You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Kasus bibir sumbing dan celah langit-langit merupakan cacat bawaan yang masih menjadi
masalah di tengah masyarakat. Antara Februari - Mei 1992, IKABI cabang Padang mengadakan
pengabdian masyarakat di dua Kabupaten 50 Kota dan Solok berbentuk operasi bibir sumbing
secara gratis. Dilakukan penelitian pada 126 penderita yang dilakukan operasi. Hardjowasito
dengan kawan-kawan di propinsi Nusa Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987
melakukan operasi pada 1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun
dewasa di antara 3 juta penduduk.
Pada dasarnya kelainan bawaan dapat terjadi pada mulut, yang biasa disebut
labiopalatoskisis. Kelainan ini diduga terjadi akibat infeksi virus yang diderita ibu pada kehamilan
trimester 1. jika hanya terjadi sumbing pada bibir, bayi tidak akan mengalami banyak gangguan
karena masih dapat diberi minum dengan dot biasa. Bayi dapat mengisap dot dengan baik asal
dotnya diletakan dibagian bibir yang tidak sumbing.
Kelainan bibir ini dapat segera diperbaiki dengan pembedahan. Bila sumbing mencakup
pula palatum mole atau palatum durum, bayi akan mengalami kesukaran minum, walaupun bayi
dapat menghisap naun bahaya terdesak mengancam. Bayi dengan kelainan bawaan ini akan
mengalami gangguan pertumbuhan karena sering menderita infeksi saluran pernafasan akibat
aspirasi.keadaan umu yang kurang baik juga akan menunda tindakan untuk meperbaiki kelainan
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan fusi atau
penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang dilikuti disrupsi kedua bibir,
rahang dan palatum anterior. Sedangkan Palatoskizis adalah kelainan congenital sumbing akibat
kegagalan fusi palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi dengan septum nasi.
Labioskizis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana terdapatnya celah
pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat berupa takik kecil pada bahagian
bibir yang berwarna sampai pada pemisahan komplit satu atau dua sisi bibir memanjang dari bibir ke
hidung.
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada palatum yang terjadi karenakegagalan 2 sisi
untuk menyatu karena perkembangan embriotik.
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau
sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan embrional di mana bibir
atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.

B. Klasifikasi
Jenis belahan pada labioskizis dan labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa mengenal
salah satu bagain atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum,
serta palatum mlle. Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena menjadi beberapa
bagian berikut :
1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum di belahan foramen
insisivum.
2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior terhadap foramen.
3. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum sekunder
dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.
4. Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh dengan
belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.

Klasifikasi dari kelainan ini diantaranya berdasarkan akan dua hal yaitu :
a. Klasifikasi berdasarkan organ yang terlibat
 Celah di bibir ( labioskizis )
 Celah di gusi ( gnatoskizis )
 Celah di langit ( palatoskizis )
 Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi di bibir dan langit langit (
labiopalatoskizis)

b. Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk


Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Beberapa
jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :
 Unilateral Incomplete yaitu jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
 Unilateral Complete yaitu jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
 Bilateral Complete yaitu Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memnajang hingga
ke hidung.

C. Etiologi
Umumnya kelainan kongenital ini berdiri sendiri dan penyebabnya tidak diketahui dengan
jelas. Selain itu dikenal dengan beberapa syndrom atau malformasi yang disertai adanya sumbing
bibir, sumbing palatum atau keduanya yang disebut kelompok syndrom clefts dan kelompok
sumbing yang berdiri sendiri non syndromik clefts.

Beberapa cindromik clefts adalah sumbing yang terjadi pada kelainan kromosom (trysomit
13, 18 atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing yang berhubungan dengan akobat toksisitas
selama kehamilan (kecanduan alkohol), terapi fenitoin, infeksi rubella, sumbing yang ditemukan
pada syndrom pierrerobin, penyebab non sindromik clefts dafat bersifat multifaktorial seperti
masalah genetik dan pengaruh lingkungan.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. Faktor tersebut antara
lain , yaitu :
1. Herediter
a) Mutasi gen
Ditemukan sejumlah sindroma atau gejala menurut hukum Mendel secara otosomal,
dominant, resesif dan X-Linked. Pada otosomal dominan, orang tua yang mempunyai kelainan ini
menghasilkan anak dengan kelainan yang sama. Pada otosomal resesif adalah kedua orang tua
normal tetapi sebagai pembawa gen abnormal. X-Linked adalah wanita dengan gen abnormal tidak
menunjukan tanda-tanda kelainan sedangkan pada pria dengan gen abnormal menunjukan kelainan
ini.
b) Kelainan Kromosom
Celah bibir terjadi sebagai suatu expresi bermacam-macam sindroma akibat penyimpangan
dari kromosom, misalnya Trisomi 13 (patau), Trisomi 15, Trisomi 18 (edwars) dan Trisomi 21.

2. Faktor lingkungan
a) Faktor usia ibu
Dengan bertambahnya usia ibu waktu hamil daya pembentukan embrio pun akan menurun.
Dengan bertambahnya usia ibu sewaktu hamil, maka bertambah pula resiko dari
ketidaksempurnaan pembelahan meiosis yang akan menyebabkan bayi dengan kehamilan trisomi.
Wanita dilahirkan dengan kira-kira 400.000 gamet dan tidak memproduksi gamet-gamet baru
selama hidupnya. Jika seorang wanita umur 35 tahun maka sel-sel telurnya juga berusia 35 tahun.
Resiko mengandung anak dengan cacat bawaan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya usia
ibu.
b) Obat-obatan
Obat yang digunakan selama kehamilan terutama untuk mengobati penyakit ibu, tetapi
hampir janin yang tumbuh akan menjadi penerima obat. Penggunaan asetosal atau aspirin sebagai
obat analgetik pada masa kehamilan trimeseter pertama dapat menyebabkan terjadinya celah bibir.
Beberapa obat yang tidak boleh dikonsumsi selama hamil yaitu rifampisin, fenasetin, sulfonamide,
aminoglikosid, indometasin, asam flufetamat, ibuprofen dan penisilamin, diazepam,
kortikosteroid. Beberapa obat antihistamin yang digunakan sebagai antiemetik selama kehamilan
dapat menyebabkan terjadinya celah langit-langit.

c) Nutrisi
Contohnya defisiensi Zn, B6, Vitamin C, kekurangan asam folat pada waktu hamil.
Insidensi kasus celah bibir dan celah langit-langit lebih tinggi pada masyarakat golongan
ekonomi kebawah penyebabnya diduga adalah kekurangan nutrisi.
d) Daya pembentukan embrio menurun
Celah bibir sering ditemukan pada anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang mempunyai
jumlah anak yang banyak.
e) Penyakit infeksi
Contohnya seperti infeksi rubella, sifilis, toxoplasmosis dan klamidia dapat
menyebabkan terjadinya labioskizis dan labiopalatoskizis.
f) Radiasi
Efek teratogenik sinar pengion jelas bahwa merupakan salah satu faktor lingkungan
dimana dapat menyebabkan efek genetik yang nantinya bisa menimbulkan mutasi gen. Mutasi
gen adalah faktor herediter.
g) Stress Emosional
Korteks adrenal menghasilkan hidrokortison yang berlebih. Pada binatang percobaan telah
terbukti bahwa pemberian hidrokortison yang meningkat pada keadaan hamil menyebabkan
labioskizis dan labipaltoskizis.
h) Trauma
Celah bibir bukan hanya menyebabkan gangguan estetika wajah, tetapi juga dapat
menyebabkan kesukaran dalam berbicara, menelan, pendengaran dan gangguan psikologis
penderita beserta orang tuanya. Permasalahan terutama terletak pada pemberian minum,
pengawasan gizi dan infeksi. Salah satu penyebab trauma adalah kecelakaan atau benturan
pada saat hamil minggu kelima. Bila terdapat gangguan pada waktu pertumbuhan dan
perkembangan wajah serta mulut embrio, akan timbul kelainan bawaan. Salah satunya adalah
celah bibir dan langit-langit. Kelainan wajah ini terjadi karena ada gangguan pada
organogenesis antara minggu keempat sampai minggu kedelapan masa embrio.

D. Patofisiologi

Labio/palatoskizis terjadi karena kegagalan penyatuan prosesus maksilaris dan premaksilaris


selama awal usia embrio. Labioskizis dan palatoskizis merupakan malformasi yang berbeda secara
embrional dan terjadi pada waktu yang berbeda selama proses perkembangan embrio. Penyatuan
bibir atas pada garis tengah selesai dilakukan pada kehamilan antara minggu ketujuh dan
kedelapan.

Fusi palatum sekunder (palatum durum dan mole) terjadi kemudian dalam proses
perkembangan, yaitu pada kehamilan antara minggu ketujuh dan keduabelas. Lalam proses
migrasi ke posisi horisontal, palatum tersebut dipisahkan oleh lidah untuk waktu yang singkat. Jika
terjadi kelambatan dalam migrasi atau pemindahan ini, jika atau lidah tidak berhasil turun dalam
waktu yang cukup singkat,bagian lain proses perkembangan tersebut akan terus berlanjut namun
palatum tidak pernah menyatu. Kelainan sumbing selain mengenai bibir juga bisa mengenai langit-
langit. Berbeda pada kelainan bibir yang terlihat jelas secara estetik, kelainan sumbing langit-
langit lebih berefek kepada fungsi mulut seperti menelan, makan, minum, dan bicara.

Pada kondisi normal, langit-langit menutup rongga antara mulut dan hidung. Pada bayi
yang langit-langitnya sumbing barrier ini tidak ada sehingga pada saat menelan bayi bisa tersedak.
Kemampuan menghisap bayi juga lemah, sehingga bayi mudah capek pada saat menghisap,
keadaan ini menyebabkan intake minum/makanan yg masuk menjadi kurang dan jelas berefek
terhadap pertumbuhan dan perkembangannya selain juga mudah terkena infeksi saluran nafas atas
karena terbukanya palatum tidak ada batas antara hidung dan mulut, bahkan infeksi bisa menyebar
sampai ke telinga.

E. Tanda dan Gejala


Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
a. Terjadi pamisahan Langit-langit
b. Terjadi pemisahan bibir
c. Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit
d. Infeksi telinga
e. Berat badan tidak bertambah
f. Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari hidung.

F. Komplikasi
a. Gangguan bicara
b. Terjadinya atitis media
c. Aspirasi
d. Distress pernafasan
e. Resiko infeksi saluran nafas
f. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
g. Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis media rekureris sekunder akibat disfungsi tuba
eustachius.
h. Masalah gigi
i. Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat kecacatan dan jaringan paruh
j. Kesulitan makan

G. Penatalaksanaan
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini dilakukansetelah
bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran
napas dan sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukanoperasi bibir sumbing
dilakukan hukum Sepuluh ( rules of Ten) yaitu, Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10
g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar leukositminimal 10.000/ui.
1) Perawatan
a. Menyusu ibu
Menyusu adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi dengan
bibir sumbing tidak menghambat pengahisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba sedikit menekan
payudara untuk mengeluarkan susu. Dapat juga mnggunakan pompa payudara untuk
mengeluarkan susu dan memberikannya kepada bayi dengan menggunakan botol setelah dioperasi,
karena bayi tidak menyusu sampai 6 minggu.

b.Menggunakan alat khusus


 Dot domba Karena udara bocor disekitar sumbing dan makanan dimuntahkan melalui
hidung, bayi tersebut lebih baik diberi makan dengan dot yang diberi pegangan yang menutupi
sumbing, suatu dot domba (dot yang besar, ujung halus dengan lubang besar), atau hanya dot biasa
dengan lubang besar.
 Botol peras Dengan memeras botol, maka susu dapat didorong jatuh di bagian belakang mulut
hingga dapat dihisap bayi.
 Ortodonsi Pemberian plat/ dibuat okulator untuk menutup sementara celah palatum
agar memudahkan pemberian minum dan sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum dapat
dilakukan tindakan bedah definitive.
c. Tepuk-tepuk punggung bayi berkali-kali karena cenderung untuk menelan banyak udara.
d. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur, kadang-kadang luka terbentuk pada bagian
pemisah lubang hidung.
e. Suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak menyusu. Jika hal ini terjadi
arahkan dot ke bagian sisi mulut untuk memberikan kesempatan pada kulit yang lembut tersebut
untuk sembuh.
f.Setelah siap menyusu, perlahan-lahan bersihkan daerah sumbing dengan alat berujung kapas
yang dicelupkan dalam hydrogen peroksida setengah kuat atau air.

2.Pengobatan
a. Dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya.
Bayi akan memperoleh operasi untuk memperbaiki keainan, tetapi waktu yang tepat untuk operasi
tersebut bervariasi.
b. Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule often yaitu
umur > 10 mgg, BB > 10 pon/ 5 Kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui .
c. Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan/palatoplasti dikerjakan sedini mungkin
(15-24 bulan) sebelum anak mampu bicara lengkap seingga pusat bicara otak belum membentuk
cara bicara. Pada umur 8-9 tahun dilaksanakan tindakan operasi penambahan tulang pada celah
alveolus/maxilla untuk memungkinkan ahli ortodensi mengatur pertumbuhan gigi dikanan dan kiri
celah supaya normal.
d. Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan setelah pertumbuhan tulang-tulang muka
mendeteksi selesai.
e. Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki kerusakan horseshoe yang lebar.
Dalam hal ini, suatu kontur seperti balon bicara ditempel pada bagian belakang gigi geligi
menutupi nasofaring dan membantu anak bicara yang lebih baik.
f. Anak tersebut juga membutuhkan terapi bicara, karena langit-langit sangat penting untuk
pembentukan bicara, perubahan struktur, juga pada sumbing yang telah diperbaik, dapat
mempengaruhi pola bicara secara permanen.

3.Perinsip perawatan secara umum;


a. Lahir : bantuan pernafasan dan pemasangan NGT (Naso Gastric Tube) bila perlu
untuk membantu masuknya makanan kedalam lambung.
b. Umur 1 minggu : pembuatan feeding plate untuk membantu menutup langit-langit dan
mengarahkan pertumbuhan, pemberian dot khusus.
c. Umur 3 bulan : labioplasty atau tindakan operasi untuk bibir, alanasi (untuk hidung) dan
evaluasi telingga.
d. Umur 18 bulan - 2 tahun : palathoplasty; tindakan operasi langit-langit bila terdapat
sumbing pada langit-langit.
e. Umur 4 tahun : dipertimbangkan repalatorapy atau pharingoplasty.
f. Umur 6 tahun : evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.
g. Umur 11 tahun : alveolar bone graft augmentation (cangkok tulang pada pinggir alveolar
untuk memberikan jalan bagi gigi caninus). perawatan otthodontis.
h. Umur 12-13 tahun : final touch, perbaikan-perbaikan bila diperlukan.
i. Umur 17-18 tahun : orthognatik surgery bila perlu.

H. Konsep Asuhan Keperawatan


1. PENGKAJIAN
a. Mata, telinga, hidung dan tenggorokan
▬ Pemisahan abnormal bibir atas
▬ Pemisahan gusi bagian atas
▬ Kerusakan gigi-geligi
▬ Kerusakan wicara
▬ Mudah tersedak
▬ Peningkatan otitis
b. Respirasi
▬ Kegawatan pernapasan disertai aspirasi
▬ Kemungkinan dispnea

c. Muskuloskeletal
▬ Gagal bertumbuh

d. Gastrointestinal
▬ Kesulitan pemberian makan

e. Psikososial
▬ Gangguan ikatan antara orang tua-bayi
▬ Gangguan citra tubuh

2. DIAGNOSA KEPERWATAN
a. Prabedah
1) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan gangguan dalam
pemberian makan
2) Risiko infeksi yang berhubungan dengan kelainan
3) Risiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan stres akibat hospitalisasi
4) Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan pembedahan

b. Post-bedah
1) Ketidakefektifan jalan napas yang berhubungan dengan efek anestesia, edema pascaoperasi,
serta produksi lendir yang berlebihan
2) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan teknik pemberian
makan yang baru dan perubahan diet pascaoperasi
3) Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan insisi bedah
4) Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan
5) Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan di rumah

1. INTERVENSI
Pra-Bedah
No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Dx hasil
1 Setelah diberikan · Tempatkan dot botol di · Meletakkan dot botol
asuhan keperawatan dalam mulut bayi, pada sisi dengan cara ini dapat
selama ...x24 jam berlawanan dari celah, ke menstimulasi tindakan ”
diharapkan berat arah belakang lidah. stripping” bayi (menekan dot
badan seimbang botol melawan lidah dan atap
dengan kriteria hasil : mulut untuk mengeluarkan susu).
· Bayi · Posisikan bayi tegak atau · Posisi ini mencegah
mempertahankan semi-Fowler, namun tetap tersedak dan regurgitasi per
status nutrisi yang rileks selama pemberian nasal.
ditandai oleh kenaikan makan.
berat badan bulanan · Sendawakan bayi setelah

(1/2 hingga 1 kg) setiap pemberian 15 hingga · Bayi perlu disendawakan


30 ml susu, tetapi jangan dengan frekuansi yang sering
pindahkan dot botol terlalu karena bayi dengan kelainan ini
sering selama pemberian menyebabkan menelan udara
makan. lebih banyak sehingga
menimbulkan rasa tidak nyaman.
Melepas dot botol terlalu sering
dapat melelahkan, atau membuat
bayi frustasi sehingga
menyebabkan pemberian makan
· Coba untuk memberi tidak komplet.
makan tidak lebih dari 45 · Pemberian makan yang
menit atau kurang untuk lebih lama dapat melelahkan bayi
setiap kali makan. sehingga dapat menyebabkan
pencapaian berat badan yang
sangat kurang.
· Apabila bayi tidak · Posisi tegak mengurangi
makan tanpa tersedak atau risiko aspirasi; menggunakan
teraspirasi, letakkan dalam sebuah spuit dan slang karet
posisi tegak, dan beri makan lunak yang mampu menampung
dengan menggunakan spuit cairan di bagian belakang mulut
serta slang karet lunak. bayi dapat mengurangi aspirasi
melalui celah.
2 Setelah diberikan · Beri minum bayi · Air dapat membersihkan
asuhan keperawatan sebanyak 5-10 ml air, setelah pasase nasal dan palatu, serta
selama ...x24 jam setisp pemberian makan. dapat mencegah susu mengumpul
diharapkan tidak di saluran eustasia, yang pada
terjadi infeksi dengan gilirannya dapat mencegah
kriteria hasil : pertumbuhan bakteri yang dapat
· Bayi tidak mengarah pada terjadinya infeksi.
menunjukkan tanda- · Buang formula atau susu · Merontokkan dan
tanda infeksi yang yang mengering dengan melepaskan matero yang
ditandai oleh suhu menggunakan aplikator yang berkerak dalam botol, dapat
tubuh kurang dari berujung kapas basah. menjaga agar celah tersebut
37,80 C dan tidak ada bersih dan bebas dari bakteri
tanda-tanda draynase sehingga mengurangi risiko
telinga, batuk, ronchi · Setelah setiap pemberian infeksi.
kasar di lapangan makan, letakkan bayi di · Mengatur posisi bayi
paru, atau iritabilitas ayunan bayi atau baringkan dengan cara ini dapat mencegah
bayi di tempat tidurnya aspirasi yang dapat menimbulkan
dengan posisi miring kanan pneumonia.
dengan kepala tempat tidur
ditinggikan 300.
· Kaji bayi untuk
menentukan bila ada tanda
· Kekambuhan otitis media
infeksi, termasuk drainase
yang terjadi akibat saluran
telinga yang berbau dan
eustasia yang tidak normal dapat
demam. Beri obat antibiotik
dikaitkan dengan celah bibir.
sesuai program.

3 Setelah diberikan · Beri kesempatan pada · Kesempatan ini


asuhan keperawatan orang tua untuk meningkatkan ikatan dan
selama ...x24 jam menggendong serta mempersiapkan orang tua dalam
diharapkan Orang tua memeluk bayi, dan dapat perawatan bayi di rumah.
dapat memahami mempraktikkan tugas
kondisi bayi, dan pemberian perawatan
melibatkan perawatan sebelum pemulangan. · Mempersiapkan anggota

bayi ke dalam gaya · Anjurkan orang tua keluarga untuk kedatangan bayi
hidup normal mereka. untuk mempersiapkan memungkinkan mereka
anggota keluarga, termasuk beradaptasi dengan penampilan
saudara kandung dan kerabat bayinya, dan memungkinkan
lain, untuk menyambut orang tua berfokus pada
kehadiran bayi di rumah. kebutuhan bayi yang mendesak.
Nasihatkan mereka untuk
menjelaskan ke seluruh
anggota keluarga, tentang
penampilan bayi dengan
menggunakan istilah
sederhana, memperlihatkan
kepada mereka gambar, dan
meminta mereka
mengunjungi bayi di rumah
sakit.
· Orang tua perlu memiliki
· Anjurkan orang tua
pemikiran bahwa bayi mereka
untuk memperlakukan bayi
merupakan individu yang normal,
layaknya anggota keluarga
yang menderita celah bibir bukan
yang normal, dan
sebagai individu yang sedang
menjadwalkan kegiatan
sakit sehingga dapat memberi
perawatan mereka ke dalam
perawatan di rumah yang
rutinitas sehari-hari.
adekuat, dan menjaga kebutuhan
keluarga.
· Meminta bantuan orang
· Anjurkan orang tua lain dalam perawatan bayi dan
untuk meminta bantuan dari pemberian makan dapat memberi
anggota keluarga yang lain orang tua kesempatan
atau dari teman saat beristirahat, serta berfokus pada
memberi makan dan kebutuhan mereka sendiri.
perawatan bayi. · Kelompok pendukung
memberi kesempatan pada orang
· Rujuk orang tua ke tua untuk berbagi perasaan dan
kelompok pendukung yang pengalaman dengan orang tua
tepat serta pusat kraniofasial, lain, yang juga memiliki situasi
jika ada. sama, dapat mengurangi
kecemasan dan meningkatkan
keterampilan koping serta
keterampilan penyelesaian
masalah. Pusat kraniofasial
memiliki pangalaman dalam
memberi perawatan bagi anak-
anak dengan celah bibir.
4 Setelah diberikan · Kaji pemahaman orang · Pengkajian ini merupakan
asuhan keperawatan tua tentang kelainan anak dasar untuk penyuluhan.
selama ...x24 jam dan kebutuhan pembedahan.
diharapkan tidak · Jelaskan kepada orang
adanya ansietas tua prosedur pembedahan, · Penjalasan yang demikian

dengan kriteria hasil : termasuk prosedur mempersiapkan orang tua tentang

· Orang tua pembedahan itu sendiri, prosedur perioperasi dan hasil

mengalami penurunan lama pembedahan, serta yang diharapkan sehingga dapat

rasa cemas yang penampilan anak yang mengurangi kecemasan.

ditandai oleh diharapkan saat


mengekspresikan pascaoperasi.
pemahaman tentang · Demonstrasikan kepada · Mendemonstrasikan teknik
kebutuhan orang tua teknik pemberian pemberian makan yang benar dan
pembedahan dan makan yang benar, untuk pengguanaan restrain lengan
berpatisipasi dalam dipraktikkan setelah membantu orang tua mengenal
perawatn pra dan pembedahan (meletakkan perawatan pascaoperasi sehingga
pasca bedah anak atau slang pada mukosa bukal dapat mengurangi rasa cemas.
bayi dan mengalirkan cairan
sedikit demi sedikit melalui
spuit); minta mereka
mempraktikkan teknik
tersebut. Juga
demonstrasikan pengunaan
restrain yang benar pada
lengan sehingga mencegah
bayi atau anak menyentuh
dan mengganggu insisi.
Post-bedah
NO Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Dx Hasil
1 Setelah diberikan · Kaji status · Tanda distres
asuhan keperawatan pernapasan bayi atau pernapasan ini dapat
selama ...x24 jam anak setiap 4 jam untuk mengindikasikan
diharapkan jalan mendeteksi suara napas pneumonia, yang
nafas efektif dengan yang abnormal, sianosis, membutuhkan terapi
kriteria hasil : retraksi, mendengkur, antibiotik.
· Bayi atau anak atau pernapasan cuping
tetap bebas dari hidung.
komplikasi · Atur ulang posisi bayi · Pengaturan-

pernapasan yang atau anak setiap 2 jam. kembali posisi dapat

ditandai oleh Setelah pembedahan meningkatkan drainase

memepertahankan celah bibir, bayi atau sekresi paru.

pernapasan lancar, anak dapat diletakkan


serta frekuensi dengan baik di ayunan
teratur bayi atau dalam posisi
terlentang atau miring
dengan kepala · Udara yang
ditinggikan. sejuk dan yang
· Tempatkan bayi atau dilembapkan
anak dalam tenda lembap, membantu mencairkan
sesuai program. sekresi sehingga dapat
Pertahankan bayi membantu bayi atau
diselimuti dan ganti sprei anak bernapas dengan
dengan teratur. lebih mudah. Menutupi
tubuh dengan selimut
dapat mencegah anak
dari menggigil.
· Posisi tegak
mengurangi risiko
tersedak dan aspirasi.
· Pertahankan bayi atau
anak dalam posisi tegak
selama pemberian makan.
2 Setelah diberikan · Apabila bayi atau · Mengisap dot
asuhan keperawatan anak telah menjalani botol menyebabkan
selama ...x24 jam perbaikan celah bibir, terlalu banyak tekanan
diharapkan berat beri mereka makan pada alur jahitan;
badan seimbang melalui spuit dan slang penggunaan garpu atau
dengan kriteria hasil karet lunak yang sedotan dapat merusak
: ditempatkan di dalam pipi alur jahitan.
· Bayi atau anak dan jauh dari alur jahitan.
dapat Jangan gunakan dot
mempertahankan botol. Seiring anak
nutrisi adekuat yang mengalami kemajuan dari
ditandai oleh dapat diet cair murni, gunakan
beradaptasi terhadap sendok untuk pemberian
diet dan metode makan, bukan garpu.
pemberian makan · Mula-mula anjurkan · Bayi atau anak
yang baru, serta pemberian makan dengan membutuhkan
terus mengalami frekuensi yang sering pemberian makan
peningkatan berat dalam porsi kecil; dengan porsi lebih
badan kemudian lanjutkan kecil, sambil
dengan asupan cairan beradaptasi terhadap
sesuai-usia. metode pemberian
makan.

3 Setelah diberikan · Lakukan perawatan · Perawatan alur


asuhan keperawatan alur sutura berikut ini jahitan yang tepat
selama ...x24 jam setelah pemberian makan, menjamin tercapainya
diharapkan integritas dan sesuai kebutuhan : kebersihan, mencegah
kulit baik dengan - Bersihkan garis sutura pemisahan sutura,
kriteria hasil : dengan menggunakan mengurangi risiko
· Bayi atau anak larutan salin dan aplikator infeksi, dan
tidak menderita berujung kapas basah. mengurangi jumlah
kerusakan pada - Oleskan salep antibiotik materi berkerak di
integritas kulit yang sesuai program untuk sekitar alur jahitan,
ditandai oleh insisi melembabkan mulut dan yang mungkin
tetap utuh, tidak ada mencegah pemisahan mengakibatkan
tanda infeksi dan sutura. pembesaran jaringan
tanda pemulihan - Pantau tanda dan gejala parut.
infeksi.
- Beri sedikit air setelah
pemberian makan untuk
membersihkan mulut dari
setiap sisa susu, yang
dapat menyebabkan
pertumbuhan bakteri.

· Pasang restrain · Restrain lengan


lengan, sesuai program. mencegah bayi atau
Evaluasi sirkulasi dan anak menggaruk alur
latihan pergerakan sendi jahitan atau meletakkan
(ROM) setiap 2 jam. objek dalam mulutnya
sampai insisi memulih.
Evaluasi memastikan
sirkulasi yang adekuat,
dan latihan ROM
mencegah kekakuan
dan kontraktur otot.
· Duduk di tempat
· Setelah pembedahan duduk bayi atau
celah bibir, posisikan berbaring miring atau
bayi atau anak dengan telentang setelah
baik, berbaring miring pembedahan celah
atau telentang-bukan bibir, mencegah anak
posisi telungkup- menggesekkan
pertahankan kepala bibirnya pada linen
tempat tidur ditinggikan. tempat tidur,
mengurangi risiko
ruptur.
· Menangis
· Antisipasi perlunya
menyebabkan tegangan
anak mengurangi
pada alur jahitan, yang
menangis.
dapat menyebabkan
ruptur.
4 Setelah diberikan · Kaji bayi atau anak · Bayi atau anak
asuhan keperawatan untuk mengetahui mungkin terlalu muda
selama ...x24 jam iritabilitas, kehilangan usianya untuk
diharapkan nyeri selera makan, dan mengespresikan rasa
berkurang dengan kegelisahan setiap 2 tidak nyaman melalui
kriteria hasil : jam setelah kata-kata; petunjuk
· Bayi atau anak pembedahan. perilaku adalah satu-
dapat satunya indikasi nyeri
mempertahankan · Obat analgesik
tingkat kenyamanan · Beri obat analgesik, dapat mengurangi
yang ditandai oleh sesuai program. nyeri.
tangisan dan · Lakukan aktivitas · Aktivitas
iritabilitas yang pengalihan, misalnya, pengalihan
berkurang permainan, kartu, memfokuskan kembali
videotapes, dan membaca perhatian anak,
buku untuk anak yang mengurangi
lebih besar. persepsinya terhadap
nyeri.
5 Setelah diberikan · Ajarkan orang tua · Menggunakan
asuhan keperawatan tentang teknik pemberian sendok makanan padat,
selama ...x24 jam makan berikut ini : dan spuit berujung
diharapkan : - Gunakan sendok, bukan karet untuk cairan
· Orang tua garpu, untuk memberi dapat mengurangi
mengekspresikan
makan lunak, serta spuit risiko trauma pada alur
pemahaman tentang
instruksi perawatan berujung karet atau jahitan.
pra bedah dan pasca
mengkuk (jika Menggunakan sedotan
bedah di rumah dan
mendemonstrasikan memungkinkan) untuk dapat membahayakan
prosedur perawatan
memberi bayi atau anak alur jahitan.
di rumah
cairan.
- Jangan biarkan anak
menggunakan sedotan.
· Perawatan alur

· Ajarkan orang tua jahitan dapat

cara merawat alur jahitan memastikan kebrsihan

: sehingga mengurangi
- Gunakan larutan salin risiko infeksi, dan
dan aplikator berujung mengurangi
kapas untuk pembentukan kerak
membersihkan alur yang dapat
jahitan. menyebabkan jaringan
- Oleskan salep antibiotik parut membesar;
sesuai program untuk infeksi membutuhkan
menutup insisi. intervensi medis.
- Periksa area insisi bedah
untuk melihat tanda
infeksi, misalnya,
kemerahan,
pembengkakan, dan
drainase purulen, dan
laporkan temuan tersebut
kepada dokter.
- Beri air sedikit-sedikit
setelah pemberian makan,
untuk membuang sisa
susu yang menempel,
mengingat ini merupakan · Restrain lengan
media yang baik bagi mencegah bayi atau
pertumbuhan bakteri dan anak menggaruk alur
infeksi. jahitan, atau
· Sampaikan kepada memasukkan benda di
orang tua bahwa mereka dalam mulutnya.
harus mempertahankan Melepaskan restrain
lengan bayi atau anak memungkinkan ROM
terfiksasi. Jelaskan bahwa dan mencegah
mereka harus melepas gangguan neuro
restrain secara berkala, vaskular.
mempertahankan agar · Mengatur posisi
bayi atau anak tetap bayi atau anak melalui
diawasi. cara ini, mencegahnya
· Setelah pembedahan menggosokkan bibir ke
celah bibir, instruksikan linen tempat tidur.
orang tua untuk mengatur
posisi bayi atau anak
pada ayunan bayi, atau
dalam posisi miring atau
· Menangis yang
telentang-jangan
lama menyebabkan
menekan daerah
tegangan pada alur
abdomen-dengan kepala
jahitan.
tempat tidur ditinggikan.
· Inspeksi telinga
· Beri tahu oranng tua dan evaluasi
untuk mengantisipasi pendengaran sangat
penting, karena
perlunya bayi atau anak perkembangan saluran
mengurangi tangisan. eustaki yang abnormal
dapat mempredisposisi
· Jelaskan kepada bayi atau anak pada
orang tua pentingnya serangan otitis media
perawatan tidak lanjut, yang lebih sering, yang
termasuk perlunya dapat mengarah pada
inspeksi telinga dan kehilangan
evaluasi pendengaran pendengaran.
setiap 2-4 bulan dan Pemeriksaan rutin dan
pemeriksaan rutin serta imunisasi membantu
imunisasi. mempertahankan
kesehatan optimal.

LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E., Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta.

Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC.

Hall and Guyton, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC : Jakarta.

Noer Sjaifullah H. M, 1999, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI, Jakarta.

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak bagian 2. Jakarta; Fajar Interpratama.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.

Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3, EGC : Jakarta.

Speer, Kathleen Morgan. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Wilkinson, J.M, 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil
NOC. EGC: Jakarta.

You might also like