You are on page 1of 6

Volume 2 Nomor 1 Februari 2013 KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor
hlm. 250-255
Info Artikel:
Diterima01/01/2013
Direvisi12/01/2013
Dipublikasikan 01/03/2013

KOMPETENSI PROFESIONAL DALAM PERSPEKTIF KONSELOR SEKOLAH DAN


PERANANNYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SMA NEGERI SE-KOTA PADANG

Jumail

Abstract: Seeing to the accident happened in the field, the professional competence of school
counselors was not optimal yet. It was seen that many of them were not Strata 1 (S1) of guidance and
counseling. In fact, they did not have competence such as the knowledge of concept and technique in
giving counseling to students. As an effect of the problem, the students did not like to share their
problem to the school counselors. The purpose of the research did not only describe the professional
competence in perspective of school counselors but also see the role of professional competence of
school counselors against the service of guidance and counseling that was given to the student. This
research used quantitative method with descriptive approaches. Next, the instruments of the
research were close questionnaire and interview. The questionnaire used the model of Likert scale
and for the interview, the data was analyzed to use the percentage techniqu. The result of this
research explained that the professional competence of school counselors related. in middle
category. Besides, the research could be a basic for the next research with focusing on one of
variable.

Keyword: Kompetensi, Profesional, Konselor Sekolah.

PENDAHULUAN konseling di sekolah merupakan tugas pokok


Konselor sekolah adalah penyelenggara konselor (guru BK) di sekolah.
kegiatan konseling di sekolah. Istilah konselor Berkenaan dengan peranan konselor di
secara resmi digunakan dalam Undang-Undang sekolah, maka dibutuhkan kompetensi yang
Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 6 dengan memadai dari seorang konselor sehingga
menyatakan “konselor adalah pendidik” dan peranan konselor di sekolah dapat berjalan
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional sesuai dengan apa yang diinginkan. Sesuai
Nomor 22 Tahun 2005 menyatakan konselor dengan Permendiknas No. 27 Tahun 2008
adalah pelaksana pelayanan konseling di sekolah tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
yang sebelumnya menggunakan istilah BP, guru Kompetensi Konselor (SKAKK) dijelaskan
BP/BK dan guru pembimbing. Untuk itu bahwa kualifikasi akademik konselor dalam
konselor sekolah mempunyai tugas, tanggung satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal
jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam adalah Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang
pelayanan konseling terhadap sejumlah siswa. bimbingan konseling.
Secara umum tugas konselor sekolah adalah Sementara rumusan kompetensi konselor
bertanggung jawab untuk membimbing, dikelompokan dalam empat kompetensi, yaitu
membina dan membantu siswa sehingga kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
memiliki kepribadian yang matang dan kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
mengenal potensi dirinya secara menyeluruh. Kompetensi konselor tersebut seyogianya
Bimbingan dan konseling merupakan diaplikasikan dalam pelaksanaan pelayanan
bagian yang integral dari keseluruhan bimbingan dan konseling, sehingga pelayanan
pendidikan di sekolah yang berupaya untuk konseling dapat berjalan dengan efektif dan
membantu siswa memahami diri, menyesuaikan efisien.
diri, memecahkan masalah, membuat pilihan dan Menurut Dewa Ketut Sukardi dan Desak
merealisasikan dirinya dalam kehidupan nyata Nila Kusmawati (2008:30) citra bimbingan dan
serta mengembangkan potensi yang dimilikinya konseling semakin diperburuk dengan masih
untuk mencapai perkembangan optimal. adanya konselor sekolah yang kinerjanya tidak
Prayitno (2009:10) menyatakan bahwa profesional. Mereka masih lemah dalam: 1)
penyelenggaraan layanan bimbingan dan memahami konsep-konsep bimbingan secara
komperhensif, 2) menyusun program bimbingan

1
Jumail, Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang ,
250
©2013 oleh Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
251

dan konseling, 3) mengimplementasikan teknik- kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli, 2)


teknik bimbingan dan konseling, 4) kemampuan bagaimana kompetensi konselor sekolah dalam
berkolaborasi dengan pimpinan sekolah atau menguasai kerangka teoretik dan praksis
guru mata pelajaran, 5) mengelola bimbingan bimbingan dan konseling, 3) bagaimana
dan konseling, 6) mengevaluasi program (proses kompetensi konselor sekolah dalam merancang
dan hasil) bimbingan dan konseling, dan 7) program bimbingan dan konseling, 4)
melakukan tindak lanjut (follow up) hasil bagaimana kompetensi konselor sekolah dalam
evaluasi untuk perbaikan atau pengembangan mengimplementasikan program bimbingan dan
program. konseling yang komprehensif, 5) bagaimana
Berdasarkan wawancara (interview) kompetensi konselor sekolah dalam menilai
peneliti yang dilakukan pada tanggal 10 Maret proses dan hasil kegiatan bimbingan dan
2012 dengan seorang konselor sekolah di SMA konseling, 6) bagaimana kompetensi konselor
Negeri 2 Padang yang berpendidikan S1 sekolah dalam memiliki kesadaran dan
Bimbingan dan Konseling, diperoleh keterangan komitmen terhadap etika professional, 7)
bahwa kompetensi profesional yang dimiliki bagaimana kompetensi konselor sekolah dalam
salah seorang konselor sekolah di sekolah menguasai konsep dan praksis penelitian dalam
tersebut belum sepenuhnya optimal ini bimbingan dan konseling, 8) bagaimana peranan
dikarenakan konselor tersebut belum kompetensi profesional konselor sekolah
mengaplikasikan pelayanan sesuai dengan terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di
teknik yang baku sehingga untuk melakukan SMA Negeri Se-Kota Padang.
pelayanan bimbingan dan konseling konselor Adapun tujuan yang hendak dicapai
tersebut memilih untuk menyerahkan siswa yang adalah untuk mendapatkan deskripsi yang
datang untuk melakukan konseling kepada guru mendalam dan menyeluruh mengenai
yang berpendidikan S1 bimbingan dan kompetensi profesional konselor sekolah dan
konseling. peranannya terhadap pelayanan bimbingan dan
Senada dengan hal diatas, Konselor yang konseling di SMA Negeri Se-Kota Padang.
memiliki latar belakang pendidikan non
bimbingan konseling memiliki banyak METODOLOGI
kekurangan dalam pelayanan bimbingan Penelitian ini dilakukan dengan
konseling kepada siswa, keterangan ini di dapat menggunakan metode kuantitatif dengan
dari hasil crosscheck dengan konselor sekolah pendekatan deskriptif. Data kuantitatif mengenai
yang berpendidikan S1 Bimbingan Konseling + kompetensi profesional konselor diperoleh
PPK. Menurut keterangan konselor sekolah melalui sejumlah alat pengumpul data dan
tersebut, konselor yang berlatar belakang non dianalisis dengan rumus statistik, sedangkan
bimbingan konseling belum mampu melakukan untuk memperoleh data mengenai peranan
evaluasi di setiap akhir proses konseling kompetensi tersebut terhadap pelayanan
sehingga siswa yang melaksanakan konseling bimbingan dan konseling di sekolah, peneliti
dengan konselor tersebut mengalami menggunakan wawancara dan datanya akan
ketidakpuasan akhirnya tidak sedikit siswa yang dianalisis secara naratif untuk mendeskripsikan
datang kembali ke ruang bimbingan konseling berbagai hal yang menjadi inti penelitian.
untuk meminta masukan kepada konselor lain Adapun populasi dalam penelitian ini
yang memiliki kemampuan lebih dibanding yaitu keseluruhan konselor sekolah pada SMA
konselor tersebut. Negeri Se-Kota Padang yang berjumlah 81
Peneliti juga melakukan observasi dan orang, namun populasi yang begitu kecil maka
wawancara pada tanggal 18 Juni 2012 dengan keseluruhan populasi penelitian ini akan
konselor sekolah di dua SMA Negeri yang dijadikan sampel penelitian atau dikenal juga
berbeda di Kota Padang mengenai dengan istilah sensus. Instrumen yang digunakan
keprofesionalan dalam melaksanakan pelayanan untuk mengetahui kompetensi profesional
bimbingan dan konseling, diperoleh keterangan konselor adalah angket. Dalam hal ini peneliti
bahwa analisis kebutuhan siswa seperti AUM menggunakan angket tertutup model Skala
sering dilakukan bahkan setiap awal semester Likert. Sedangkan untuk melihat peranan
baru tetapi keterbatasan konselor sendiri yang kompetensi profesional konselor terhadap
belum sepenuhnya memanfaatkan hasil AUM pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah,
tersebut untuk kepentingan pelayanan sehingga peneliti mengadakan wawancara dengan
hanya diberikan tanpa adanya tidak lanjut dari sejumlah konselor sekolah untuk mendapat
hasil AUM tersebut. gambaran mengenai peranan kompetensi
Berdasarkan pembatasan masalah yang profesional tersebut.
dikemukakan di atas, maka masalah penelitian Data yang telah terkumpul akan dianalisis
dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) bagaimana dengan menggunakan rumus rata-rata (mean);
kompetensi konselor sekolah dalam menguasai
konsep dan praksis asesmen untuk memahami

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1 Februari 2013


252

X = ∑ Xi kesadaran dan 56 6
N komitmen
Setelah itu akan di deskripsikan secara terhadap etika
naratif dengan merujuk kepada pengkategorian profesional (14)
sebagai berikut: Menguasai
Tabel 1: Pengkategorian konsep dan
Kategori Rumusan praksis 2225 274
7 S
Sangat Tinggi ≥ (ST – I) penelitian dalam 07 7
Tinggi (ST – 2.I) – (ST – I) bimbingan dan
konseling (9)
Sedang (ST – 3.I) – ST – 2.I)
2007 247
Rendah (ST – 4.I) – (ST – 3.I) Jumlah
666 86 S
Sangat Rendah ≤ (ST – 4.I)
Keterangan:
Dari hasil rekapitulasi di atas dapat
I = (ST-SR) : 5
diketahui bahwa secara keseluruhan skor ideal
ST = Skor Tertinggi
adalah sebesar 30375, skor tertinggi 30145, skor
SR = Skor Terendah
terendah 18507, skor total 2007666, dengan skor
rata-rata pencapaian sebesar 24786. Dengan
demikian skor capaian responden berdasarkan
HASIL
indikator untuk variabel kompetensi profesional
Seteleh dilakukan pengumpulan data.
berada pada kategori sedang.
Maka hasil yang dapat di deskripsikan adalah
sebagai berikut:
PEMBAHASAN
Tabel 2: Rekapitulasi distribusi Frekuensi
Berdasarkan hasil temuan penelitian di
Kompetensi Profesional Konselor Sekolah di
atas diperoleh keterangan bahwa kompetensi
SMA Negeri Se-Kota Padang Berdasarkan
profesional dalam perspektif konselor sekolah di
Indikator
SMA Negeri Se-Kota Padang berada dalam
(N = 81)
kategori sedang.
Skor Berdasarkan hasil analisa data yang
Rat peneliti lakukan diketahui bahwa kompetensi
N Indikator a- konselor sekolah dalam menguasai konsep dan
Total Ket
o Kompetensi rat praksis asesmen untuk memahami kondisi,
a kebutuhan, dan masalah konseli berada dalam
Menguasai kategori sedang. Penguasaan konsep dan praksis
konsep dan asesmen yang belum optimal ini disebabkan
praksis asesmen karena konselor sekolah belum sepenuhnya
untuk memahami 4837 597 mampu melakukan berbagai teknik asesmen
1 S
kondisi, 32 2 dalam mengidentifikasi masalah siswa seperti
kebutuhan, dan menggunakan AUM UMUM, AUM PTSDL,
masalah konseli dan Tes Inteligensi dalam memberikan
(18) pelayanan.
Menguasai Hal ini sejalan dengan apa yang
kerangka teoretik dikatakan Suherman, dkk (2008:47) asesmen
2966 366
2 dan praksis S dilakukan untuk menggali dinamika dan faktor
22 2
bimbingan dan penentu yang mendasari munculnya masalah.
konseling (11) Hal ini sesuai dengan tujuan asesmen dalam
Merancang bimbingan dan konseling, yaitu mengumpulkan
program 2438 301 informasi yang memungkinkan bagi konselor
3 S
Bimbingan dan 10 0 untuk menentukan masalah dan memahami latar
Konseling (9) belakang serta situasi yang ada pada diri siswa.
Mengimplementa Asesmen yang dilakukan sebelum pelayanan
sikan program diberikan dapat memberi informasi yang bisa
1637 202
4 Bimbingan dan S digunakan untuk mengatasi masalah dan
01 1
Konseling yang memenuhi kebutuhan siswa.
komprehensif (6) Menurut Prayitno (1999:197)
Menilai proses pemahaman tentang siswa merupakan titik tolak
dan hasil kegiatan 2185 269 upaya pemberian bantuan terhadap siswa.
5 S
Bimbingan dan 38 8 Pemahaman tersebut tidak hanya sekedar
Konseling (8) mengenal diri siswa, melainkan lebih jauh lagi,
6 Memiliki 3787 467 S yaitu pemahaman yang menyangkut latar

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1 Februari 2013


253

belakang pribadi siswa, kekuatan dan memungkinkan kelancaran dan efektivitas


kelemahannya serta kondisi lingkungannya. pelaksanaan program yang telah direncanakan.
Asesmen yang diberikan kepada konseli Berdasarkan hasil analisa data yang
merupakan pengembangan dari area kompetensi peneliti lakukan, diketahui bahwa kompetensi
dasar pada diri konseli yang akan dinilai, yang konselor sekolah dalam menilai proses dan hasil
kemudian akan dijabarkan dalam bentuk kegiatan bimbingan dan konseling berada dalam
indikator-indikator. kategori sedang. Berkenaan dengan penilaian
Berdasarkan hasil analisa data yang bimbingan dan konseling, ABKIN (2008) telah
peneliti lakukan diketahui bahwa kompetensi memberikan kriteria-kriteria keberhasilan
konselor sekolah dalam menguasai kerangka layanan bimbingan dan konseling yaitu: 1)
teoretik dan praksis bimbingan dan konseling berkembangnya pemahaman baru yang
berada dalam kategori sedang. Menurut Shertzer diperoleh peserta didik berkaitan dengan
dan Stone (dalam W.S. Winkel, 2004:344) masalah yang dibahas, 2) perasaan positif
menjelaskan bahwa konselor yang efektif dan sebagai dampak dari proses dan materi yang
konselor yang kurang efektif dapat dibedakan dibawakan melalui layanan, dan 3) rencana
atas dasar tiga dimensi, yaitu: 1) pengalaman, 2) kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta
corak hubungan antar pribadi, dan 3) faktor- didik sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka
faktor non kognitif. mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan
Semua faktor itu ditemukan dalam masalah yang dialaminya.
gradasi yang lebih tinggi dalam profesionalisasi Berdasarkan hasil analisa data yang
konselor yang dinilai lebih efektif dalam peneliti lakukan diketahui bahwa kompetensi
pekerjaan. Untuk itu konselor sekolah dituntut konselor sekolah dalam memiliki kesadaran dan
untuk tumbuh dan berkembang, dalam komitmen terhadap etika profesional berada
pengertian ini konselor sekolah harus berusaha dalam kategori sedang. Mentaati etika dan kode
untuk terbuka guna memperluas cakrawala etik profesi merupakan salah satu wujud dari
wawasannya dan tidak merasa puas dengan apa kecintaan konselor sekolah terhadap profesinya.
yang ada dan berupaya mempertanyakan mutu Wujud dari kecintaan konselor terhadap profesi
eksistensinya di sekolah. tercermin dari cara konselor memberikan
Berdasarkan hasil analisa data yang pelayanan kepada siswa. Salah satunya
peneliti lakukan diketahui bahwa kompetensi menghilangkan yang namanya memarahi,
konselor sekolah dalam merancang program menghardik, dan memberikan hukuman.
bimbingan dan konseling berada dalam kategori Sejalan dengan itu, Menurut Martinis
sedang. Menurut M. D. Dahlan (2005:77) guru Yamin (2009:76) komitmen yang tinggi
bimbingan dan konseling/konselor sekolah dicirikan dengan tiga hal yaitu kepercayaan dan
sebelum melaksanakan tugasnya semestinya penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-
melakukan need assasment terlebih dahulu nilai organisasi, kemauan yang kuat untuk
kepada peserta didik. Hasil need assasment bekerja demi organisasi, serta keinginan yang
tersebut dianalisis dan dibuatlah sebuah satlan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.
(satuan layanan) yang berisi rencana program Berdasarkan hasil analisa data yang
baik tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, peneliti lakukan diketahui bahwa kompetensi
bahkan harian yang akan diberikan kepada konselor sekolah dalam menguasai konsep dan
peserta didik. Program bimbingan dan konseling praksis penelitian dalam bimbingan dan
disusun untuk memudahkan guru BK dalam konseling berada dalam kategori sedang.
melaksanakan pelayanan bimbingan dan Pelatihan merupakan suatu pendidikan yang
konseling kepada siswa. dilakukan melalui jalur ’dalam
Berdasarkan hasil analisa data yang jabatan’. Pelatihan didasari asumsi bahwa,
peneliti lakukan diketahui bahwa kompetensi sungguh-pun karyawan telah menjalani proses
konselor sekolah dalam mengimplementasikan orientasi ketika mulai meniti karir dan yang
program bimbingan dan konseling yang sudah lama bekerja telah memahami seluk-beluk
komprehensif berada dalam kategori sedang. pekerjaan, namun dalam praktik tidak jarang
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh muncul kebiasaan buruk dan produktifitas yang
Prayitno (2010:65) bahwa agar pelaksanaan rendah (Sudarwan Danim, 2010:39).
program kegiatan layanan bimbingan dan Dengan adanya pelatihan, seminar, loka
konseling sesuai dengan tujuan yang ingin karya, akan bisa meningkatkan kompetensi
dicapai maka diperlukan pengarahan dari konselor agar lebih profesional dalam
konselor agar terjadi suatu tata kerja yang menjalankan tugasnya. Khususnya dalam
diwarnai oleh koordinasi dan komunikasi yang pengembangan kemampuannya dengan
efektif diantara staf bimbingan dan konseling. memperbanyak melakukan penelitian dalam
Pengarahan ini juga dilakukan untuk memotivasi bidang bimbingan konseling pada khususnya
staf dalam melakukan tugas-tugasnya sehingga dan ilmu lain pada umumnya. Keterandalan dan
kemampuan konselor dalam penelitian menjadi

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1 Februari 2013


254

penting bagi profesi konselor itu sendiri, karena SARAN


secara langsung terkait dengan perolehan Kepala Dinas Pendidikan mestinya
kepercayaan publik (public trust) maupun melakukan pelatihan melalui pelaksanaan
akuntabilitas tentang kinerja dan kemampuannya MGBK guna meningkatkan kemampuan para
dalam menjalankan tugas.Berdasarkan hasil konselor sekolah mulai dari cara memahami
penelitian di atas tentang peranan kompetensi kerangka teoritik dan praksis dalam bimbingan
konselor sekolah terhadap pelayanan yang dan konseling sampai dengan
diberikan kepada siswa menunjukan bahwa, mengaplikasikannya dalam bentuk pelayanan
konselor sudah memahami dan menguasai yang akan diberikan kepada siswa.
konsep dan praktik dalam pelayanan bimbingan Kepala Sekolah harus bisa mendukung
dan konseling namun belum begitu optimal. setiap kegiatan yang dilakukan oleh konselor
Walaupun tugas konselor berupa praktik sekolah dalam meningkatkan kemampuannya
pelayanan konseling terarah kepada objek dalam memberikan pelayanan kepada siswa baik
spesifik yang tidak ditangani oleh profesi lain dari segi materi maupun moril. Kepala sekolah
namun konselor memiliki kesamaan dalam meski memberikan kesempatan kepada konselor
memberikan pelayanan kepada klien/siswa yaitu untuk dapat meningkatkan kemampuan
mengembangkan kemampuan klien/ siswa agar profesionalnya yang dilakukan melalui seminar,
mencapai perkembangan yang optimal. Konselor loka karya dan pelatihan lainnya. Hal ini akan
menangani individu normal yang tidak mampu dapat memberikan kontribusi yang positif dalam
menjalani kehidupannya sehari-hari secara hal pencapaian pelayanan bagi siswa.
efektif (Prayitno, 2009:34). Gangguan terhadap Konselor harus selalu meningkatkan
kehidupan efektif sehari-hari (KES) inilah yang kemampuannya dalam menguasai konsep dan
menjadi objek spesifik pelayanan konseling. praksis asesmen untuk memahami kondisi,
Bermodalkan ketrampilan dan keahlian, seorang kebutuhan, dan masalah konseli. Hal itu bisa
konselor sekolah mempunyai posisi atau nilai dilakukan dengan banyak melakukan pelatihan
lebih dalam kecakapan tertentu, sehingga akan berupa penggunaan alat tes baru yang dapat
kompeten atau mampu memberikan bantuan mengidentifikasi apa saja kebutuhan siswa
dalam menyelesaikan suatu masalah kepada sebelum merancang program bimbingan dan
yang membutuhkan. konseling. Konselorpun mesti mempunyai niat
untuk melaksanakan dengan seoptimal mungkin
SIMPULAN DAN SARAN tugas dan tanggung jawabnya serta selalu
Berdasarkan temuan dan pembahasan memiliki kesadaran dan komitmen terhadap
hasil penelitian, maka dapat dibuat kesimpulan pekerjaannya. Konselor hendaknya
sebagai berikut: 1) kompetensi professional mengaplikasikan komitmennya dalam bentuk
konselor sekolah dalam menguasai konsep dan pelayanan yang bermanfaat bagi siswa dengan
praksis asesmen untuk memahami kondisi, berlandaskan teori dan praktik layanan yang
kebutuhan, dan masalah konseli berada dalam sudah konselor dapatkan. Kode etik yang sudah
ketegori sedang, 2) kompetensi professional dituangkan dalam undang-undang profesi
konselor sekolah dalam menguasai kerangka konselor harus di hormati, di junjung tinggi, dan
teoretik dan praksis bimbingan dan konseling di laksanakan dalam kegiatan bimbingan
berada dalam kategori sedang, 3) kompetensi konseling sehari-hari.
professional konselor sekolah dalam merancang Kepada Dosen bimbingan konseling
program bimbingan dan konseling berada dalam sebagai pencetak konselor baru dalam bidang
ketegori sedang, 4) kompetensi professional bimbingan konseling dapat kiranya meluangkan
konselor sekolah dalam mengimplementasikan waktu untuk dapat memberikan pelatihan kepada
program bimbingan dan konseling yang para konselor sekolah, khususnya menguasai
komprehensif berada dalam ketegori sedang, 5) konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan
kompetensi professional konselor sekolah dalam dan konseling. Hal ini Agar para konselor lebih
menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan matang konsep serta praktik dalam pelayanan
konseling berada dalam ketegori sedang, 6) yang akan diberikan kepada siswa dan bisa
kompetensi professional konselor sekolah dalam menjadi konselor yang professional, tidak hanya
memiliki kesadaran dan komitmen terhadap sekedar menguasai konsep bimbingan konseling
etika profesional berada dalam ketegori sedang, tapi juga mampu dalam mengimplementasikan
7) kompetensi professional konselor sekolah ke dalam bentuk tindakan nyata berupa
dalam menguasai konsep dan praksis penelitian ilmiah.
penelitian dalam bimbingan dan konseling Peneliti selanjutnya dapat dijadikan
berada dalam ketegori sedang. Sedangkan sebagai dasar penelitian lanjutan dengan lebih
peranan kompetensi profesional sendiri memiliki memfokuskan satu sub variabel penelitian atau
peranan yang besar dalam mewujudkan indikator. Serta menggunakan alat tes lainnya
pelayanan yang optimal kepada siswa. agar lebih memperdalam informasi yang akan
diteliti.

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1 Februari 2013


255

Pendidikan Profesi Konselor. Jurusan


DAFTAR RUJUKAN Bimbingan dan Konseling. Padang :
A. Muri Yusuf. 1996. Teknik Analisa Data. FIP UNP.
Padang: FIP UNP. Ridwan. 2004. Penanganan Efektif Bimbingan
____________. 2005. Dasar Dasar dan Teknik Konseling di Sekolah. Yogyakarta :
Evaluasi Pendidikan. Padang: UNP Pustaka Pelajar.
Press. Riduwan. 2008. Belajar Mudah Penelitian:
Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Ahmad Juntika Nurihasan. 2005. Strategi
Pemula. Bandung: CV. Alfabeta.
Layanan Bimbingan dan Konseling.
Robert L Gibson & Marianne. 2011. Bimbingan
Bandung: Refika Aditama
dan Konseling. Yogyakarta Pustaka
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
Pelajar.
(ABKIN) Kerjasama dengan Direktorat
Slameto. 1988. Bimbingan di Sekolah. Jakarta:
Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Bina Aksara.
Direktorat Jenderal Manajemen
Sudarwan Danim.2010. Profesionalisasi dan
Pendidikan Dasar dan Menengah. 2008.
Etika Profesi Guru. Bandung; Alfabeta.
Penegasan Profesi Bimbingan dan
Suherman, dkk. (2008). Bimbingan &
Konseling: Alur Pikir Penataan
Konseling: Konsep &
Pendidikan Profesional Konselor dan
Aplikasi.Bandung: Jurusan Psikologi
Layanan Bimbingan dan Konseling
Pendidikan dan Bimbingan, Universitas
dalam Jalur Pendidikan Formal.
Pendidikan Indonesia.
Online: Tanggal 12 November 2012.,
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan
Jam 16.00 WIB.
Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Dewa Ketut Sukardi & Desak Nila Kusmawati.
Sunaryo Kartadinata. 2003. “Kebijakan, Arah,
2008. Proses Bimbingan dan Konseling
dan Strategi Pengembangan Profesi
di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Bimbingan dan Konseling di Indonesia,
E. Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan
dalam Profesi Bimbingan dan
Sertifikasi Guru. Bandung : PT Remaja
Konseling Indonesia Menuju ke arah
Rosda Karya.
Standar Internasional”. Bandung:
Jamal Ma’mur Asmani. 2010. Panduan Efektif
Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
Indonesia bekerjasama dengan
Yogyakarta: DIVA Press.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Mamat Supriatna. 2011. Bimbingan dan
Online: Tanggal 12 November 2012.,
Konseling Berbasis Kompetensi.
Jam 16.00 WIB.
Jakarta: Rajawali Press
Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan. 2008.
Martinis Yamin. 2009. Profesionlisme Guru &
Landasan Bimbingan dan Konseling.
Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung
Bandung: PT Remaja Rosda.
Persada Press.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di
Moh. D. Dahlan. 2005. Pendidikan dan
Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT
Konseling di Era Global: dalam Raja Grafindo Persada.
Perspektif Prof.Dr.M.Djawad Dahlan. UU No. 20 tahun 2003, tentang Sistem
Bandung: RIZQI press. Pendidikan Nasional. Jakarta:
Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang Depdiknas.
Standar Kualifikasi Akademik dan W.S. Winkel 2004. Bimbingan dan Konseling di
Kompetensi Konselor. Jakarta: Institusi Pendidikan. Yogyakarta:
Depdiknas. Media Abadi.
Prayitno. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.
_______. 2010. Penilaian Kinerja Konselor,
Kompetensi dan Indikatornya. Program

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1 Februari 2013

You might also like