You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Gaya hidup masyarakat perkotaan yang cenderung mempunyai aktivitas


tinggi membuat masyarakat sering melupakan pentingnya menjaga kesehatan. Pola
makan yang tidak sehat, jarang berolahraga, tekanan darah yang tinggi, obesitas
merupakan penyebab timbulnya berbagai macam masalah kesehatan salah satunya
penyakit jantung dan pembuluh darah.

Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian nomor


satu di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 17,3 juta orang di
seluruh dunia meninggal pada tahun 2008 mewakili 30% dari seluruh kematian
global. Dari kematian ini, diperkirakan 7,3 juta disebabkan oleh penyakit jantung
koroner dan 6,2 juta karena stroke. Diperkirakan pada tahun 2030 sebanyak lebih dari
23 juta orang akan meninggal karena penyakit jantung dan pembuluh darah.1 Di
Amerika Serikat, setiap tahunnya juta orang mengalami serangan jantung dan 478.000
orang meninggal karena penyakit jantung koroner. Data World Heart Federation
menyebutkan, penyakit jantung dan pembuluh darah telah menjadi suatu epidemi
global yang tidak membedakan laki-laki maupun perempuan, serta tidak mengenal
batas geografis dan ekonomis.2 Penyakit ini bukan hanya menjadi masalah di negara
maju, tetapi juga negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar 2013 prevalensi nasional Penyakit Jantung adalah 7,2%
(berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala).3

Secara keseluruhan, gangguan aliran darah normal merupakan sumber utama


morbiditas dan mortalitas pada manusia. Embolus adalah suatu masa padat, cair atau
gas intravaskular yang terlepas dan terbawa aliran darah ke tempat yang jauh dari
tempat asalnya. Hampir semua embolus merupakan bagian trombus yang terlepas
sehingga sering juga disebut tromboemboli. Tromboemboli juga merupakan salah
satu penyebab kematian yang banyak terjadi. Kelainan ini sering menyertai penyakit
lain misalnya infark miokard, stroke, deep vein thrombosis dan emboli paru. Obat
yang digunakan untuk pencegahan dan pengobatan tromboemboli ialah obat
antitrombotik yang terbagi atas tiga golongan menurut mekanisme kerjanya yaitu
golongan antikoagulan, antiplatelet dan fibrinolitik. 4,5,6

Pemberian informasi obat-obatan tersebut harus tepat untuk menghindari


medication error. Sehingga pengetahuan tentang khasiat obat, waktu dan rute
pemberian harus dikuasai oleh Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Selain itu, TTK
juga bertugas menghitung jumlah harga obat yang harus dibayar dengan tepat untuk
menghindari kesalahan transaksional yang hanya menguntungkan salah satu pihak.
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM

Dalam pelaksanaan praktikum pelayanan farmasi ini tentunya memiliki tujuan, yaitu
sebagai berikut :
1.2.1 Mahasiswa mampu mengetahui khasiat dan kegunaan obat
1.2.2 Mahasiswa mampu memberikan informasi obat kepada pasien dengan
tepat.
1.2.3 Mahasiswa mampu memberi harga obat-obat dalam resep.

1.3 . MANFAAT PRAKTIKUM

Dalam proses pelaksanaan praktikum, tentunya yang diharapkan adalah adanya


manfaat dari setiap kegiatan yang dilakukan. Manfaat yang didapat dalam praktikum
ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Menambah wawasan mengenai khasiat obat yang terdapat dalam
peresepan.
1.3.2 Memahami bagaimana alur peresepan obat dan cara pemberian informasi
obat dengan baik dan benar
1.3.3 Memahami pekerjaan kefarmasian khususnya dalam bidang administrasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 APOTEK
Menurut Keputusan Menkes RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004, apotek
adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat.Sediaan farmasi yang dimaksudkan adalah obat, bahan obat, obat
tradisional dan kosmetik.Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain
obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan.
Tugas dan fungsi apotek menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun
2009 adalah sebagai berikut :
1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan.
2. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.
3. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat
yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1332/Menkes/SK/X/2002, personil apotek terdiri dari :
a. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah
memiliki Surat Izin Apotek (SIA).
b. Apoteker Pendamping, adalah Apoteker yang bekerja di Apotek
disamping APA dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada
hari buka Apotek.
c. Apoteker Pengganti, adalah Apoteker yang menggantikan APA selama
APA tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus
menerus , telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak
sebagai APA di Apotek lain.
d. Asisten Apoteker, adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai asisten apoteker.
Sedangkan tenaga lain yang diperlukan untuk mendukung kegiatan
diapotek anatar lain :
1) Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten
Apoteker.
2) Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat
penerimaan dan pengeluaran uang.
3) Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi
apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan
dan keuangan apotek. 7

2.2 RESEP
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan dan atau
membuat, meracik serta menyerahkan obat kepada pasien.
Resep harus ditulis jelas dan lengkap.Apabila resep tidak dapat dibaca
dengan jelas atau tidak lengkap, apoteker harus menanyakan kepada dokter
penulis resep.
Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut :
1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter
hewan.
2. Tanggal penulisan resep (inscriptio).
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio).
4. Nama setiap obat dan komposisi (praescription/ordonatio).
5. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signature)
6. Tanda tangan atau paraf dokter penulisan resep sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (subcriotio).
7. Nama pasien, umur serta alamat (Pro)
8. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.
9. Tanda seru dan/atau paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal .7
Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi administrasi,
kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinisnya.Penyiapaan obat meliputi
peracikan, etiket, kemasan obat yang diserahkan, penyerahan obat, informasi
obat, konseling dan monitoring penggunaan obat. 8
2.3 Antitrombotika

Antitrombotika adalah zat-zat yang digunakan untuk terapi dan prevensi

trombosis, yang berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibagi dalam 3 golongan,

yaitu:8

2.3.1 Antikoagulan

Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan

menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan

darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan

meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah in vitro

pada pemeriksaan laboratorium atau transfusi. Antikoagulan oral dan heparin

menghambat pembentukan fibrin dan digunakan secara profilaktik untuk mengurangi


insidens tromboemboli terutama pada vena. Kedua macam antikoagulan ini juga

bermanfaat untuk pengobatan trombosis arteri karena mempengaruhi pembentukan

fibrin yang diperlukan untuk mempertahankan gumpalan trombosit. Pada trombus

yang sudah terbentuk, antikoagulan hanya mencegah membesarnya trombus dan

mengurangi kemungkinan terjadinya emboli, tetapi tidak memperkecil trombus.4

Antikoagulan dapat dibagi dalam dua golongan yakni obat dengan kerja langsung

(antikoagulan parenteral) dan kerja tak langsung (antikoagulan oral):7

a. Zat-zat dengan kerja langsung (i.v)

Heparin

Indikasi: untuk pencegahan dan pengobatan trombosis vena dan emboli paru.

Mekanisme kerja: efek antikoagulan heparin timbul karena ikatannya dengan AT-III

(Antitrombin III) yang berfungsi menghambat protease faktor pembekuan termasuk

faktor IIa (trombin), Xa dan IXa, dengan cara membentuk kompleks yang stabil

dengan protease faktor pembekuan.

Dosis: pada tromboemboli i.v. tiap 4 jam 5.000-10.000 UI (garam-Na) atau dengan

infus 1.000 unit/jam. Profilaksis s.k. 5.000 UI 1-2 jam sebelum pembedahan, lalu 2-3

dd 5.000 UI selama 7-10 hari.8

Efek samping: perdarahan akibat efek antipembekuan berlebihan atau

trombositopeni yang ditimbulkannya.

Kontraindikasi : pada pasien yang sedang mengalami perdarahan atau cenderung

mengalami perdarahan misalnya pasien hemofilia, permeabilitas kapiler yang

meningkat, endokarditis bakterial subakut, perdarahan intrakranial, hipertensi berat,

syok.
Contoh: Fraxiparine, Calciparine.9

Heparin bobot molekul rendah (sertoparin, dalteparin, enoksaparin) efektif dan

aman seperti heparin tidak terfraksinasi dalam pencegahan tromboembolisme vena,

dan dalam praktek ortopedik, golongan heparin ini mungkin lebih efektif. Selain itu,

heparin bobot molekul rendah memiliki masa kerja yang lebih panjang daripada

heparin tidak terfraksinasi, dosis subkutan sekali sehari nyaman untuk digunakan.9

b. Zat-zat dengan kerja tidak langsung

1. Warfarin

Indikasi: untuk pencegahan dan pengobatan tromboemboli. Antikoagulan oral

digunakan untuk mencegah progresivitas atau kambuhnya trombosis vena dalam atau

emboli paru setelah terapi awal dengan heparin.

Mekanisme kerja: mencegah reduksi vitamin K teroksidasi sehingga aktivasi faktor-

faktor pembekuan darah terganggu atau tidak terjadi.

Dosis: permulaan oral 1 dd 10-15 miligram (garam-Na) selama 3 hari, pemeliharaan 1

dd 2-10 miligram berdasarkan arahan masa prototrombin.8

Efek samping: perdarahan paling sering terjadi di selaput lendir, kulit, saluran cerna

dan saluran kemih.

Kontraindikasi : antikoagulan oral dikontraindikasikan pada penyakit-penyakit dengan

kecenderungan perdarahan, diskrasia darah, tukak saluran cerna, divertikulitis, kolitis,

endokarditis bakterial subakut, keguguran yang mengancam, operasi otak dan medula

spinalis, anestesi lumbal, defisiensi vitamin K serta penyakit hati dan ginjal yang

berat.
Perhatian: pemberian antikoagulan oral pada wanita hamil dapat menyebabkan

perdarahan pada neonatus; juga dilaporkan terjadinya embriopati. Pasien payah

jantung seringkali lebih sensitif terhadap antikoagulan oral, sehingga mungkin

diperlukan pengurangan dosis.

Contoh: Warfarin, Simarc.9

Sebagai antagonis-vitamin K, zat ini menghalangi pembentukan faktor

pembekuan di dalam hati, antara lain dari protombin. Sehingga, proses pembekuan

darah terhambat secara tidak langsung. Lagi pula mengurangi pembentukan fibrin.

Antikoagulansia oral ini mula kerjanya agak lambat, baru sesudah 18-72 jam, yaitu

ketika faktor pembekuan yang sudah ada dan bersirkulasi hilang seluruhnya. Untuk

efek antipembekuan yang segera, terapi harus dimulai dengan heparin, lalu

dilanjutkan dengan suatu warfarin.9

2. Rivaroxaban

Rivaroxaban adalah sediaan oral yang mengandung inhibitor faktor Xa dengan

bioavailabilitas 80%. Onset kerja obat dicapai dalam waktu 3 jam. Obat ini

diekskresikan melalui urin atau feses, dimetabolisme di hati menjadi inaktif

metabolit. Di Kanada, obat ini digunakan untuk trombofilaksis setelah operasi

penggantian lutut atau panggul.8

2.2.2 Antiplatelet

Antiplatelet adalah obat yang dapat menghambat agregasi trombosit sehingga

menyebabkan terhambatnya pembentukan trombus yang terutama sering ditemukan

pada sistem arteri.4


Platelet melekat pada endotel vaskuler yang rusak melalui hubungan dengan

glikoprotein Ia reseptor dengan faktor von Willebrand, suatu faktor sirkulasi yang

sama dengan faktor pembekuan VIII. Perlekatan platelet terhadap endotel vaskuler

mengaktivasi platelet dan menyebabkan sintesis dan pelepasan (degranulasi) berbagai

mediator agregasi platelet. Mediator ini meningkatkan glikoprotein IIb/IIIa reseptor

yang berikatan dengan fibrinogen dan menyebabkan agregasi platelet.5

Senyawa yang termasuk antiplatelet:

1. Asam asetilsalisilat

Indikasi: profilaksis penyakit serebrovaskuler atau infark miokard.8

Mekanisme kerja: menghambat sintesis tromboksan A2 (TXA2) di dalam trombosit

dan prostasiklin (PGI2) di pembuluh darah dengan menghambat secara irreversibel

enzim siklooksigenase (akan tetapi siklooksigenase dapat dibentuk kembali oleh sel

endotel).

Dosis: dosis efektif 80-320 mg/hari.

Efek samping: rasa tidak enak di perut, mual, dan perdarahan saluran cerna.

Contoh: Aspirin, Aspilet, .9

2. Dipiridamol

Indikasi: sebagai tambahan antikoagulan oral untuk tujuan profilaksis

tromboembolisme pada katup jantung prostetik.8

Mekanisme kerja: menghambat adhesi platelet pada dinding pembuluh darah, juga

bekerja meningkatkan pembentukan cyclic adenosine monophosphate (cAMP) dan

menurunkan kadar kalsium platelet.5


Dosis: profilaksis jangka panjang pada pasien katup jantung buatan 400 mg/hari

bersama dengan warfarin.

Efek samping: sakit kepala biasanya jarang menimbulkan masalah dengan dosis yang

digunakan sebagai antitrombotik. Efek samping lainnya ialah pusing dan gangguan

saluran cerna.

Contoh: Cardiol, Cleridium, Depimol, Dilasan.9

3. Tiklodipin

Indikasi: mengurangi risiko terjadinya stroke dan stroke kambuhan pada pasien yang

pernah mengalami stroke tromboemboli, stroke iskemik.8

Mekanisme kerja: menghambat agregasi trombosit yang diinduksi oleh ADP

(adenosin dipospat).4,5

Dosis: 250-500 mg/hari.9

Efek samping: yang paling sering mual, muntah dan diare.

Contoh: Ticlid.9

4. Clopidogrel

Indikasi: menurunkan kejadian aterosklerotik (infark miokard, stroke dan kematian

vaskuler) pada pasien dengan riwayat aterosklerosis yang ditandai dengan serangan

stroke yang baru terjadi, infark miokardia yang baru terjadi atau penyakit arteri

perifer yang menetap.8

Mekanisme kerja: secara struktur berhubungan dengan tiklodipin dan juga

menghambat agregasi yang diinduksi ADP melalui metabolit aktifnya.5

Dosis: 75 mg/hari.9
Efek samping: perdarahan yang dapat terjadi di seluruh tubuh. Sering terjadi

gangguan lambung-usus.7

Contoh: Plavix.9

5. Eptifibatid

Indikasi: sebagai pengobatan pada pasien dengan sindrom koroner akut termasuk

pada pasien yang akan atau sedang menjalani intervensi koroner perkutan.8

Mekanisme kerja: penghambatan spesifik terhadap pengikatan fibrinogen pada

reseptor-GP-IIb/IIIa (glikoprotein IIb/IIIa) dari trombosit.9

Dosis: diberikan sebagai bolus 135-180µg/kgBB diikuti dengan 0,5-3,0

g/kgBB/menit untuk sampai 72 jam.

Efek samping: perdarahan dan trombositopenia.

Contoh: Integrilin

6. Cilostazol

Indikasi: mengobati gejala-gejala iskemia seperti ulkus, rasa asakit dan dingin pada

penyakit olkusi arteri kronik.8

Mekanisme kerja: Fosfodieterase inhibitor ini meningkatkan cyclic adenosine

monophosphate (cAMP) yang menimbulkan vasodilatasi dan menghambat agregasi

trombosit.7

Dosis: dewasa 100 miligram 2 kali sehari.8

Efek samping: sakit kepala, pusing, dan diare. Tidak boleh digunakan oleh penderita

gagal jantung.7

Contoh: Aggravan, Pletaal.8


7. Absiksimab

Indikasi: angina pectoris instabil, intervensi koroner perkutan.9

Mekanisme kerja: memblokade reseptor glikoprotein IIb/IIIa sehingga menghambat

agregasi trombosit.

Dosis: 0,25 mg/kgBB diberikan secara bolus i.v

Efek samping: perdarahan dan trombositopenia

Contoh: Aggrastat.9

2.2.3 Fibrinolitik

Trombolitika juga disebut fibrinolitika yang bekerja dengan cara mengaktifkan

plasminogen untuk membentuk plasmin, yang mendegradasi fibrin dan kemudian

memecah trombus.8

Senyawa yang termasuk fibrinolitik:

1. Streptokinase

Indikasi: trombosisvena-dalam, embolisme paru, tromboembolisme arterial akut

trombosis lintas arteriovena, infark miokard akut.8

Mekanisme kerja: zat yang didapat dari Streptococcus β-hemolyticus, mengaktivasi

plsminogen dengan cara tidak langsung yaitu dengan bergabung terlebih dahulu

dengan plasminogen untuk membentuk kompleks aktivator, selanjutnya kompleks

aktivator mengkatalisis perubahan plasminogen bebas jadi plasmin.

Efek samping: perdarahan, nyeri kepala dan punggung, kenaikan suhu sementara,

reaksi anafilaksis.9

Contoh obat: Streptase


2. Urokinase

Indikasi: trombosis lintas arteri-ovena dan kanula intravena, trombolisis pada mata,

trombosis vena-dalam, embolisme paru, oklusi vaskuler perifer.8

Mekanisme kerja: didapat dari urin manusia. Berbeda dengan streptokinase,

urokinase langsung mengaktifkan plasminogen.

Efek samping: perdarahan, nyeri kepala dan punggung, kenaikan suhu sementara,

reaksi anafilaksis.9

Contoh: Urokinase, Ukidan

3. Tissue Plasminogen Activator (t-PA)

Indiaksi: terapi trombolitik pada infark miokard akut, embolisme paru dan stroke

iskemik akut.8

Mekanisme kerja: bekerja lebih selektif mengaktivasi plasminogen yang mengikat

fibrin daripada plasminogen bebas di dalam darah. Dengan demikian, t-PA bekerja

lebih selektif terhadap bekuan darah/fibrin.

Efek samping: perdarahan, kenaikan suhu sementara.

Contoh: Alteplase

2.4 FARMAKOLOGI OBAT


2.4.1 Serolin (ISO Vol. 47 halaman 341 )
Komposisi :Nisergolin 10 dan 30mg/tab
 Indikasi :
Gangguan vaskulo-metabolik serebal akut dan kronik (thrombosis
,emboli,gangguan sirkulasi),gangguan vaskulo metabolic perifer akut
dan kronik (obstruksi vascular pada ekstremitas,sindrom Raynaud)
 Efek samping :
Gangguan GI; Sensasi panas pada wajah ;mengantuk;insomnia
 Interaksi Obat :
Dapat meningkatan kerja antihipertensi
 Perhatian :
Berikan pada perut kosong
 Dosis :
30-60mg dalam 2-3 dosis terbagi

2.4.2 Asam folat (iso vol 47 halaman 224)


Komposisi :Asam folat 1mg,400mcg
 Indikasi :
Anemia megaloblastik dan makrositik akibat defisiensi asam folat
 Kontra Indikasi :
Hipersensitif pemberian jangka panjang untuk beberapa penderita
difesiensi kobalamin yang tidak di obati.
 Efek samping :
Perdarahan, ileus paralitik, perdarahan uterus berlebihan, nekrosis
pada kulit dan jaringan lain.
 Dosis :
Defisiensi asam folat,dosis awal 0,25-1 mg sehari samapi terdapat
respon klinik, dosis penunjang 0,25 mg sehari,siplemen diet 0,1-1 mg
pada wanita hamil ,pada keaadaan kebutuhan asam folat meningkat
0,5-1 mg sehari.

2.4.3 Amlodipin (Iso Vol 47 halaman 313)


Komposisi : amlodipine besilat 5mg;10mg
 Indikasi :
Hipertensi berat,angina stabil dan atau angina varian/prinzmetal
 Perhatikan :
Pasien dengan gangguan fungsi hati atau gunjal,gagal jnatunh, ibu
yang menyusui ,lansia
 Efeksamping :
Pusing,sakit kepala,kemerahan,dan rasa hangat pada
wajah,somnolen,kelelahan otot,edema perifer,palpitasi,nyeri
abdomen,mual ,mengantuk.
 Dosis :
Awal sehari 1x 5mg,bila perlu ditngkatkan jadi 1x10 mg

2.4.4 Thrombo Aspilet (Iso vol 47 halaman 233)


Komposisi : Asetosal 80mg
 Indikasi :
Pengobatan dan pencegahan proses pembekuan dalam pembuluh
darah (agregasi platelet) sepertipada infark miokard dan paska storke
 Efek samping :
Dapat terjadi iritasi lambung,ual,muntah,pemakaian jangka panjang
dapat terjadi pendarahan lambung,tukak lambung.
 Dosis :
Sehari 1x1-2tab

2.4.5 Citaz (Iso Vol 50 hal 216)


Komposisi : Cilostazol 50mg
 Indikasi :
Mengobati gejala iskemik termaksuk ulserasi,nyeri dan sensasi
dingin pada ekstremitas,pada oklusi arterialnkronik. Pencegahan
infark cerebrai berulang.
 Kontra Indikasi :
Pendarahan,gagal jantung kongestif
 Dosis :
Sehari 2x 100mg
2.4.6 Metformin (Iso vol 47 halaman 258)
Komposisi : Metformin 500mg
 Indikasi :
DM tipe 2 dan penderita yang sudah overweight yang kadara gula
darahnya tidak bias dikontrol hanya dengan diet saja,sebagai
monoterapi atau kombinasi dengan sulfonylurea,tambahan terapi
pada pasien DM tipe 1.
 Dosis :
Awal: Sehari 3x 500mg mak 3g/hari

2.4.7 Atorvastatin (Mims 2015 halaman 57)


Komposisi : Atorvastatin calcium
 Indikasi :
Terapi tambahan untuk menurunkan kadar kolesterol total
,LDL,apolipoprotein B,
 Kontra Indikasi :
Penyakit hati aktif atau peningkatan prsisten transalminase serum;
Hamil; wanita usia subur
 Dosis :
Awal lebih dari 10mg/hari; maksimal 80mg 1x hr

BAB III
METODE PERCOBAAN

2.3 KELENGKAPAN RESEP


Resep nomer 11.1

Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut :


1) Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter
hewan.
2) Tanggal penulisan resep (inscriptio).
3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio).
4) Nama setiap obat dan komposisi (praescription/ordonatio).
5) Aturan pemakaian obat yang tertulis (signature)
6) Tanda tangan atau paraf dokter penulisan resep sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (subcriotio).
7) Nama pasien, umur serta alamat (Pro)
8) Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.
9) Tanda seru dan/atau paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal (Anief,2006).

Dari resep diatas didapat data sebagai berikut:


1. Nama dokter, alamat, dan nomor izin praktek dokter termuat di lembar
resep.
2. Inscriptio: 04 juni 2017
3. Tanda R/ (invocatio) tercantum dalam resep
4. praescription/ordonatio:
 Serolin XX
 Asamfolat X
 Amlodipin X
 Thrombo Aspilet X
 Cifat 100mg X
 Metformin 500mg XX
 Atorvastatin 20mg X
5. Signature : ada
6. Subcriotio :tidak ada tanda tangan atau paraf dokter
7. Pro :nama pasien : Hairril

3.2 ALAT RACIK / NON RACIK


Alat yang dibutuhkan dalam pelayanan resep 11.1(Non Racikan)
 Alat tulis
 Plastik Klip bening
 Lembar jurnal
3.3 LANGKAH KERJA / ALUR PELAYANAN RESEP
 PRH : Siapkan jurnal peresepan, menghitung dosis serta mengisi kolom
komposisi
 RAC 1 atau RAC 2 : menyiapkan obat dalam resep seperti mengambil
obat yang tertulis di dalam resep sesuai jurnal tulisan PRH, RAC 1 atau
RAC 2 bertugas mengecek ulang dosis dan jumlah obat dalam resep
 RAC 1 atau RAC mengemas obat dalam plastik klip menuliskan etiket
dengan jelas, setelah obat dalam 1 resep telah lengkap diserahkan kepada
RAH.
 RAH : menjelaskan obat yang telah selesai dikerjakan oleh RAC 1 dan
RAC 2 dengan melakukan Pelayanan Informasi Obat dalam resep seperti
khasiat dosis dan cara penggunaannya kepada perawat dengan jelas
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 SKRINING RESEP OBAT


Kelengkapan resep nomor 11.1 dengan pasien bernama Hairil dari
dokter Yusmanizar Kasim, tidak lengkap. Dari unsur-unsur yang harus tertera di
dalam resep tidak ada tanda tangan atau paraf dokter
Diagnosa berdasarkan resep yang diberikan kepada pasien, diduga
mengalami trombolitik yang diberikan resep serolin sebagai obat anti
trombolitik , lalu diberikan obat asam folat. Defisiensi folat dapat menyebabkan
penurunan sintesis metionin dan peningkatan produksi homosistein.
Homosistein adalah asam amino yang dihasilkan oleh tubuh. Kenaikan jumlah
homosistein di dalam tubuh dapat juga meningkatkan kecenderungan pada
pembekuan darah yang berlebihan. Bekuan darah di dalam arteri dapat
mengurangi aliran darah. Kekurangan suplai darah ke otot - otot jantung
menyebabkan serangan jantung dan kekurangan suplai darah ke otak dapat
menyebabkan stroke.7 Selanjutnya diberikan amlodipine yang berfungsi sebagai
antihipertensi, untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Amlodipine bekerja
melebarkan pembuluh darah sehingga darah dapat mengalir lebih mudah. Lalu
diberikan Thrombo Aspilet dan citaz sebagai antiplatelet pemakaian
antitrombotika golongan antiplatelet dikarenakan obat ini mempunyai
mekanisme kerja dengan cara mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat
menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri, dimana antikoagulan
kurang dapat berperan. Antiplatelet tidak hanya digunakan sebagai terapi awal
saja tetapi digunakan untuk terapi jangka panjang. Lalu diberikan obat
metformin yang berfungsi untuk antidiabetik, Selanjutnya diberikan obat
atorvastatin yang digunakan untuk menurunkan kolesterol jahat (LDL) dan
trigliserida, serta meningkatkan jumlah kolesterol baik (HDL) di dalam darah. 8
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
a. Berdasarkan resep nomor 11.1 , kami telah menganalisis resep yang
dikeluarkan oleh dr. Yusmanizar kasim Sp. S, dapat disimpulkan bahwa
pasien dengan nama Hairil menderita trombolitik
b. Obat di dalam resep tersebut beirisikan sebagai berikut:
1. Serolin sebagai antirtrombolitik
2. Asamfolat sebagai antianemia
3. Amlodipin sebagai antihipertensi
4. Thrombo Aspilet Sebagai antiplatelet
5. Cifat 100mg Sebagai antiplatelet
6. Metformin 500mg sebagai antidiabetik
7. Atorvastatin 20mg Sebagai antikolesterol

5.2 SARAN
Sebaiknya dilakukan monitoring kepada pasien terkait interaksi obat yang
mungkin terjadi.

Daftar pustaka
1. WHO. Cardiovascular Diseases (CVDs).
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/index.html. Diakses pada
hari Jumaat, 9 november 2018.
2. Prioritas News. Polusi Picu Penyakit Jantung.
http://www.prioritasnews.com/2012/06/20/polusi-picu-penyakit-jantung/
Edisi 23. Diakses pada hari Jumaat , 9 november 2018

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar


(Riskesdas) 2013. Kementerian Kesehatan RI. 2014.

4. Dewoto HR. Antikoagulan, Antitrombotik, Trombolitik dan Hemostatik.


Dalam: Gunawan GS, Setiabudy R, Narfialdi, Elysabeth, (Editor).
Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta. FKUI. 2007; 805-819.

5. Lim H. Farmakologi Kardiovaskuler Mekanisme dan Aplikasi Klinis. Edisi 2.


Jakarta. PT. Sofmedia. 2009; 160-185.

6. Robbins and Cotran. Dasar Patologis Penyakit. Edisi 7. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2009; 123-147.

7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004, Keputusan Menteri


Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, Depkes RI, Jakarta.

8. Badan Pemeriksa Obat dan Makanan Republik Indonesia. IONI:


Informatorium Obat Nasional Indonesia. Badan POM RI, KOPERPOM dan
CV. Sagung Seto. Jakarta. 2009; 141-158.

9. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. ISO Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan


Jakarta. 2009; 150-161.

You might also like