You are on page 1of 73

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan
yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi
merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui atau
tanpa gejala sama sekali, hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap
beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan
ginjal. Di seluruh dunia hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius
disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat dimasa yang
akan datang karena tingkat keganasanya yang tinggi berupa kecacatan permanen dan
kematian mendadak. Kehadiran hipertensi pada kelompok dewasa muda akan sangat
membebani perekonomian keluarga, karena biaya pengobatan yang mahal dan
membutuhkan waktu yang panjang bahkan sampai seumur hidup.
Hipertensi saat ini masih menjadi faktor risiko kematian tertinggi di seluruh dunia.
Data yang dikumpulkan dari berbagai literature menunjukan jumlah penderita
hipertensi dewasa diseluruh dunia pada tahun 2000 adalah 957-987 juta orang.
Prevalensinya diduga akan semakin meningkat setiap tahunnya sampai
mencapai angka 1,56 milyar (60% dari populasi dewasa dunia) pada tahun 2025.
WHO menetapkan hipertensi sebagai faktor risiko nomor tiga penyebab
kematian didunia dan bertanggung jawab terhadap 62% timbulnya kasus stroke 49%
timbulnya serangan jantung dan tujuh juta kematian premature tiap tahunnya.
Di dunia, hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita
hipertensi. Tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis yang bisa merusak organ
tubuh manusia. Setiap tahun darah tinggi menjadi penyebab 1 dari 7 kematian (7 juta
pertahun) di samping menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak dan ginjal.
(Depkes RI, 2007).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dari 70% penderita
hipertensi yang di ketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5%

1
yang diobati dengan baik (adequately treated cases) diperkirakan sampai tahun 2025
tingkat terjadinya tekanan darah tinggi akan bertambah 60%, dan akan mempengaruhi
1,56 milyar penduduk di seluruh dunia.. (Depkes RI, 2007).
Menurut AHA (American Heart Assosiation) di Amerika tekanan darah tinggi
ditemukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 285 atau 59 juta orang
mengidap hipertensi. Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya
yang mengetahui keadaanya dan hanya 61% medikasi, dari penderita yang mendapat
medikasi hanya satu pertiga mencapai target darah yang optimal/normal.
Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES)
menunjukan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa
adalah sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-65 juta penderita hipertensi di
Amerika dan terjadi peningkatan 15 juta dari NHANES tahun 1988-1991).
Di Amerika 15% golongan kulit putih dewasa dan 25-35% golongan kulit
hitam adalah penderita hipertensi. Angka kejadian hipertensi tahun 1997 adlah 4.400
per 100.000 penduduk. Insiden tertinggi adalah dikalangan kaum Melayu dan diikuti
kaum Cina dan India. (Suparman, 1998).
Di negara maju, pengendalian hipertensi juga belum memuaskan bahkan di
banyak Negara pengendalian tekanan darah hanya 8% karena menyangkut banyak
faktor dari penderita, tenaga kesehatan, obat - obatan maupun pelayanan
kesehatan. Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K) seperti yang juga ahli jantung
menyatakan hipertensi sebenarnya merupakan penyakit yang dapat dicegah bila
faktor risiko dapat dikendalikan. Upaya tersebut meliputi monitoring tekanan darah
secara teratur program hidup sehat tanpa asap rokok, peningkatan aktifitas
fisik/gerakan badan diet yang sehat dengan kalori seimbang melalui konsumsi tinggi
serat, rendah lemak dan rendah garam. Hal ini merupakan kombinasi upaya mandiri
oleh individu atau masyarakat dan didukung oleh program pelayanan kesehatan yang
ada dan harus dilakukan sedini mungkin.
Di Asia penelitian di kota Taiwan, Taiwan menunjukan hasil sebagai berikut :
Penelitian pada usia diatas 65 tahun dengan kriteria hipertensi berdasarkan Jivve

2
ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4% (laki-laki 59,1%) dan perempuan
(61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnosis hipetensi adalah 91,1% (laki-laki
29,4% dan perempuan 33,1%) hipertensi yang baru terdiagnosis adalah 29,3% (laki-
laki 29,7% dan perempuan 28,8%). (Vina Ramitha, 2008).
Berdasarkan sensus nasional 2005 tingkat kejangkitan darah tinggi di
Tiongkok mencapai 18,8% bertambah 31% dibandingkan dengan tahun 1991.
(Depkes RI, 2007).
Transisi diet dan kesehatan di Indonesia sudah mengikuti negara maju. Banyak
kebiasaan makan yang telah diadopsi oleh orang Indonesia yang semakin
memperburuk keadaan status gizi. Penyakit buatan manusia (man made disease) dan
penyakit degenerative sekarang telah menjadi masalah utama kesehatan. Perubahan
pola makan sebagai gaya hidup modern dewasa ini menjurus ke sajian siap santap
yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan
(directery fiber) membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit
degeneratif seperti jantung, diabetes mellitus, aneka kanker, dan hipertensi. (Zukhair,
Alii, 2008).
Prevalensi hipertensi di Indonesia pada daerah urban dan rural berkisar antara
17-21%. Data secara nasional yang belum lengkap, sebagian besar penderita
hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi, sementara mereka yang terdeteksi umumnya
tidak menyadari kondisi penyakitnya. (Depkes RI, 2007).
Hipertensi di Indonesia terdaftar sebagai penyakit pembunuh ketiga setelah penyakit
jantung dan kanker. Hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 1995 menunjukan
prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi 83
per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya perempuan lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan dengan pria. Prevalensi di daerah luar Jawa dan Bali lebih
besar dibandingkan kedua pulau ini. Hal ini berkaitan erat dengan pola makanan
terutama konsumsi garam yang umumnya lebih tinggi di luar pulau Jawa dan Bali.
(Zukhair, Alii, 2008).

3
Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8
– 18,8% penduduk yang berusia 20 tahun adalah penderita hipertensi. Prevalensi di
Sumatera Selatan dari penelitian menunjukan angka 6,3% sampai 9,17 %. Lebih
banyak diderita oleh wanita dibandingkan laki-laki. Zukhair, Ali).
Berdasarkan data dari rekapan kunjungan pasien selama tahun 2016 tersebut
bahwa kasus penyakit tidak menular di UPTD Puskesmas Kecamatan Lawe Alas,
hipertensi termasuk 10 penyakit terbanyak.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap penderita hipertensi dengan judul Gambaran Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencegah Tidak Terkontrolnya tekanan
darah, di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Alas, Kutacane, Aceh Tenggara.

1.2 Rumusan Masalah


Belum diketahuinya Tingkat Pengetahuan, Sikap Hidup Sehat dan Tindakan Penderita
Hipertensi Guna Mencegah Terjadinya Komplikasi di Kecamatan Lawe Alas Tahun
2017.
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah pengetahuan penderita hipertensi dalam upaya mencegah tidak
terkontrolnya tekanan darah?
2. Bagaimanakah sikap penderita hipertensi dalam upaya mencegah tidak
terkontrolnya tekanan darah?
3. Bagaimanakah tindakan penderita hipertensi guna mencegah terjadinya
komplikasi?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita Hipertensi
Guna Mencegah Terjadinya Komplikasi di Kecamatan Lawe Alas Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus

4
a. Diketahuinya Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi Guna Mencegah
Terjadinya Komplikasi di Kecamatan Lawe Alas Tahun 2017.
b. Diketahuinya Sikap Hidup Sehat Penderita Hipertensi Guna Mencegah
Terjadinya Komplikasi di Kecamatan Lawe Alas Tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi
penulis dalam meneliti secara langsung di lapangan.
b. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program
internship dokter umum Indonesia.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tahu dan mengerti tentang
pengetahuan dan sikap hidup sehat pada penyakit hipertensi.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi UPTD Puskesmas Kecamatan
Lawe dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penyakit
hipertensi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di posbindu – posbindu yang berada diwilayah kerja
puskesmas lawe alas dan pojok penyakit tidak menular puskesmas kecamatan lawe
alas.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang disajikan dalam bentuk distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti menggunakan analisa univariat.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007:143) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behavior). Dari hasil pengalaman serta penelitian terbukti

6
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers
(1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku yang baru
didalam diri orang tersebut terjadi proses yang beruntun yaitu:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut
disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya) hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. (Roger, 1974).
2. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif
Menurut Notoatmodjo dalam bukunya Ilmu Kesehatan Masyarakat (1997)
pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall), terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension)

7
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar.
a. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
b. Analisis (Analysis)
Analisa merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemajuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas. (Notoatmodjo, 1993:96).

2.2 Sikap (Attitude)


Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang
sikap ini dapat dikutip sebagai berikut:
“An enduring system of positive or negative evaluations, emotional feelings, and pro
or conection tendencies will resepect to social object” (Krech et al, 1982).
“An individual’s social attitude in an syndrome of respons consistency with regard to
social objects” (Campbell, 1950).

8
“ A mental and neural state of rediness, organized through experlence, excerting
derective or dynamic influence up on the individual’s respons to all objects and
situations with which it is related” (Allport, 1954).
“Attitude with situational and other dispositional variables guides and direct the
obsert behavior of the individual” (Cardno, 1955).
Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dan perilaku yang
tertutup stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Newcomb (Notoatmodjo, 2003:131) adalah seorang ahli psikologi social menyatakan
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap
itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku
yang dibuka lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek
di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap suatu objek.
Dalam kegiatan lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok, yakni :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terahdap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude) dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan
emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkat, yakni:
1. Menerima (receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.

9
1. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan
itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
2. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
3. Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3. Praktek atau Tindakan (Practice)


Menurut Notoatmodjo (2007) suatu sikap belum otomatis terwujudnya dalam suatu
tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya suatu sikap agar menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga
diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain. Tindakan mempunyai
beberapa tingkatan, yaitu:
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (guided respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat
tiga.

10
4. Adaptasi (adaption)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah di modifikasikannya sendiri tanpa mengurangi
kebenaran tindakannya tersebut. (Notoatmodjo, 2007:150).

2.4 Konsep Hipertensi


1. Pengertian
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. Istilah “tekanan darah” berarti tekanan pada pembuluh nadi dari
peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia. Tekanan darah di bedakan antara
tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.
Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten di mana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg, pada populasi
manula hipertensi di defenisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. (Brunner & Suddarth vol 2 : 896).
Hipertensi menurut Manjoer dkk (2001) hipertensi adalah tekanan sistolik ≤ 140
mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg atau bila pasien memakai obat anti
hipertensi. Hipertensi (HTN) adalah peningkatan tekanan darah arteial abnormal yang
langsung terus-menerus (Aplikasi Klinis Patofisiologi edisi 2:1).
Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung menguncup
(sistole). Adapun tekanan darah diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung
mengendor kembali (diastole). Dengan demikian, jelaslah bahwa tekanan darah
sistolik selalu lebih tinggi dari pada tekanan darah diastolik.tekanan darah manusia
selalu berayun-ayun antara tinggi dan rendah sesuai dengan detak jantung.
Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,di mana
tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko
terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan di dapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi di peroleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah

11
akan di peroleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah di tulis
sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik,misalnya 120/80 mmHg, di
baca seratus dua puluh per delapan puluh.
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih,
tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan
sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampao usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan bahkan menurun
drastis.
Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati akan
menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1
dari setiap 200 penderita hipertensi. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang
bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah
yang jauh lebih rendah daripada orang dewasa. Tekanan darah juga diperngaruhi oleh
aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih
rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi
di waktu pagi ahri dan paling rendah pada saat tidur malam hari. Menurut The
Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7) klasifikasi tekanan darah
pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi
derajat 1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel 1 dibawah (Gray, et al.2005)

Tabel 2.1.Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik Tek


Tekanan ana
(mmHg)
n
Da
Dar
ra
N < < 80
o 12

12
Prahipertens 1 80-89
i 2
Hipertensi derajat 1 90-99
1 4
Hipertensi derajat > > 100
2 16

The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment


of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan
International Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila
tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan
diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.
Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil
dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya
tiga kali pada pengukuran yang terpisah (Bakri, 2008).

2. Penyebab Penyakit Hipertensi


Berhubung lebih dari 90% penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan oleh
hipertensi primer, maka secara umum yang disebut hipertensi primer. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan hipertensi. Faktor-faktor
tersebut antara lain faktor keturunan, ciri perseorangan dan kebiasaan hidup.
a. Faktor Keturunan
Dari data statistik terbukti seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur,
jenis kelamin dan umur yang bertambah akan menyebabkan terjadinya kenaikan
tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita. Juga
statistik di Amerika menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir
dua kali lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit putih.

13
c. Kebiasaan Hidup
Kebiasaan hirup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi, kegemukan (makan berlebihan) stres dan pengaruh lain.

a. Konsumsi garam yang tinggi


Dari data statistik ternyata dapat diketahui bahwa hipertensi jarang diderita
oleh suku bangsa atau penduduk dengan konsumsi garam yang rendah. Dunia
kedokteran juga telah membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam dapat
menurunkan tekanan darah dan pengeluaran garam (natrium) oleh obat diuretik
(pelancar kencing) akan menurunkan tekanan darah.
b. Kegemukan atau makan berlebihan
Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan berat badan sebesar 20% atau lebih
dari berat badan ideal obesitas adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang
berlebihan dengan perhitungan IMT ≥ 27,0. Pada orang yang menderita obesitas ini
organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat oleh sebab itu lebih cepat
merasa gerah dan kelelahan akibat dari obesitas para penderita cenderung menderita
penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan diabetes mellitus.
c. Stres atau ketegangan jiwa
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktifitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu) stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam rasa
takut) dapat merangsang belajar anak ginjal melepaskan hormone adrenalin dan
memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan
meningkat, jika stress berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha mengadakan
penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis, gejala yang
muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. (Anjali, Arora, 2008).
d. Pengaruh lain
Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah yaitu.

14
a. Merokok. Nikotin penyebab ketagihan merokok akan merangsang jantung,
saraf, otak dan bagian tubuh lainnya bekerja tidak normal. Nikotin juga
merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah,
denyut nadi dan tekanan kontraksi otot jantung selain itu meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung dan dapat menyebabkan gangguan irama
jantung (aritmia) serta berbagai kerusakan lainnya. (Anjali Arora, 2008)
b. Minuman beralkohol
c. Olahraga. Olahraga yang bersifat kompetensi dan meningkatkan kekuatan
dapat memacu emosi sehingga dapat mempercepat peningkatan tekanan
darah seperti tinju, panjat tebing dan angkat besi. (Kuswandi, 2004).

3. Gejala Penyakit Hipertensi


Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang
dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan
kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius
dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sering kali hipertensi disebut sebagai
silent killer karena dua hal yaitu:
a. Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus,
gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit kepala biasanya jarang
berhubungan langsung dengan hipertensi, hipertensi dapat diketahui dengan
mengukur secara teratur.
b. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar
untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan
jantung, gagal jantung dan gagal ginjal.

15
Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak terobati, bisa timbul gejala
berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Jantung berdebar-debar
4. Mual
5. Muntah
6. Sesak nafas
7. Gelisah
8. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
9. Telinga berdenging
10. Sering buang air kecil terutama di malam hari.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera. (Trisha Macnair, 2007).

4. Patosifisiologi
ACE (Angiotensin Converting Enzyme), memegang peran fisiologi penting
dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi
di hati selanjutnya oleh hormone, rennin akan diubah menjadi angiotensin 1, oleh
ACE yang terdapat di paru-paru angiotensin 1 diubah menjadi angiotensin II (peranan
kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
a. Meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADH) dan rasa haus, ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitasi) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH sangat
sedikit urin yang dieksresikan keluar tubuh sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya untuk mengencerkanya volume cairan ekstraseluler akan

16
ditingkatkan dengan cara menarik cairan di bagian intra seluler akibatnya volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekrsi aldosteron dari korteks adrenal, aldosteron merupakan
hormone steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi eksresi NaCl dengan
cara mengabsorbsinya dari tubulus ginjal. Naiknya kosentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstra seluler yang
pada giliranya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. (Astawan, 2005).

5. Penatalaksaan
Bagi penderita tekanan darah tinggi penting mengenal hipertensi dengan
membuat gaya hidup positif. Jika anda baru saja menemukan tekanan darah anda
tinggi atau tidak normal, tidak perlu khawatir ada 7 langkah untuk mengatasinya
antara lain:
a. Mengatasi Risiko
Tanyakan pada diri sendiri pertanyaan berikut: apakah anda memiliki sejarah keluarga
penderita hipertensi? Apakah anda memiliki berat badan berlebihan? Apakah anda
makan makanan berkadar garam tinggi? Apakah anda cukup olahraga atau apakah
anda merokok? Jika jawaban anda ya pada salah satu pertanyaan diatas anda berisiko
memiliki tekanan darah tinggi.
b. Mengontrol pola makan
Apabila anda ingin terhindar dari risiko hipertensi jauhi makanan berlemak dan
mengandung garam.
c. Tingkat konsumsi potassium (K) dan magnesium (mg)
Pola makan yang rendah potassium dan magnesium menjadi salah satu faktor pemicu
tekanan darah tinggi, buah-buahan dan sayur segar adalah sumber terbaik bagi kedua
nutrisi tersebut.
d. Makan makanan jenis padi-padian

17
Dalam sebuah penelitian yang dimuat dalam American Journal Clinical Nutrition
ditemukan pria yang makan sedikitnya satu porsi perhari sereal dari jenis padi-padian
kecil kemungkinan terkena penyakit hingga 20%.
e. Tingkat aktifitas
Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap tekanan darah
tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk tubuh dan
berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah. Jika anda menyandang
tekanan darah tinggi, latihan aerobic sedang selama 30 menit sehari selama beberapa
hari setiap minggu dapat menurunkan tekanan darah. Jenis latihan yang dapat
mengontrol tekanan darah adalah : berjalan kaki, bersepeda, berenang, aerobic.
(Trisna Macnair, 2007).
Tidak diragukan meningkatkan aktifitas dapat menurunkan risiko tekanan darah
tinggi, anda tidak perlu berolahraga seperti seorang atlet hanya 30 menit sampai 45
menit 5 hari dalam seminggu cukup untuk menurunkan hipertensi.
f. Sertakan bantuan dari kelompok pendukung
Sertakan keluarga dari teman menjadi kelompok pendukungn pada pola hidup sehat
dukungan dan partisipasi orang lain membuatnya lebih mudah dan lebih asyik dalam
menjalankan dietnya. Bagi setiap orang dukungan keluarga berhasil dalam membuat
perubahan gaya hidup untuk mencegah tekanan darah tinggi.

g. Berhenti merokok
Jika anda tidak merokok itu baik bagi anda, jika anda merokok berhenti sekarang
juga. Walaupun merokok tidak ada kaitanya dengan timbulnya hipertensi. Merokok
dapat menimbulkan risiko komplikasi lainnya seperti penyakit jantung dan stroke.
h. Latihan relaksasi atau meditasi
Relaksasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa, relaksasi
dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil
membayangkan sesuatu yang damai, indah dan menyenangkan dilakukan dengan
mendengarkan musik atau bernyanyi. (www.google.com, 2008)

18
6. Pengobatan pada tekanan darah tinggi (Hipertensi)
Pengobatan pada penyakit tekanan darah tinggi harus memperhatikan terlebih dahulu
faktor penyebabnya oleh karena itu dianjurkan untuk memeriksakan kesehatanya
kepada dokter yang sama agar dokter dapat mengikuti riwayat penyakit pasien
dengan demikian dokter akan memiliki obat yang tepat.
a. Pengobatan pada golongan khusus
1) Hipertensi pada golongan khusus
Obat anti hipertensi diberikan pada ibu hamil bila tekanan diastolenya ≥ 90 mmHg
pada trimester pertama dan ≥ 100 mmHg para trimester ketiga.
2) Hipertensi pada dislipidemia
Obat yang biasa digunakan untuk mengatasi keadaan tersebut adalah gemfibrozil ini
dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL trigliserida dan
meningkatkan kadar kolesterol HDL secara nyata.
3) Hipertensi pada pembuluh darah otak
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah,
apabila yang pecah adalah pembuluh darah otak keadaan ini dikenal dengan stroke.
4) Hipertensi pada penyakit jantung
Pemberian obat pada hipertensi dengan kelalian jantung harus disesuaikan dengan
jenis gangguan pada jantung dan derajat hipertensinya. Pemeriksaan fungsi jantung
perlu dilakukan untuk menentukan pengobatanya.
5) Hipertensi pada gagal ginjal
Pengobatan pada gagal ginjal dibedakan menjadi dua bagian besar yakni pengobatan
pada refrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna, pengobatan pada
nefrosisklerosis benigna dilakukan secepatnya hingga mendekati normal penurunan
tekanan darah yang cepat akan mengurangi kerusakan akibat nekrosis arteroti
sehingga dalam jangka panjang diharapkan terjadi perbaikan fungsi ginjal.
b. Perubahan gaya hidup

19
Gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi dan
berbagai penyakit degeneratif lainnya adalah:
1) Mengurangi konsumsi garam dan lemak jenuh
2) Melakukan olahraga secara teratur dan dinamik (tidak mengeluarkan tenaga
terlalu banyak seperti berenang, jogging (jalan kaki cepat), naik sepeda)
3) Meningkatkan porsi buah-buahan dan sayuran segar dalam pola makan
4) Mengkonsumsi kalium dalam jumlah tinggi seperti semangka, avokad, kismis,
pisang, tomat, kentang dan biji bunga matahari dapat membantu menjaga
tekanan darah agar tetap normal.
5) Menjauhkan dan menghindarkan stress dengan pendalaman agama sebagai
salah satu upayanya.
c. Pengaturan Makanan
Upaya penanggulangan hipertensi melalui pengaturan makanan pada dasarnya
dnegan mengurangi konsumsi lemak dan diet rendah garam dan diet rendah kalori.
Jumlah kalori yang diberikan pada diet rendah kalori disesuaikan dengan berat badan.
Pilihan obat dalam mengatasi hipertensi diantaranya:
1) Hipertensi tanpa komplikasi diuretic, beta bloken
2) Indikasi tertentu enhibitor ACE, penghmabat reseptor angiotensin II, Alfa
bloker, alfa-beta bloker, antagonisca, diuretic.
3) Indikasi yang disesuaikan: diabetes mellitus tipe I dengan protein nuria
inhibitor ACE, gagal jantung ibhibitor ACE diuretic, hipertensi sistolik
terisolasi, infark miokard beta bloker (non ISA) inihibitor ACE (dengan
disfungsi sistolik). (Mansjoer dkk, 2001).
Bila tekanan darah tidak dapat diturunkan dalam satu bulan, dosis obat dapat
disesuaikan sampai dosis maksimal atau menambahkan obat golongan lain atau
mengganti obat pertama dengan obat golongan lain. Sasaran penurunan tekanan darah
adalah kurang dari 140/90 dengan efek samping minimal penurunan dosis obat dapat
dilakukan pada golongan hipertensi ringan yang sudah terkontrol dengan baik selama
satu tahun.

20
1. Diuretik
Diuretic adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi pengeluaran garam
(NaCl) dengan turunya kadar Na+ makan tekanan darah akan turun dan efek
hipotensifnya kurang kuat.
Obat yang sering digunakan adalah obat yang daya kerjanya panjang sehingga dapat
digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretic yang hemat kalium seperti
spironolacton, HCT, Furosemide.
2. Alfa-Bloker
Alfa blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan menyebabkan
vasodilatasi perifer serta turunya tekanan darah karena efek hipotensinya ringan
sedangkan efek sampingnya agak kuat misalnya hipotensi ostotatik dan tachikardia
maka jarang digunakan. Seperti prognosin dan terazosin.
3. Beta-Blocker
Mekanisme kerja obat beta-blocker belum diketahui dengan pasti diduga kerjanya
berdasarkan beta blocker pada jantung sehingga mengurangi daya dan frekuensi
kontrasi jantung. Dengan demikian tekanan darah akan menurun dan daya
hipotensinya baik. Seperti : propanolol, bisoprolol, dan antenolol.
4. Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non adrenalin sehingga
menurunkan aktifitas saraf adretergik perifer dan turunya tekanan darah, penggunaan
obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi ostatik seperti reserpine, clonidine dan
metildopa
5. Vasodilator
Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding arteriola sehingga daya
tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah menurun seperti hidralazine dan
tecrazine.
6. Antagonis Kalsium

21
Mekanisme obat antagonis kalisum adalah menghambat pemasukan ion kalsium ke
dalam sel otot polos pembuluh dengan efek vasidilatasi dari turunya tekanan darah
seperti : nipedipin,amlodipine, dan verapamil.
7. Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat
angiotensin converting enzyme yang berdaya vasodilatori kuat seperti captopril,
lisinopril. (Lany Gunawan, 2001).
Tabel 2.3
Beberapa obat antihipertensi yang sering dipakai

No Jenis obat Dosis sehari (mg) Frekuensi


pemakaian sehari
Min Maks
1 Diuretik
HCT 12,5-25 50 1x
Chlorbalidone 12,5-25 50 1x
Indopamide 2,5 5 1x
Spironolactone 2,5 10 1x
2 Bekerja netral
Clonidene 0,1 1,2 2x
Gufacine 1 3 1x
Methidopa 250 2000 2x
3 Penyakit alfa-1
Prozoin 1-2 20 2x
Doxazosin 1-2 15 1x
Terazosin 1-2 20 1x
4 Penyakit beta
Metoprolol 50 200 1x
Atenolol 25 150 1x
Propanolol 40 320 1x
Acebutolol 200 1200 1x
5 Vasodilator
Hydralazine 50 300 2x
Ecarazine HCL 30 120 2x

22
6 Penghambat ACE
Captopril 25-50 300 1-3x
Lisinopril 5 40 1x
Enalapril 2,5-5 40 1-2x

7. Pencegahan Hipertensi dengan cara tradisional


Banyak ramuan tradisional yang dapat dipercaya untuk menurunkan tekanan darah,
beberapa ramuan sudah diteliti secara laboratories contoh yang berkhasiat
menurunkan tekanan darah: cincau hijau, daun dan buah alpukat, mengkudu masak
(pace), mentimun, daun seledri, daun selada dan bawang putih.

Tabel 2.4
Efek Samping obat anti hipertensi

Golongan obat Efek samping


Thiazide/diuretic menyerupai thiaziae - Kadar kalium dalam darah rendah
misalnya aprinox (dideteksi dengan pemeriksaan darah)
- Toleransi glukosa terganggu (kadar
glukosa darah diatas normal) terutama
jika dikombinasi dengan beta blocker
(dideteksi pemeriksaan darah)
- Peningkatan kadar kolesterol LDL,
trigliserida dan asam urat (cek darah
dan urine).
- Disfungsi ereksi (impotensi pada pria)
- Gout (radang pada persendian akibat
peningkatan kadar gula)

23
Alfa blocker - Inkontinensia
(misalnya cardura) - Rasa melayang pada saat berdiri
Beta-blocker - Kadar glukosa tidak terkontrol
(misalnya cardicor) - Latargi (lesu)
- Gangguan memori dan kosentrasi
- Gejala penyakit arteri perifer
memburuk, sirkulasi yang buruk pada
tungkai.
Inhibitor ACE - Batuk
(misalnya capoten) - Fungsi ginjal memburuk
- Hipotensi (akut, penurunan tekanan
darah tiba-tiba)
- Ruam
Blocker kenal kalsium golongan non- - Edema perifer (akumulasi cairan dan
dihydropyridine misalnya ticdiem pembengkakan di mata kaki)
- Pembesaran gusi dan konstipasi

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai tropi
bertujuan menentukan adanya kerusakan jaringan dan faktor risiko lain atau mencari
penyebab hipertensi, biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah,
(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan
EKG. (Arif Mansjoer dkk, 2001).

9. Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakan dalam satu kali pengukuran hanya dapat
ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda,
kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis pengukuran tekanan
darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar setelah beristirahat selama 5
menit dengan ukurang pengukuran lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan)
tensimeter dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukuran yang terbaik.
Anamnesis dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya, riwayat dan
gejala penyakit, penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, gagal

24
jantung, penyakit serebrovaskuler. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga,
gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan
aktifitas/kebiasaan (merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obat bebas, hasil dan
efek samping terapi antihipertensi sebelumnya bila ada dan faktor psikososial
lingkungan (keluarga, pekerjaan dll).
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih
dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral dikaji
perbandingan berat badan dan tinggi pasien, kemudian dilakukan pemeriksaan
funduskopi untuk mengetahui adanya retio hipertensif, pemeriksaan leher untuk
mencari bising carotid, pembesaran vena, atau kelenjara tiroid. (Arif Mansjoer dkk,
2001).
10. Komplikasi
Pemakaian obat dalam jangka panjang bisa menyebabkan berbagai komplikasi seperti
terganggunya fungsi atau terjadi kerusakan organ otak, ginjal, jantung dan mata.
Kerusakan pada otak terjadi pembesaran otot jantung bagian kiri yang berakhir pada
kegagalan jantung. Kejadian ini biasanya ditandai dengan bengkak pada kaki,
kelopak mata, kelelahan dan sesak nafas.
Kerusakan pada ginjal akibat hipertensi bisa menurunkan ginjal sebagai penyaring
racun dalam tubuh sekaligus sebagai produsen hormone yang dibutuhkan tubuh,
penderita yang mengalami komplikasi ginjal harus cuci darah setiap minggu dengan
biaya yang mahal sementara itu gangguan pada mata sering tidak disadari sebagai
akibat tekanan darah tinggi, kerusakan pada mata buta menyebabkan kebutaan atau
gangguan penglihatan.
Kerusakan pada otak ditandai dengan nyeri kepala hebat, berubahnya kesadaran
kejang dengan deficit neurology fokal ozotermia, mual dan muntah. Ensefalopati
dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna, tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang
intertisium diseluruh susunan saraf pusat. (Corwin, 2000).
2.5 Kerangka Teori

25
Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan
2. Keyakinan
3. Nilai
4. Sikap Non Non
5. geografi
Faktor Pendukung Prilaku Kesehatan
pendidikan 1. Tugas kesehatan
kesehatan 2. Keterjangkauan sumber Prilaku Kesehatan Kesejahteraan

3. rioritas dan komitmen.


Faktor pendorong
1. Keluarga
2. Petugas Kesehatan
3. Masyarakat
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori tersebut diatas maka :

Upaya penderita hipertensi dalam mencegah


kekambuhan penyakit hipertensi:
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Tindakan

B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala


Penelitian ukur
1 Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesioner 1. Baik Ordinal
diketahui responden 2. Sedang
mengenai Hipertensi 3. Kurang
2 Sikap Tanggapan atau sikap Kuesioner 1. Baik Ordinal
responden mengenai 1. Sedang
Hipertensi 2. Kurang

26
3 Tindakan Segala sesuatu yang Kuesioner 1. Baik Ordinal
telah dilakukan 1. Sedang
responden sehubungan 2. Kurang
dengan pengetahuan
dan sikap tentang
Hipertensi

C.

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan pengetahuan, sikap dan tindakan penderita hipertensi upaya
mencegah terjadinya komplikasi di kecamatan lawe alas tahun 2017 . Penelitian ini
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi terhadap variabel yang diteliti yaiu
variabel pengetahuan, variabel sikap dan variabel tindakan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di posbindu – posbindu dan pojok PTM di
wilayah kerja di kecamatan lawe alas. Beberapa Desa yang dituju dalam penelitian ini
yang diambil secara random dari 28 desa yang ada di wilayah puskesmas.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan bulan Februari sampai Mei 2017 dan pengambilan
sampel pada akhir bulan April sampai Mei 2017.
C. Etika Penelitian

27
Sebelum dilakukan penelitian responden akan menandatangani format
persetujuan sebagai responden dalam penelitian ini, hal ini dilakukan sebelum peneliti
menyerahkan kuesioner untuk dilakukan wawancara.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2002:79). Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka populasi dalam
penelitian ini adalah semua penderita hipertensi yang datang berobat ke posbindu atau
pojok PTM yang terdapat di wilayah kerja kecamatan lawe alas akhir bulan April
sampai Mei 2017 yang berjumlah 30 penderita.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau populasi yang diteliti, apabila subjeknya kurang
dari 100 maka lebih baik diambil semua hingga sampel penelitian menggunakan
seluruh populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25%.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 30 penderita (15% dari total
populasi). (Arikunto, 2003:112).
C. Tehnik Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Tehnik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti dengan
menggunakan teknik wawancara.
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi pertanyaan tertulis tentang
pengetahuan, sikap dan tindakan penderita hipertensi guna mencegah terjadinya
komplikasi.
D. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data
a. Pengolahan Data (editing)

28
Meneliti kembali apakah lembar kuesioner sudah cukup baik sehingga dapat
di proses lebih lanjut. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga
jika terjadi kesalahan maka upaya perbaikan dapat segera dilaksanakan.
b. Pengkodean (Coding)
Usaha mengklarifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya,
menjadi bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.
c. Pemasukan Data (Entry)
Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria.
d. Pembersihan Data (Cleaning data)
Data yang telah di masukan kedalam komputer diperiksa kembali untuk
mengkoreksi kemungkinan kesalahan. (Hastono, 2001).
2. Tehnik Analisis Data
Pada penelitian ini digunakan analisa univariat yaitu analisa yang dilakukan
terhadap setiap variabel dari hasil penelitian dalam analisa ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti yaitu variabel pengetahuan,
variabel sikap dan variabel tindakan.
Hasil penelitian dapat dinyatakan dalam bentuk distribusi frekuensi jawaban
benar/salah dari responden untuk setiap item pertanyaan dijumlahkan kemudian
dibagi dengan seluruh responden dikali 100% hasilnya berupa persentase.
Rumus yang digunakan
X
P= x 100
N

Keterangan :
P : Persentase
X : Jumlah soal
N : Jumlah Responden

29
E. Pengukuran Instrumen Penelitian
1. Pengukuran Pengetahuan
Pengetahuan responden diukur melalui 10 pertanyaan. Jika pertanyaan dijawab benar
oleh responden maka diberi nilai 1, jika responden menjawab salah maka diberi nilai
0. Sehingga skor total yang tertinggi adalah 10. Selanjutnya dikategorikan atas baik,
sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut:
a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya tentang
Hipertensi (skor jawaban yang benar dijawab 8-10).
b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang Hipertensi (skor jawaban
responden 40% -70% dari nilai tertinggi yaitu 4-7).
c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang Hipertensi (skor
jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <3).
2. Pengukuran Sikap
Sikap diukur melalui 10 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman responden
yang menjawab benar akan diberi skor 1 sedangkan jika menjawab salah diberi skor
0. Sehingga total skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 10. Selanjutnya
dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut:
a. Baik, apabila skor jawaban responden >80% dari nilai tertinggi yaitu >8.
b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-70% dari nilai tertinggi yaitu 4-7
c. Kurang, apabila skor jawaban responden <30% dari nilai tertinggi yaitu <3.
3. Pengukuran Tindakan
Tindakan diukur melalui 10 pertanyaan, responden yang menjawab benar akan diberi
skor 1 sedangkan jika menjawab salah diberi skor 0. Sehingga total skor tertinggi
yang dapat dicapai responden adalah 10. Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang
dan kurang dengan definisi sebagai berikut:
a. Baik, apabila skor jawaban responden >80% dari nilai tertinggi yaitu >8.
b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-70% dari nilai tertinggi yaitu
4-7.
c. Kurang, apabila skor jawaban responden <30% dari nilai tertinggi yaitu <3.

30
F. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk memberi keyakinan bahwa alat ukur tersebut
dapat digunakan pada waktu sekarang dengan kecermatan yang baik yaitu
menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment (r), dengan ketentuan
jika nilai r hasil > r tabel, maka dinyatakan valid. Pada jumlah responden 30 orang
dengan tingkat kemaknaan 5% didapatkan angka r tabel = 0,404. Menentukan nilai r
hasil perhitungan dapat dilihat pada kolom ‘Corrected item-Total correlation’.
(Riyanto, 2010) Sumber lain menyatakan bahwa suatu pertanyaan kuesioner
dinyatakan valid jika nilai pada kolom ‘Corrected item-Total correlation’ adalah > 0,3
(Azwar,1999)
2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi kuisioner dengan
menunjukan sejauh mana ketepatan dan dapat dipercaya berdasarkan satu kali
pengukuran yaitu menggunakan metode Cronbach Alpha, dengan ketentuan jika r
alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel (Notoatmojo,2010) . Referensi lain
menyatakan untuk mengetahui reliabilitas caranya adalah bila r Alpha > konstanta
(0,6) maka pertanyaan tersebut reliabel. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner
yang dilaksanakan adalah sebagai berikut (Sastroasmoro,2011)
A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan
Tabel 1. Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan

Corrected Item-Total Validit


No Pertanyaan Correlation as

31
p1 ,865 valid

p2 ,457 valid

p3 ,974 valid

p4 ,953 valid

p5 ,957 valid

p6 ,817 valid

p7 ,893 valid

p8 ,833 valid

p9 ,850 valid

p10 ,797 valid

Berdasarkan hasil uji validitas pertanyaan kuesioner pertanyaan pengetahuan


yang berjumlah 10 pertanyaan, dapat disimpulkan bahwa pada setiap pertanyaan
dalam kuesioner ini Valid, karena Nilai pada kolom Corrected Item Total correlation
adalah > 0,3. Artinya adalah semua pertanyaan di dalam kuisioner ini dapat
dimengerti oleh responden dan benar-benar mengukur apa yang hendak diukur,
sehingga dapat digunakan dalam penelitian sebagai alat ukur.

Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

,961 ,965 10

Setiap pertanyaan ini adalah Reliabel dilihat dari nilai Alpha Cronbach’s =
0,965. Realiabel karena nilai r Alpha > 0,6 (konstanta), artinya kuisioner ini dapat
digunakan dimanapun pada populasi dalam penelitian lainnya dan hal ini

32
menunjukkan bahwa semua pertanyaan kuesioner tersebut dapat digunakan sebagai
alat ukur dalam penelitian, karena hasil pengukurannya tetap konsisten, dapat
dipercaya dan diandalkan apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
kondisi yang sama.

B. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Sikap


Tabel 3. Hasil Uji Validitas Kuesioner Sikap

Item-Total Statistics

Scale Mean Scale Corrected Squared Cronbach's


if Item Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted

s1 5,5000 19,983 ,954 ,936 ,962

s2 5,4000 20,662 ,930 ,889 ,966

s3 5,5333 19,844 ,974 ,973 ,959

s4 5,5333 19,913 ,966 ,959 ,960

s5 5,6333 22,309 ,794 ,640 ,986

Berdasarkan hasil uji validitas pertanyaan kuesioner pertanyaan sikap yang


berjumlah 5 pertanyaan, dapat disimpulkan bahwa pada setiap pertanyaan dalam
kuesioner ini Valid, karena Nilai pada kolom Corrected Item Total correlation adalah
> 0,3. Artinya adalah semua pertanyaan di dalam kuisioner ini dapat dimengerti oleh
responden dan benar-benar mengukur apa yang hendak diukur, sehingga dapat
digunakan dalam penelitian sebagai alat ukur.

Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Sikap

Reliability Statistics

33
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

,974 ,973 5

Setiap pertanyaan ini adalah Reliabel dilihat dari nilai Alpha Cronbach’s =
0,973. Realiabel karena nilai r Alpha > 0,6 (konstanta), artinya kuisioner ini dapat
digunakan dimanapun pada populasi dalam penelitian lainnya dan hal ini
menunjukkan bahwa semua pertanyaan kuesioner tersebut dapat digunakan sebagai
alat ukur dalam penelitian, karena hasil pengukurannya tetap konsisten, dapat
dipercaya dan diandalkan apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
kondisi yang sama.

C. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Tindakan


Tabel 5 Hasil Uji Validitas Kuesioner Tindakan

Item-Total Statistics

Scale Mean Scale Corrected Squared Cronbach's


if Item Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted

t1 5,4333 19,978 ,969 ,965 ,927

t2 5,3667 20,309 ,870 ,789 ,943

t3 5,5667 22,185 ,768 ,643 ,960

t4 5,4667 20,257 ,836 ,823 ,950

t5 5,3667 19,826 ,924 ,938 ,934

Berdasarkan hasil uji validitas pertanyaan kuesioner pertanyaan tindakan yang


berjumlah 5 pertanyaan, dapat disimpulkan bahwa pada setiap pertanyaan dalam
kuesioner ini Valid, karena Nilai pada kolom Corrected Item Total correlation adalah
> 0,3. Artinya adalah semua pertanyaan di dalam kuisioner ini dapat dimengerti oleh

34
responden dan benar-benar mengukur apa yang hendak diukur, sehingga dapat
digunakan dalam penelitian sebagai alat ukur.

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Tindakan

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

,954 ,954 5

Setiap pertanyaan ini adalah Reliabel dilihat dari nilai Alpha Cronbach’s =
0,954. Realiabel karena nilai r Alpha > 0,6 (konstanta), artinya kuisioner ini dapat
digunakan dimanapun pada populasi dalam penelitian lainnya dan hal ini
menunjukkan bahwa semua pertanyaan kuesioner tersebut dapat digunakan sebagai
alat ukur dalam penelitian, karena hasil pengukurannya tetap konsisten, dapat
dipercaya dan diandalkan apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
kondisi yang sama.

35
BAB V
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang Tingkat
Pengetahuan Penderita Hipertensi di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan
lawe alas tahun 2017 guna mencegah terjadinya komplikasi. Hasil penelitian ini
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
A. Gambaran Umum Wilayah UPTD Puskesmas Kecamatan Lawe Alas
1. Latar belakang
Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan paling terdepan di masyarakat.
Pada era globalisasi sekarang ini dibutuhakan suatu paradigma yang berbeda dalam
memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dengan kondisi Masyarakat
yang semakin maju, maka dibutuhkan pelayanan kesehatan berorientasi pada
promotif dan preventif.
Puskesmas Ngekeran merupakan fasilitas kesehatan milik pemerintah di Kecamatan
Lawe Alas, yang membina 28 desa dalam wilayah Kecamatan Lawe Alas.
Dalam rangka mendukung program Pemerintah Daerah, Puskesmas kecamatan lawe
alas berupaya melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
secara maksimal, sesuai program-program yang telah direncanakan sebelumnya.
Dimana dalam acuan tugas pokok puskesmas dalam memberikan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat, Puskesmas kecamatan lawe alas berupaya
menjangkau semua lapisan masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas.

36
Dengan segala keterbatasan, Puskesmas kecamatan lawe alas berupaya membawa
masyarakat di wilayahnya untuk berprilaku hidup bersih dan sehat, guna mendukung
tercapainya masyarakat sehat
Pada era desentralisasi ini, keberhasilan seluruh program yang akan dilaksanakan
bergantung pada keseriusan Pemerintah Daerah dalam membiayai dan masyarakat
selaku obyek, untuk ikut berperan dalam meningkatkan derajat kesehatannya.
Dukungan lainnya yang cukup penting adalah dari lintas sektoral dan pihak swasta.
Maka diharapkan sinergi yang dihasilkan akan mampu membawa masyarakat sehat
menjadi kenyataan.
2. Geografis Kecamatan Lawe Alas
Puskesmas Ngkeran terletak di Desa Cingkam Meranggun Kecamatan Lawe
Alas Kabupaten Aceh Tenggara denagan luas area 4.538 km2. Secara geografis
wilayah kerja Puskesmas Ngkeran berbatas dengan :
B. Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Babussalam
A. Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Tanoh Alas
B. Sebelah Timur berbatas dengan Sungai Kali Alas
C. Sebelah Barat berbatas dengan Kawasan Gunung Lauser
3. Demografi Kecamatan Lawe Alas
Adapun data di wilayah kerja di Kecamatan Lawe Alas Kabupaten Aceh
Tenggara tahun 2016 adalah sebagai berikut :
1. Jumlah penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ngkeran tahun 2016
adalah 15.960 jiwa yang terdiri dari 7.592 laki-laki dan 8.368 perempuan.
2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ngkeran
tahun 2016 adalah 4.296 KK.
3. Jumlah rumah tangga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ngkeran tahun 2016
adalah 4.296 Rumah Tangga.
Keadaan Demografi Kecamatan Lawe Alas dijabarkan melalui tabel sebagai berikut :
Tabel.7
Jumlah Penduduk dan Jumlah KK diwilayah kerja Puskesmas Ngkeran Tahun 2016

37
Jumlah
No Desa Jumlah KK
Penduduk

1 Pulo Gadung 433 93

2 Pulo Sepang 628 328

3 Prapat Batu Nunggul 974 227

4 Kuta Batu Baru 676 180

5 Kuta Batu 1 1.052 237

6 Kuta Batu II 870 217

7 Rih Mbelang 500 210

8 Pintu Rimbe 408 101

9 Lawe Sempilang 405 101

10 Pulo Ndadap 442 120

11 Kuta Cingkam I 687 196

12 Kuta Cingkam II 708 183

13 Darul Amin 735 220

14 Cingkam Meranggun 702 286

15 Pasir Bangun 784 185

16 Pasir Nunggul 383 83

38
Jumlah
No Desa Jumlah KK
Penduduk

17 Ngkeran 413 140

18 Batu Hamparan 313 80

19 Kubu 611 165

20 Lawe Kongkir 500 210

21 Lawe Kongkir Hilir 411 110

22 Pasir Permate 487 145

23 Muara Baru 546 123

24 Paxe Munje 540 140

25 Deleng Kukusen 395 95

26 Pasir Nunang 420 120

27 Rumah Kampung 466 83

28 Lawe Lubang Indah 468 86

Jumlah 15.960 4.296

Sumber : Data Kecamatan Lawe Alas Tahun 2016

B. Hasil Penelitian
Tabel.8

39
Jumlah
No Desa Jumlah HT
Penduduk

1 Pulo Gadung 433 3

2 Pulo Sepang 628 5

3 Prapat Batu Nunggul 974 4

4 Kuta Batu Baru 676 5

5 Kuta Batu 1 1.052 7

6 Kuta Batu II 870 7

7 Rih Mbelang 500 -

8 Pintu Rimbe 408 1

9 Lawe Sempilang 405 1

10 Pulo Ndadap 442 2

11 Kuta Cingkam I 687 14

12 Kuta Cingkam II 708 12

13 Darul Amin 735 17

14 Cingkam Meranggun 702 4

15 Pasir Bangun 784 33

16 Pasir Nunggul 383 -

40
Jumlah
No Desa Jumlah HT
Penduduk

17 Ngkeran 413 6

18 Batu Hamparan 313 19

19 Kubu 611 13

20 Lawe Kongkir 500 7

21 Lawe Kongkir Hilir 411 -

22 Pasir Permate 487 1

23 Muara Baru 546 17

24 Paxe Munje 540 15

25 Deleng Kukusen 395 4

26 Pasir Nunang 420 1

27 Rumah Kampung 466 3

28 Lawe Lubang Indah 468 6

Jumlah 15.960 206

Jumlah Penduduk dan Jumlah penderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas


Ngkeran Tahun 2016
Sumber : Data Puskesman Ngkeran Tahun 2016

41
a. Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi di wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Kecamatan Lawe Alas Tahun 2017 guna mencegah terjadinya
komplikasi.
Pengetahuan penderita hipertensi tentang upaya mencegah tidak terkontrol t
ekanan darah adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan hasil tahu penderita
hipertensi melalui panca indera dengan titik potong (cut of point) mean 7,8 diperoleh
hasil sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut

PENGETAHUAN

Cumula
Valid tive
Frequency Percent Percent Percent

Valid Buruk 20 66,7 66,7 66,


7

Sedang 6 20,0 20,0 86,


7

Baik 4 13,3 13,3 100


,0

Total 30 100,0 100,0

Tabel 3
Distribusi frekuensi responden menurut Pengetahuan Penderita Hipertensi guna
mencegah komplikasi di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan lawe alas tahun
2017.
Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan
baik sejumlah 4 responden (13,3%), berpengetahuan sedang sejumlah 6 responden
(20,0%), berpengetahuan buruk sejumlah 20 responden (66,7%).

42
Grafik 1. Pengetahuan Penderita Hipertensi

b. Sikap penderita di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan lawe alas Tahun
2017 guna mencegah terjadinya komplikasi.
Sikap penderita hipertensi guna mencegah terjadinya komplikasi. Penyakit
hipertensi adalah segala pandangan atau pendapat penderita hipertensi yang
berkaitan dengan upaya dalam mencegah tekanan darah tidak terkontrol pada
penyakit hipertensi dengan titik potong (cut if point) mean 7,5 diperoleh hasil
sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut

43
Tabel 4
Distribusi frekuensi responden menurut sikap Penderita Hipertensi dalam Upaya

SIKA
P
Valid Cumulati
Frequenc Perce Percen ve
y nt t Percent
Valid Sedang 11 36,7 36,7 36,
7
Baik 19 63,3 63,3 100
,0
Total 30 100,0 100,0

Mencegah komplikasi di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Lawe Alas


Tahun 2017.
Tabel menunjukan bahwa penderita hipertensi yang memiliki sikap baik
dalam upaya mencegah tekanan darah pada penyakit hipertensi sejumlah 19
responden (63,3%) dan penderita hipertensi yang memiliki sikap kurang baik
sejumlah 11 responden (36,7%).
Grafik 2. Sikap Penderita Hipertensi

44
C. Tindakan penderita hipertensi dalam upaya mencegah kekambuhan penyakit
hipertensi adalah usaha-usaha yang telah dilakukan penderita hipertensi untuk
mencegah terjadinya komplikasi pada penyakit hipertensi dengan titik poton
g (cut of point) mean 6,03 diperoleh hasil sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut
Tabel 5
Distribusi frekuensi responden menurut tindakan Penderita Hipertensi dalam Upaya
Mencegah Terjadinya Komplikasi di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan
Lawe Alas Tahun 2017.

TINDAKA
N
Frequenc Valid Cumulativ
y Percent Percent e Percent
Valid Buruk 15 50,0 50,0 50
,0
Sedang 14 46,7 46,7 96
,7
baik 1 3,3 3,3 10
0,
0
Total 30 100,0 100,0

Tabel menunjukkan bahwa responden yang baik upayanya dalam mencegah


terjadinya komplikasi pada penyakit hipertensi berjumlah 1 responden (3,3%) dan
responden yang kurang baik dalam upaya pencegahan terjadinya komplikasi penyakit
hipertensi berjumlah 14 responden (46,7%) dan responden yang buruk dalam upaya
mencegah terjadinya komplikasi penyakit hipertensi berjumlah 15 responden
(50,0%).

45
Grafik 3. Tindakan Penderita Hipertensi

D. Gambaran Karakteristik Sampel Menurut Jenis Kelamin

Tabel 6. Jenis Kelamin

46
Dari tabel 6 diatas diketahui bahwa responden perempuan sejumlah 19 responden
(63,3%) dan responden laki-laki sejumlah 11 responden (36,7%)

JENIS
KELAMI
N
Valid
Frequenc Perce Percen Cumulativ
y nt t e Percent
Valid L 11 36,7 36,7 36,
7
P 19 63,3 63,3 100
,0
Total 30 100,0 100,0

Grafik 4. Jenis Kelamin Penderita Hipertensi

47
E. Gambaran Karakteristik Sampel Menurut Umur
Tabel 7. Umur Penderita Hipertensi
Dari tabel 7 diatas diketahui bahwa responden yang berumur 20-40 sejumlah 3
responden (10,0%) dan responden yang berumur 41-60 sejumlah 16 responden
(53,30) dan responden yang berumur 61-80 sejumlah 8 responden (26,7%) dan
responden yang berumur >80 sejumlah 4 responden (10,0%).

Grafik 5. Umur Penderita Hipertensi

UMUR
Frequ Valid Cumulativ
ency Percent e Percent

Valid 20-40 3 10,0 10,0

41-60 16 53,3 53,3

61-80 8 26,7 26,7

>80 4 10,0 10,0

Total 30 100,0 100,0

48
F. Gambaran Karakteristik Sampel Menurut Pekerjaan
Tabel 8. Pekerjaan Penderita Hipertensi

PEKERJAA
N
Cumulati
Frequen Perce Valid ve
cy nt Percent Percent

Valid IRT 3 10,0 10,0 10,


0

Petani 27 90,0 90,0 100


,0

Total 30 100,0 100,0

49
Dari tabel 8 diatas diketahui bahwa responden yang pekerjaannya sebagai Ibu Rumah
Tangga sejumlah 3 responden (10,0%) dan yang pekerjaannya sebagai petani

sejumlah 27 responden (90,0%).


Grafik 6. Pekerjaan Penderita Hipertensi

PENDIDIKA
F. Gambaran Karakteristik Sampel Menurut Pendidikan
N
Valid Cumulati
Percen Perc ve
Frequency t ent Percent
Valid SD 9 30,0 30,0 30,
0
SMA 5 16,7 16,7 46,
7
SMP 6 20,0 20,0 66,
7
Tidak Se 10 33,3 33,3 100
,050
Total 30 100, 100,0
0
Dari tabel 9 diatas diketahui bahwa responden yang tidak sekolah sejumlah 10
responden (33,3%) dan responden yang tamatan SD sejumlah 9 responden (30,0%)
dan responden yang tamatan SMP sejumlah 6 responden (20,0%) dan responden yang
tamatan SMA sejumlah 5 responden (16,7%).

Grafik 7. Pendidikan Penderita Hipertensi

BAB VI

51
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berpengetahuan


baik sejumlah 4 responden (13,3%) yang berpengetahuan sedang sejumlah 6
responden (20,0) sisanya berpengetahuan buruk sejumlah 20 responden (66,7%). Hal
ini menunjukan bahwa sebagian besar penderita hipertensi belum mempunyai
pengetahuan baik dan mengerti tentang upaya mencegah terjadinya komplikasi
penyakit hipertensi. Sebagian penderita tidak mengetahui bahwa memeriksakan
tekanan darah secara teratur dan menjaga pola makan yang baik akan sangat
membantu mengontrol tekanan darah pada penyakit hipertensi, namun masih ada 4
responden yang berpengetahuan cukup baik, kurangnya pengetahuan responden ini
dapat disebabkan beberapa faktor antara lain: rendahnya tingkat pendidikan
responden yang pada umumnya hanya tamatan sekolah dasar, kurangnya keaktifan
responden dalam mengikuti penyuluhan kesehatan yang diadakan oleh petugas
kesehatan setempat dan ada beberapa responden yang sudah berusia lanjut (diatas 50
tahun) dimana kemampuan responden dalam menerima informasi kesehatan agak
kurang.
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yakni : indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar berpengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
Pengetahuan/kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya suatu tindakan karena dari pengalaman dan penelitian yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2002) peningkatan
pengetahuan mempunyai hubungan yang positif dengan perubahan variabel perilaku.

52
Pengetahuan dapat diperoleh dari tingkat pendidikan seseorang realitas cara berfikir
dan ruang lingkup jangkauan berfikirnya semakin luas.
A. Gambaran Sikap Penderita Hipertensi Tentang Upaya Mencegah Teradinya
Komplikasi pada Penyakit Hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden hipertensi yang memiliki
sikap baik dalam upaya mencegah terjadinya komplikasi pada penyakit hipertensi
berjumlah 19 responden (63,3%) dan penderita hipertensi yang memiliki sikap kurang
baik dalam upaya mencegah terjadinya komplikasi pada penyakit hipertensi
berjumlah 11 responden (36,7%). Hal ini menununjukan bahwa sikap responden
sudah baik meskipun masih ada 11 responden yang mempunyai sikap kurang baik.
Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
Pengetahuan yang kurang tentang upaya mencegah terjadinya komplikasi
pada penyakit hipertensi, kurangnya kesadaran atau kemauan responden untuk
berprilaku hidup sehat dan ada juga beberapa responden yang mengambil sikap
positif dikarenakan kondisi mereka pada saat itu misalnya responden yang kurang
pengetahuan tentang upaya mencegah terjadinya komplikasi pada penyakit hipertensi
tetapi karena mereka takut penyakit hipertensi akan menimbulkan dampak yang lebih
buruk lagi bagi kesehatanya maka responden juga mengambil sikap yang positif.
Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan salah satu domain perilaku
kesehatan yang dapat diartikan sebagai suatu reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup suatu stimulus/objek. Sedangkan menurut Newcomb (Notoatmodjo, 2003)
sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksana motif tertentu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk praktek (overt
behavior) untuk terwujud suatu sikap agar menjadi perbuatan nyata (praktek)
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain
fasilitas dan dukungan keluarga.
B. Gambaran Tindakan Penderita Hipertensi Tentang Upaya Mencegah Terjadinya
Komplikasi Pada Penyakit Hipertensi.

53
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang baik upayanya dalam
mencegah terjadinya komplikasi pada penyakit hipertensi berjumlah 1 responden
(3,3%) dan responden yang kurang baik dalam upaya pencegahan terjadinya
komplikasi pada penyakit hipertensi berjumlah 14 responden (46,7%) dan responden
yang sangat kurang baik dalam upaya pencegahan terjadinya komplikasi pada
penyakit hipertensi berjumlah 15 responden (50,0%). Hal ini menunjukan bahwa
sebagian besar responden masih sangat kurang baik upayanya dalam mencegah
terjadinya komplikasi pada penyakit hipertensi. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain : ada tidaknya kemauan dari responden untuk sembuh/mengontrol
kesehatanya, kurangnya kesadaran dari responden akan pentingnya upaya mencegah
terjadinya komplikasi pada penyakit hipertensi dan sulitnya meluangkan waktu untuk
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dan mengikuti penyuluhan kesehatan yang
diberikan oleh petugas kesehatan serta kurangnya dukungan keluarga dalam
memotivasi responden untuk melakukan usaha dalam mencegah terjadinya
komplikasi penyakit hipertensi, kurangnya perhatian keluarga atau orang-orang
terdekat dari responden akan berpengaruh besar dalam keinginanya untuk sembuh.
Menurut Notoatmodjo (2003) tindakan merupakan aplikasi dari sikap
seseorang individu yang juga tidak terlepas dari pengetahuan individu itu sendiri.
Sikap membuat seseorang positif terhadap nilai-nilai kesehatan tetapi tidak selalu
terwujud dalam suatu tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh beberapa alasan antara
lain tergantung pada situasi saat itu, mengacu kepada pengalaman seseorang dan juga
orang lain serta dipengaruhi juga oleh nilai-nilai yang ada di masyarakat tersebut.
Selain itu perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain
lingkungan, sarana kesehatan dan perilaku petugas kesehatan.

54
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini telah diperoleh Upaya
Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Hidup Sehat Penderita Penyakit Hipertensi di
Kecamatan Lawe Alas Tahun 2017. Guna Mencegah Terjadinya Komplikasi sebagai
berikut:

55
1. Pengetahuan penderita hipertensi tentang upaya mencegah terjadinya
komplikasi pada penyakit hipertensi sangat kurang baik sejumlah 20
responden (66,7%) dan pada penyakit hipertensi kurang baik sejumlah 6
responden (20,0%) sisanya berpengetahuan baik sejumlah 4 responden
(13,3%).
2. Sikap penderita hipertensi yang memiliki sikap kurang baik dalam upaya
mencegah terjadinya komplikasi pada penyakit hipertensi sejumlah 11
responden (36,7%) dan sikap baik sejumlah 19 responden (63,3%).
3. Tindakan penderita hipertensi tentang upaya mencegah terjadinya
komplikasi pada penyakit hipertensi baik sejumlah 1 responden (3,3%) dan
responden yang kurang baik dalam upaya pencegahan terjadinya komplikasi
pada penyakit hipertensi berjumlah 14 responden (46,7%) dan responden
yang sangat kurang baik dalam upaya pencegahan terjadinya komplikasi
pada penyakit hipertensi berjumlah 15 responden (50,0%).
B. Saran
1. Untuk Masyarakat
Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang upaya pencegahan terjadinya
komplikasi pada penyakit hipertensi dengan mengikuti penyuluhan kesehatan yang
diberikan oleh petugas kesehatan terdekat agar dapat terhindar penyakit hipertensi
secara dini.
2. Untuk Petugas Kesehatan
Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat lebih meningkatkan sosialisasi tentang
penyakit tekanan darah tinggi dan memberikan penyuluhan tentang upaya mencegah
terjadinya komplikasi penyakit hipertensi secara dini dan tindakan apa saja yang
harus dilakukan jika tekanan darah meningkat serta menjelaskan pentingnya
memeriksakan tekanan darah secara teratur ke pelayanan kesehatan terdekat.
3. Untuk Penderita Hipertensi
Agar lebih rajin dalam memeriksakan tekanan darahnya ke pelayanan kesehatan
terdekat atau rumah sakit serta mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan

56
untuk mencegah terjadinya komplikasi pada penyakit hipertensi serta dapat
termotivasi untuk menghindari hal-hal yang dapat menambah penyakit hipertensi
menjadi lebih parah lagi misalnya menghindari makanan yang mengandung lemak
seperti gorengan, daging kambing, santan, mengurangi konsumsi garam dapur,
minuman yang mengandung kafein, alcohol, merokok, malas berolahraga, serta
menjauhi stress.

DAFTAR PUSTAKA

Arora. 2008
5 langkah mencegah dan mengobati tekanan darah tinggi. Jakarta : Bhauana Ilmu
Populer.

Bustan. 2000
Epidemiologi Penyakit tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta

Gunawan Lany. 2000


Hipertensi Tekanan darah tinggi. Yogjakarta : Kanisus

Hidayat, Aziz Alimul. 2007

57
Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta :Salemba Medika

Kompas Cyber Media. 2007. http/www depkes. Go.id/index, diakses 09-03-2009


pukul 08.50 WIB

Laporan Dinas Kesehatan Kutacane. 2016

Laporan UPTD Puskesmas Kecamatan Lawe Alas 2016.

Macnair, Trisha. 2001.


Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga

Mansjoer, Arif, dkk. 2001


Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius: FKUI

Notoatmodjo, Soekidjo. 1993.


Ilmu Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan edisi pertama.
Yogjakarta : Andi Offset

Notoatmodjo, Soekidjo. 2002


Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Suddarth & Brunner. 2002.


Keterampilan Medikal Bedah vol. 2. Jakarta : EGC

Sarwono Warpadzi, Soeparman,dkk. 2006.


Ilmu Penyakit Dalam jilid VI. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI.

58
Wolf Harf Peter. 2006.
Hipertensi. Jakarta : Buana Ilmu Populer

http://one.indoskripsi.com, diakses tanggal 01 April 2017 pukul 11.23 WIB

LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Biodata

Nama : dr. Vince Harianja


Tatala : Sri Rokan, 05 Mei 1991
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jln. Turi II No. 50, Medan.
Pendidikan : SDN 048 Pagaran Tapah
SMPN 01 Kuntodarussalam
SMAN 01 Lubuk Pakam
Pendidikan Dokter FK Methodist Indonesia
Asal daerah : Pekanbaru, Riau
Email : harianjavince@gmail.com

59
LAMPIRAN 2. Informed Consent Kuesioner

LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Sebagai responden penelitian

Nama :

Jabatan :

60
Judul : Upaya Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Hidup Sehat Penderita
Penyakit Hipertensi Guna Mencegah Terjadinya Komplikasi Di Kecamatan Lawe
Alas Tahun 2017.

Menyatakan tidak keberatan dan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian
yang dilakukan oleh tersebut diatas, saya bersedia berperan dalam penelitian ini dan
menandatangani lembar persetujuan sebagai responden peneliti.

Peneliti Responden

(dr. Vince Harianja) ( )

LAMPIRAN 3. Kuesioner Penelitian


Upaya Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Hidup Sehat Penderita Penyakit
Hipertensi Guna Mencegah Terjadinya Komplikasi Di Kecamatan Lawe Alas
Tahun 2017

A. Identitas
Petunjuk pengisian
Isilah data berikut ini dengan benar
a. Tanggal pengisian kuesioner :
b. Nama :
c. Umur :
d. Pekerjaan :
e. Pendidikan :
f. Alamat :

B. Aspek pertanyaan pengetahuan

61
Petunjuk pengisian :
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar, dengan member tanda
(x) pada huruf pilihan tersebut!.
1. Apakah yang dimaksud dengan Hipertensi secara umum?
a. tekanan darah rendah
b. tekanan darah tinggi
c. tekanan darah normal
d. tidak tahu
2. Lanjut usia dikatakan terkena Hipertensi jika tekanan darah mencapai?
a. 130/80 mmHg
b. 140/90 mmHg
c. 100/70 mmHg
d. tidak tahu
3. Faktor penyebab terkena Hipertensi adalah?
a. pola makan berlemak, kegemukan, stress.
b. makan terlalu manis.
c. suka memakan kacang-kacangan
d. tidak tahu.
4. Penderita Hipertensi sebaiknya memeriksa Tekanan Darah pada saat kapan?
a. sekali sebulan
b. jika ada keluhan
c. 2 minggu sekali
d. tidak tahu
5. Olahraga yang bisa dilakukan pada penderita Hipertensi adalah?
a. jogging (lari), bersepede, berenang.
b. berjalan kaki
c. bulu tangkis (main raket)
d. tidak tahu
6. Untuk meminimalisir Hipertensi dapat diupaya dengan?

62
a. merokok
b. pola makan sehat dan rendah garam
c. diet ketat
d. tidak tahu
7. Selain pola hidup sehat, Hipertensi juga dapat dicegah dengan?
a. terapi obat hipertensi secara teratur
b. setiap hari mengecek tekanan darah
c. banyak tidur
d. tidak tahu
8. Keberhasilan penderita Hipertensi dalam menjalankan dietnya sangat penting
mendapat dukungan dari?
a. keluarga
b. teman
c. tetangga
d. tidak tahu
9. Pada saat kapan penderita Hipertensi meminum obat?
a. pada saat tekanan darah meningkat
b. meminum secara teratur sesuai anjuran dokter
c. pada saat ada keluhan
d. tidak tau
10. Salah satu komplikasi dari Hipertensi adalah?
a. stroke
b. diabetes melitus
c. penyakit jantung koroner
d. tidak tahu

B. Aspek Sikap
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom yang paling sesuai dengan pilihan anda!

63
Keterangan
S : Setuju TS : Tidak Setuju

No Pertanyaan S TS

64
1 Jika merasa pusing dan tengkuk terasa berat dalam jangka waktu yang
lama sebaiknya memeriksakan diri kepelayanan kesehatan terdekat.
2 Penderita hipertensi sebaiknya memeriksakan tekanan darah secara
teratur tiap bulan dan mengontrol pola makan.
3
Kurang istirahat dan banyak beban pikiran dapat menyebabkan tekanan
darah meningkat.
4
Penderita tekanan darah tinggi boleh melakukan olahraga ringan seperti
jogging, bersepeda dan berenang.
5
Konsumsi garam tidak perlu dihindari bagi penderita hipertensi.

6 Mengurangi makanan yang mengandung lemak seperti gorengan, dan


makanan yang bersantan perlu dilakukan oleh penderita hipertensi.
7 Jika istirahat cukup tetapi masih pusing, teruskan saja minum obat anti
hipertensi tidak perlu kepuskesmas.
8 Menurunkan berat badan secara bertahap bias mengurangi risiko tekanan
darah tinggi.
9
Mengkonsumsi makanan seperti daging kambing dapat meningkat kan
tekanan darah tinggi.
10
Dukungan keluarga sangat penting perananya dalam keberhasilan
penderita hipertensi dalam menjalankan dietnya

C. Aspek Pernyataan Tindakan


Petunjuk pengisian :

65
Berilah tanda (√) pada kolom yang paling sesuai dengan pilihan anda!
Keterangan :

No Pernyataan Melakukan Tidak melakukan

1 Saya selalu mengontrol tekanan darah setiap


bulannya.
2 Saya tidak mengkonsumsi makanan yang
mengandung kolesterol tinggi seperti daging merah,
gorengan, jeroan.
3
Saya mengkonsumsi setidaknya lima porsi buah dan
4 sayuran segar setiap hari.
Saya selalu minum obat anti hipertensi secara teratur
5 jika tekanan darah tinggi.
Saya selalu meluangkan waktu untuk istirahat
6 walaupun pekerjaan menumpuk.
Saya berolah raga secara teratur untuk mengontrol
7 tekanan darah.
Saya tidak mengkonsumsi minum minuman keras
seperti anggur, pigur dan bir bila sedang
8 mempunyai masalah yang berat ataupun tidak
mempunyai masalah.
Saya mengurangi kebiasaan merokok dan konsumsi
9 makanan yang mengandung garam tinggi untuk
menghindari kekambuhan tekanan darah tinggi.
10 Saya mengusahakan mengadakan rekreasi setelah
mengerjakan pekerjaan yang berat.
Saya akan mengontrol emosi saya jika sedang
marah/banyak pikiran.

LAMPIRAN 4. Skor Penilaian Kuesioner

66
a. Koding Penilaian Pendidikan

Pilihan Penilaian
Tidak Sekolah 0
SD 1
SMP 2
SMA 3

a.

a. Koding Penilaian Jenis kelamin

Pilihan Penilaian
Laki-laki L
Perempuan K

a.

c. Koding Penilaian Umur

Pilihan Penilaian
20-40 0
41-60 1
61-80 2
>80 3

d. Koding Penilaian Pengetahuan

67
Nomor Urut Skor Penilaian Pengetahuan
Pertanyaan A B C D
1. 0 1 0 0
2. 0 1 0 0
3. 1 0 0 0
4. 0 0 1 0
5. 1 0 0 0
6. 0 1 0 0
7. 1 0 0 0
8. 1 0 0 0
9. 0 1 0 0
10. 1 0 1 0

e. Koding Penilaian Sikap

68
Nomor Urut Skor Penilaian sikap
Pertanyaan Setuju Tidak
1. 1 0
2. 1 0
3. 1 0
4. 1 0
5. 0 1
6. 1 0
7. 0 1
8. 1 0
9. 1 0
10. 1 0

f. Koding Penelaian Tindakan

Nomor Urut Skor Penilaian tindakan


Pertanyaan Ya Tidak
1. 1 0
2. 1 0
3. 1 0
4. 1 0
5. 1 0
6. 1 0
7. 1 0
8. 1 0

69
9. 1 0
10. 1 0

70
LAMPIRAN 5. Dokumen

71

You might also like