You are on page 1of 14

REFLEKSI KASUS Februari 2018

INFEKSI SALURAN KEMIH

DISUSUN OLEH:
NAMA : RYKA MARINA WALANDA
STAMBUK : N 111 16 001
PEMBIMBING : drg. ELLI YANE BANGKELE., M. Kes
dr. NUR AINUN

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan suatu infeksi yang disebabkan
oleh pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran kemih manusia. Saluran
kemih manusia merupakan organ-organ yang bekerja untuk mengumpul dan
menyimpan urin serta organ yang mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu ginjal,
ureter, kandung kemih dan uretra Menurut National Kidney and Urologic
Diseases Information Clearinghouse (NKUDIC), ISK merupakan penyakit
infeksi kedua tersering setelah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3
juta kasus dilaporkan per tahun. ISK dapat menyerang pasien dari segala usia
mulai bayi baru lahir hingga orang tua.
Pada umumnya wanita lebih sering mengalami episode ISK daripada
pria. Namun, pada masa neonatus ISK lebih banyak terjadi pada bayi laki
(2,7%) yang tidak menjalani sirkumsisi daripada bayi perempuan (0,7%).
Dengan bertambahnya usia, insiden ISK terbalik yaitu pada masa sekolah ISK
pada anak perempuan 3%, sedangkan anak laki-laki 1,1%. Insiden ISK ini
pada remaja anak perempuan meningkat 3,3 sampai 5,8% (Purnomo, 2009).
ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan
faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih
termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun
perempuan cenderung menderita ISK dibandingkan laki-laki. ISK berulang
pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi
(pencetus).
Pada Puskesmas Singgani, Penyakit ISK pernah memasuki 10 besar
penyakit yang paling sering ditanggani di wilayah kerja puskesmas pada tahun
2015 sebanyak 211 orang.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan kasus ini meliputi:

2
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat
2. Sebagai gambaran infeksi saluran kemih di lingkungan wilayah kerja
Puskesmas Singgani

3
BAB II
PERMASALAHAN

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H
Usia : 28 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Tulip II
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMA
Tanggal Pemeriksaan : 23 Januari 2018

ANAMNESIS
Keluhan Utama : sering BAK
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan sering BAK cair
sejak 2 tahun yang lalu, hilang timbul, namun
muncul kembali 3 hari yang lalu. BAK berwarna
kuning keruh, tidak terdapat darah, tidak terdapt
pasir, namun nyeri saat ingin buang air kecil dan
kadang terasa tidak puas setelah kencing. Untuk
keluhan lain, demam (+) hanya di hari pertama,
sakit kepala (-), pusing (-), batuk (-), flu (-), sesak
(-). BAB seperti biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu : Menurut pasien, keluhan tersebut pernah
dirasakan 2 tahun lalu setelah melahirkan anak
ketiga. Namun berhenti setelah beberapa bulan,
dan sering hilang timbul. Pasien telah berkali-kali
ke dokter dengan keluhan yang serupa. Selalu
sembuh, namun muncul kembali.

4
Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien memiliki seorang sepupu perempuan yang
mengeluh hal serupa.

Riwayat Sosial-ekonomi :
Pasien tinggal berenam di rumah dengan suami, ketiga anaknya dan ibunya,
pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya.

Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:


 Tempat tinggal pasien adalah rumah beratap genteng, memiliki plafon,
dengan lantai tehel, yang terdiri dari satu ruang tamu, satu dapur, 3 ruang
tidur, satu ruangan dibelakang rumah yang menjadi dapur sekaligus tempat
makan, dan satu kamar mandi.
 Keluarga memiliki jamban pribadi dalam rumah dengan saluran
pembuangan leher angsa. Air diperoleh dari saluran pipa yang berasal dari
PDAM yang ditampung dalam ember.
 Pasien mengaku bila usai buang air kecil, kadang hanya siram dengan air
tanpa mengeringkan atau lap saluran kencing dari arah bawah (anus) dan
naik ke atas, serta sering dan membiarkan celana dalam basah hingga
berjam-jam sebelum menggantinya.
 Pasien mengaku sering menahan kencing

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
Berat Badan : 67 kg
Tanda Vital : Denyut Nadi : 86 x/menit, lemah
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Respirasi : 14 x/menit
Suhu : 36,5°C

5
Kulit : Warna sawo matang, Ruam (-), Turgor kulit kembali
cepat (< 2 detik)
Kepala : Normosefal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks
kornea kesan normal, refleks cahaya normal
Hidung : Rhinorrhea (-), epistaksis (-)
Mulut : Sianosis (-), mukosa bibir kering (-)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid

Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraksi (-)
Palpasi : Vocal fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor pada lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Teraba pulsasi ictus cordis pada SIC V misclavicula sinistra
Perkusi : Batas atas pada SIC II para sternal sinistra,
Batas kiri jantung pada SIC V midclavicula sinistra
Batas kanan pada SIC IV para sternal dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, tidak ada murmur, tidak ada
gallop

Abdomen
Inspeksi : Datar. Tidak tampak sikatrik, dan tidak tampak massa
Auskultasi : Peristaltik usus (+), kesan normal
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (+) regio suprapubik, hepar dan lien tidak teraba

6
Genitalia : Dalam batas normal
Anggota Gerak : Akral hangat, kekuatan otot normal, tidak dijumpai edema
Punggung : Deformitas (-), Tidak skoliosis, Lordosis, maupun Kifosis

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Urinalisis (29/08/2017)
Parameter Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan
Warna Kuning Tua Kuning Muda
Kekeruhan Agak Keruh Jernih
Eritrosit 2-5/LPB Negatif
Leukosit 4-8/LPB Negatif
Epitel +2 Negatif
Bakteri Positif Negatif

Hasil Pemeriksaan Urinalisis (23/01/2017)


Parameter Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan
Bilirubin 1+ Negatif
Eritrosit 3-5/LPB Negatif
Leukosit 1-4/LPB Negatif
Epitel +2 Negatif
Bakteri Negatif Negatif

DIAGNOSIS:
Diagnosa Kerja : Infeksi Saluran Kemih

TERAPI:
Medika mentosa
 Ciprofloxacine tab 2x1
 Vitamin C 50 mg 1x1
Non medika mentosa
 Mengedukasi pasien untuk mengkonsumsi air 2L per hari serta jangan
sering menahan kencing
 Memperhatikan kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum dan sesudah
makan, dan sesudah buang air.
 Memperhatikan cara membersihkan saluran kemih setelah buang air kecil

7
 Memperhatikan kebersihan pakaian dalam, bila basah atau berbau maka
segera diganti.

PROGNOSIS
 Dubia

8
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien adalah seorang perempuan berusia 28 tahun datang dengan keluhan


sering BAK cair sejak 2 tahun yang lalu, hilang timbul, namun muncul kembali 3
hari yang lalu. BAK berwarna kuning keruh, tidak terdapat darah, tidak terdapt
pasir, namun nyeri saat ingin buang air kecil dan kadang terasa tidak puas setelah
kencing. Mengalami demam di hari pertama.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum sakit ringan, kesadaran
compos mentis, tanda-tanda vital dalam batas normal, pada pemeriksaan abdomen
ditemukan nyeri tekan pada regio suprapubik.
Kondisi sehat secara holistic bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan
juga spiritual dan social dalam bermasyarakat. Terdapat empat faktor utama yang
mempengaruhi derajat kesehatan yaitu faktor perilaku, faktor lingkungan, faktor
pelayanan kesehatan, dan faktor genetic. Keempat faktor tersebut saling
berpengaruh satu sama lainnya. Diare menjadi masalah di masyarakat oleh faktor-
faktor berikut.
1. Perilaku
- Membersihkan usai miksi dengan tidak higienis
Salah satu patofisiologi kejadian infeksi saluran kemih adalah cara
ascending yaitu penyebab infeksi naik dan memasuki saluran kencing,
terutama sering terjadi pada perempuan karena memiliki saluran
kencing yang pendek. Pasien ini mengaku bahwa cara membersihkan
diri usai kencing mendukung untuk terjadinya hal diatas karena selalu
membersihkan mulai dari arah anus kemudian naik ke saluran
kencing.
- Menahan miksi
Pola pikir yang menganggap menahan miksi tidak akan menimbulkan
permasalahan, terutama bila sedang sibuk mengerjakan hal lain, maka
keperluan untuk miksi tidak menjadi prioritas sehingga pasien
cenderung untuk menahan. Hal tersebut dapat menjadi salah satu
faktor risiko untuk terjadinya infeksi karena komposisi urin yang

9
tertampung dalam vesika urinari sebagaimana harus dikeluarkan
namun ditahan.
2. Lingkungan
- Sosioekonomi menengah ke bawah
Walaupun dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, pasien dengan
sosioekonomi menengah ke bawah mungkin saja tidak memikirkan
kualitas dan kebersihan lingkungan sekitar
- Edukasi
Tingkat pengetahuan yang kurang mengenai terjadinya infeksi saluran
kemih dapat mempengaruhi sikap terhadap pola hidup bersih dan
bagaimana mencegah terjadinya infeksi.
- Rumah pasien yang belum memenuhi kriteria sehat
Penggunaan jamban yang masih disatukan dengan tempat lain seperti
tempat mencuci peralatan makan dan penyimpanan air yang
digunakan untuk masak. Pada kasus ini, jamban berada ditempat yang
sama dengan tempat cuci baju, dan peralatan cuci peralatan. Air yang
diperoleh pasien dapat sekali-kali keruh karena bak penampungan air
jarang dibersihkan sehingga dapat keruh saat disalurkan ke kamar
mandi.
3. Pelayanan kesehatan
Pada pelayanan kesehatan yakni di Puskesmas Singgani terdapat
pemegang program dan beberapa kader yang membantu menangani
masalah penyakit seperti infeksi. Di Puskesmas Singgani, terdapat
pemegang program Promosi Kesehatan yang ikut turun pada kegiatan
seperti Posyandu dan Posbindu untuk melakukan penyuluhan kesehatan
mengenai penyakit infeksi. Namun kadang karena kesibukan lain, maka
penyuluhan kesehatan tidak dilaksanakan.

10
BAB V
KESIMPULAN/SARAN

4.1 KESIMPULAN
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh
pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran kemih manusia.. Pada
umumnya wanita lebih sering mengalami episode ISK daripada pria. ISK
tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan
faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih
termasuk ginjal. Kejadian ISK pada kasus ini di pengaruhi faktor perilaku dan
faktor lingkungan.

4.2 SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan adalah menurut five level prevention,
sebagai berikut:
1. Peningkatan kesehatan (heath promotion)
- Perbaikan kebersihan lingkungan, seperti tempat penyediaan air bersih
- Edukasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, salah satunya adalah
cara mencuci tangan
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit
tertentu (general dan specific protection)
 Menjaga kebersihan saluran kemih dan alat kelamin
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan
tepat (early diagnosis and prompt treatment)
Mengenali tanda-tanda infeksi saluran kemih, dan bila terdapat keluarga
dengan gejala serupa agar segera dilakukan penegakkan diagnosa dan
penanganan yang cepat.
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
Pengobatan harus sesuai dengan ketetapan agar pasien dapat segera
tertangani dan terhindar dari komplikasi lebih lanjut, maka perlu
ditegakkan diagnosa dan diberikan pengobatan sesuai dengan tanda dan
gejala.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Pasien dan keluarga diberikan konseling tentang pola hidup bersih serta
jika gejala terus berlanjut agar segera dibawa ke puskesmas.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Davey, P. 2006. At a glance medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga


2. Agus, T., Ardaya, Suwanto. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI
3. Pranawa, Yogiantoro. M., Irwanadi, C., Santoso, D., Mardiana, N., Thaha, M.,
Widodo. 2007. Infeksi Saluran Kemih. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Surabaya: Airlangga University Press.
4. PAPDI. 2008. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen IPD FK UI.
5. Purnomo, B.B. 2013. Dasar-dasar urologi Edisi Ke-2. Jakarta: Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia
6. Sjasuhidrajat, R. 2004. Buku ajar ilmu bedah Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
7. Sukandar, E. 2012. Nefrologi klinik. Edisi 3. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah
(PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD

12
LAMPIRAN

13
14

You might also like