You are on page 1of 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit TB Paru merupakan penyakit menular dan kronis (menahun) yang
telah lama dikenal oleh masyarakat luas dan ditakuti. Penyakit TB disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini pertama kali ditemukan
oleh Robert Koch. Kuman ini sangat kecil dan bersifat tahan terhadap larutan
asam sehingga mendapat julukan Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini dapat
ditemukan dalam dahak atau sputum orang yang sedang menderita TB.
Sebagian besar kuman ini menyerang paru-paru, tetapi dapat juga menyerang
organ tubuh lainnya. Kuman ini timbul disebabkan karena lingkungan yang
kotor dan lembab, ekonomi yang rendah dan dari keluarga yang mengidap
penyakit TB Paru. Pada lingkungan yang kotor dan lembab kuman TB dapat
bertahan hidup beberapa jam, kuman ini masuk kedalam tubuh dan tertidur
lama selama beberapa tahun. Dan saat imunitas orang yang diserang rendah,
maka orang tersebut akan menjadi sakit (Misnadiarly, 2006)

Salah satu penyebab kuman ini timbul karena keadaan ekonomi yang rendah
pada keluarga sehingga akan mempengaruhi keadaan gizi, adanya defisiensi
gizi menyebabkan daya tahan tubuh yang lemah sehingga memudahkan
kuman Mycobacterium tuberculosis berkembang biak dengan cepat. Cara
penularan TB Paru terjadi pada waktu penderita itu batuk dan bersin, penderita
menyebarkan kuman keudara dalam bentuk percikan dahak (droplet). Droplet
yang mengandung kuman dapat bertahan diudara dan bila droplet tersebut
terhirup kedalam saluran pernapasan akan beresiko menginfeksi orang
tersebut.

Penyakit TB dapat dihindari dengan cara menutup mulut saat batuk dan bersin,
tidak meludah disembarang tempat, tidak merokok dan minum-minuman
beralkohol, berolah raga teratur, menjaga agar tempat tinggal / rumah tidak
gelap, lembab dan ventilasi udara harus cukup baik, sinar matahari bisa masuk
ke dalam ruangan karena kuman TB dapat mati karena cahaya matahari.
Dengan demikian infeksi atau kuman yang masuk ke dalam tubuh lewat
1
pernapasan dapat dicegah dan dikurangi jumlahnya. Disamping itu daya tahan
tubuh harus dijaga dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi baik serta
mendapatkan vaksinasi BCG.

Berdasarkan data tersebut, masih banyaknya ditemukan kasus TB Paru. Jika


hal tersebut tidak ditanggulangi maka akan timbul berbagai macam komplikasi
yaitu: pasien tidak sembuh, kekambuhan, penyebaran kuman dalam bentuk
percikan dahak (droplet) yang disebabkan karena pasien tidak rajin minum
obat dan tidak menjaga kebersihan lingkungan hal tersebut didukung oleh
faktor kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang cara penularan
penyakit TB Paru. Namun bagaimana pun tuhan tidak akan menurunkan suatu
penyakit tanpa menurunkan pula obatnya. TB dapat disembuhkan dengan
minum obat anti TB dengan betul yaitu teratur sesuai petunjuk dokter atau
petugas kesehatan lainnya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan keperawatan keluarga
dengan TB Paru.

1.2.2 Tujuan khusus


1.2.2.1 Dapat melakukan pengkajian keperawatan keluarga dengan
TB Paru.
1.2.2.2 Dapat merencanakan tindakan keperawatan keluarga
dengan TB Paru.
1.2.2.3 Dapat melaksanakan tindakan keperawatan keluarga
dengan TB Paru.
1.2.2.4 Dapat melakukan evaluasi keperawatan keluarga dengan
TB Paru.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Keluarga


2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri
mereka sebagai bagian dari keluarga. Friedman (1998, dalam
Suprajitno, 2004).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
Depkes RI (1998 dalam Effendy, 1998).

Sayekti (1994 dalam Suprajitno 2004) berpendapat bahwa keluarga


adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara
orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang
laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau
tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah
rumah tangga.

2.1.2 Fungsi Keluarga


Menurut Friedman (1998, dalam Suprajitno, 2004), mengemukakan
ada 5 fungsi keluarga yaitu:
2.1.2.1 Fungsi Afektif
Yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga,
pelindung dan dukungan psikososial bagi para anggotanya.
Keluarga melakukan tugas-tugas yang menunjang pertumbuhan
dan perkembangan yang sehat bagi anggotanya dengan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya.

3
2.1.2.2 Fungsi Sosialisasi
Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu melaksanakan sosialisasi dimana anggota keluarga
belajar disiplin, norma budaya prilaku melalui interaksi dalam
keluarga selanjutnya individu mampu berperan dalam
masyarakat.
2.1.2.3 Fungsi reproduksi
Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
menambah sumber daya manusia.
2.1.2.4 Fungsi Ekonomi
Yaitu fungsi memenuhi kebutuhan keluarga seperti : makan,
pakaian, perumahan dan lain-lain.
2.1.2.5 Fungsi Perawatan Keluarga
Yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan
asuhan kesehatan/perawatan, kemampuan keluarga melakukan
asuhan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu.

2.1.3 Tipe Keluarga


Tipe-tipe keluarga secara umum dikemukakan untuk mempermudah
tentang pemahaman keluarga. Adapun tipe-tipe keluarga menurut
Suprajitno (2004) antara lain:
2.1.3.1 Keluarga inti (konjungal)
Yaitu keluarga yang menikah sebagai orangtua atau pemberian
nafkah, keluarga ini terdiri dari suami, istri dan anak mereka
anak kandung, anak adopsi atau keduanya.
2.1.3.2 Keluarga orentasi (keluarga asal)
Yaitu untuk keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan.
2.1.3.3 Keluarga besar
Yaitu keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh
darah), yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi
yaitu salah satu teman keluarga ini. Berikut ini termasuk sanak
keluarga: kakek, nenek, tante, paman dan sepupu.

4
2.1.4 Bentuk Keluarga
Ada enam tipe atau bentuk keluarga menurut Effendy (1998)
2.1.4.1 Keluarga inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
2.1.4.2 Keluarga besar (Exstende Family)
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya,
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
2.1.4.3 Keluarga berantai (Serial family)
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah
lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
2.1.4.4 Keluarga duda/janda (single family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
2.1.4.5 Keluarga berkomposisi (composite)
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup
secara bersama.
2.1.4.6 Keluarga kabitas (cababitation)
Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga

2.1.5 Tingkat Perkembangan Keluarga


Seperti individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang berturut-turut keluarga sebagai sebuah unit juga
mengalami tahap-tahap perkembangan yang berturut-turut.
Adapun delapan tahap siklus kehidupan keluarga menurut Friedman
(1998) antara lain:
2.1.5.1 Tahap I : keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah
atau tahap pernikahan)
Tugasnya adalah :
2.1.5.1.1 Membangun perkawinan yang saling memuaskan
2.1.5.1.2 Menghubungkan jaringan persaudaraan secara
harmonis
2.1.5.1.3 Keluarga berencana (keputusan tentang
kedudukan sebagai orang tua)
5
2.1.5.2 Tahap II : keluarga yang sedang mengasuh anak (anak tertua
adalah bayi sampai umur 30 tahun)
Tugasnya adalah :
2.1.5.2.1 Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit
yang mantap
2.1.5.2.2 Rekonsiliasi tugas untuk perkembangan yang
bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga
2.1.5.2.3 Mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan
2.1.5.2.4 Memperluas persahabatan dengan keluarga besar
dengan menambahkan peran-peran orang tua dan
kakek dan nenek.
2.1.5.3 Tahap III : keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua
berumur 2 hingga 6 bulan)
Tugasnya adalah :
2.1.5.3.1 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti :
rumah, ruang bermain, privasi, keamanan.
2.1.5.3.2 Mensosialisasikan anak.
2.1.5.3.3 Mengintegrasikan anak yang sementara tetap
memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain.
2.1.5.3.4 Mempertahankan hubungan yang sehat dalam
(hubungan perkawinan dan hubungan orang tua
dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar
dan komunitas).
2.1.5.4 Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua
berumur hingga 13 tahun)
Tugasnya adalah :
2.1.5.4.1 Mensosialisasikan anak-anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya
yang sehat.
2.1.5.4.2 Mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan.

6
2.1.5.4.3 Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota
keluarga.
2.1.5.5 Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur
13 hingga 20 tahun)
Tugasnya :
2.1.5.5.1 Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung
jawab ketika remaja menjadi dewasa dan
semakin mandiri.
2.1.5.5.2 Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
2.1.5.5.3 Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua
dan anak-anak.
2.1.5.6 Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda
(mencakup anak pertama sampai terakhir yang meninggalkan
rumah)
Tugasnya :
2.1.5.6.1 Memperluas siklus keluarga dengan
memasukkan anggota keluarga baru yang
didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
2.1.5.6.2 Melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyesuaikan kembali hubungan perkawinan.
2.1.5.6.3 Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan
dan suami maupun istri.
2.1.5.7 Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan,
pensiunan)
Tugasnya :
2.1.5.7.1 Menyelidiki lingkungan yang meningkatkan
kesehatan
2.1.5.7.2 Mempertahankan hubungan-hubungan yang
memuaskan dan penuh arti dengan para orang
tua, lansia dan anak-anak.
2.1.5.8 Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiunan dan lansia
Tugasnya :
2.1.5.8.1 Mempertahankan pengaturan hidup yang
memuaskan
7
2.1.5.8.2 Menyesuaikan terhadap pendapatan yang
menurun
2.1.5.8.3 Mempertahankan hubungan perkawinan
2.1.5.8.4 Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
2.1.5.8.5 Mempertahankan ikatan keluarga antara generasi
2.1.5.8.6 Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka.

2.1.6 Lima Tugas Keluarga dan Bidang Kesehatan


Seperti dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai
tugas dibidang kesehatan menurut Suprajitno (2004) yang perlu
dipahami dan dilakukan meliputi :
2.1.6.1 Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan
berarti, orang tua perlu mengenal kesehatan.
2.1.6.2 Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga yang utama
untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan
keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan
tindakan keluarga.
2.1.6.3 Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau
di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
2.1.6.4 Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga.
2.1.6.5 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi
keluarga.

8
2.2 Konsep Dasar TBC
2.2.1 Pengertian
2.2.1.1 Penyakit TB Paru adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang
menyerang paru-paru dan dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya (Depkes RI , 2002)
2.2.1.2 TB Paru adalah suatu penyakit menular kronis yang disebabkan
oleh kuman Mycobakterium tuberculosis yang menyerang paru-
paru dan organ lain ditandai dengan batuk-batuk lebih dari tiga
minggu, batuk darah, demam nyeri dada dan sesak nafas bila
penyakit sudah lanjut. (Suyono. S, 2001, hal 820).
2.2.1.3 TB Paru adalah penyakit infeksi kronis (menahun) yang
disebabkan oleh kuman Mycobakterium tuberculosis, dan
biasanya terdapat pada paru-paru,tetapi mungkin juga pada
organ tubuh lainnya. (Misnadiarly , 2006)
2.2.1.4 Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman
Mycobakterium tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai
hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru
yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. (Mansjoer. A,
2000)

2.2.2 Etiologi
Kuman Mycobacterium Tuberkulosa yang berbentuk batang,
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan
(Basil Tahan Asam). Tempat masuk kuman Mycobacterium
Tuberkulosa adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka
terbuka pada kulit. Saluran pernafasan merupakan tempat infeksi
pertama penderita Tuberculosis.

2.2.3 Manifestasi Klinis


Keluhan yang dirasakan pasien Tuberculosis dapat bermacam-macam
atau bahkan tanpa ada keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kesehatan.

9
Penderita Tuberculosis akan mengalami berbagai gangguan kesehatan,
seperti batuk berdahak kronis, subfebris, berkeringat tanpa sebab di
malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan anorexia. Semuanya itu dapat
menurunkan produktivitas penderita bahkan kematian.
2.2.3.1 Gejala Umum :
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar.
Sifat batuk dimulai dengan batuk kering kemudian setelah
timbul peradangan menjadi produktif.
2.2.3.2 Gejala lain yang sering dijumpai :
2.2.3.2.1 Dahak bercampur darah / Hemaptoe.
Hal ini terjadi karena terdapat pembuluh darah yang
pecah, kebanyakan batuk darah pada penderita
Tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga
terjadi pada ulkus dinding bronkus.
2.2.3.2.2 Sesak nafas
Sesak terjadi karena infiltrasi sudah meliputi
setengah bagian dari paru-paru
2.2.3.2.3 Nyeri dada.
Nyeri dada terjadi bila infiltrat radang sudah sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi
gesekan pleura sewaktu pasien menarik dan
melepaskan nafasnya.
2.2.3.2.4 Anorexia
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, rasa kurang enak badan (malaise),
berkeringat malam dan demam. Keringat malam
disebabkan oleh irama temperatur sirkadian norman
yang berlebihan.

10
2.2.4 Patofisiologi

Inhalasi Droplet

Masuk ke saluran pernafasan

Dibersihkan oleh makrofag silia dan lendirnya

Partikel mati / keluar bersama secret Menginfeksi alveolus


Oleh reflek batuk (lobus atas atau lobus bawah)
Jaringan yang tinggi kandungan O2

Basil tuberkel membangkitkan reaksi


peradangan

Leukosit memfagisitosit tapi tidak


membunuh mikroorganisme tersebut

Respon imunologis dengan membuat


dinding di sekeliling bakteri

Terjadi jaringan parut / fibrosa

Terjadi jaringan parut / fibrosa

Sistem imunologis yang baik Sistem imunonologis yang kurang baik

Bakteri dorman Bakteri berkembang biak

Bakteri semakin banyak

Terjadi Tuberculosis

2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Depkes RI (2002) ada tiga jenis pemeriksaan untuk TB paru
yaitu:
2.2.5.1 Pemeriksaan sputum BTA
Diagnosa TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan
ditemukan BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
Hasil pemeriksaan dirinya akan positif apabila sedikitnya 2 dan

11
3 sputum SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) BTA positif.
Pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap
pengobatan yang sudah diberikan.
2.2.5.2 Rontgen
Foto rontgen dada dapat menunjang menegakkan diagnosa
TB. Paling mungkin bila ditemukan infiltrat dengan
pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal
2.2.5.3 Tes Montoux / Tuberculin
Tes ini sering digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosa TB paru anak-anak. Biasanya dipakai montoux tes
dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin secara intrakutan.
Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan.

2.2.6 Penatalaksanaan Medis


Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil tuberkulosis
dengan cepat dan mencegah kambuh
Obat yang digunakan untuk Tuberculosis digolongkan atas dua
kelompok yaitu :
2.2.6.1 Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol,
Streptomisin, Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang
masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat
disembuhkan dengan obat-obat ini.
2.2.6.2 Obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin,
Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.

2.2.7 Komplikasi

Pada anak dengan tuberculosis biasanya sering terjadi komplikasi.


Menurut Wallgren, ada 3 komplikasi dasar Tuberculosis paru pada
anak, yaitu penyebaran limfohematogen, Tuberculosis endobronkial,
dan Tuberculosis paru kronik.

12
Sebanyak 0,5-3% penyebaran limfohematogen akan menjadi
Tuberculosis milier atau meningitis Tuberculosis, hal ini biasanya
terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer.
Tuberkulosis endobronkial (lesi segmental yang timbul akibat
pembesaran kelenjar regional) dapat terjadi dalam waktu yang lebih
lama (3-9 bulan). Terjadinya Tuberculosis paru kronik sangat
bervariasi, Tuberculosis paru kronik biasanya terjadi akibat reaktivasi
kuman di dalam lesi yang tidak mengalami resolusi sempurna.
Reaktivasi ini jarang terjadi pada anak, tetapi sering pada remaja dan
dewasa muda.
Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30% anak yang
terinfeksi Tuberculosis. Tuberculosis tulang dan sendi terjadi pada 5-
10% anak yang terinfeksi, dan paling banyak terjadi dalam 1 tahun
tetapi dapat juga 2-3 tahun kemudian. Tuberculosis ginjal biasanya
terjadi 5-25 tahun setelah infeksi primer.

13
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan klien (keluarga) yang memakai patokan norma-norma
kesehatan pribadi maupun sosial serta integritas dan kesanggupan untuk
mengatasi masalah.
3.1.1 Pengumpulan data
Pengkajian data yang dikumpulkan (Friedman, 1998) adalah
3.1.1.1 Data umum
3.1.1.1.1 Identitas kepala keluarga
3.1.1.1.2 Komposisi kelaurga
3.1.1.1.3 Genogram
3.1.1.1.4 Tipe keluarga
3.1.1.1.5 Latar belakang keluarga (etnis)
3.1.1.1.6 Agama
3.1.1.1.7 Status Sosial Ekonomi
3.1.1.1.8 Aktivitas rekreasi keluarga
3.1.1.2 Tahap dan riwayat perkembangan keluarga
3.1.1.2.1 Tahap perkembangan keluarga saat ini
3.1.1.2.2 Tahap perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi
3.1.1.2.3 Riwayat keluarga sebelumnya
3.1.1.3 Data lingkungan
3.1.1.3.1 Karakteristik rumah
3.1.1.3.2 Karakteristik lingkungan komunitas
3.1.1.3.3 Mobilitas geografis keluarga
3.1.1.3.4 Perkumpulan keluarga dan interaksi sosial
keluarga
3.1.1.3.5 Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga

14
3.1.1.4 Struktur keluarga
3.1.1.4.1 Pola komunikasi
3.1.1.4.2 Struktur kekuasaan
3.1.1.4.3 Struktur peran
3.1.1.4.4 Nilai dan normal keluarga
3.1.1.5 Pemeriksaan fisik
Yaitu pemeriksaan yang menggunakan pendekatan ”Head to
toe” .
3.1.1.6 Koping keluarga
3.1.1.6.1 Stressor jangka pendek dan jangka panjang
3.1.1.6.2 Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap
situasi atau stressor
3.1.1.6.3 Penggunaan strategi koping
3.1.1.6.4 Strategi adaptasi disfungsional

3.1.2 Analisa data


Dalam menganalisa ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam
melihat perkembangan keluarga antara lain :
3.1.2.1 Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga
3.1.2.2 Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan
3.1.2.3 Karakter keluarga

3.1.3 Rumusan Masalah


Setelah data dianalisa, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah
keperawatan keluarga, perumusan masalah kesehatan dan keperawatan
yang diambil didasarkan kepada penganalisaan praktek lapangan yang
didasarkan pada analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang dapat
dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum mengambil keputusan
tentang masalah keperawatan keluarga (Effendy, 1998).
3.1.4 Skoring
Dalam penyusunan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga harus didasarkan pada beberapa kriteria yaitu :
3.1.4.1 Sifat masalah yang dikelompokkan menjadi aktual, resiko dan
potencial
15
3.1.4.2 Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan
kebersihan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah
bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.
3.1.4.3 Potensial masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya
masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah
melalui tindakan keperawatan atau kesehatan.
3.1.4.4 Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai
masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk diatasi
melalui intervensi keperawatan atau kesehatan.
Menentukan prioritas diangnosa keperawatan keluarga, perlu disusun
skala prioritas dengan teknik skoring sebagai berikut :
Tabel : Skoring Masalah Keperawatan

No Kriteria Nilai Bobot


1 Sifat masalah
Skala :
a. Aktual 3
b. Resiko 2 1
c. Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala :
a. Dengan mudah 2
b. Hanya sebagian 1 2
c. Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah
Skala :
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala :
a. Masalah berat harus segera 2
ditangani 1 1
b. Masalah yang tidak perlu segera
ditangani 0
c. Masalah tidak dirasakan
TOTAL 5
(Suprajitno, 2004)

Berdasarkan kriteria di atas, maka dapat diprioritaskan suatu masalah.


Masing-masing masalah keperawatan diskoring terlebih dahulu.

16
Kemudian dari hasil skoring tersebut dijumlahkan nilainya. Adapun
rumus untuk mendapatkan nilai skoring tersebut adalah :

Skor X Bobo
Nilai Tertinggi

3.2 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan keluarga yang muncul menurut NANDA (Carpenito
L.J. 2001) adalah :
3.2.1 Manajemen kesehatan yang dapat diubah
3.2.2 Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
3.2.3 Kurang pengetahuan
3.2.4 Konflik keputusan
3.2.5 Berduka disfungsional
3.2.6 Konflik peran orang tua
3.2.7 Isolasi sosial
3.2.8 Perubahan dalam proses keluarga
3.2.9 Potensial perubahan dalam menjadi orang tua
3.2.10 Perubahan penampilan peran
3.2.11 Potensial terhadap kekerasan
3.2.12 Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga
3.2.13 Penatalaksanaan program terapeutik tak efektif
3.2.14 Perilaku mencari hidup sehat
3.2.15 Berduka diantisipasi

3.3 Perencanaan
Tahap setelah kita melakukan pengkajian adalah perencanaan keperawatan
sebagai pedoman untuk memberikan tindakan perawatan pada seseorang
berdasarkan diagnosa perawatan yang muncul.
Rencana perawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah TB paru
adalah sebagai berikut:

17
No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
Kriteria Standar
1 Resiko penularan TUM :
ditandai dengan Setelah diberikan askep selama 4
ketidakmampuan hari diharapkan keluarga dapat
keluarga dalam mengerti tentang penularan
menjaga penyakit TB paru dan tidak terjadi
lingkungan penularan lebih lanjut

TUK :
1. Setelah diberikan perawatan Verbal Keluarga dapat Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang
selama 1 kali kunjungan menyebutkan 3cara cara penularan TB Paru
selama 30 menit diharapkan dari 5 penularan TB
- Diskusikan dengan keluarga tentang cara
keluarga mampu mengenal paru penularan TB paru
penularan TB paru - Anjurkan keluarga untuk menjaga
lingkungan agar tetap bersih
- Memotivasi keluarga untuk menghindari
hal-hal yang dapat menularkan TB Paru

18
No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
Kriteria Standar
2. Setelah diberikan perawatan Verbal - Keluarga - Diskusikan dengan keluarga manfaat
selama 1 kali kunjungan mengerti tentang pengobatan secara teratur
selama 30 menit diharapkan pemberian obat
- Beri pujian tentang keputusan yang diambil
keluarga mampu mengambil secara teratur - Motivasi keluarga untuk selalu
keputusan mengenai - Pemberian mengingatkan klien minum obat
pengobatan pada klien lama pengobatan
selama 6 - 8 bulan
- Keluarga
mampu memotivasi
klien untuk berobat
secara teratur
3. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Keluarga - Diskusikan dengan keluarga cara penularan
selama 1 kali kunjungan mampu merawat TB Paru
selama 30 menit diharapkan klien. - Ajarkan keluarga merawat diri dan klien
keluarga mampu merawat - Dapat - Jelaskan pada keluarga cara menghindari
anggota keluarga yang sakit menghindari hal-hal hal-hal yang dapat menularkan TB paru
yang dapat
menularkan penyakit
TB paru

19
No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
Kriteria Standar
4. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Keluarga - Anjurkan keluarga agar selalu menjaga
selama 1 kali kunjungan selalu kebersihan rumah, manata barang-barang
selama 30 menit diharapkan membersihkan dan membedakan peralatan untuk makan
keluarga mampu memodifikasi rumah, menata
- Motivasi keluarga untuk memelihara
lingkungan rumah barang-barangnya lingkungan rumah agar tetap bersih dan
dan membedakan membuka jendela setiap hari agar sinar
peralatan untuk matahari menyinari seluruh kamar
makan
- Sinar
matahari dapat
menyinari seluruh
ruangan
5. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Keluarga - Diskusikan dengan keluarga tentang
selama 1 kali kunjungan dapat memanfatkan pentingnya fasilitas kesehatan dalam
selama 30 menit diharapkan fasilitas kesehatan perawatan kesehatan keluarga
keluarga mampu yang ada - Motivasi keluarga untuk mengajak anggota
memanfaatkan fasilitas - Keluarga keluarga yang sakit berobat ke puskesmas
pelayanan kesehatan yang ada dapat mengajak
anggota keluarga
yang sakit untuk
berobat

20
No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
Kriteria Standar
2 Penatalaksanaan Tupan :
pemeliharaan Setelah diberikan askep selama 4
rumah tak efektif hari diharapkan keluarga mampu
berhubungan menata atau mempertahankan
dengan lingkungan rumah yang efektif
ketidakmampuan
keluarga untuk Tupen :
memodifikasi 1. Setelah diberikan perawatan
lingkungan dalam selama 1 kali kunjungan Verbal - Keluarga - Diskusikan dengan keluarga
usaha mengatasi selama 30 menit diharapkan mengerti tentang manfaat lingkungan yang sehat
masalah keluarga mampu mengenal pengertian rumah- Jelaskan pada keluarga tentang pengertian,
kesehatan lingkungan yang sehat sehat syarat rumah sehat dan akibat bila
ditandai dengan - Syarat lingkungan tidak sehat
kondisi rumah rumah sehat - Motivasi keluarga untuk menjaga
kurang rapi dan - Manfaat lingkungan yang sehat
bersih rumah sehat
- Akibat bila
lingkungan rumah
yang tidak sehat
2. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Keluarga - Diskusikan dengan keluarga untuk
selama 1 kali kunjungan termotivasi untuk mempertahankan lingkungan yang sehat
selama 30 menit diharapkan menata lingkungan - Motivasi keluarga untuk tetap menjaga
keluarga mampu mengambil rumah sehat bagi lingkungan yang sehat
keputusan untuk menata rumah keluarga - Beri pujian terhadap keputusan yang
sehat bagi keluarga diambil oleh keluarga

21
No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
Kriteria Standar
3. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Keluarga - Diskusikan dengan keluarga tentang akibat
selama 1 kali kunjungan menata perabotan dari lingkungan yang kotor
selama 30 menit diharapkan agar rapi dan bersih- Berikan dorongan pada keluarga untuk
keluarga mampu menata dan - Keluarga membersihkan lingkungan rumah
memelihara lingkungan rumah menyapu di dalam - Anjurkan keluarga untuk menyapu di dalam
dan di luar rumah dan di luar kamar setiap hari
setiap hari
4. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Keluarga dapat - Memotivasi keluarga agar mampu
selama 1 kali kunjungan membuat kamar memodifikasi lingkungan rumah agar
selama 30 menit diharapkan tidak lembab dan tampak bersih dan rapi
keluarga mampu memodifikasi pengap - Anjurkan keluarga untuk meningkatkan
lingkungan rumah untuk - Sinar kesehatan keluarga dengan cara
meningkatkan kesehatan matahari dapat membersihkan lingkungan, barang-barang
keluarga masuk keseluruh tertata rapi dan menjemur bantal, kasur
ruangan minimal 2 kali seminggu
- Jendela
terbuka setiap hari
- Peralatan
tertata rapi
- Bantal dan
kasur dijemur
minimal 2 kali
seminggu

22
No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
Kriteria Standar
5. Setelah diberikan Psikomotor - Keluarga - Diskusikan untuk menentukan fasilitas
perawatan selama 1 kali memanfaatkan kesehatan yang tepat untuk dipilih
kunjungan selama 30 menit fasilitas kesehatan- Anjurkan keluarga untuk memanfaatkan
diharapkan keluarga yang ada sesuai fasilitas kesehatan yang ada
mampu memanfaatkan dengan kebutuhan - Motivasi keluarga untuk memeriksakan
fasilitas kesehatan yang anggota keluarganya yang sakit kepelayanan
terkait dengan kesehatan kesehatan terdekat
lingkungan

23
No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
Kriteria Standar
3 Potensial Tupan :
penatalaksanaan Setelah diberikan askep selama 4
terapeutik yang hari diharapkan keluarga mampu
efektif melaksanakan program pengobatan
berhubungan keluarga yang efektif
dengan
keadekuatan Tupen :
keluarga dalam 1. Setelah diberikan perawatan Verbal Keluarga mengerti Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang
merawat anggota selama 1 kali kunjungan selama tentang penyakit TB paru
keluarga yang 30 menit diharapkan keluarga penyakit TB paru - Jelaskan pada keluarga tentang pengertian,
sakit ditandai mampu mengenal penyakit TB - Keluarga mengerti penyebab, tanda dan gejala, cara
dengan klien paru tersebut tentang penyebab, pencegahan dan pengobatan TB paru
mengatakan rajin tanda dan gejala - Diskusikan dengan keluarga tentang akibat
kontrol TB paru, cara bila tidak minum obat
kepuskesmas penularan TB paru,
cara pencegahan dan
pengobatan TB
paru, cara minum
obat yang benar
Dan akibat bila tidak
minum obat

24
No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
Kriteria Standar
2. Setelah diberikan perawatan Verbal - Keluarga - Diskusikan dengan keluarga tentang
selama 1 kali kunjungan selama mengerti tentang manfaat minum obat secara teratur dan
30 menit diharapkan keluarga akibat bila putus akibat bila putus obat
mampu mengambil keputusan obat dan bila minum - Motivasi keluarga untuk menjaga dan
dalam pengobatan yang sedang obat tidak teratur mengawasi klien saat minum obat
dijalani oleh Klien - Keluarga
termotivasi dalam
perawatan klien
3. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Keluarga - Motivasi klien untuk tetap minum obat
selama 1 kali kunjungan selama mengerti tentang secara teratur
30 menit diharapkan keluarga manfaat minum obat - Anjurkan keluarga untuk mengambil obat
mampu merawat anggota secara teratur bila obat klien sudah habis
keluarga yang menderita TB - Keluarga
paru mengambil obat di
puskesmas bila obat
klien habis

25
No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
Kriteria Standar
4. Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Keluarga - Diskusikan dengan keluarga tentang
selama 1 kali kunjungan selama membuka Jendela manfaat mempertahankan lingkungan rumah
30 menit diharapkan keluarga setiap hari, kamar yang sehat bagi anggota keluarga yang sakit
mampu mempertahankan tidak lembab dan - Anjurkan keluarga membuka jendela setiap
suasana rumah yang sehat bagi pengap, barang- hari, membuang ludah pada tempat
anggota keluarga yang sakit barang tertata rapi, pembuangan ludah yang sudah diisi larutan
membuang ludah desinfektan
pada tempat - Motivasi keluarga untuk menata rumah
pembuangan ludah yang sehat agar sinar matahari dapat masuk
yang sudah diisi ke seluruh ruangan sehingga kamar tidak
larutan desinfektan, lembab dan pengap
halaman rumah
tidak becek
Setelah diberikan perawatan Psikomotor - Keluarga - Motivasi klien agar kontrol ke puskesmas
selama 1 kali kunjungan selama 30 mengajak klien untuk mendapatkan pengobatan
menit diharapkan keluarga mampu kontrol dan- Anjurkan keluarga untuk selalu mengontrol
memanfaatkan sumber dan fasilitas melanjutkan obat klien
kesehatan yang ada pengobatan apabila
obat habis

26
27
3.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawataan terhadap keluarga didasarkan pada
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga
adalah sumber daya keluarga, tingkat pendidikan keluarga dan sarana
prasarana yang ada pada keluarga.

3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi
merupakan upaya untuk menentukan apakah seluruh proses sudah berjalan
dengan baik atau belum. Apabila hasil tidak mencapai tujuan maka
pelaksanaan tindakan diulang kembali dengan melakukan berbagai perbaikan.
Sebagai suatu proses evaluasi ada empat dimensi yaitu :
3.5.1 Dimensi keberhasilan, yaitu evaluasi dipusatkan untuk mencapai tujuan
tindakan keperawatan.
3.5.2 Dimensi ketepatgunaan: yaitu evaluasi yang dikaitkan sumber daya
3.5.3 Dimensi kecocokan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecocokan
kemampuan dalam pelaksanan tindakan keperawatan
3.5.4 Dimensi kecukupan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecukupan
perlengkapan dari tindakan yang telah dilaksanakan (Effendy, 1998)

28
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penyakit TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis yang dapat menyerang semua golongan usia, terutama pada
seseorang yang daya tahan tubuh rendah karena malnutrisi, tinggal di
lingkungan yang padat serta sirkulasi udara yang tidak baik.
Karena penyakit ini adalah penyakit menular maka peran perawat ditekankan
pada pemberian penyuluhan tentang pencegahan seperti: makan bergizi,
istirahat teratur, olah raga serta memperhatikan ventilasi terhadap luas
bangunan, sedangkan untuk anak-anak dapat dilakukan pencegahan dengan
imunisasi BCG.
Selain itu penyakit ini memerlukan waktu yang lama dalam pengobatannya.
Sehingga kepatuhan dan kesabaran tinggi dari pasien untuk menjalankan terapi
sampai selesai sangatlah penting. Oleh karena itu perawat harus berperan
sebagai motivator bagi pasien.
Bagi pasien sendiri perlu dimotivasi untuk menjalankan terapi secara teratur
dan merubah gaya hidup yang lebih sehat.

29
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M.M. (1998). Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Mansjoer, A.(2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Ausculapius.

30
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DEWASA
DENGAN MASALAH PRIORITAS
DI INDONESIA

Oleh :

CUCU MALIHAH (12121022)


OHUDUAN REZILOB T. (
SISKA JULIANSIH (

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BOROBUDUR
2014

31

You might also like