You are on page 1of 8

http://bahan-tekniksipil.blogspot.com/2012/06/teknologi-beton.

html
https://www.academia.edu/8465557/TEKNOLOGI_BAHAN_BANGUNAN_AGREGAT
1. Agregat merupakan bahan pembentuk beton yang mempunyai komposisi yang paling
besar dalam struktur beton yang telah mengeras. Sifat dan karakteristik agregat yang
baik untuk bisa menghasilkan beton dengan kekuatan optimal adalah :

Syarat Mutu menurut SK SNI S – 04 – 1989 – F


a. Agregat Halus (pasir):
 Butirannya tajam, kuat dan keras
 Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.
 Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :
 Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12 %
 Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %
 Agregat halus tidak boleh mengandung Lumpur ( bagian yang dapat melewati ayakan 0,060
mm) lebih dari 5 %. Apabila lebih dari 5 % maka pasir harus dicuci.
 Tidak boleh mengandung zat organik, karena akan mempengaruhi mutu beton. Bila
direndam dalam larutan 3 % NaOH, cairan di atas endapan tidak boleh lebih gelap dari
warna larutan pembanding.
 Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya sedikit.
Mempunyai modulus kehalusan antara 1,5-3,8. Apabila diayak dengan susunan ayakan yang
ditentukan, harus masuk salah satu daerah susunan butir menurut zone 1, 2, 3 atau 4 dan
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
 sisa di atas ayakan 4,8 mm, mak 2 % dari berat
 sisa di atas ayakan 1,2 mm, mak 10 % dari berat
 sisa di atas ayakan 0,30 mm, mak 15 % dari berat
 Tidak boleh mengandung garam

b. Agregat Kasar (Kerikil) :


 Butirannya tajam, kuat dan keras
 Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.
 Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :
 Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12 %
 Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %
 Agregat kasar tidak boleh mengandung Lumpur ( bagian yang dapat melewati ayakan 0,060
mm) lebih dari 1 %. Apabila lebih dari 1 % maka kerikil harus dicuci.
 Tidak boleh mengandung zat organik dan bahan alkali yang dapat merusak beton.
 Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya sedikit.
Mempunyai modulus kehalusan antara 6 – 7,10 dan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
 sisa di atas ayakan 38 mm, harus 0 % dari berat
 sisa di atas ayakan 4,8 mm, 90 % - 98 % dari berat
 Selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang berurutan, mak 60 % dan min
10 % dari berat.
 Tidak boleh mengandung garam.

c. Agregat Halus
 Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 2,50 – 3,80.
 Kadar Lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, mak 5 %
 Kadar zat organic ditentukan dengan larutan Na-Sulfat 3 %, jika dibandingkan warna
standar tidak lebih tua daripada warna standar.
 Kekerasan butir jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir pembanding yang berasal
dari pasir kwarsa Bangka memberikan angka hasil bagi tidak lebih dari 2,20.
 Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat :
 Jika dipakai Natrium Sulfat , bagian yg hancur mak 10 %.
 Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur mak 15 %.

b. Agregat Kasar
http://bahan-tekniksipil.blogspot.com/2012/06/teknologi-beton.html
https://www.academia.edu/8465557/TEKNOLOGI_BAHAN_BANGUNAN_AGREGAT
 Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 6,0 – 7,10.
 Kadar Lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, mak 1 %.
 Kadar bagian yang lemah diuji dengan goresan batang tembaga, mak 5 %.
 Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat :
 Jika dipakai Natrium Sulfat , bagian yg hancur mak 12 %.
 Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur mak 18 %.
 Tidak bersifat reaktif alkali, jika di dalam beton dengan agregat ini menggunakan semen
yang kadar alkali sebagi Na2O lebih besar dari 0,6 %.
 Tidak boleh mengandung butiran panjang dan pipih lebih dari 20 % berat.
 Kekerasan butir ditentukan dengan bejana Rudellof dan dengan bejana Los Angeles adalah
sebagai berikut :

Syarat Mutu Agregat Menurut ASTM C33-86

a. Agregat Halus
 Kadar Lumpur atau bagaian butir lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no 200), dalam %
berat, mak :
 Untuk beton yg mengalami abrasi : 3,0
 Untuk jenis beton lainnya : 5,0
 Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah direpihkan, mak 3,0 %.
 Kandungan arang dan lignit :
 Bila tampak, permukaan beton dipandang penting kandungan mak 0,5 %.
 Untuk beton jenis lainnya 1,0 %.
 Agregat halus bebas dari pengotoran zat organic yang merugikan beton. Bila diuji dengan
larutan Natrium Sulfat dan dibandingkan dengan warna standar, tidak lebih tua dari warna
standar. Jika warna lebih tua maka agregat halus itu harus ditolak, kecuali apabila :
 Warna lebih tua timbul oleh adanya sedikit arang lignit atau yg sejenisnya.
 Diuji dengan cara melakukan percobaan perbandingan kuat tekan mortar yg memakai
agregat tersebut terhadap kuat tekan mortar yg memakai pasir standar silika,
menunjukkan nilai kuat tekan mortar tidak kurang dari 95 % kuat tekan mortar memakai
pasir standar. Uji kuat tekan mortar harus dilakukan sesuai dengan cara ASTM C87.
 Agregat halus yg akan dipergunakan untuk membuat beton yg akan mengalami basah dan
lembab terus menerus atau yg berhubungan dg tanah basah, tidak boleh mengandung bahan
yg bersifat reaktif terhadap alkali dalam semen, yg jumlahnya cukup dapat menimbulkan
pemuaian yg berlebihan di dalam mortar atau beton. Agregat yang reaktif terhadap alkali
boleh dipakai untuk membuat beton dengan semen yg kadar alkalinya dihitung sebagai
setara Natrium Oksida (Na2O + 0,658 K2O) tidak lebih dari 0,60 % atau dengan
penambahan yang dapat mencegah terjadinya pemuaian yang membahayakan akibat reaksi
alkali agregat tersebut.
 Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat :
 Jika dipakai Natrium Sulfat , bagian yg hancur mak 10 %.
http://bahan-tekniksipil.blogspot.com/2012/06/teknologi-beton.html
https://www.academia.edu/8465557/TEKNOLOGI_BAHAN_BANGUNAN_AGREGAT
 Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur mak 15 %.
 Susunan besar butir (gradasi). Agregat halus harus mempunyai susunan besar butir dalam
batas-batas sebagai berikut :

agregat halus tidak boleh lebih mengandung bagian yang lolos lebih dari 45 % pada suatu ukuran
ayakan dan tertahan pada ayakan berikutnya. Modulus kehalusannya tidak kurang dari 2,3 dan tidak
lebih dari 3,1.

b. Agregat Kasar
Agregat kasar yg akan dipergunakan untuk membuat beton yg akan mengalami basah dan lembab
terus menerus atau yg berhubungan dg tanah basah, tidak boleh mengandung bahan yg bersifat
reaktif terhadap alkali dalam semen, yg jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yg
berlebihan di dalam mortar atau beton. Agregat yang reaktif terhadap alkali boleh dipakai untuk
membuat beton dengan semen yg kadar alkalinya dihitung sebagai setara Natrium Oksida (Na2O +
0,658 K2O) tidak lebih dari 0,60 % atau dengan penambahan yang dapat mencegah terjadinya
pemuaian yang membahayakan akibat reaksi alkali agregat tersebut. Syarat yang lain untuk agregat
kasar seperti pada SII.

2. pengaruh ukuran diameter maksimum agregat terhadap sifat mekanis dari beton yang sudah
mengeras.

3. Untuk mengetahui mutu dari agregat, pemeriksaan yang diperlukan terhadap sifat-sifat fisis dan
mekanis dari agregat adalah :

a. Sifat-Sifat Mekanik Agregat


 Daya Lekat (Bond )
Bentuk butir dan tekstur permukaan agregat akan mempengaruhi kekuatan betonterutama beton
mutu tinggi. Tekstur lebih kasar akan menyebabkan daya lekat lebih besar antara partikel dengan
pasta. Daya lekat baik ditandai dengan banyaknya partikel agregatyang pecah dalam beton akibat
pengujian kuat tekan. Tetapi terlalu banyak partikelagregat yang pecah menandakan bahwa agregat
terlalu lemah.
 Kekuatan
Kekuatan yang dibutuhkan pada agregat lebih tinggi daripada kekuatan betonkarena tegangan
sebenarnya yang terjadi pada masing-masing partikel lebih tinggidaripada tegangan nominal yang
diberikan. Pengijian kekuatan agregat dapat dilakukansecara langsung yaitu dengan cara
membentuk benda uji silinder dari batuan induk,dengan cara pengeboran. Sampel yang telah dibor
kemudian dipotong sehingga terbentuk benda uji silinder dengan tinggi 2 kali diameter. Kemudian
dilakukan pengujian tekandengan Compression Testing Machine . Kuat tekan agregat batu hitam (
andesite ) biasanya berkisar antara 600-1800 kg/cm 2. Pada pembuatan beton mutu tinggi, kuat
tekan batuyang digunakan harus lebih besar dari kuat tekan beton yang direncanakan
 Kekerasan
http://bahan-tekniksipil.blogspot.com/2012/06/teknologi-beton.html
https://www.academia.edu/8465557/TEKNOLOGI_BAHAN_BANGUNAN_AGREGAT
Kekerasan agregat sangat diperlukan khususnya pada beton untuk struktur jalan atau padalantai
beton yang memikul beban lalu lintas yang berat. Kekerasan agregat dapat diukur dengan Los
Angeles Test.
 Toughness (Keuletan)
Keuletan merupakan daya tahan agregat terhadap pecah akibat tumbukan, pengukurankeuletan
biasanya dilakukan dengan uji kejut. Benda uji merupakan silinder tipis yangdijatuhi hammer.
b. Sifat-sifat Fisik Agregat
 Specific Gravity (Berat Jenis)
Berat jenis agregat adalah perbandingan berat agregat di udara dari suatu unitvolume terhadap berat
air dengan volume yang sama.Pengukuran berat jenis dapat dilakukan pada 3 kondisi :
i. Apparent Specific Gravity (berat jenis absolut) yaitu perbandingan berat agregat tanpa
pori di udara dengan volumenya
ii. Bulk Specific Gravity(Saturated Surface Dry) yaitu perbandingan berat agregat,termasuk
berat air dalam pori dengan volumenya
iii. Bulk Specific Gravity( Dry) yaitu perbandingan berat agregat, termasuk pori di
udaradengan volumenya.
Apparent specific gravity berkisar antara 2,5-2,7
 Bulk Density (Berat Volume)
Berat volume adalah berat aktual yang akan mengisi suatu penampung/wadah denganvolume
satuan. Berat volume diukur dalam kondisi padat dan gembur.
 Porositas dan Absorpsi
Porositas dan absorpsi mempengaruhi daya lekat antara agregat dengan pasta, dayatahan terhadap
abrasi, dan mempengaruhi nilai specific gravity. Absorpsi agregatditentukan dengan pengurangan
berat dari kondisi SSD ke kondisi kering oven. Sehingga perbandingan antara pengurangan berat
tersebut dengan berat kering dalam persen disebut absorpsi agregat.
 Kadar Air
Berbeda dengan absorpsi yang nilainya tetap sedangkan kadar air nilainya berubahubah sesuai
dengan kondisi cuaca. Kadar air ditentukan dengan pengurangan beratagregat dari kondisi tertentu
ke kondisi kering oven. Kadar air adalah perbandinganantara pengurangan berat tersebut terhadap
berat kering dalam persen. Pengukuran kadar air sangat diperlukan pada pelaksanaan pencanpuran
beton sehingga kelecakan dan faktor air semen adukan beton tetap seperti yang direncanakan
semula.

4. Tujuan dilakukan pemeriksaan “analisa saringan“ (sieve analysis) dan gradasi butiran dari
agregat pembentuk beton?

Tujuan Analisa saringan agregat adalah untuk penentuan persentase berat butiran agregat yang
lolos dari satu set saringan, yang kemudian angka-angka persentasenya ditabelkan dan
digambarkan pada grafik atau kurva distribusi butir. Menurut prosedur uji ASTM C – 136,
penentuan persentase berat butiran meliputi :

 penentuan jumlah maksimum agregat


 penentuan ukuran ayakan yang digunakan
 penentuan persen (%) tertinggal dan lolos kumulatif
 penentuan kurva gradasi
 penentuan angka kehalusan

Tujuan pemeriksaan gradasi agregat adalah untuk menentukan susunan butir agregat terdiri dari
agregat halus dan agregat kasar yang teratur dan kontinyu (menerus) sehingga meminimalisir
http://bahan-tekniksipil.blogspot.com/2012/06/teknologi-beton.html
https://www.academia.edu/8465557/TEKNOLOGI_BAHAN_BANGUNAN_AGREGAT
ruang udara pada beton, dan dapat diperoleh beton yang tingkat kepadatannya tinggi, mudah
dikerjakan dan mudah dialirkan.

5. Karena agregat mempunyai komposisi terbesar dalam beton, maka agregat secara langsung juga
akan mempengaruhi sifat-sifat beton baik sifat fisik maupun mekanis beton. Sifat-sifat beton segar
dan beton yang telah mengeras yang dipengaruhi oleh agregat

a. Perbandingan agregat dan semen campuran,


Perbandingan yang terdiri dari agregat dan pasta semen ini akan membentuk mutu beton
tertentu sesuai perhitungan mix design
b. Kekuatan agregat,
Kekuatan agregat akan berpengaruh pada kekuatan beton, artinya agregat yang lemah tidak
akan menghasilkan beton yang kuat dan untuk membuat beton dengan kekuatan tinggi
harus menggunakan agregat yang kekuatannya tinggi pula. Kekuatan dan elastisitas
agregat, tergantung dari : jenis batuan, susunan mineral, tekstur batuan, atau kristal batuan.
c. Bentuk dan ukuran,
Bentuk dan ukuran butiran menempati kedudukan yang sangat penting dalam perencanaan
suatu campuran beton. Sifat ekonomi beton ditentukan oleh bentuk butiran dan gradasi dari
agregat. Bentuk butiran agregat ditentukan oleh dua sifat yang tidak saling tergantung
yaitu kebulatan / ketajaman sudut dan sperikal yaitu rasio antara luas permukaan dengan
volume butir.
d. Tekstur permukaan,
Semakin kasar tekstur permukaan agregat maka konstruksi lebih stabil dibandingkan
dengan permukaan halus.
e. Gradasi,
Gradasi agregat berpengaruh pada besarnya rongga dalam campuran dan menentukan
workabilitas (kemudahan dalam pekerjaan) serta stabilitas campuran.
f. Reaksi kimia, dan
Air merupakan reaktan kunci dalam hidrasi semen.Penggabungan air menjadi zat yang
dikenal sebagai hidrasi.Air dan semen awalnya membentuk pasta semen yang mulai
bereaksi dan mengeras (ditetapkan).
g. Ketahanan terhadap panas.

6. Jenis-jenis semen beserta kegunaannya

Jenis Semen menurut Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) antara lain


a. Semen Portland Putih digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), sebagai filler
atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
b. Semen Portland Pozolan. Produk ini lebih tepat digunakan untuk bangunan umum dan
bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang, seperti: jembatan,
jalan raya, perumahan, dermaga, beton massa, bendungan, bangunan irigasi dan fondasi
pelat penuh.
c. Semen Portland adalah jenis yang paling umum dari semen dalam penggunaan umum di
seluruh dunia karena merupakan bahan dasar beton, dan plesteran semen.
d. Semen Portland Campur suatu bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama
dari terak semen portland dan gips dengan satu atau lebih bahan anorganik yang bersifat
tidak bereaksi (inert).
http://bahan-tekniksipil.blogspot.com/2012/06/teknologi-beton.html
https://www.academia.edu/8465557/TEKNOLOGI_BAHAN_BANGUNAN_AGREGAT
e. Semen Mansonry. Semen ini lebih tepat digunakan untuk konstruksi perumahan gedung,
jalan dan irigasi. Dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton, paving
block, tegel dan bahan bangunan lainnya.
f. Semen Portland Komposit digunakan untuk bangunan-bangunan pada umumnya, sama
dengan penggunaan Semen Portland Tipe I dengan kuat tekan yang sama. PCC mempunyai
panas hidrasi yang lebih rendah selama proses pendinginan dibandingkan dengan Semen
Portland Tipe I, sehingga pengerjaannya akan lebih mudah dan menghasilkan permukaan
beton/plester yang lebih rapat dan lebih halus.

Semen Portland / Ordinary Portland Cement (OPC) ada 5 jenis yaitu :

a. Portland Cement Type I (Ordinary Portland Cement). Semen portland tipe I merupakan
jenis semen yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat luas dan dapat digunakan untuk
seluruh aplikasi yang tidak membutuhkan persyaratan khusus. Contohnya, ketika pemilik
rumah atau tukang batu yang sedang mengerjakan proyek atau merenovasi rumah tinggal
akan membeli semen di toko bangunan, mereka hanya menyebut semen, tanpa menyebut
jenis semen apa yang seharusnya digunakan atau cocok dengan lingkungan pemukiman
mereka berada. antara lain : bangunan, perumahan, gedung-gedung bertingkat, jembatan,
landasan pacu dan jalan raya.
b. Portland Cement Type II (Moderate sulfat resistance). Semen Portland Tipe II
merupakan semen dengan panas hidrasi sedang atau di bawah semen Portland Tipe I serta
tahan terhadap sulfat. Semen ini cocok digunakan untuk daerah yang memiliki cuaca dengan
suhu yang cukup tinggi serta pada struktur drainase. Semen Portland tipe II ini disarankan
untuk dipakai pada bangunan seperti bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai
adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi rendah juga merupakan pertimbangan
utama.
c. Portland Cement Type III (High Early Strength Portland Cement) Jenis ini
memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga dapat digunakan untuk
perbaikan bangunan beton yang perlu segera digunakan atau yang acuannya perlu segera
dilepas. Selain itu juga dapat dipergunakan pada daerah yang memiliki temperatur rendah,
terutama pada daerah yang mempunyai musim dingin. Kegunaan pembuatan Jalan beton,
landasan lapangan udara, bangunan tingkat tinggi, bangunan dalam air yang tidak
memerlukan ketahanan terhadap sulfat.
d. Portland Cement Type IV (Low Heat Of Hydration) Tipe semen dengan panas hidrasi
rendah. Semen tipe ini digunakan untuk keperluan konstruksi yang memerlukan jumlah dan
kenaikan panas harus diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan memperoleh
tingkat kuat beton dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen seperti ini
digunakan untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi besar yang mana kenaikan
temperatur akibat panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan faktor kritis.
Cocok digunakan untuk daerah yang bersuhu panas.
e. Portland Cement Type V (Sulfat Resistance Cement). Semen portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat. Cocok digunakan untuk
pembuatan beton pada daerah yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat
tinggi. Sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air,
jembatan, terowongan, pelabuhan,dan pembangkit tenaga nuklir

7. Bahan dasar (raw material) untuk pembuatan semen dan penjelasan prosesnya, serta unsur-unsur utama
(klinker) dari semen Portland dan penjelasan sifat-sifatnya adalah :
a. Bahan Baku semen :
 Batu Kapur
 Tanah Liat
 pasir besi
 pasir silikat
 gypsum

b. Proses Pembuatan Semen


http://bahan-tekniksipil.blogspot.com/2012/06/teknologi-beton.html
https://www.academia.edu/8465557/TEKNOLOGI_BAHAN_BANGUNAN_AGREGAT
 Proses Basah
 Proses Kering
yang membedakan kedua proses ini adalah pada proses penggilingan dan homogenisasi.

Proses Pembuatan Semen:


 Quarry : Bahan tambang berupa batu kapur, batu silika,tanah liat, dan material-material lain yang
mengandung kalsium, silikon, alumunium, dan besi oksida yang diekstarksi menggunakan drilling dan
blasting.
 Crushing :Pemecahan material material hasil penambangan menjadi ukuran yang lebih kecil dengan
menggunakan crusher.
 Conveying:Bahan mentah ditransportasikan dari area penambangan ke lokasi pabrik untuk diproses lebih
lanjut dengan menggunakan belt conveyor.
 Raw mill (penggilingan) :Proses Basah penggilingan dilakukan dalam raw mill dengan menambahkan
sejumlah air kemudian dihasilkan slurry dengan kadar air 34-38 %.Material-material ditambah air
diumpankan ke dalam raw mill. Karena adanya putaran, material akan bergerak dari satu kamar ke
kamar berikutnya.Pada kamar 1 terjadi proses pemecahan dan kamar 2/3 terjadi gesekan sehingga campuran
bahan mentah menjadi slurry. Sedangkan, pada proses kering, terjadi di Duodan Mill yang terdiri dari
Drying Chamber, Compt 1, dan Compt 2. Material-material dimasukkan bersamaan dengan dialirkannnya
gas panas yang berasal dari suspension preheater dan menara pendingin. Pada ruangan pengering terdapat
filter yang berfungsi untuk mengangkut dan menaburkan material sehingga gas panas dan material
berkontaminasi secara merata sehingga efisiensi dapat tercapai. Terjadi pemisahan material kasar dan halus
dalam separator.
 Homogenisasi:Proses Basah, slurry dicampur di mixing basin,kemudian slurry dilairkan ke tabung koreksi;
proses pengoreksian. Sedangkan pada proses kering terjadi di blending silo dengan sistem aliran corong.
 Pembakaran (pembentukan clinker): Terjadi di dalam kiln. Kiln adalah alat berbentuk tabung yang di
dalamnya terdapat semburan api. Kiln di design untuk memaksimalkan efisiensi dari perpindahan panas
yang berasal dari pembakaran bahan bakar.

c. Bahan Baku semen portland

Semen Portland dibentuk dari oksida-oksida utama yaitu : Kapur (CaO), Silika (SiO2), Alumina (
Al2O3), Besi (Fe2O3). Bahan baku untuk memperoleh oksida-oksida tersebut adalah :

 Batu kapur kalsium (CaCO3), setelah mengalami proses pembakaran menghasilkan kapor
oksida (CaO).
 Tanah liat yang mengandung oksida Silika (SiO2), Alumina ( Al2O3), Besi (Fe2O3).
 Pasir kuarsa atau batu silica untuk menambah kekurangan SiO2.
 4 Pasir besi untuk menambah kekurangan Fe2O3.

d. Sifat-sifat Fisika semen Portland


i. Kehalusan Butir (Fineness). Kehalusan butir semen akan mempengaruhi proses hidrasi.
Semakin halus butiran semen maka luas permukaan butir untuk suatu jumlah berat semen
tertentu menjadi lebih besar sehingga jumlah air yang dibutuhkan juga banyak. Semakin
halus butiran semen maka proses hidrasinya semakin cepat sehingga semen mempunyai
kekuatan awal tinggi. Selain itu butiran semen yang halus akan mengurangi bleeding, tetapi
semen cenderung terjadi penyusutan yang besar dan mempermudah terjadinya retak susut
pada beton. ASTM mensyaratkan tingkat kehalusan butiran semen adalah pada ayakan no.
200 butiran semen yang lolos sebesar lebih dari 78 %. Tingkat kehalusan semen diuji
dengan alat Blaine.
ii. Berat jenis dan berat isi . Berat jenis semen berkisar antara 3,10 – 3,30 dengan berat jenis
rata-rata sebesar 3,15. BJ semen penting untuk diketahui karena dengan mengetahui BJ
semen akan dapat dilihat kualitas semen itu. Semen yang mempunyai BJ < 3,0 biasanya
pembakarannya kurang sempurna atau tercampur dengan bahan lain atau sebagian semen
telah mengeras, ini berarti kualitas semen turun. Berat isi gembur semen kurang lebih 1,1
kg/liter, sedang berat isi padat semen sebesar 1,5 kg/liter. Di dalam praktek biasanya
digunakan berat isi rata-rata sebesar 1,25 kg/liter.
http://bahan-tekniksipil.blogspot.com/2012/06/teknologi-beton.html
https://www.academia.edu/8465557/TEKNOLOGI_BAHAN_BANGUNAN_AGREGAT
iii. Waktu pengikatan. Waktu ikat adalah waktu yang dibutuhkan semen untuk mengeras mulai
semen bereaksi dengan air sampai pasta semen mengeras dan cukup kaku untuk menahan
tekanan. Waktu ikat semen ada dua, (1) waktu ikat awal (initial setting time), yaitu waktu
dari pencampuran semen dengan air sampai pasta semen hilang sifat keplastisannya, (2)
waktu ikat akhir (final setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta semen sampai
beton mengeras. Waktu ikat awal semen berkisar antara 1-2 jam tetapi tidak boleh kurang
dari 1 jam atau lebih dari 8 jam. Waktu ikat awal semen sangat penting diketahui untuk
mengontrol pekerjaan beton. Untuk tujuan-tujuan tertentu kadang-kadang dibutuhkan waktu
initial setting time lebih dari 2 jam. Biasanya waktu yang lebih lama ini digunakan untuk
pengangkutan beton (transportasi), penuangan, pemadatan dan finishing. Waktu ikatan
semen akan lebih pendek apabila temperaturnya lebih dari 30°C. Waktu ikat ini sangat
dipengaruhi oleh jumlah air dan lingkungan sekitarnya.
iv. Kekekalan bentuk. Kekekalan bentuk adalah sifat dari pasta semen yang telah mengeras,
dimana bila pasta tersebut dibuat bentuk tertentu bentuk itu tidak berubah. Ketidakkekalan
semen disebabkan oleh jumlah kapur bebas yang berlebihan dan magnesia yang terdapat
pada semen. Kapur bebas yang terdapat di dalam adukan akan mengikat air dan
menimbulkan gaya yang bersifat ekpansif. Alat yang digunakan untuk menguji sifat
kekekalan semen adalah “Autoclave Expansion of Portland CemenT” (ASTM C-151).
v. Kekuatan semen. Kuat tekan semen sangat penting karena akan sangat berpengaruh terhadap
kekuatan beton. Kuat tekan semen ini merupakan gambaran kemampuan semen dalam
melakukan pengikatan (daya rekatnya) sebagai bahan pengikat. Kuat tekan semen diuji
dengan cara membuat benda uji terdiri dari semen dan pasir silica dengan perbandingan
tertentu dan dibuat kubus 5 x 5 x 5 cm. benda uji tersebut kemudian dilakukan perawatan
(curing) dengan cara direndam dalam air. Setelah berumur 3, 7, 14 dan 28 hari benda uji
diuji kuat tekannya.
vi. Pengikatan awal palsu. Yaitu pengikatan awal semen yang terjadi kurang dari 60 menit,
dimana setelah semen dicampur dengan air segera nampak adonan menjadi kaku. Setelah
pengikatan awal palsu ini berakhir, adonan dapat diaduk kembali. Pengikatan ini sifatnya
hanya mengacau saja dan tidak mempengaruhi sifat semen yang lain. Pengikatan awal palsu
terjadi karena pengaruh gips yang terdapat pada semen tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Seharusnya fungsi gips pada semen adalah memperlambat pengikatan, tetapi karena gips
yang terdapat dalam semen terurai maka gips ini justru mempercepat pengikatan awalnya.

8. Bahan pengikat lainnya yang saudara ketahui selain semen adalah :

You might also like