You are on page 1of 6

Sudah banyak sekali berita-berita terkait kecurangan akademik yang terjadi di

sekolah di Indonesia, bahkan sudah terjadi juga di sekolah dasar. saat ini kecurangan bukan
lagi hal yang biasa tapi justru menjadi hal yang umum yang dilakukan oleh para pelajar
dari tingkat pendidikan manapun. Mirisnya kecurangan akademik tidak hanya dilakukan
oleh pelajar tetapi juga dilakukan oleh pendidik dan pejabat terkait. Bagaimana kita
mengatasi kecurangan akademik tersebut ? “Untuk menghancurkan sebuah bangsa, tidak
perlu dengan bom, roket, dan senjata berat, tapi cukup dengan MEMPERMUDAH MURID
CURANG DALAM UJIAN dan LONGGAR DALAM DISIPLIN BELAJAR.” Maka :

Maka ;
 Banyak orang yang tak tertolong nyawanya karena ditangani oleh dokter yang lulus
dengan cara curang
 perusahaan akan banyak yang bangkrut di tangan para akuntan yang lulus karena
curang.
 agama akan menjadi jualan murahan di dalam ceramah dan pidato para ulama ustadz
dan kiyai yang lulus karena curang.
 keadilan akan hilang di tangan hakim yang lulus karena curang
 kebodohan dan kekasaran akan menjadi karakter bagi anak bangsa di tangan para guru
dan pendidik yang lulus karena curang.

Bagaimana caranya mengatasi kecurang akademik di sekolah ?


Umumnya Kecurangan Akademik disamakan pengertiannya dengan perbuat plagiat.
Namun plagiat hanya salah satu bentuk kecurang akademik.
Marsden et al. (2005) membedakan kecurangan akademik ke dalam [1] cheating atau
tingkahlaku menyontek (pada waktu ujian) [2] plagiarism yaitu kegiatan mengutip tanpa
menyebut sumber dan [3] falsification yaitu usaha memberikan kesan bahwa suatu
”pernyataan tertentu” (yang dinyatakan dalam naskah pelaku kecurangan) telah
”dibuktikan” oleh suatu kajian yang dilakukan orang lain. Dengan cara ini pelaku
kecurangan berusaha untuk menyakinkan pembacanya / pendengarnya bahwa apa yang ia
kemukakan adalah hal yang telah terbukti kebenarannya. Menurut pendapat Cizek (2006)
menyatakan bahwa perilaku kecurangan akademik merupakan segala aktifitas ataupun
perilaku yang dilakukan secara sengaja yang melanggar aturan yang ditetapkan
sebelumnya berhubungan dengan penyelesaian suatu tugas ataupun tes yang memberikan
keuntungan yang tidak adil terhadap siswa lain ataupun pelaksanaan ujian sendiri yang
mengurangi keakuratan dalam pengambilan kesimpulan terhadap prestasi siswa. Untuk
mengatasi kecurangan akademik, maka yang paling penting dilakukan adalah mengetahui
sumber-sumber atau faktor-faktor apa saja yang dapat membuat siswa melakukan
kecurangan akademik. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi siswa untuk
melakukan kecurangan akademik, terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.

Faktor Internal
 Pola Hidup Hedonisme
Hedonisme merupakan suatu pandangan bahwa manusia dalam kehidupan mengejar
kesenangan. Menurut Moore (2011) hedonisme merupakan pandangan mengejar
kesenangan. Epicurus (dalam Kenny 2004) menyatakan bahwa pandangan hedonisme
menganggap kesenangan merupakan sebuah tujuan akhir dari kehidupan.Seseorang yang
hanya mengejar kesenangan tanpa mau melakukan usaha yang menyusahkan dapat disebut
sebagai seorang dengan pola hidup hedonisme.
SOLUSI
Seorang siswa perlu diberikan pendidikan softskill, sehingga terhindar dari pengaruh
negatif hedonime itu sendiri. Perlunya penekanan bahwa untuk medapatkan hasil yang
maksimal maka membutuhkan usaha yang maksimal.
 Spiritualitas Religi

Thomas (1997) menjelaskan bahwa dalam pandangan religius segala perilaku seseorang
akan memunculkan konsekuensi. Konsekuensi dari perilaku-perilaku yang melanggar
moral akan didapatkan baik dalam hidup maupun setelah kematian, yang dalam pandangan
religius disebut hari akhir. Maka ketika seseorang melakukan perilaku curang dalam
kegiatan akademik menurut pandangan religius dapat dikatakan bahwa seseorang
mengabaikan konsekuensi perbuatannya di hari akhir.

SOLUSI

Pola pendidikan yang fokus terhadap akhlak sangat penting untuk disampaikan kepada
siswa. Tidak ada satupun agama yang mengajarkan kecurangan dan tidak ada satupun
agama yang mengajarkan kemalasan.
 Stres
Stres yang dirasakan oleh siswa memiliki hubungan yang kuat terhadap perilaku
kecurangan akademik. Ketika seseorang merasa tertekan terhadap beban akademik yang
harus ditempuh maka ia akan cenderung melakukan perilaku kecurangan akademik.

Hal ini dibuktikan oleh Ludeman (dalam Davis 2009) yang menemukan bahwa seorang
akan melakukan kecurangan akademik ketika ia merasa tugas yang dibebankannya tidak
berguna, terlalu sulit atau terlalu mudah untuk dikerjakan.

SOLUSI
Perancangan kurikulum yang sesuai sangat berpengaruh terhadap perilaku siswa itu
sendiri, sehingga tim kurikulum seharusnya benar-benar memikirkan dampak psikologis
siswa dalam mengikuti kurikulum yang ada. Jangan hanya terkesan bahwa kurikulum
dibuat semata-mata untuk mengejar kemampuan hardskill dengan mengabaikan
kemampuan softskill. Meminimalkan perasaan tertekan menjadi kunci utama-nya.
 Motivasi
Seseorang yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung tidak melakukan perilaku
kecurangan akademik. Self-efficacy oleh Bandura (dalam Anderman, 2006) dijelaskan
sebagai kepercayaan seseorang terhadap suatu tugas yang spesifik mengenai
kemampuannya dalam melaksanakan suatu aksi yang diperlukan dalam menyelesaikan
suatu tugas.Ketika seseorang memiliki self-efficacy yang tinggi, menurut Pajeres (dalam
Anderman 2006), maka ia akan lebih yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya serta
lebih mampu dalam menghadapi kesulitan.

SOLUSI
Perlunya pemahaman kepada siswa terkait pentingnya belajar sehingga keinginan belajar
siswa tersebut muncul karena keinginan sendiri, bukan karena tekanan dari orang lain. Me-
motivasi siswa secara terus menerus merupakan tugas utama seorang guru.
 Kepribadian
Kepribadian sensation-seeking menurut Anderman (2006) memiliki hubungan terhadap
kecenderungan remaja terlibat dalam perilaku beresiko. Menurutnya seseorang yang
memiliki kebutuhan yang tinggi atas sensasi atau impulsivity akan cenderung melakukan
kecurangan akademik. Hal ini terjadi karena ketika seseorang membuat keputusan
berdasarkan impulsi dari pada penalaran maka seseorang akan cenderung tergoda untuk
berbuat curang ketika terdapat kesempatan.

SOLUSI
Peran Bimbingan Konseling di sekolah perlu dimaksimalkan. Bimbingan Konseling
mempunyai peran yang sangat strategis bagi pembentukan kepribadian siswa di sekolah.
Oleh karena itu, Bimbingan Konseling di sekolah harusnya diisi oleh orang-orang yang
mempunyai kompetensi di bidang Psikologi, terutama psikologi anak.
 Kemampuan Akademik dan Inteligensi
Perilaku kecurangan akademik menurut Davis (2009) lebih sering ditemukan pada siswa
dengan tingkat inteligensi dan kemampuan akademik yang lebih rendah. Hal ini terjadi
karena siswa yang memiliki inteligensi yang lebih rendah merasa kesulitan untuk
mendapatkan nilai untuk lulus sehingga mereka merasa perlu melakukan kecurangan
akademik.

SOLUSI
Perlunya penangan khusus di sekolah bagi siswa-siswa yang tertinggal akademik-nya. Pada
dasarnya manusia mempunyai kecerdasan yang baik, hanya terkadang, potensi tersebut
tidak dikembangkan secara maksimal.
Work Ethic dan Perkembangan Moral
Seseorang yang memiliki work ethic yang tinggi menurut Davis (2009: 78) akan cenderung
lebih jarang melakukan perilaku kecurangan akademik daripada siswa dengan work ethic
yang rendah. Eisenberg (dalam Davis 2009: 78) menyatakan bahwa siswa dengan work
ethic yang tinggi akan tetap bekerja lebih lama tanpa melakukan kecurangan dari siswa
dengan work ethic yang lebih rendah. Selain work ethic, seseorang yang memiliki
perkembangan moral yang lebih rendah menurut Davis cenderung berhubungan dengan
perilaku curang yang lebih tinggi.

SOLUSI
Pendidikan softskill menjadi kunci utama pendidikan di sekolah. Dengan softskill yang
baik, kerja keras dan moral merupakan salah satu dari beberapa softskill yang dibutuhkan
masyarakat modern, maka kemampuan hardskill akan mengikuti dengan sendirinya.
Faktor Eksternal
 Administrasi Ujian
Kelas yang sesak saat pelaksanaan ujian menyebabkan perilaku kecurangan akademik
berpotensi terjadi. Davis (2009) menyatakan bahwa ketika siswa duduk berdekatan dan
memungkinkan tiap peserta ujian saling melihat jawaban rekan lainnya maka perilaku
kecurangan akademik dapat lebih mungkin terjadi. Selain kesesakan dalam pelaksanaan
ujian, soal berjenis pilihan ganda juga semakin memungkinkan perilaku kecurangan
akademik terjadi.

SOLUSI
Perlunya penataan kelas ujian yang baik sehingga “menyulitkan” siswa untuk melakukan
kecurangan. Misalnya dengan pemberian soal ujian yang berbeda-beda apabila
menggunakan pendekatan ujian multiple choice.
Salah satu cara yang kreatif adalah dengan mengelompokkan siswa berdasarkan
kemampuan akademiknya. Misalnya siswa dengan kemampuan akademik baik
dikelompokkan di belakang, sedangkan yang kurang dikelompokkan di depan. Sehingga
siswa merasa akan percuma mencontek teman sebelahnya, karena kemampuannya setara.
 Risiko
Perilaku kecurangan akademik akan terjadi ketika seseorang merasa resiko yang diterima
ketika melakukan perilaku kecurangan akademik rendah. Hal ini menurut Davis (2009: 80)
terutama terjadi ketika perilaku seseorang lebih ditentukan oleh faktor-faktor ekstenal,
seperti memiliki motivasi ekstrinsik dalam belajar. Ia menyimpulkan bahwa ketika
seseorang yang memiliki motivasi eksternal merasa bahwa situasi yang ada memiliki resiko
yang kecil maka perilaku kecurangan akademik akan meningkat.

SOLUSI
Aturan harus dilaksanakan dengan baik. Apabila siswa diketahui melakukan kecurangan
akademik, sebaiknya dihukum sesuai dengan peraturan yang ada, sehingga akan menjadi
efek jera, baik bagi dirinya maupun bagi teman-teman lainnya.

Berikut merupakan peran, kegiatan, atau tindakan yang dapat diambil oleh pihak terkait
untuk mencegah atau mengatasi kecurangan
a. Mahasiswa
Beberapa hal yang dapat dilakukan mahasiswa akuntansi untuk mencegah
adanya kecurangan akademik dalam antara lain:
1. Mahasiswa mempersiapkan kuis/ujian dengan belajar lebih giat.
2. Mahasiswa meningkatkan kesadaran akan kedisiplinan dan kode etik.
3. Mahasiswa membentuk kelompok belajar untuk mengatasi kesulitan yang
dihadapi.
4. Mahasiswa selalu bertanya kepada dosen atau mahasiswa lain jika
menemui kesulitan dalam pembelajaran akuntansi.
5. Mahasiswa melaporkan kecurangan yang dilakukan oleh mahasiswa lain.
b. Dosen
Beberapa hal yang dapat dilakukan dosen untuk mencegah adanya
kecurangan akademik dalam kuis/ujian antara lain:
1. Dosen menggunakan model pembelajaran yang membuat semua
mahasiswa memahami materi yang disampaikan.
2. Dosen memotivasi mahasiswa untuk selalu bertindak disiplin dan beretika.
3. Dosen membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan di dalam proses
pembelajaran.
4. Dosen memberikan aturan dan sanksi yang tegas terhadap berbagai bentuk
kecurangan. Dosen turut menjadi pengawas saat kuis/ujian dilaksanakan.
5. Dosen menjadi teladan dalam hal kedisiplinan
c. Lembaga
Beberapa hal yang dapat dilakukan lembaga untuk mencegah adanya
kecurangan akademik dalam kuis/ujian antara lain:
1. Lembaga menerapkan aturan dan sanksi akademik dengan tegas.
2. Lembaga mensosialisasi secara rutin aturan dan sanksi akademik kepada
dosen dan mahasiswa.
3. Lembaga memberikan fasilitas yang memadai untuk mendukung
pembelajaran yang berkualitas.
4. Lembaga langsung memberi sanksi yang sesuai ketika terjadi
pelanggaran baik mahasiswa maupun dosen.
5. Lembaga melakukan pengawasan ketat ketika kuis/ujian berlangsung.

You might also like