Professional Documents
Culture Documents
“OSTEOARTHRITIS”
Disusun oleh :
TULUNGAGUNG
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyanyang, saya panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada saya sehingga mampu
menyelesaikan tugas kelompok dalam bentuk makalah dengan judul
“OSTEOARTHRITIS”
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah dari resume jurnal
ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Osteoarthritis merupakan penyakit tipe paling umum dari arthritis, dan
dijumpai khusus pada orang lanjut usia atau sering disebut penyakit
degeneratif. Osteoarthritis merupakan penyakit persendian yang kasusnya
paling umum dijumpai di dunia (Bethesda, 2013). Berdasarkan National
Centers for Health Statistics, diperkirakan 15,8 juta (12%) orang dewasa
antara usia 25-74 tahun mempunyai keluhan osteoarthritis (Anonim, 2011).
Prevalensi dan tingkat keparahan osteoarthritis berbeda-beda antara rentang
dan lanjut usia (Hansen & Elliot, 2005).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004, diketahui
bahwa osteoarthritis diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan
mencapai 24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara. Osteoarthritis adalah
penyakit kronis yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, akan tetapi
ditandai dengan kehilangan tulang rawan sendi secara bertingkat (Murray,
1996). Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita
sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Dari aspek karakteristik umum pasien yang didiagnosis penyakit sendi
osteoarthritis, menurut Arthritis Research UK (2012), memperlihatkan bahwa
usia, jenis kelamin, obesitas, ras/genetik, dan trauma pada sendi mempunyai
kolerasi terhadap terjadinya osteoarthritis. Prevalensi penyakit osteoarthritis
meningkat secara dramatis di antara orang yang memiliki usia lebih dari 50
tahun. Hal ini adalah karena terjadi perubahan yang berkait dengan usia pada
kolagen dan proteoglikan yang menurunkan ketegangan dari tulang rawan
sendi dan juga karena pasokan nutrisi yang berkurang untuk tulang rawan
(Lozada, 2013).
2.2 Epidemiologi
Insidensi dan prevalensi osteoarthritis bervariasi pada masing-masing
negara, tetapi data pada berbagai negara menunjukkan, bahwa arthritis jenis
ini adalah yang paling banyak ditemui, terutama pada kelompok usia dewasa
dan lanjut usia. Prevalensinya meningkat sesuai pertambahan usia (Bethesda,
2013).
Prevalensi meningkat dengan meningkatnya usia dan pada data
radiografi menunjukkan bahwa osteoarthritis terjadi pada sebagian besar usia
lebih dari 65 tahun, dan pada hampir setiap orang pada usia 75 tahun (Hansen
& Elliot, 2005). Osteoarthritis ditandai dengan terjadinya nyeri pada sendi,
terutamanya pada saat bergerak (Priyanto, 2008).
2.3 Penyebab
Faktor resiko pada osteoarthritis, meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Peningkatan usia, OA biasanya terjadi pada usia lanjut, jarang
dijumpai penderita OA yang berusia di bawah 40 tahun (Helmi, 2012).
Di Indonesia, prevalensi OA mencapai 5% pada usia < 40 tahun, 30%
pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia > 61 tahun (Soeroso et al.,
2009).
2. Obesitas, membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan
tulang berkerja lebih berat, diduga memberi andil terjadinya AO
(Helmi, 2012). Serta obesitas menimbulkan stres mekanis abnormal,
sehingga meningkatkan frekuensi penyakit (Robbins, 2007).
3. Jenis kelamin wanita (Helmi, 2012). Perkembangan OA sendi-sendi
interfalang distal tangan (nodus Heberden) lebih dominan pada
perempuan. Nodus Heberdens 10 kali lebih sering ditemukan pada
perempuan dibandingkan laki-laki (Price dan Wilson, 2013). Kadar
estrogen yang tinggi juga dilaporkan berkaitan dengan peningkatan
resiko (Robbins, 2007). Hubungan antara estrogen dan pembentukan
tulang dan prevalensi OA pada perempuan menunjukan bahwa hormon
memainkan peranan aktif dalam perkembangan dan progresivitas
penyakit ini (Price dan Wilson, 2013). Wanita yang telah lanjut usia
atau di atas 45 tahun telah mengalami menopause sehingga terjadi
penurunan estrogen. Estrogen berpengaruh pada osteoblas dan sel
endotel. Apabila terjadi penurunan estrogen maka TGF-ß yang
dihasilkan osteoblas dan nitric oxide (NO) yang dihasilkan sel endotel
akan menurun juga sehingga menyebabkan diferensiasi dan maturasi
osteoklas meningkat. Estrogen juga berpengaruh pada bone marrow
stroma cell dan sel mononuklear yang dapat menghasilkan HIL-1,
TNF-a, IL-6 dan M-CSF sehingga dapat terjadi OA karena mediator
inflamasi ini. Tidak hanya itu, estrogen juga berpengaruh pada
absorbsi kalsium dan reabsorbsi kalsium di ginjal sehingga terjadi
hipokalasemia. Keadaan hipokalasemia ini menyebabkan mekanisme
umpan balik sehingga meningkatkan hormon paratiroid. Peningkatan
hormon paratiroid ini juga dapat meningkatkan resobsi tulang sehingga
dapat mengakibatkan OA (Ganong, 2008).
4. Trauma, riwayat deformitas sendi yang diakibatkan oleh trauma dapat
menimbulkan stres mekanis abnormal sehingga menigkatkan frekuensi
penyakit (Helmi, 2012 ; Robbins, 2007).
5. Faktor genetik juga berperan dalam kerentanan terhadap OA, terutama
pada kasus yang mengenai tangan dan panggul. Gen atau gen-gen
spesifik yang bertanggung jawab untuk ini belum terindentifikasi
meskipun pada sebagian kasus diperkirakan terdapat keterkaitan
dengan kromosom 2 dan 11 (Robbins, 2007). Beberapa kasus orang
lahir dengan kelainan sendi tulang akan lebih besar kemungkinan
mengalami OA (Helmi, 2012).
2.4 Patofisiologi
Osteoartritis terjadi akibat kondrosit (sel pembentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi) gagal dalam memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan
diameter dan orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang
rawan, yang menjadikan tulang rawan sendi kehilangan sifat
kompresibilitasnya yang unik (Price dan Wilson, 2013). Selain kondrosit,
sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA, terutama setelah terjadi
sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Sinoviosit
yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix Metalloproteinases
(MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam rongga sendi
dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan kondrosit. Pada
akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan
terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik (Robbins, 2007).
Perkembangan osteoarthritis terbagi atas tiga fase, yaitu sebagai
berikut
1. Fase 1
Terjadi penguraian proteolitik pada matrik kartilago. Metabolisme
kondrosit menjadi terpangaruh dan meningkatkan produksi enzim
seperti metalloproteinases yang kemudian hancur dalam matriks
kartilago. Kondrosit juga memproduksi penghambat protease yang
akan mempengaruhi proteolitik. Kondisi ini memberikan manifestasi
pada penipisan kartilago.
2. Fase 2
Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago,
disertai adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam
cairan sinovia.
3. Fase 3
Proses penguaraian dari produk kartilago yang menginduksi respon
inflamasi pada sinovia. Produksi makrofag sinovia seperti interleukin 1
(IL 1), tumor necrosis factor-alpha (TNFa), dan metalloproteinases
menjadi meningkat. Kondisi ini memberikan manifestasi balik pada
kartilago dan secara langsung memberikan dampak destruksi pada
kartilago. Molekul-molekul pro-inflamasi lainnya seperti nitric oxide
(NO) juga terlibat. Kondisi ini memberikan manifestasi perubahan
arsitektur sendi, dan memberikan dampak terhadap pertumbuhan
tulang akibat stabilitas sendi. Perubahan arsitektur sendi dan stres
inflamasi memberikan pengaruh pada permukaan artikular menjadikan
kondisi gangguan yang progresif (Helmi, 2012).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Osteoarthritis merupakan penyakit tipe paling umum dari arthritis, dan
dijumpai khusus pada orang lanjut usia atau sering disebut penyakit
degeneratif. Osteoarthritis merupakan penyakit persendian yang kasusnya
paling umum dijumpai di dunia (Bethesda, 2013).
Insidensi dan prevalensi osteoarthritis bervariasi pada masing-masing
negara, tetapi data pada berbagai negara menunjukkan, bahwa arthritis jenis
ini adalah yang paling banyak ditemui, terutama pada kelompok usia
dewasa dan lanjut usia. Prevalensinya meningkat sesuai pertambahan usia
(Bethesda, 2013).
Faktor resiko pada osteoarthritis, meliputi hal-hal sebagai berikut:
Peningkatan usia, Obesitas, Jenis kelamin wanita, Trauma, Faktor genetik.
Osteoartritis terjadi akibat kondrosit (sel pembentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi) gagal dalam memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan
diameter dan orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang
rawan, yang menjadikan tulang rawan sendi kehilangan sifat
kompresibilitasnya yang unik (Price dan Wilson, 2013).
Pada umumnya, pasien osteoarthritis mengatakan bahwa keluhan-
keluhan yang dirasakan telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara
perlahan. Berikut adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien
osteoarthritis : Nyeri sendi, Hambatan gerakan sendi, Kaku pagi , Krepitasi,
Pembesaran sendi (deformitas), Pembengkakan sendi yang asimetris,
Tanda-tanda peradangan, Perubahan gaya berjalan.
Diagnosis dapat ditegakkan melalui riwayat pasien, pemeriksaan fisik,
pemeriksan radiologi, dan pemeriksaan laboratorium. American College of
Rheumatologi (ACR) membagi klasifikasi OA menjadi OA pinggul, lutut
dan tangan dengan adanya nyeri, pemeriksaan tulang normal Erythrocyte
Sedimentation Rate (ESR) dan radiograph dan lain sebagainya.
Adapun tujuan dari terapi Ostheoarthritis yaitu : Mengedukasi pasien
dan keluarga, Mengurangi nyeri dan kekakuan, Memelihara atau
meningkatkan pergerakan tulang sendi, Mengurangi kerusakan fungsional,
Memelihara atau meningkatkan kualitas hidup.
Adapun terapi non farmakologi sebagai berikut : mengedukasi pasien
tentang proses dan tingkat penyakit, prognosis, dan pengobatan.
mengadakan konseling diet, olahraga, dan program penurunan berat badan
untuk pasien dengan kelebihan berat badan. Terapi fisik - dengan
perawatan panas atau dingin dan program olah raga – membantu Menjaga
rentang gerak dan mengurangi rasa sakit dan kebutuhan akan analgesik.
Alat bantu dan orthotic (tongkat, pejalan kaki, kawat gigi, gelas tumit, sol)
dapat digunakan selama latihan atau aktivitas sehari-hari dan lain
sebagainya.
Adapun terapi farmakologi meliputi pemberian paracetamol sebagai
lini pertama, kemudian NSAIDs topikal maupun oral,capsain krim,
kortikosteroid injeksi intraartikular, tramadol dan opioid.
Monitoring dan evaluasi ditujukan untuk mengetahui efektifitas dari
pengobatan ostheoarthritis sehingga dapat memenuhi dari tujuan terapi
penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006, The Facts about Arthritis, http://www.arthritis.org/ diakses pada 4
Maret 2018
Bethesda, 2013, Handout on Health; Osteoarthritis, http://www.niams .nih.gov/
diakses pada 5 maret 2018.
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee. G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L., M.,
(Eds.), Pharmacopy, A Pathophysiological Approach, Sixth Edition, 1685-
1700, Appeton & Lange, Stamford.
Elin Y. S., dkk. 2008. Iso Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI. 349-353
Felson, D.T., Lawrence, R.C., Dieppe, P.A., Hirsch, R., 2000, Osteoarthritis: New
insights, Part 1: The disease and its risk factors, Ann. Intern. Med., 133, 635–
646.
Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Editor : M. Djauhari
Widjajakusumah. Jakarta : EGC. 499
Hansen, K.E, Elliot, M.E, 2005, Osteoarthritis, In Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee.
G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L., M., (Eds.), Pharmacopy, A
Pathophysiological Approach, Sixth Edition, 1685-1700, Appeton & Lange,
Stamford.
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC; 2013
Priyanto, 2008, Farmakologi dan Terminologi Medis, Osteoarthritis, Leskonfi,
Jakarta.
Robbins, Kumar, Cotran, Collins. 2007. Pathologic Basis Of Disease. 6th
ed.Philadelphia : W.B. Saunders Company. 805-806
Soeroso, S., Isbagio, H., Kalim, H., Broto, R., Pramudiyo, R., 2006,
Osteoarthritis, Jilid II, 1195-1201, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.