You are on page 1of 31

KATA PENGANTAR

dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang , kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
penelititan “ analisis tingkat kesukaan konsumen terhadap air mineral dalam kemasan
”.

laporan penelitian ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

akhir kata kami berharap semoga laporan penelitian “ analisis tingkat kesukaan
konsumen terhadap air mineral dalam kemasan ”. ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Sukabumi, 25 November 2018

Penulis

1
2

DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………………………………

Pendahuluan

a. Latar Belakang …………………………………………………………………………………


b. Perumusan Masalah …………………………………………………………………………………
c. Tujuan Penelitian …………………………………………………………………………………
d. Manfaat Penelitian …………………………………………………………………………………
e. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………………………………………………

Tinjauan Pustaka

a. Prospek Air Minum Dalam Kemasan Di


…………………………………………………………………………………
Indonesia.
b. Pemasaran …………………………………………………………………………………
c. Harga …………………………………………………………………………………
d. Definisi Dan Pengertian Merek …………………………………………………………………………………
e. Peranan Merek …………………………………………………………………………………
f. Loyalitas Konsumen …………………………………………………………………………………
g. Organoleptik …………………………………………………………………………………

Variabel Operasional …………………………………………………………………………………

Quisioner / Pertanyaan Kerpada Responden

Kesimpulan / Saran …………………………………………………………………………………

Penutup …………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
air adalah sumber daya alam yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup baik pada
tumbuhan, hewan bahkan manusia sekalipun. air juga merupakan sumber daya alam yang
penting dalam menunjang pembangunan ekonomi dan sosial seperti sektor industri,
pembangkit listrik, pertanian, perikanan, peternakan, transportasi, pariwisata dan rumah
tangga. menurut maslow dalam “maslow model of human needs” air merupakan
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh manusia terlebih dahulu (seperti juga makanan,
udara dan tidur) sebelum kebutuhan lainnya terpenuhi. berdasarkan teori tersebut dapat
dikatakan bahwa air merupakan kebutuhan paling utama dan mendasar untuk kelangsungan
hidup. salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi air.

kebutuhan masyarakat terhadap air saat ini semakin meningkat. hal tersebut
disebabkan karena jumlah penduduk yang terus bertambah. pertambahan jumlah penduduk
tidak disertai dengan bertambahnya supply air minum sehingga dapat menyebabkan
terjadinya kelangkaan (nurmalina, 2003). menurut radjulaini (2003), krisis air dan sumber
air di indonesia pada saat ini bersumber dari (1) jumlah penduduk yang meningkat sangat
cepat, sehingga di pulau jawa misalnya ketersediaan air hanya tinggal 1.750
m3/kapita/tahun yang berarti telah menunjukkan tingkat kritis air, apabila dibandingkan
dengan standar kecukupan air yang sebesar 2000 m3/kapita/tahun. (2) terjadinya
degdradasi lingkungan akibat penebangan hutan yang dilakukan di daerah aliran sungai
(das), sehingga mengakibatkan menurunnya kemampuan das untuk menyimpan air di
musim kemarau. (3) kuantitas dan kualitas air tanah (ground water) mengalami penurunan
yang cukup tajam diberbagai wilayah. (4) kegiatan eksploitasi sumbersumber air tanah
yang lebih besar dari kemampuan alam untuk mengisi kembali. menurut palolongan
(2003), kecenderungan konsumsi air naik secara eksponensial, sedangkan ketersediaan air
bersih cenderung melambat akibat kerusakan alam dan pencemaran, yaitu diperkirakan
15% - 30% perkapita pertahun.

menurut suprihatin (2004), air bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna, dan
tidak berbau. meskipun demikian, air yang jernih, tidak berwarna dan tidak berbau belum
tentu aman dikonsumsi. saat ini masyarakat mulai sadar akan kebutuhan air minum yang
mempunyai kualitas baik. terpenuhinya kebutuhan air minum dengan kualitas yang baik,
memungkinkan masyarakat hidup secara sehat. sebagian besar kebutuhan air minum

3
4

tersebut selama ini diperoleh dari sumber air sumur atau dari air permukaan yang telah
diolah oleh perusahaan daerah air minum (pdam). pada tabel 1 menjelaskan bahwa pada
tahun 2004, jumlah perusahaan air bersih di indonesia mencapai sekitar 485 perusahaan,
dengan jumlah air bersih yang disalurkan kepada konsumen pada tahun 2004 sebanyak
2.586.000 meter kubik. jumlah tersebut meningkat sebanyak 11,08% dari tahun
sebelumnya yaitu 2.328.000 meter kubik.

pada saat ini masyarakat beranggapan bahwa air yang berasal dari pdam tidak dapat
diandalkan. hal ini disebabkan pasokan air yang sulit diperoleh terutama pada pagi hari
atau pada jam-jam sibuk.

Tabel l. Perkembangan Perusahaan Air Minum (PAM) di sukabumi Tahun 2002-2004

Perincian Satuan 2002 2003 2004


Banyak Perusahaan Perusahaan 469 477r 485
Air Bersih yang
1.000m3 2.095 2.328 2.586
disalurkan
Keterangan : r = angka diperbaiki
Sumber : Badan Pusat Statistik

selain itu, air yang diperoleh dari pdam terkadang berwarna keruh, kuning bahkan
berbau tidak sedap. berdasarkan hal tersebut maka mereka mulai beralih ke air minum
dalam kemasan (amdk). selain faktor tersebut, peningkatan konsumsi amdk disebabkan
juga oleh berrtambahnya jumlah penduduk, tuntutan hidup sehat, dan pertumbuhan
ekonomi. hal ini menjadikan bisnis amdk sangat prospektif dan mendorong pertumbuhan
industri amdk di kota-kota besar di indonesia.

menurut data indonesian bottled drinking water association, jumlah produksi total
amdk pada tahun 2004 di indonesia, berkisar 8.4 miliar liter dengan omzet penjualan
mencapai 4 triliun. pada tabel 2 dapat dilihat perkembangan produksi amdk tahun (1997-
2002).

Tabel 2. Perkembangan Produksi AMDK Tahun 1997 - 2002

No Tahun Produksi (Liter Pertahun) Pertumbuhan (%)


1 2002 6,693,671,000 18.91
2 2001 5,629,173,000 37.39
3 2000 4,097,356,000 29.36
4 1999 3,167,474,000 48.96
5 1998 2,126,393,000 (12.68)
6 1997 2,435,062,000 -
Rata-rata 4,024,854,833 24.39
Sumber : Depperindag (2003)

pada tahun 2005 omzet penjualan amdk akan naik sebesar 15 persen. dengan asumsi
peningkatan sebesar 15 persen itu, berarti omzet penjualan produk amdk tahun 2005
mencapai rp. 4,6 triliun. sementara itu, volume produksi bisa mencapai lebih dari 10 miliar
liter. maka di tahun 2008 ini diperkirakan omzet penjualan amdk sebesar 7 triliun dengan
perkiraan pertumbuhan 15% pertahunnya. faktor yang menyebabkan omzet penjualan dan
volume produksi tumbuh, yaitu perubahan kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi air
yang bersih.

menurut riset frontier (2004) dalam irawan (2005), tingkat konsumsi amdk di
indonesia masih rendah, yaitu sebesar 47,66 liter perkapita pertahun. bila dibandingkan
dengan negara maju, seperti amerika serikat tingkat konsumsinya sebesar 80 liter, perancis
130 liter dan di italia 170 liter, sedangkan di negara asia uni emirat arab tingkat konsumsi
perkapitanya dapat mencapai 113 liter, sementara itu di thailand tingkat konsumsinya dapat
mencapai 75 liter. industri amdk juga menghasilkan devisa melalui ekspor sebesar us $
4,91 juta. pada tabel 3 dapat dilihat perkembangan konsumsi amdk perkapita tahun (1997-
2004).

Tabel 3. Perkembangan Konsumsi AMDK di indonesia Tahun 1997-2004

Konsumsi Konsumsi Perkapita


Tahun (Kilo Ltr/tahun) (Liter)

2004 10.200.000 47,66


2003 8.200.000 38,86
2002 6.435.705 31,47
2001 5.600.555 27,16
2000 4.068.963 20,04
1999 3.142.845 15,64
1998 2.124.907 10,71
1997 2.417.342 12,31
Sumber : Riset Frontier dalam Irawan (2005)

berdasarkan keputusan menperindag no. 167/1997, amdk memiliki definisi yang


jelas, yaitu air yang telah diolah dan dikemas serta aman untuk diminum. air minum dalam
kemasan yang aman, harus memenuhi persyaratan air minum dalam kemasan yang diatur
sesuai dengan standar nasional indonesia (sni) nomor sni-01-3ss3-1996. untuk hal tersebut

5
6

diperlukan pengendalian mutu dari awal sampai dengan akhir meliputi, bahan baku, proses
produksinya, serta produk jadi, dalam hal ini yaitu produk amdk.

mutu yang baik dari produk air minum akan meningkatkan kepuasan dari pelanggan.
menurut nasution (2004), pada dasarnya kepuasan pelanggan dapat didefinisikan secara
sederhana sebagai suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan
dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi. beberapa faktor yang mempengaruhi
pembelian air mineral menurut tedjakusuma (2003), yaitu faktor pendidikan, penghasilan,
harga, kualitas, distribusi dan promosi. faktor harga mempunyai pengaruh yang dominan
terhadap perilaku konsumen dalam pembelian air mineral.

B. Perumusan Masalah
saat ini banyak bermunculan produk-produk amdk, baik dengan merek - merek
tertentu seperti : aqua, ades, 2tang, vit, le-minerale, dan sebagainya ataupun dengan air
minum isi ulang.

perusahaan amdk dengan merek tertentu menjual produknya kepada konsumen


melalui distributor yang telah ditetapkan. distributor amdk dengan merek tertentu
menghadapi persaingan yang semakin ketat. persaingan ini terjadi antar distributor dengan
merek yang sama maupun dengan merek yang berbeda. jumlah depot air minum isi ulang
yang terus bertambah dengan harga yang lebih murah dibanding dengan merek tertentu
menambah ketatnya persaingan.

untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya, maka analisis respon konsumen ini
penting untuk dilakukan dimana masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. bagaimana tingkat kesukaan dan loyalitas konsumen terhadap produk amdk?

2. parameter-parameter apa saja yang paling menentukan tingkat kesukaan dan


loyalitas konsumen terhadap produk amdk?

3. faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kesukaan dan loyalitas


konsumen terhadap produk amdk?
C. Tujuan Penelitian
berdasarkan permasalahan yang dihadapi maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah :

1. menganalisa tingkat kesukaan konsumen terhadap produk air minum dalam


kemasan (amdk).
2. mengidentifikasi bagaimana tingkat loyalitas konsumen air minum dalam kemasan
(amdk).
D. Manfaat Penelitian
penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang
berkepentingan yaitu :

1. perusahaan – perusahaan amdk, sebagai bahan masukan untuk merencanakan,


menerapkan dan mengevaluasi strategi pemasaran terutama yang berkaitan dengan
perubahan dan penetapan harga sehingga dapat meminimalisasi konsumen yang
pindah ke merek lain karena faktor harga.

2. sebagai masukan bagi konsumen tentang produk amdk yang baik menurut
konsumen yang telah beredar di pasaran sehingga berguna dalam proses
pengambilan keputusan dalam pembelian produk amdk tersebut.

3. sebagai masukan bagi institusi, mahasiswa dan penulis tentang loyalitas konsumen
pada produk amdk dan juga diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber
referensi penelitian selanjutnya.
E. Ruang Lingkup Penelitian
ruang lingkup penilitian ini antara lain menganalisa hubungan antara tingkat
kesukaan harga dengan loyalitas konsumen terhadap air minum dalam kemasan, tingkat
kesukaan konsumen terhadap produk amdk. sekaligus menganalisa persepsi atau
tanggapan konsumen terhadap produk air minum dalam kemasan. hal ini dimaksudkan
untuk dapat memberikan gambaran kepada perusahaan–perusahaan untuk mengevaluasi
strategi pemasarannya terutama yang berkaitan dengan perubahan dan penetapan harga,
sehingga dapat mengurangi konsumen yang pindah ke merek lain karena faktor harga.

pemilihan merek tersebut dilakukan dengan alasan (1) merek aqua, le-minerale, ades
dan vit termasuk merek yang banyak beredar di sekitar kampus stie pgri sukabumi, (2)
keempat merek tersebut juga yang mempunyai pangsa pangsar yang besar di sekitar
kampus stie pgri sukabumi, (3) sedangkan merek aqua merupakan merek amdk yang
memiliki nilai merek (brand value) yang tinggi.

pengamatan terhadap loyalitas konsumen dilakukan pada konsumen dengan cara


melakukan uji organoleptik (kesukaan) terhadap keempat merek amdk tersebut.

7
8

TINJAUAN PUSTAKA
A. Prospek Air Minum Dalam Kemasan Di Indonesia
1. Deskripsi Produk
air minum dalam kemasan (amdk) selama ini seringkali disalah tafsirkan oleh
masyarakat sebagai air mineral, padahal istilah ini kurang tepat digunakan. jika
dilihat dari komposisi kandungan mineralnya ternyata amdk tidak berbeda dengan
air minum biasa. sebab amdk yang sekarang tidak dilakukan penambahan mineral
oleh produsen atau sumber mata airnya tidak mengandung kadar mineral yang
memadai untuk dijadikan sebagai komoditi air mineral. menurut definisi dari
departemen perdagangan dan perindustrian dalam revisi sni 01-3553-1994, amdk
didefinisikan sebagai air yang telah diproses, dikemas dan aman untuk diminum
langsung.

2. Perkembangan Produksi dan Konsumsi AMDK


tirto utomo atau kwa sien biauw yang lahir pada 8 maret 1930, pada usia 43
tahun mulai mengusahakan amdk dengan merek dagang aqua. kurangnya air
minum bersih di indonesia mengilhaminya untuk membangun perusahaan air
minum botol. adanya oranq asing yang tinggal di indonesia merupakan pasar yang
terbuka dalam bisnis amdk, karena pada saat itu belum ada perusahaan yang
memproduksi air minum botol secara komersil. produksi komersil dimulai sejak
tanggal 1 oktober 1974, tirto utomo memasarkan produk aqua kemasan 950 ml di
indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 6 juta liter pertahun. di cincinati usa
tirto utomo dinobatkan dalam "hall of fame” industri bottled water dan dinyatakan
sebagai perintis amdk di asia pasifik dan timur tengah. aqua juga diakui sebagai
produsen amdk nomor tiga di dunia setelah merek electropura dan evian-danone
perancis, sedangkan dari konferensi ibwa (international bottled water association)
di bali, tercatat bahwa angka penjualan aqua galon adalah nomor satu di asia. saat
ini pt.agm juga merupakan perusahaan yang sudah go public dan listing di bursa
efek indonesia. saat ini total kapasitas produksi dari seluruh pabrik aqua adalah 3.5
– 3.6 milyar liter sedangkan produksi total amdk di indonesia berkisar 8.5 miliar
liter. semula produk aqua ditujukan untuk masyarakat golongan menengah,
perkantoran, hotel, restoran dan rumah tangga. namun pada saat berbagai jenis
kemasan baru seperti ukuran 1500 ml, 500 ml, 220 ml dari plastik mulai diproduksi
sejak 1981 maka produk amdk dapat mudah diperoleh masyarakat.

3. Proses Produksi Amdk


sumber bahan baku amdk adalah air pegunungan asli yang mengalir sendiri (self
flowing spring). air tersebut dialirkan atau diangkut ke pabrik dengan truk yang
berkapasitas ± 10.000 liter untuk diproses, kemudian air disaring untuk
menghilangkan butiran pasir, selanjutnya air melewati granulated activated
carbon (gac) untuk menyerap bau dan rasa. proses selanjutnya adalah penyaringan
halus dengan menggunakan alat semacam membran untuk menghilangkan butiran
di atas 1 mikron agar bebas dari pencemaran bakteri patogen. namun demikian,
agar lebih higienis air tersebut masih diozonisasi atau proses ozone mixing
chamber, yaitu mengalirankan gas ozon dengan intensitas tertentu sebagai proses
disinfeksi terakhir.

4. SISTEM DISTRIBUSI AMDK


berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh indocommercial (1997) dalam
kartika (1998), sistem distribusi amdk ini tidak terlepas dari jenis yang akan
dipasarkan. kemasan amdk secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
kemasan galon (19 liter) dan small/single pack. pada tabel 4 dapat dilihat berbagai
ukuran kemasan amdk.
B. Pemasaran
menurut kotler (1999) dalam purnawarman (2001), pemasaran adalah proses
sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan
keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai
satu sama lain. adapun tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan
sedemikian rupa sehingga produk cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya.
idealnya pemasaran menyebabkan pelanggan siap membeli sehingga yang tinggal hanyalah
bagaimana membuat produknya tersedia. strategi pemasaran adalah serangkaian tindakan
terpadu menuju keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. faktor-faktor yang
mempengaruhi strategi pemasaran adalah :

1. faktor mikro, yaitu perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan masyarakat.

2. faktor makro, yaitu demografi/ekonomi, politik/hukum, teknologi/fisik dan


sosial/budaya.

9
10

sedangkan strategi dan kiat pemasaran dari sudut pandang penjual (4p) adalah tempat
yang strategis (place), produk yang bermutu (product), harga yang kompetitif (price) dan
promosi yang gencar (promotion). sedangkan dari sudut pandang pelanggan (4c) adalah
kebutuhan dan keinginan pelanggan (customer needs and wants), biaya pelanggan (cost to
customer), kenyamanan (convenience) dan komunikasi (comunication). tujuan akhir dan
konsep, kiat dan strategi pemasaran adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya "total
customer satisfaction".

ada hubungan erat antara mutu suatu produk dengan kepuasan pelanggan serta
keuntungan industri. mutu yang lebih tinggi menghasilkan kepuasan pelanggan yang lebih
tinggi, sekaligus mendukung harga yang lebih dan sering juga biaya lebih rendah. eksekutif
puncak masa kini melihat tugas meningkatkan dan mengendalikan mutu produk sebagai
prioritas utama, sehingga setiap industri tidak punya pilihan lain kecuali menjalankan
manajemen mutu total "total quality management".

C. Harga
penetapan harga merupakan salah satu fungsi yang penting dalam pemasaran. pada
saat perusahaan menyusun program pemasaran, perusahaan dapat bersaing atas dasar harga
ataupun bukan harga. menurut anindita (2004), konsep harga, nilai dan utiliti saling
berhubungan dalam teori ekonomi. utiliti adalah atribut dari produk yang mampu untuk
memuaskan keinginan konsumen, sedangkan nilai (value) adalah ekspresi dari suatu yang
mempunyai daya tarik untuk dapat dipertukarkan dengan produk lain. harga merupakan
variabel dalam pertukaran, penetapan harga merupakan faktor penentu terhadap
permintaan produk. tetapi, harga bukan merupakan satu-satunya faktor penentu kesuksesan
produk, demikian juga dalam perpindahan dari satu merek ke merek lain. perbedaan harga
antar merek amdk yang ada di pasar tidak begitu mencolok karena setiap merek tersebut
menerapkan strategi going rate pricing (harga yang sedang berlaku), yaitu penetapan harga
sama atau persentase tertentu dibawah atau diatas harga pesaing. namun demikian, harga
menjadi penentu dalam persaingan antar merek. daftar harga produk amdk dapat dilihat
pada tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Daftar Harga AMDK ukuran botol di Pasar.


Nama Produk Amdk Harga
le minerale Rp. 2.500
aqua Rp. 3000
vit Rp. 2.500
ades Rp. 2.500
D. Definisi Dan Pengertian Merek
menurut kotler (1999), merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau
kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa
dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.
menurut aaker (1997), sebuah merek diartikan sebagai sebuah logo, cap atau kemasan yang
diberikan untuk memberi nama atau simbol dengan tujuan menunjukan adanya suatu
perbedaan. jadi suatu merek yang melekat pada produk adalah sesuatu yang membuat
produk tersebut berbeda dan lebih muda dikenali oleh konsumen. menurut kotler (1999),
merek juga memiliki definisi pokok yaitu :

1. merek (brand) yaitu suatu nama, istilah, tanda, lambang atau desain, atau gabungan
semua yang diharapkan mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau
sekelompok penjual dan diharapkan akan membedakan barang atau jasa dari
produk-produk milik pesaing.

2. nama merek (brand mark) yaitu sebagian dari merek dan yang dapat diucapkan.
misalnya nivea, toyota, ferrari, american express.

3. tanda merek dagang (trade mark) yaitu merek atau sebagian dari merek yang
dilindungi oleh hukum, karena kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang
istimewa. tanda dagang ini melindungi penjual dengan hak istimewanya untuk
menggunakan nama merek dan atau tanda merek.

4. hak cipta (copyright) yaitu hak istimewa yang dilindungi undangundang untuk
memproduksi, menerbitkan, dan menjual karya tulis, karya musik atau karya seni.
E. Peranan Merek
keputusan pertama yang harus diambil oleh suatu perusahaan adalah perlu atau
tidaknya suatu merek tertentu bagi suatu produksinya. produsen yang memutuskan untuk
memberikan merek pada hasil-hasil produksinya memiliki konsekuensi bahwa perusahaan
akan menghabiskan biaya lebih banyak untuk pengemasan, pelabelan, dan perlindungan
hukum. selain itu keputusan tersebut juga mengandung resiko bahwa produksinya
kemungkinan besar tidak dianggap memuaskan oleh pembeli (kotler, 1999). menurut
kotler (1999), produsen perlu memberikan nama merek pada produk mereka karena
pemakaian merek memberikan beberapa keunggulan bagi produsen yaitu :

11
12

1. nama merek memudahkan penjual untuk mengelola pesanan. merek memperlancar


penjual dalam mencari pesanan yang mungkin salah kirim, atau menemukan
sebab-sebab bila ada tuntutan konsumen.

2. nama merek dan tanda dagang secara hukum melindungi produsen dari pemalsuan
ciri-ciri produk.

3. merek memberi penjual peluang kesetiaan konsumen pada produk. kesetiaan pada
merek tertentu berhasil melindungi produsen dari persaingan serta pengendalian
yang lebih ketat dalam merencanakan strategi bauran pemasaran.

4. merek dapat membantu penjual dalam mengelompokan pasar kedalam segmen-


segmen tertentu.

5. citra perusahaan dapat dibina dengan adanya merek yang baik. dengan membawa
nama perusahaan, merek-merek ini sekaligus mengiklankan kualitas dan besarnya
perusahaan.

semakin meningkatnya persaingan, merek memegang peranan yang sangat penting


dalam memenangkan persaingan dalam industri. perusahaan yang berhasil membangun
mereknya menjadi merek yang sangat kuat tentunya akan mampu bertahan meskipun
banyak produk yang mirip muncul di pasar. merek yang kuat akan mampu
mempertahankan tingkat penjualan dan produsen akan memperoleh tingkat harga premium
apabila pelanggan sudah mencapai pada tingkat loyalitas.

salah satu peran penting merek adalah menjembatani harapan konsumen pada saat
kita menjanjikan sesuatu pada konsumen, dengan demikian dapat diketahui adanya ikatan
emosional yang tercipta antar konsumen dengan perusahaan penghasil produk melalui
merek. pesaing bisa saja menawarkan produk yang mirip, tetapi mereka tidak mungkin
menawarkan janji emosional yang sama (durianto et all, 2001). disinilah sebenarnya
perbedaan yang terjadi antara produk dengan merek. produk adalah sesuatu yang dibuat
oleh produsen, sementara merek adalah sesuatu yang dibeli oleh konsumen, tetapi
memiliki identitas khusus. menurut durianto et all (2001), merek menjadi sangat penting
karena beberapa faktor seperti :

1. emosi konsumen kadang turun dan naik, merek mampu membuat janji emosi
menjadi konsisten dan stabil.
2. merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. dapat dilihat bahwa suatu
merek yang kuat mampu diterima di seluruh dunia dan budaya.

3. merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen. semakin kuat


suatu merek, maka semakin kuat pula interaksinya dengan konsumen dan semakin
banyak asosiasi merek yang terbentuk dalam merek tersebut.

4. merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen dan merek yang
kuat akan sanggup mengubah perilaku konsumen.

5. merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen,


sehingga dengan adanya merek, konsumen dapat dengan mudah membedakan
produk yang akan dibelinya dengan produk lain sehubungan dengan kualitas,
kepuasan, kebanggaan, ataupun atribut lain yang melekat pada produk tersebut.

6. merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaaan.


F. Loyalitas konsumen
itu membutuhkan usaha, biaya, atau pengorbanan lain.

1. satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

2. adalah pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi. namun mereka
dapat saja berpindah ke merek lain dengan menanggung switching cost.

3. likes the brand (menyukai merek)

4. adalah pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. rasa suka


didasari oleh asosiasi yang berkaitan dengan simbol, rangkaian pengalaman
menggunakan merek tersebut sebelumnya, atau persepsi kuaiitas yang tinggi.

5. commited buyer (pembeli yang berkomitmen) atau customer refferal adalah


pembeli yang setia dan memiliki kebanggaan dalam menggunakan suatu merek.
ciri yang utama dari kategori ini adalah tindakan pembeli untuk merekomendasikan
atau mempromosikan merek yang ia gunakan kepada orang lain.

menurut djatmiko (2005), lebih bernilai memiliki pelanggan yang loyal daripada
pelanggan yang hanya sekedar puas. sebab pelanggan loyal merupakan sumber pendapatan
perusahaan yang dapat diandalkan. pelanggan yang loyal terhadap produk atau jasa tertentu
sepanjang masa akan menggunakan produk atau jasa tersebut, sehingga berperan besar
terhadap pendapatan dan keuntungan perusahaan serta keberlanjutan perusahaan.

13
14

manfaat lain bagi perusahaan yang memiliki basis pelanggan yang loyal antara lain,
menjalin bisinis dengan pelanggan loyal tentu lebih mudah dan simpel karena satu sama
lain sudah saling mengenal berkat hubungan yang lama. pelanggan yang loyal juga dapat
dikuantifikasi, sehingga mempermudah perusahaan melakukan perencanaan bisnis,
misalnya menentukan kapasitas produksi, tenaga kerja, manajemen inventori dan
sebagainya. Pada Gambar 1
dapat dilihat nilai dari loyalitas merek.

Mengurangi Biaya Pemasaran

Meningkatkan Perdagangan
Loyalitas Merek

Menarik Konsumen Baru

Memberi WaktuUntuk Merespon


Ancaman Persaingan

Gambar 1. Manfaat dan Nilai Loyalitas Merek


Sumber : Simamora (2004)

persepsi terhadap kualitas secara kesuluruhan dari suatu produk atau jasa dapat
menentukan nilai dari produk atau jasa tersebut dan berpengaruh langsung kepada
keputusan pembelian konsumen dan loyalitas mereka terhadap merek. loyalitas merek ini
akan mampu memberikan gambaran tentang mungkin atau tidaknya seorang pelanggan
beralih ke merek produk yang lain, terutama jika merek tersebut terdapat perubahan baik
yang menyangkut harga maupun atribut lain.

pengelolaan dan pemanfaatan merek dengan benar akan meningkatkan loyalitas


merek, sehingga dapat menjadi aset strategis bagi perusahaan seperti mengurangi biaya
pemasaran, meningkatkan perdagangan dan memperkuat keyakinan perantara pemasaran,
menarik minat pelanggan baru serta memberi waktu untuk merespon ancaman persaingan
(durianto et all, 2001).

riset mengenai merek menjadi sangat penting, karena pada saat ini dan masa yang
akan datang persaingan pemasaran adalah persaingan antar merek. merek yang kuat dapat
dipastikan akan menguasai pasar, karena merek merupakan aset yang sangat bernilai yang
dapat digunakan untuk memprediksi kelangsungan hidup perusahaan.
G. Organoleptik
1. penilaian organoleptik
penilaian dengan indera disebut juga penilaian organoleptik atau penilaian
sensori yang merupakan suatu penilaian yang paling primitif (soekarto, 1981).
proses pengenalan atau kesadaran akan sifat-sifat benda atau komoditas, karena alat
tubuh indera mendapat rangsangan dari benda-benda, itu dikenal dengan sebutan
penginderaan (soekarto, 1981).
analisis sensori adalah suatu identifikasi atau pengukuran ilmiah analisis data
dan interpretasi atribut suatu produk yang diterima oleh lima indera, yaitu
penglihatan, penciuman, rasa, sentuhan dan pendengaran. ketika seseorang
menganalisis suatu makanan, mereka mungkin menggunakan beberapa atau semua
indera mereka, yaitu penglihatan, penciuman, rasa, pendengaran dan sentuhan
(carpenter et all, 2000).
definisi uji organoleptik menurut sensory evaluation division of the institute
of food technologist adalah suatu disiplin ilmu yang mengukur, menganalisis dan
menginterpretasikan reaksi yang timbul ketika karakteristik bahan pangan diterima
oleh indera penglihatan, penciuman, pengecap, peraba, dan pendengaran (stone et
all, 2004).
kesadaran, kesan, dan sikap terhadap rangsangan adalah suatu reaksi psikologis
atau reaksi subjektif. oleh karena itu, penilaian terhadap kesadaran, kesan, dan
sikap itu disebut juga pengukuran atau penilaian subyektif, sedangkan penilaian
suatu benda dengan menggunakan alat pengukur disebut penilaian obyektif
(soekarto, 1981). penilaian organoleptik bertujuan untuk mengevaluasi kualitas
suatu bahan makanan, air dan produk lainnya yang biasa dipergunakan oleh orang
atau dikonsumsi (meilgaard et all, 1999).

2. Parameter Uji Organoleptik


Tiga karakteristik utama bahan makanan dalam uji organoleptik adalah
penampakan, tekstur, dan flavor (aroma, rasa ketika makanan di dalam mulut,
penilaian after taste) (Carpenter et all, 2000).

a. Penampakan (Appearance)

penampakan suatu produk selain dinilai oleh mata, juga dilihat dari
persepsi terhadap tekstur dan flavor suatu produk (carpenter et all, 2000).

15
16

berikut merupakan karakteristik bahan pangan yang termasuk ke dalam


kelompok penampakan :

a) warna,

b) ukuran dan bentuk,

c) tekstur permukaan,

d) kejernihan (cairan),

e) karbonasi (minuman berkarbonat/karbonasi)

di mata konsumen, penampakan terkadang merupakan suatu


parameter yang menjadi acuan dasar dalam memutuskan untuk membeli
atau mengkonsumsi suatu barang (meilgaard et all, 1999). analisis
sensori harus memperhatikan dengan cermat setiap aspek penampakan
dari sampel (amerine et all, 1965).

warna (dan penampakan secara umum) adalah salah satu parameter


visual yang penting dalam menilai suatu makanan (francis, 1977).
bahkan, jika penampakan suatu produk tidak menarik, konsumen tidak
akan menilai produk dengan parameter yang lain (flavor dan tekstur).
konsumen akan tetap menilai penampakan/warna produk tersebut
(francis, 1977).

b. tekstur

tekstur merupakan parameter bahan pangan selain rasa dan aroma


yang dinilai berdasarkan penerimaan sensorik di dalam mulut. tekstur
dibagi menjadi tiga kategori yaitu kekentalan (untuk larutan), konsistensi
(untuk pangan semi basah), dan tekstur (untuk pangan semi basah dan
pangan kering) (meilgaard et all, 1999).

c. flavor

definisi flavor menurut british standard institution adalah : “kombinasi


rasa dan aroma yang dipengaruhi oleh perasaan sakit, panas, dingin, dan
indera perasa lainnya”. flavor memiliki peranan penting dalam
menentukan penerimaan suatu makanan (carpenter et all, 2000). flavor
merupakan atribut dalam bahan makanan, minuman, dan bumbu -bumbu
yang didefinisikan oleh Amerine et all (1965), sebagai kesatuan persepsi
yang dihasilkan dari rangsangan yang diterima oleh indera dalam saluran
pencernaan (mulut) dan saluran pernafasan. Persepsi terhadap flavor
terdiri atas banyak tahap, dimulai sebelum makanan masuk mulut, bahkan
sampai makanan dikunyah di dalam mulut (Carpenter et all, 2000).

persepsi terhadap flavor dapat dibagi menjadi tiga (carpenter et all,


2000), yaitu :

a) aroma : mencium makanan sebelum masuk ke dalam mulut,

b) flavor di dalam mulut : ketika makanan berada di dalam mulut,

c) after taste : sensasi yang diterima setelah makanan dikunyah.

d) aroma suatu makanan terdeteksi ketika bahan volatil makanan


memasuki lubang hidung dan diterima oleh sistem olfaktori.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Panelis Dalam Penilaian Organoleptik

a. Expectation Error

Informasi yang diterima panelis tentang suatu produk dalam analisis


sensori dapat mempengaruhi hasil penilaian (Poste et all, 1991). Faktor
ini dapat merusak keabsahan hasil uji yang dilakukan, namun
dihilangkan dengan cara menyimpan sampel pada tempat yang tidak
diketahui oleh panelis dan tidak memberikan informasi apapun yang
berhubungan dengan produk. Sampel juga harus diberikan kode dan
diberikan secara acak kepada panelis dalam pengujian (Meilgaard et
all, 1999). Pemberian kode ini bertujuan agar panelis tidak dapat
mengenali produk yang diberikan. Karena angka "1" atau "A” dianggap
sebagai yang terbaik oleh banyak orang, maka kode yang diberikan
terdiri dari tiga digit angka yang berbeda. Pengkodean ini dapat
membantu kerahasiaan dari suatu sampel dan mengurangi bias data
yang dihasilkan (Poste et a1l, 1991). Pada Gambar 2 dapat dilihat
contoh dari produk AMDK yang akan di ujikan kepada konsumen. Pada
gambar A adalah uji tanpa informasi merek dari produk dan pada
gambar B adalah uji dengan informasi merek dari produk yang akan
diujikan.

17
18

A B
Gambar 2 A. Sampel Amdk Tanpa Merek
B. Sampel Amdk Dengan Label Merek

b. Error of Habbituation

Manusia selalu membuat kebiasan di dalam hidupnya. Hal ini dapat


terjadi dalam analisis sensori dan menimbulkan suatu kesalahan yang
berakibat pada penyimpangan data (Meilgaard et all, 1999). Sebagai
contoh, ketika dilakukan urutan suatu produk dengan kualitas berurutan
dari yang paling baik ke yang paling buruk atau sebaliknya diujikan
kepada panelis. Dengan cara satu hari dilakukan pengujian terhadap
hanya satu kualitas produk, maka pada hari-hari selanjutnya panelis
akan memberikan kecenderungan penilaian yang sama secara terus
menerus. Hal ini terjadi karena panelis beranggapan bahwa produk
yang ditampilkan merupakan produk yang sama setiap harinya
(Meilgaard et all, 1999).

c. Stimulus Error

Kesalahan ini timbul karena hal-hal yang secara tidak langsung


mempengaruhi persepsi panelis terhadap penilaian produk. Seperti
warna kemasan yang berbeda, cara penyajian yang berbeda (Meilgaard
et all, 1999). Oleh karena kemungkinan terjadinya kesalahan ini sangat
besar, maka kondisi yang homogen untuk semua sampel mutlak
diperlukan (Poste et all, 1991).

d. Logical Error
logical error terjadi karena terdapat dua atau lebih karaktersistik produk
yang saling berhububgan erat dalam persepsi panelis. seperti bir yang
berwarna lebih pekat mempunyai rasa yang lebih enak, mayones yang
lebih gelap cenderung sudah basi. kesalahan ini dapat dikurangi dengan
cara memberikan kemasan yang berwarna atau dengan menggunakan
cahaya yang berwarna (meilgaard et all, 1999).

e. Halo Effect

Ketika lebih dari satu parameter organoleptik diujikan dalam satu waktu
yang bersamaan, nilainya akan cenderung mempengaruhi satu dengan
yang lainnya. Pengujian secara bersamaan beberapa aspek organoleptik
dan tingkat kesukaaan terhadap produk cenderung menghasilkan
kesalahan yang besar bila dibandingkan dengan pengujian secara
terpisah untuk masing-masing pengujian. Pengujian dilakukan dengan
memisahkan pengujian untuk masingmasing parameter (Meilgaard et
all, 1999).

f. Cara Penyajian Sampel (Order of Presentation of Samples)

Cara penyajian sampel yang dianjurkan untuk mengurangi terjadinya


kesalahan adalah dengan menyajikannya secara acak (urutan yang tidak
berpola). Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan kode terhadap
produk yang akan diuji (Meilgaard et all, 1999).

g. Mutual Suggestion

penilaian seorang panelis dapat dipengaruhi oleh panelis yang lain. oleh
karena itu, setiap panelis ditempatkan dalam suatu bilik yang terpisah
dari panelis yang lain. hal ini bertujuan mencegah reaksi visual (reaksi
mimik muka) dari seorang panelis yang akan mempengaruhi penilaian
panelis yang lain. berbicara dan berkomentar tentang produk yang
disajikan merupakan hal yang tidak diijinkan dalam analisis sensori
(meilgaard et all, 1999). selama uji berlangsung, sesama panelis
diminta untuk tidak mengobrol satu dengan yang lain. tempat uji
organoleptik juga harus bebas dari kebisingan dan terpisah dari ruang
preparasi (poste et all, 1991).

h. Motivasi yang Menurun (Lack of Motivation)

19
20

suasana dalam pengujian diusahakan senyaman mungkin. panelis


merasa bahwa melakukan pengujian adalah suatu hal yang penting dan
menarik. panelis dengan kondisi psikologi yang baik akan lebih efisien
untuk digunakan, dibanding panelis dengan kondisi psikologi yang
kurang baik (meilgaard et all, 1999).

4. Macam Uji Organoleptik

a. Uji Pembedaan

uji pembeda dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, namun


sebagian besar pengujian dilakukan berdasarkan tujuan dari pengujian
itu sendiri. uji pembeda dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
uji beda secara keseluruhan dan uji beda untuk atribut tertentu dalam
bahan pangan (meilgaard et all, 1999).

pada uji beda secara keseluruhan, pertanyaan yang diberikan adalah


mengenai ada atau tidak adanya perbedaan antara dua atau lebih sampel
yang diberikan. uji sensori yang termasuk ke dalam kelompok uji ini
adalah triangle test dan duo trio (meilgaard et al 1999).

pada uji beda untuk atribut tertentu, pertanyaan yang diberikan adalah
pertanyaan tentang tingkatan suatu atribut dalam beberapa sampel
bahan pangan. beberapa uji yang termasuk ke dalam kelompok uji ini
adalah uji perbandingan berpasangan dan n-afc test (alternative forced
choice). skala yang diberikan adalah ranking, skala garis dan magnitude
estimation (me) (meilgaard et all, 1999).

b. Uji Penerimaan

kelompok uji penerimaan juga disebut "acceptance test" atau


"preference test" (soekarto, 1981). uji penerimaan menyangkut
penilaian seseorang akan suatu sifat atau kualitas suatu bahan yang
menyebabkan orang menyenangi. jika pada uji pembedaan, panelis
mengemukakan kesan tentang adanya perbedaan tanpa disertai kesan
senang atau tidak. maka pada uji penerimaan, panelis mengemukakan
tanggapan pribadi yaitu kesan yang berhubungan dengan kesukaan atau
tanggapan senang atau tidaknya terhadap sifat sensorik atau kualitas
yang dinilai (soekarto, 1981).
uji hedonik memperlihatkan respon seseorang akan suatu produk.
respon ini erat kaitannya dengan kesukan dan ketidaksukaan terhadap
suatu produk.

uji ini juga meliputi banyak kebiasaan manusia seperti memilih diantara
dua atau lebih barang, tingkat kesukaan terhadap suatu produk,
frekuensi konsumsi produk (moskowitz, 1983).

uji hedonik dapat mewakili komponen penting respon manusia terhadap


produk makanan yang biasanya kita makan (misal : larutan gula, aroma
vanili) (carpenter et all, 2000). uji hedonik meliputi kesukaan dan
ketidaksukaan manusia yang terdiri dari berbagai macam kebiasaan,
seperti memilih diantara dua atau lebih produk, membuat tingkat
kesukaan terhadap produk, frekuensi konsumsi produk, dan kebiasaan
lain dimana seseorang harus memilih suatu produk (carpenter et all,
2000).

dengan adanya skala hedonik itu, sebenarnya uji hedonik secara tidak
langsung juga dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan (soekarto,
1981). oleh karena itu, maka uji hedonik paling sering digunakan untuk
menilai secara organoleptik terhadap komoditas sejenis atau produk
pengembangan (soekarto, 1981).

c. Uji Deskriptif

analisis deskriptif meliputi uji pembedaan dan deskripsi secara


kualitatif dan kuantitatif dari parameter organoleptik dari suatu jenis
produk oleh 5-100 orang panelis terlatih. panelis dalam uji ini harus
dapat mengetahui dan menjelaskan parameter yang ada di dalam
produk. aspek yang harus dijelaskan antara lain penampakan, aroma,
rasa dan tekstur (meilgaard et all, 1999).

aspek kualitatif dari bahan pangan harus dijelaskan secara kuantitatif,


tentang seberapa besar atau seberapa kuat aspek tersebut. aspek
kualitatif yang dinilai adalah penampakan, aroma, flavor, tekstur yang
berbeda antar produk. panelis untuk uji ini harus belajar untuk
membedakan dan menilai seberapa kuat intensitas suatu karakteristik
dalam produk (meilgaard et all, 1999).

21
22

d. Uji Konsumen

tujuan utama dari uji konsumen adalah untuk mengetahui secara


langsung respon individu (preference dan penerimaan) atau konsumen
yang potensial, pengembangan produk atau karakteristik tertentu dari
suatu produk (meilgaard et all, 1999).

faktor-faktor yang mendorong dilakukannya uji konsumen antara lain:

e. Biaya produksi,

a) optimalisasi produk (perbaikan produk),

b) pengembangan produk baru,

c) penilaian potensi pasar,

d) melihat kategori produk,

e) mendukung periklanan.

5. Panelis

a. Pencicip Perorangan

pencicip perorangan ini mempunyai kepekaan yang sangat tinggi, jauh


melebihi kepekaan rata-rata manusia. tingkat ini diperoleh disamping
dari pembawaan lahir, tetapi juga karena latihan dan pengalaman yang
lama. ketajaman atau kepekaan ini biasanya hanya terhadap satu jenis
komoditas (soekarto, 1981).

b. Panelis Pencicip Terbatas

untuk menghindari ketergantungan pada seorang pencicip perorangan,


maka beberapa industri menggunakan 3-5 orang penilai yang
mempunyai kepekaan tinggi yang disebut panelis pencicip terbatas
(soekarto, 1981).

c. Panelis Terlatih

anggota panelis terlatih lebih besar daripada panelis pencicip terbatas,


yaitu antara 15-25 orang. anggotanya diambil tidak hanya personel
laboratorium, tetapi dapat pula dari karyawan atau pegawai lain. tingkat
kepekaan yang diharapkan tidak perlu setinggi panelis pencicip
terbatas, sedangkan tugas penilaian dan tanggung jawabnya tidak
sebesar panelis pencicip terbatas (soekart,o 1981). panelis terlatih
adalah golongan panelis yang paling sering digunakan dalam uji
deskriptif. Hal ini disebabkan oleh kemampuan panelis terlatih yang
lebih baik dalam mendeskripsikan perbedaan diantara beberapa sampel
(Carpenter et all, 2000).

d. Panelis Tidak Terlatih

jika panelis terlatih biasanya digunakan untuk uji pembedaan


(difftrence test), maka panelis tidak terlatih digunakan untuk menguji
kesukaan (preferences test). demikian juga dalam hal pemilihan
anggota pada panelis terlatih diambil dari pegawai, sedangkan pada
panelis tidak terlatih diambil dari luar. pemilihan yang dilakukan bukan
terhadap kepekaan calon anggota tetapi pemilihan itu lebih
mengutamakan segi sosial seperti latar belakang pendidikan, asal
daerah, kelas ekonomi dalam masyarakat dan sebagainya (soekarto,
1981).

e. Panelis Konsumen

panelis ini biasanya mempunyai anggota yang besar jumlahnya, yaitu


301000 orang. pengujiannya biasanya mengenai uji kesukaan
(preference tets) dan dilakukan sebelum pengujian pasar. hasil uji
kesukaan dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu jenis
makanan dapat diterirna oleh masyarakat. akan tetapi, uji dengan
panelis konsumen tidak menggambarkan kesediaan konsumen untuk
membeli makanan itu (soekarto, 1981).

panelis konsumen yang digunakan dikelompokkan lagi menjadi


beberapa kelompok yang berbeda, untuk digunakan pada pengujian
produk yang berbeda pula (meilgaard et all, 1999).

pembagian kelompok panelis konsumen berdasarkan:

a) frekuensi mengonsumsi produk jarang (ringan), sering (sedang),


sangat sering (berat);

23
24

b) remaja (12-19 tahun), muda (20-35), di atas 35 tahun, dan di atas


40 tahun;

c) jenis kelamin, panelis jenis kelamin tertentu tidak dapat digunakan


untuk menilai suatu jenis produk yang lebih sering dikonsumsi oleh
jenis kelamin yang lain;

d) tingkat pendapatan, faktor ini juga mempengaruhi seseorang dalam


membeli barang;

e) kondisi geografis tempat tinggal;

f) asal negara, daerah asal, ras (suku bangsa), agama, tingkat


pendidikan, pekerjaan.

selain faktor-faktor tersebut masih ada faktor-faktor lain yang dapat


dijadikan acuan dalam pembagian kelompok panelis konsumen seperti
status perkawinan, jumlah dan umur anak dalam keluarga, dan lain-lain.

f. Panelis Agak Terlatih

diantara panelis terlatih dan panelis tidak terlatih terdapat suatu panelis
yang disebut panelis agak terlatih (soekarto, 1981). panelis dalam
kategori ini mengetahui sifat-sifat sensorik dari contoh yang dinilai
karena mendapat penjelasan atau sekedar latihan. tetapi latihan yang
diterima tidak cukup intensif dan tidak teratur, karena itu belum
mencapai tingkat sebagai panelis terlatih (soekarto, 1981).

termasuk dalam kategori panelis agak terlatih adalah sekelompok


mahasiswa dan atau staf peneliti yang dijadikan panelis secara musiman
atau kadang-kadang. mereka tidak diberi latihan rutin seperti pada
panelis terlatih (soekarto, 1981).

g. Sistem Pendukug Keputusan

pada dasarnya, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan


sistematis pada hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta,
penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan pengambilan
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling
tepat (suryadi dan ramdhani, 1998). pada sisi lain, pembuat
keputusan kerap kali dihadapkan pada kerumitan dalam lingkup
pengambilan keputusan dengan data yang begitu banyak. untuk
kepentingan itu, sebagian besar pembuat keputusan dengan
memperhitungkan rasio manfaat/biaya dihadapkan pada suatu
keharusan untuk mengandalkan seperangkat sistem yang mampu
memecahkan masalah secara efektif dan efisien yang kemudian disebut
sistem pendukung keputusan (spk) (suryadi dan ramdhani, 1998).

persoalan pengambilan keputusan pada dasarnya adalah bentuk


pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih, yang
prosesnya melalui mekanisme tertentu dengan harapan akan
menghasilkan sebuah keputusan terbaik (suryadi dan ramdhani, 1998).
pengambil keputusan dapat membuat keputusan dengan menggunakan
satu atau beberapa pertimbangan berikut (suryadi dan ramdhani,
1998):

a) Fakta

seorang pengambil keputusan yang selalu bekerja secara


sistematis akan mengumpulkan semua fakta mengenai suatu
masalah dan hasilnya adalah kemungkinan keputusan akan lahir
dengan sendirinya. artinya, fakta itulah yang akan memberi petunjuk
keputusan apa yang akan diambil.

b) Pengalaman

seorang pengambil keputusan harus dapat memutuskan


pertimbangan pengambilan keputusan berdasarkan pengalamannya.
namun, perlu diperhatikan bahwa peristiwa-peristiwa yang lampau
tidak akan pernah sama dengan peristiwa pada saat ini. oleh sebab
itu, penyesuaian terhadap pengalaman seorang pengambil keputusan
senantiasa diperlukan.

h. Hasil Penelitian Terdahulu

a) Penelitian Terdahulu Mengenai AMDK

penelitian terhadap amdk telah banyak dilakukan, namun


penelitian tentang amdk dari segi tingkat kesukaan dan loyalitas
belum pernah dilakukan. penelitian ini perlu dilakukan karena

25
26

industri amdk terus berkembang pesat. seiring dengan kebutuhan


konsumen untuk mengkonsumsi amdk menunjukan peningkatan
setiap tahunnya. penelitian terhadap amdk diantaranya dilakukan
oleh enyta (2004), dalam penelitianrya yang berjudul analisis
ekuitas merek amdk di kota bogor. tujuannya adalah untuk
menganalisis tingkat asosiasi merek dan tingkat kesadaran merek
yang dihasilkan produk amdk, selain itu juga untuk menganalisis
persepsi konsumen terhadap kualitas merek produk amdk dan
menganalisa tingkat loyalitas merek yang dihasilkan pada produk
amdk.

dari penelitian enyta ini dapat disimpulkan bahwa merek aqua


secara umum mendapatkan tempat yang lebih baik pada elemen
kesadaran merek (brand awareness). merek aqua juga memiliki
kondisi yang cukup baik pada elemen loyalitas merek (brand
loyalty) dengan persentase switcher/price buyer yang paling kecil.
secara menyeluruh bahwa penelitian ekuitas merek produk amdk ini
menyatakan bahwa merek aqua memiliki ekuitas yang paling kuat
diantara merek lainnya. amdk merek lainnya diusahakan untuk
memperkuat ekuitas mereknya dengan menerapkan strategi
pemasaran yang efektif. metode yang digunakan dalam penelitian
tersebut adalah importance and performance analysis dan brand
switching pattern matrix, sedangkan data yang tidak dianalisis
dengan instrumen tersebut dianalisis secara deskriptif.

i. Penelitian Terdahulu Mengenai Loyalitas Konsumen

penelitian mengenai loyalitas konsumen telah dilakukan oleh novindra


(2003), dengan judul hubungan experiental marketing dan emotional
branding dengan loyalitas konsumen susu kental manis indomilk pada
pt indomilk. dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara experiental marketing dan
emotional branding yang dilakukan pt indomilk dengan loyalitas
konsumen skm indomilk di kota bogor. disamping itu, hubungan
tersebut memiliki nilai korelasi positif. ini berarti semakin banyak
experiental marketing dan emotional branding yang diterapkan, maka
semakin tinggi pula tingkat loyalitas yang diberikan konsumen.

27
28

VARIABEL OPERASIONAL
Variabel Dimensi Indikator
1. Jumlah Konsumsi
Perhari.
2. Tempat Membeli.
3. Jumlah Uang Saku
Yang Dikorbankan
Dalam Pembelian
Mahasiswa Tk.1 Sampai Amdk.
Kesukaan Konsumen
Terhadap Produk Amdk
Dengan Tk.3. Non 4. Produk Amdk Yang
Reguler. Sering Dikonsumsi.
5. Manfaat Konsumsi
Produk Amdk.
6. Kesadaran Diri
Pribadi.
7. Dipengaruhi Oleh
Orang Lain.
QUISIONER/PERTANYAAN KEPADA RESPONDEN
Penilaian ( Checklist √)
N0 Uraian
Sangat Setuju Setuju Kadang Tidak Setuju
Apakah Anda
1 Menkonsumsi Air
Mineral
Produk Aqua Lebih
2
Sering Di Konsumsi.
Produk Vit Sering Di
3
Konsumsi
Produk Le-Minerale
4
Sering Di Konsumsi
Produk Ades Sering Di
5
Konsumsi
Lebih Dari Satu Kali
6 Sehari Membeli Produk
Amdk
Membeli Produk Amdk
7 Di Warung/Produsen
Terdekat
Anda Menghabiskan
8 Uang Saku Dalam
Membeli Produk Amdk
Produk Amdk Sangat
9
Mudah Dan Murah
Produk Amdk Sangat
Berpengaruh Dalam
10
Kegiatan Anda Sehari –
Hari.
Anda Tahu Tentang
11
Kebutuhan Tubuh
Iklan Produk Amdk
12 Sangat Variatif Dan
Kreatif.

29
30

KESIMPULAN / SARAN
A. KESIMPULAN
berdasarkan hasil penelitian dan pengelolaan data yang diperoleh tentang analisis
kedukaan konsumen terhadap produk amdk, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai
berikut :

1. air mineral yang dikemas dan di inovasikan sedemikian rupa sangat berpengaruh
dalam kehidupan kita.salah satu nya merubah pola hidup konsumen dalam segi
kesadaran kesehatan diri pribadi yang sangat mudah,murah dengan diiringi
teknologi dan kemajuan zaman.

2. konsumen sangat memperhatikan citra merek,kesadaran merek terhadap produk


yang ia konsumsi.

3. iklan sangat berpengaruh dalam keputusan pembelian konsumen.

4. produk top selling yaitu aqua dan le minerale.

5. konsumen cenderung membeli produk amdk di warung / produsen terdekat.

6. konsumen tidak menghabiskan uang sakunya untuk membeli produk amdk.


B. SARAN
dari kesimpulan diatas ada beberapa saran sebagaimana menjadi evaulasi semua
pihak :

1. Produk amdk sudah sangat baik dalam pemasaran seperti produsen aqua,vit,le-
minerale, dan ades ,pertahankan hal terebut karna kalian mempunyai pangsa pasar
yang sangat besar.

2. Selalu ber inovasi untuk meraih hati konsumen sesuai dengan teknologi dan
perkembangnan jaman.

3. Pertahankan promosi lewat media.

4. Perbanyak distirbutor di setiap wilayah dan daerah hingga merata dan tahu tentang
produk amdk.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Arif Affandi Margolang. F34102027. Analisis Tingkat Kesukaan


Terhadap Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Di bawah bimbingan Muhammad Romli
dan Suprihatin. 2009.

31

You might also like