tengah alat uji

5. Waktu untuk melihat hasil uji adalah 10-20 menit. Setelah menambahkan

pengencer, baca hasil setelah 10 menit dan jangan baca hasil jika waktu lebih

dari 20 menit. Peringatan : jika hasil tidak terbaca setelah 10 menit karena
warna latar belakang yang terlalu tinggi, baca kembali hasil dalam waktu 20

menit setelah pengencer ditambahkan. Jangan baca hasil jika waktu lebih dari

20 menit.

c. Prosedur SD BIOLINE HIV 3rd GENERATION

1. Ambil perangkat uji dari pembungkus foil, letakkan pada tempat yang rata dan

kering

2. Tambahkan 20µl spesimen darah yang diambil dengan 20 µl pipet kapiler ke

sumur sampel

3. Teteskan 4 tetes assay diluent ke dalam sampel sumur

4. Baca hasil pemeriksaan dalam waktu 5-20 menit. Peringatan : jangan baca

hasil pemeriksaan setelah 20 menit. Pembacaan terlalu lama dapat

memberikan hasil yang salah

d. Oncoprobe HIV 1,2

1. Siapkan semua peralatan dan spesimen pada temperatur ruangan

2. Keluarkan kartu uji dari kantung foil dan letakkan di permukaan yang kering

3. Untuk spesimen serum atau plasma: pegang dropper secara vertical dan

pindahkan 1 tetes spesimen serum atau plasma (sekitar +/- 25µl) ke sumur

spesimen yang terdapat diperangkat uji, lalu tambahkan 1 tetes buffer (sekitar

+/- 40µl) dan jalankan timer

4. Untuk spesimen darah : pegang dropper secara vertical dan pindahkan 2 tetes

dari spesimen darah (sekitar +/- 50 µl) ke sumur sampel lalu tambahkan 2 tetes

buffer (sekitar +/- 80 µl) dan jalankan timer

5. Baca hasil antara 5-30 menit setelah penambahan buffer


VIII. INTERPRETASI HASIL

a. ACON HIV ½

 Positif = jika muncul garis merah. Satu garis harus muncul di daerah

kontrol (C) dan garis lainnya harus muncul di daerah uji (T). Intensitas

warna merah pada daerah uji akan berbeda tergantung konsentrasi

antibodi HIV yang terdapat di spesimen.

 Negatif = satu garis merah yang muncul pada daerah kontrol (C).

Tidak adanya garis merah atau merah muda yang terbentuk pada

daerah uji (T)

 Invalid = garis kontrol tidak muncul. Ketidak sesuaian volume

spesimen atau teknik prosedur yang tidak tepat menjadi kemungkinan

besar alasan kesalahan pada garis kontrol.

b. SD BIOLINE 1/2 3.0 HIV MULTI

 Positif = jika terlihat dua garis pada garis kontrol (C) dan garis uji 1 (1)

maka hasil uji terindikasi positif HIV-1. Jika terlihat dua garis pada

garis kontrol (C) dan garis uji 2 (2) maka hasil uji terindikasi positif

HIV-2. Jika terlihat tiga garis pada garis kontrol (C), garis uji 1 (1),

dan garis uji 2 (2) maka hasil positif terhadap garis yang intensitas

warna garis uji lebih gelap.

 Negatif = jika pita hanya terlihat pada garis kontrol maka dapat

dinyatakan hasil uji negatif.

 Invalid = jika tidak terlihat garis kontrol (C) dan atau warna merah

muda/ungu pada hasil uji dapat dinyatakan hasil invalid. Prosedur kerja

mungkin tidak benar, perlu dilakukan pengujian kembali pada sampel.


c. SD BIOLINE HIV 3rd GENERATION

 Positif = adanya dua garis sebagai garis kontrol (C) dan garis uji 1 (1)

mengindikasikan bahwa hasil positif untuk HIV-1. Adanya dua garis

sebagai garis kontrol (C) dan garis uji 2 (2) mengindikasikan bahwa

hasil positif untuk HIV-2. Adanya tiga garis sebagai garis kontrol (C)

,garis uji 1 (1), dan garis uji 2 (2) mengindikasikan hasil positif maka

hasil positif terhadap garis yang intensitas warna garis uji lebih gelap.

 Negatif = hanya ditandai dengan kemunculan garis kontrol

 Invalid = tidak adanya garis kontrol (C)

d. Oncoprobe HIV 1,2

 Positif = terbentuk dua atau tiga garis warna. Dan muncul dua atau tiga

garis, satu pada zona garis 1 atau 2 (atau 1 dan 2) dan garis yang lain

dari kontrol mengindikasikan hasil positif. Garis warna pada zona garis

1 menunjukkan adanya infeksi HIV-1 dan garis warna pada zona garis

2 menunjukkan adanya infeksi HIV-2

 Negatif = terbentuk satu garis warna. Satu garis yang terbentuk di zona

garis kontrol

 Invalid = jika tidak terdapat garis warna di zona garis kontrol. Ulangi

tes dengan perangkat atau strip yang baru

IX. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tanpa Nama


X. HASIL PRAKTIKUM

1. ACON

Hasil positif ditandai dengan munculnya garis merah pada Tes Uji dan garis

Control. Warna sedikit agak samar dikarenakan jumlah antibodi yang terdeteksi.

2. SD BIOLINE

Hasil menunjukkan terdapat garis merah pada gasris Control, HIV 1, dan HIV 2.

(SD Bioline)

3. Oncoprobe HIV 1,2

Hasil menunjukkan adanya garis merah pada garis control, dan garistes HIV.

Garis merah pada garis test terliat samar, dikarenakan titer dari antibodi pada

serum sudah rendah.

XI. KESIMPULAN

Hasil pemeriksaan dengan sampel serum pada pasien tanpa nama dengan dilakukan

pemeriksaan dengan 3 merk kaset yang berbeda, dinyatakan Positif atau Reaktif

terhadap antibodi HIV.

You might also like