Professional Documents
Culture Documents
html
https://www.academia.edu/8465557/TEKNOLOGI_BAHAN_BANGUNAN_AGREGAT
1. Agregat merupakan bahan pembentuk beton yang mempunyai komposisi yang paling
besar dalam struktur beton yang telah mengeras. Sifat dan karakteristik agregat yang
baik untuk bisa menghasilkan beton dengan kekuatan optimal adalah :
c. Agregat Halus
Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 2,50 – 3,80.
Kadar Lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, mak 5 %
Kadar zat organic ditentukan dengan larutan Na-Sulfat 3 %, jika dibandingkan warna
standar tidak lebih tua daripada warna standar.
Kekerasan butir jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir pembanding yang berasal
dari pasir kwarsa Bangka memberikan angka hasil bagi tidak lebih dari 2,20.
Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat :
Jika dipakai Natrium Sulfat , bagian yg hancur mak 10 %.
Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur mak 15 %.
b. Agregat Kasar
http://bahan-tekniksipil.blogspot.com/2012/06/teknologi-beton.html
https://www.academia.edu/8465557/TEKNOLOGI_BAHAN_BANGUNAN_AGREGAT
Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 6,0 – 7,10.
Kadar Lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, mak 1 %.
Kadar bagian yang lemah diuji dengan goresan batang tembaga, mak 5 %.
Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat :
Jika dipakai Natrium Sulfat , bagian yg hancur mak 12 %.
Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur mak 18 %.
Tidak bersifat reaktif alkali, jika di dalam beton dengan agregat ini menggunakan semen
yang kadar alkali sebagi Na2O lebih besar dari 0,6 %.
Tidak boleh mengandung butiran panjang dan pipih lebih dari 20 % berat.
Kekerasan butir ditentukan dengan bejana Rudellof dan dengan bejana Los Angeles adalah
sebagai berikut :
a. Agregat Halus
Kadar Lumpur atau bagaian butir lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no 200), dalam %
berat, mak :
Untuk beton yg mengalami abrasi : 3,0
Untuk jenis beton lainnya : 5,0
Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah direpihkan, mak 3,0 %.
Kandungan arang dan lignit :
Bila tampak, permukaan beton dipandang penting kandungan mak 0,5 %.
Untuk beton jenis lainnya 1,0 %.
Agregat halus bebas dari pengotoran zat organic yang merugikan beton. Bila diuji dengan
larutan Natrium Sulfat dan dibandingkan dengan warna standar, tidak lebih tua dari warna
standar. Jika warna lebih tua maka agregat halus itu harus ditolak, kecuali apabila :
Warna lebih tua timbul oleh adanya sedikit arang lignit atau yg sejenisnya.
Diuji dengan cara melakukan percobaan perbandingan kuat tekan mortar yg memakai
agregat tersebut terhadap kuat tekan mortar yg memakai pasir standar silika,
menunjukkan nilai kuat tekan mortar tidak kurang dari 95 % kuat tekan mortar memakai
pasir standar. Uji kuat tekan mortar harus dilakukan sesuai dengan cara ASTM C87.
Agregat halus yg akan dipergunakan untuk membuat beton yg akan mengalami basah dan
lembab terus menerus atau yg berhubungan dg tanah basah, tidak boleh mengandung bahan
yg bersifat reaktif terhadap alkali dalam semen, yg jumlahnya cukup dapat menimbulkan
pemuaian yg berlebihan di dalam mortar atau beton. Agregat yang reaktif terhadap alkali
boleh dipakai untuk membuat beton dengan semen yg kadar alkalinya dihitung sebagai
setara Natrium Oksida (Na2O + 0,658 K2O) tidak lebih dari 0,60 % atau dengan
penambahan yang dapat mencegah terjadinya pemuaian yang membahayakan akibat reaksi
alkali agregat tersebut.
Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat :
Jika dipakai Natrium Sulfat , bagian yg hancur mak 10 %.
http://bahan-tekniksipil.blogspot.com/2012/06/teknologi-beton.html
https://www.academia.edu/8465557/TEKNOLOGI_BAHAN_BANGUNAN_AGREGAT
Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur mak 15 %.
Susunan besar butir (gradasi). Agregat halus harus mempunyai susunan besar butir dalam
batas-batas sebagai berikut :
agregat halus tidak boleh lebih mengandung bagian yang lolos lebih dari 45 % pada suatu ukuran
ayakan dan tertahan pada ayakan berikutnya. Modulus kehalusannya tidak kurang dari 2,3 dan tidak
lebih dari 3,1.
b. Agregat Kasar
Agregat kasar yg akan dipergunakan untuk membuat beton yg akan mengalami basah dan lembab
terus menerus atau yg berhubungan dg tanah basah, tidak boleh mengandung bahan yg bersifat
reaktif terhadap alkali dalam semen, yg jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yg
berlebihan di dalam mortar atau beton. Agregat yang reaktif terhadap alkali boleh dipakai untuk
membuat beton dengan semen yg kadar alkalinya dihitung sebagai setara Natrium Oksida (Na2O +
0,658 K2O) tidak lebih dari 0,60 % atau dengan penambahan yang dapat mencegah terjadinya
pemuaian yang membahayakan akibat reaksi alkali agregat tersebut. Syarat yang lain untuk agregat
kasar seperti pada SII.
2. pengaruh ukuran diameter maksimum agregat terhadap sifat mekanis dari beton yang sudah
mengeras.
3. Untuk mengetahui mutu dari agregat, pemeriksaan yang diperlukan terhadap sifat-sifat fisis dan
mekanis dari agregat adalah :
4. Tujuan dilakukan pemeriksaan “analisa saringan“ (sieve analysis) dan gradasi butiran dari
agregat pembentuk beton?
Tujuan Analisa saringan agregat adalah untuk penentuan persentase berat butiran agregat yang
lolos dari satu set saringan, yang kemudian angka-angka persentasenya ditabelkan dan
digambarkan pada grafik atau kurva distribusi butir. Menurut prosedur uji ASTM C – 136,
penentuan persentase berat butiran meliputi :
Tujuan pemeriksaan gradasi agregat adalah untuk menentukan susunan butir agregat terdiri dari
agregat halus dan agregat kasar yang teratur dan kontinyu (menerus) sehingga meminimalisir
http://bahan-tekniksipil.blogspot.com/2012/06/teknologi-beton.html
https://www.academia.edu/8465557/TEKNOLOGI_BAHAN_BANGUNAN_AGREGAT
ruang udara pada beton, dan dapat diperoleh beton yang tingkat kepadatannya tinggi, mudah
dikerjakan dan mudah dialirkan.
5. Karena agregat mempunyai komposisi terbesar dalam beton, maka agregat secara langsung juga
akan mempengaruhi sifat-sifat beton baik sifat fisik maupun mekanis beton. Sifat-sifat beton segar
dan beton yang telah mengeras yang dipengaruhi oleh agregat
a. Portland Cement Type I (Ordinary Portland Cement). Semen portland tipe I merupakan
jenis semen yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat luas dan dapat digunakan untuk
seluruh aplikasi yang tidak membutuhkan persyaratan khusus. Contohnya, ketika pemilik
rumah atau tukang batu yang sedang mengerjakan proyek atau merenovasi rumah tinggal
akan membeli semen di toko bangunan, mereka hanya menyebut semen, tanpa menyebut
jenis semen apa yang seharusnya digunakan atau cocok dengan lingkungan pemukiman
mereka berada. antara lain : bangunan, perumahan, gedung-gedung bertingkat, jembatan,
landasan pacu dan jalan raya.
b. Portland Cement Type II (Moderate sulfat resistance). Semen Portland Tipe II
merupakan semen dengan panas hidrasi sedang atau di bawah semen Portland Tipe I serta
tahan terhadap sulfat. Semen ini cocok digunakan untuk daerah yang memiliki cuaca dengan
suhu yang cukup tinggi serta pada struktur drainase. Semen Portland tipe II ini disarankan
untuk dipakai pada bangunan seperti bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai
adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi rendah juga merupakan pertimbangan
utama.
c. Portland Cement Type III (High Early Strength Portland Cement) Jenis ini
memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga dapat digunakan untuk
perbaikan bangunan beton yang perlu segera digunakan atau yang acuannya perlu segera
dilepas. Selain itu juga dapat dipergunakan pada daerah yang memiliki temperatur rendah,
terutama pada daerah yang mempunyai musim dingin. Kegunaan pembuatan Jalan beton,
landasan lapangan udara, bangunan tingkat tinggi, bangunan dalam air yang tidak
memerlukan ketahanan terhadap sulfat.
d. Portland Cement Type IV (Low Heat Of Hydration) Tipe semen dengan panas hidrasi
rendah. Semen tipe ini digunakan untuk keperluan konstruksi yang memerlukan jumlah dan
kenaikan panas harus diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan memperoleh
tingkat kuat beton dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen seperti ini
digunakan untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi besar yang mana kenaikan
temperatur akibat panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan faktor kritis.
Cocok digunakan untuk daerah yang bersuhu panas.
e. Portland Cement Type V (Sulfat Resistance Cement). Semen portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat. Cocok digunakan untuk
pembuatan beton pada daerah yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat
tinggi. Sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air,
jembatan, terowongan, pelabuhan,dan pembangkit tenaga nuklir
7. Bahan dasar (raw material) untuk pembuatan semen dan penjelasan prosesnya, serta unsur-unsur utama
(klinker) dari semen Portland dan penjelasan sifat-sifatnya adalah :
a. Bahan Baku semen :
Batu Kapur
Tanah Liat
pasir besi
pasir silikat
gypsum
Semen Portland dibentuk dari oksida-oksida utama yaitu : Kapur (CaO), Silika (SiO2), Alumina (
Al2O3), Besi (Fe2O3). Bahan baku untuk memperoleh oksida-oksida tersebut adalah :
Batu kapur kalsium (CaCO3), setelah mengalami proses pembakaran menghasilkan kapor
oksida (CaO).
Tanah liat yang mengandung oksida Silika (SiO2), Alumina ( Al2O3), Besi (Fe2O3).
Pasir kuarsa atau batu silica untuk menambah kekurangan SiO2.
4 Pasir besi untuk menambah kekurangan Fe2O3.