You are on page 1of 5

ILEUS PARALITIK

Definisi Penyakit Ileus Paralitik


Ileus paralitik adalah kondisi di mana usus tidak mampu atau gagal melakukan
kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya.

Etiologi
a. Tindakan / operasi yang berkaitan dengan rongga perut,
b. Hematoma retroperitoneal yang berkaitan dengan adanya fraktur vertebra,
c. Pielonefritis yang berat,
d. Penyakit paru seperti pneumonia lobus bawah,
e. Adanya fraktur pada tulang rusuk,
f. Adanya infark miokard,
g. Gangguan elektrolit (defisit kalium), dan
h. Iskemik usus, baik dari oklusi vaskular atau distensi usus
Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan pasien tergantung pada waktu perkembangan ileus terjadi, penyakit yang
mendasari, komplikasi dan faktor penyerta. Pasien dapat mengeluh rasa tidak nyaman
pada perut dan perut kembung (oleh karena distensi abdomen), anoreksia, mual dan
obstipasi dan mungkin disertai muntah,Nyeri abdomen yang tidak begitu berat namun
bersifat kontinu dan lokasi nyeri yang tidak jelas adalah karakteristik keluhan pasien
ileus. Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan miopati atau neuropati yang disebabkan oleh penyakit herediter, Perlu
juga dicari riwayat: batu empedu, tindakan pembedahan pada perut, trauma, diabetes,
hipokalemia, obat spasmolitik, pankreatitits akut, radang paru-paru, dan juga semua
jenis infeksi tubuh. ( Sudoyo, 2014)
2. Pemeriksaan Fisik
Pasien biasanya berbaring dengan tenang . Pada pemeriksaan perkusi abdomen
dapat ditemukan perkusi timpani. Pada palpasi, pasien menyatakan perasaan tidak
enak pada perut dan tidak dapat menunjuk dengan jelas lokasi nyeri. Auskultasi harus
dilakukan secara cermat oleh karena dapat ditemukan bising usus yang lemah, jarang,
dan bahkan dapat tidak terdengar sama sekali. Dapat terdengar low pitched gurgle,
suara berdenting yang lemah yang kadang dapat dicetuskan dengan cara menepuk
perut pasien, atau dapat terdengar suara air bergerak(succusion splash) saat pasien
berpindah posisi. Pemeriksaan fisik perlu dilakukan secara berulang karena
komplikasi dapat timbul seiring waktu berjalan sehingga dapat terjadi perubahan hasil
pemeriksaan fisik. Demam, hipotensi, atau tanda-tanda sepsis merupakan tanda
bahaya akan terjadinya komplikasi yang mengancam jiwa. Pemeriksaan fisik
mempunyai peran penting dalam penegakan diagnosis penyakit ileus paralitik. Tiga
tanda penting yang terdapat pada ileus paralitik adalah: distensi abdomen, turunnya
bising usus, dan perkusi abdomen terdengar timpani, Keadaan umum pasien sakit
ringan hingga berat, dapat juga disertai penurunan kesadaran, demam, tanda dehidrasi,
syok, distensi abdomen (+), rasa tidak nyaman pada bagian perut, bunyi perkusi
timpani, bising usus yang menurun hingga hilang, Reaksi peritoneal (-), (nyeri tekan
dan nyeri lepas tidak ditemukan). Bila penyakit primernya peritonitis, manifesatsi
klinis yang ditemukan adalah gambaran peritonitis, Pada colok dubur: rektum tidak
kolaps, tidak ada kontraksi. (Sudoyo,2014)

3. Pemeriksaan Penunjang
Lab : Pemeriksaan laboratorium penting dalam mencari penyakit yang mendasari
ileus paralitik serta merencanakan manajemen terapinya. Pemeriksaan yang
penting untuk dilakukan yaitu leukosit darah, kadar elektrolit, ureum, glukosa
darah, dan amilase. Pemeriksaan elektrolit serum, blood urea nitrogen, dan
kreatinin membantu dalam menilai adanya ketidakseimbangan cairan dan ada
tidaknya dehidrasi serta derajat dehidrasi. Pemeriksaan leukosit penting dalam
menilai ada tidaknya infeksi atau inflamasi.
Radiologi : Pemeriksaan radiologi sangat membantu dalam menegakkan diagnosis,
membedakan ileus paralitik dengan ileus obstruksi, dan untuk
memahami penyebabnya. Sebagai awal, dapat dilakukan pemeriksaan
foto abdomen polos dengan posisi supine dan tegak. Untuk membedakan
ileus paralitik dan ileus obstruksi, perlu diperhatikan derajat distensi
abdomen, volume cairan dan gas intraluminal Pada ileus paralitik akan
ditemukan distensi lambung, usus halus dan usus besar oleh karena
terdapat kelainan pada akumulasi gas dan cairan, namun akumulasi gas
dan cairan pada ileus paralitik tidak sebanyak pada obstruksi intestinal.
Selain itu gas lebih banyak terdapat di kolon loop dari distensi usus
ringan dan dapat terlihat di sebelah atas atau berdekatan dengan lokasi
proses inflamatorik misalnya pada pankreatitis. Loop ini disebut juga
sentinel loops Air fluid level berupa suatu gambaran line up (segaris)
Selain itu terdapat gambaran stepladder pattern. (Sudoyo,2014)

Penatalaksanaan

Hal yang paling penting dalam penatalaksanaan ileus paralitik adalah mencari
penyakit yang mendasari. Hal ini oleh karena ileus paralitik diterapi dengan mengobati
penyakit dasar dan perlu diingat bahwa terapi operatif harus dihindari kecuali terdapat suatu
katastrofi intraabdomen yang membutuhkan laparotomi. Pengelolaan ileus paralitik bersifat
konservatif dan suportif. Tindakannya berupa dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit mengobati kausa dan pemberian nutrisi yang adekuat. Dekompresi dilakukan
dengan menggunakan nasogastric tube untuk mengurangi distensi akibat gas. Dekompresi
dapat mengurangi gejala dan tanda distensi , mual dan muntah serta mengurangi regurgitasi
dan aspirasi. Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit dan nutrisi dilakukan sesuai
dengan kebutuhan. Perlu dilakukan pembatasan penggunaan obat yang menghambat motilitas
usus seperti opiat,dan obat antikolinergik. Hal-hal yang dapat mencegah ileus paralitik
postoperatif yaitu salah satunya pemberian makanan via oral atau nasoenteric tube secara dini
setelah operasi. Penjelasan yang logis mengenai hal ini adalah bahwa asupan makanan dapat
menstimulasi reflex yang menghasilkan aktivitas gerak usus. (Sudoyo,2014)

Terapi farmakologi

Terapi farmakologi Alvimopan adalah antagonis reseptor µ-opioid yang dapat


menghambat aksi opiat dalam menghambat motilitas gastrointestinal tanpa mempengaruhi
kerja opiat sebagai anti nyeri. Sebuah penelitian doubled blind, placebo-controlled trial
menyebutkan bahwa kelompok pasien post reseksi usus halus dan usus besar yang diberi
alvimopan pergerakan usus terjadi lebih cepat, lebih cepat flatus dan dapat menkonsumsi
makanan padat. Alvimopan diberikan dengan dosis 12 mg 30-90 menit sebelum operasi dan
dua kali sehari setelah operasi selama 7 hari. Terdapat beberapa penelitian dan studi klinis
yang menyatakan bahwa NSAID meringankan mual dan muntah serta memperbaiki transit
gastrointestinal. Laksatif dapat digunakan pada ileus paralitik , namun begitu belum terdapat
penelitian randomized controlled trial mengenai efeknya. Prostaglandin dilaporkan dapat
meningkatkan masa transit pada usus halus dan kolon, namun masih perlu dilakukan
penelitian untuk memastikan kegunaannya. Neostigmin, yang merupakan inhibitor reversibel
dari asetilkolinesterase yang dapat meningkatkan motilitas kolon pada periode awal
postoperative dengan cara meningkatkan aktivitas asetilkolin pada reseptor muskarinik .
Pemberian neostigmin 2 mg secara cepat dapat memacu flatus dan pasase feses pada 80-90 %
pasien. Neostigmin dapat diberikan 2- 2,5 mg intravena bolus atau infuse selama 24 jam, dan
perlu pengawasan oleh karena resiko terjadinya bradikardia dan bronkospasme . Ceruletide
merupakan peptide sintetis yang dapat meningkatkan motilitas gastrointestinal dengan
beraksi sebagai antagonis kolesistokinin. Namun karena memiliki efek samping mual dan
muntah, maka tidak begitu efektif. (Sudoyo,2014)
DAFTAR PUSTAKA

You might also like